Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ALFIARANI MEDINA

NIM : H1021161040
PRODI : FISIKA
TUGAS : PANCASILA
DOSEN PENGAMPU : DIAZ

Pada hari kamis tanggal 15 Maret 2018 telah dilaksanakannya perkuliahan pancasila di
gedung baru FMIPA UNTAN pada pukul 13.00 – 14.45 WIB. Sebelum memasuki inti
pembahasan pada hari itu, dibahas terlebih dahulu mengenai tugas yang telah dikumpulkan
sebelumnya. Tugasnya adalah menceritakan pengalaman yang berkaitan dengan ideologi
pancasila. Isi dari pembahasan mengenai kekeliruan dalam tugas tersebut yang terdiri dari
penggunaan bahasa, kerapian dalam pengetikkan, dan badan dari cerita (tugas) tersebut
berkenaan dengan ideologi pancasila atau tidak. Kemudian, kami membahas mengenai sila –
sila yang ada pada pancasila, mengaitkannya dengan negara Indonesia dimana Indonesia
merupakan negara yang majemuk, memiliki perbedaan suku, bahasa, agama, dan keyakinan
yang berbeda – beda. Hal ini dapat menimbulkan perpecahan di Indonesia.

Setelah itu, kami memasuki inti pembahasan pertama yang berkaitan dengan sila
pertama yaitu “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Hal yang dibahas adalah kesamaan setiap
keyakinan – keyakinan yang berbeda yang pasti akan kembali lagi pada tujuan yang sama yaitu
menyembah Tuhan. Bermacam – macam agama, cara memohon doa yang berbeda di setiap
keyakinan yang ada, dan melakukan kewajiban yang berbeda pula caranya ada di Indonesia,
tetapi inti dan tujuan serta menuju jalan yang sama, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Sila pertama
juga membahas mengenai toleransi terhadap perbedaan tersebut, sehingga setiap individu dapat
saling menghormati satu sama lain tanpa adanya selisih paham.

Bahasan yang kedua mengenai kebiasan rakyat Indonesia yang sering kali berkomentar
pada postingan yang bersangkutan dengan kinerja pemerintah maupun mempostingnya, tidak
sedikit komentar dari masyarakat yang berupa komentar negatif mengenai sistem pemerintahan
Indonesia. Hampir semua kinerja pemerintah di Indonesia dianggap salah oleh masyarakat.
Padahal masyarakat sendirilah yang belum paham mengenai sistem pemerintahan Indonesia.
Hal ini terus – menerus berkelanjutan tanpa ada titik hentinya. Tetapi, ketika masyarakat
Indonesia dihadapi dengan pertandingan sepak bola semua postingan maupun komentar –
komentar negatif tersebut seketika terhenti. Semua mata hanya tertuju pada pertandingan sepak
bola tersebut. Seperti masyarakat indonesia ini bersatu untuk mendukung tim yang mereka
banggakan, misalkan TIM NAS. Hal ini bertolak belakang dengan kegiatan berkomentar
negatif terhadap kinerja pemerintah, sulit sekali masyarakat Indonesia ini untuk bersatu.
Bahkan kalimat komentar yang digunakan pun tidak pantas untuk dibaca. Hal ini bertentangan
dengan sila ke-2 yakni “Kemanusiaan yang adil dan beradab” terutama pada adabnya.

Setelah itu, kami membahas mengenai “Persatuan Indonesia” yang terdapat pada sila
ke-3. Biasanya, manusia lebih nyaman dan percaya diri ketika dihadapkan dengan orang yang
sama dengannya. Maksud artian sama adalah sama suku, budaya, dan lain – lainnya, hal ini
membuat orang – orang tersebut memliki pemikiran yang sama ataupun sepaham. Namun,
dengan hanya bergaul dengan sesama manusia yang asal – usulnya sama maka bisa dipastikan
pemikiran pun akan sempit dan tidak adanya kemajuan yang berarti karena zona tempat
mereka bertapak hanya seputaran zona aman mereka. Tetapi, jika kita dihadapkan dengan
orang – orang yang meliki latar belakang yang berbeda dengan kita maka kita pun berpikir
tidak hanya dalam satu arah melainkan kita akan berfikir bagaimana dengan sudut pandang
orang yang berbeda dengan kita. Hal ini akan membuat pemikiran lebih termotivasi dan
inovatif, serta ruang lingkup berbagai aspek pun akan lebih luas. Dengan adanya perbedaan ini
pun sekaligus pemersatu bangsa yang saling melengkapi. Jika kita semua yang berbeda – beda
ini membaur maka akan terciptalah yang namanya persatuan dan kesatuan. Dengan sila ke-3
inilah dan dari kesadaran masyarakatnya juga, Indonesia dapat bersatu meskipun memiliki
banyak perbedaan.

Bahasan yang keempat, kami membahas mengenai maraknya korupsi di Indonesia yang
salah satunya seperti yang diketahui bahwa angka korupsi di Indonesia sangat besar. Banyak
kasus – kasus korupsi di Indonesia yang pelakunya dikenai hukum pidana yang tidak sesuai
dengan perbuatannya. Seharusnya tindak korupsi dikenai sanksi yang besar karena tindak yang
dilakukannya bukan hanya merugikan 1 orang saja melainkan seluruh penduduk di negara yang
ditempatinya, contohnya koruptor dikalangan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
yang seharusnya dikenai hukuman penjara seumur hidup ataupun membayar dengan nyawa
mereka, malah mendapatkan hukuman yang tidak setimpal dengan perbuatannya dan bahkan
masih diberi keringan oleh hakim. Banyak sekali tindak pidana dari warga sipil yang salah satu
contohnya hanya mencuri pisang dari pohon milik seseorang tetapi dikenai hukuman sampai
kurang lebih 10 tahun penjara. Padahal kasus tersebut dapat dibicarakan secara kekeluargaan
ataupun mengambil jalan damai, tidak seperti kasus korupsi di Indonesia yang koruptornya
masih dapat diberi keringan pada hukumannya. Bahasan ini menyangkut dengan sila ke-5 yakni
“Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Dari bahasan yang telah berlangsung, dapat ditarik kesimpulan bahwa banyak kejadian
yang terjadi di Indonesia yang masih belum sesuai dengan 5 sila dari Pancasila contohnya dari
poin – poin yang telah didiskudikan. Sebenarnya, pancasila dapat berlangsung dengan baik jika
dari masyarakatnya sendiri sadar akan apa yang harus dilakukan maupun yang tidak boleh
dilakukan, kemudian memahami dam mengamalkan Pancasila tersebut dalam bermasyarakat.

Anda mungkin juga menyukai