Anda di halaman 1dari 8

LI NAELIL 31101500525

1. Apa saja faktor yang perlu diperhatikan sebelum dilakukan perawatan GTL?

Dalam pembuatan gigi tiruan ada beberapa faktor yang harus diperhatikan
dalam pembuatan gigi palsu agar tujuan dari pembuatan gigi tiruan tersebut
terpenuhi

 Dalam pembuatan gigi tiruan perlu memperhatikan sayarat dan faktor


resiko misalnya pada pasien lansia dan menderita DM maka dirongga
mulutnya akan terjadi xerostomia, periodontitis, perubahan mukosa, sel
epitel mulut mengalami penipisan dan mengalami keratinisasi, dan
suplai darah akan berkurang. Hal ini menyebabkan jamur mudah
menginfeksi dikarenakan self cleansing yang kurang sehingga
menyebabkan candidiasis. Selain itu karena perubahan muka
menyebabkan denture stomatitis.
 Anemia dapat menyebabkan resorbsi yang cepat, pasien mengalami
suplay darah yang berkurang hal ini menyebabkan difusi kalsium
berkurang sehingga kerja sel osteoblas terhambat, hal ini akan
mengakibatkan resorbsi terus menerus karena osteoclast bekerja tanpa
hambatan osteoblas
 Osteoartritis atau degenerasi sendi, pada TMJ discus articularis
terganggu sehingga pergerakan TMJ terganggu
 Jenis kelamin, pada wanita bentuk giginya relatif lebih banyak
lengkungannya, sedangkan pada laki-laki lebih kasar dan persegi.
Perempuan mengalami proses resorbsi yang lebih besar daripada laki-
laki. Dalam penelitian di US ditemukan bahwa pada usia > 50 tahun
sekitar 40% wanita memiliki masa tulang yang rendah. Karena pada
perempuan terjadi penurunan estrogen pada masa menopause dan
memiliki ukuran tulang yang lebih kecil. Pada perempuan kehilangan
tulang terjadi pada dekade keempat pada masas kehidupan
 Usia, proses penuaan mempengaruhi toleransi jaringan, ukuran pulpa
dan mahkota secara klinis. Seiring pertambahan usia orang maka
kualitas tulang akan menurun karena berkurangnya kerja osteoblast,
penurunan produksi estrogen dan terjadinya reduksi kalsium pada
saluran pencernaan. Menyerang pada perempuan setelah menopause
karena terjadi penurunan estrogen dan menyebabkan berkurangnya
tulang yang progresif
 Pencabutan terakhir gigi: lama pencabutan terakhir akan mempengaruhi
hasil gigi tiruan, waktu idelanya adalah setelah luka pencabutan
sembuh, waktu standartnya tidak ditentukan tergantung dari kondisi
pasien, jenis pencabutan, kesehatan gigi dan ada atau tidaknya infeksi
 Pemilihan bahan
 Kondisi edentulous: batas mukosa, alveolarisnya
 Kompilkasi DM, pada penderita DM sering dijumpai edema mukosa
yang disebabkan karena suplay darah berkurang sehingga mukosa
mudah teriritasi dan mengakibatkan terjadi hiperplasi, pencetakan pada
pasien tersebut menyebabkan hasil basisnya kurang bagus sehingga
retensi dan stabilisasi kurang
Zarb, George A. 2002. Buku Ajar Prostodonti untuk Pasien Tak
Bergigi Menurut Boucher . Jakarta: EGC. Pp : 261-263

Selain hal-hal diatas, penyakit sistemik juga perlu diperhatikan dalam


pembuatan gigi tiruan. Karena beberapa penyakit sistemik mempunyai manifestasi
dirongga mulut yang bisa berpengaruh pada pembuatan dan penggunaan GTL.
Penyakit sistemik yang perlu diperhatikan antara lain:

 Kardiovaskuler
 depresi mental : biasanya menggunakan obat- obat yang mempunyai
efek samping pengeringan mukosa, mengakibatkan pengurangan
retensi pada GTL (Gunadi dkk)
Gunadi, Haryanto. A; Burhan, Lusiana A.; Suryatenggara, Freddy.
1995. Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid 1. Jakarta: Hipokrates.
Pp : 112-116
 perubahan mental, perubahan fisiologis (edema), pengaruh nutrisi:
menderita penyakit periodontal, Oh jelek dan butuh vit-C (spesialist
care dentistry)
 Endocarditis: bakteri masuk melalui gigi yang mengalami infeksi,
menyebar melalui pembuluh darah dan menybebar
 Diabetes Melitus: pasien lansia dan menderita DM maka dirongga
mulutnya akan terjadi xerostomia, periodontitis, perubahan mukosa, sel
epitel mulut mengalami penipisan dan mengalami keratinisasi, dan
suplai darah akan berkurang. Hal ini menyebabkan jamur mudah
menginfeksi dikarenakan self cleansing yang kurang sehingga
menyebabkan candidiasis. Selain itu karena perubahan muka
menyebabkan denture stomatitis.
 pada penderita xerostomia akan menyebabkan retensi dan stabilisasi
pada GTL. Proteksi mekanis pada gigi tiruan atau jaringan lunak akan
mengganggu retensi. Pada pseien xerostomia dianjurkan untuk
menyimpan gigi tiruan pada reservoil untuk menyimpan sediaan saliva
buatan
 hiperplasia: akibat respon fibroepitelia terhadap pemakaian gigi tiruan,
sayap yang terlalu lebar. Pertumbuhan fibrotik (basker tahun 96)
Basker, R.M., Davenport. J.C. and Tomlin, H.R. 1996. Perawatan Prostodontik bagi
Pasien Tak Bergigi (terj.), Edisi III. Jakarta : EGC
2. Apa perawatan yang akan dilakukan sesuai dengan skenario? (GTL)
 sebelum pasien dibuatkan gigi tiruan terlebih dahulu dilakukan rencana
perawatan pada pasien atau yang disebut perawatan pra insersi. Perawatan
yang dilakukan antara lain:
 Preparasi mulut: perawatan periodontal, pasien dilakukan proses
perubahan contur dari struktur jaringan misalnya:
 menjaga OH agar menjadi baik, sehingga memperkecil resiko
candidiasis
 Pasien diinstruksikan untuk tidak merokok karena pada
perokok mukosa didalam rongga mulut mudah teriritasi,
terdapat perbedaan buffering saliva pada perokok dan bukan
perokok, toxic pada rokok bisa menyebabkan iritasi jaringan
lunak rongga mulut dan mukosa, sehingga memeperlama
penyembuhan mukosa
 Diet gula
 Pembuatan retensi yang baik karena pada pasien Diabetes
Melitus suplay darah berkurang sehingga mukosa mudah
teriritasi.
 Xerostomia : distimulus dengan permen karet atau saliva
buatan yang tidak mengandung glukosa
 Pencabutan sisa akar 12, 11, 23
 Tindakan bedah praprostetik
 Karena diskenario alveolar ridge rahang bawah rendah, maka
dilakukan perawatan alveolar augmentation.
Augmentasi linggir alveolar adalah suatu prosedur bedah untuk
memperbaiki bentuk dan ukuran linggir alveolar dalam
persiapan untuk menerima dan mempertahankan protesa gigi.
Indikasi untuk augmentasi tulang adalah:
 kelainan kraniofasial
 cleft fasial. Pasien pada kasus ini sering mengalami
hipoplasia maksila. Bahkan setelah perbaikan sumbingnya
dan perawatan ortodontik, defisiensi maksila yang parah
masih tetap ada. Augmentasi tulang secara eksternal dapat
memperlambat ekspansi pada jaringan sekitarnya,
sehingga tubuh bisa mengakomodasi posisi baru maksila.
 defisiensi linggir alveolar
 trauma kompleks
 anomali dengan defisiensi maksila, misalnya kasus
sindrom Crouzon atau sindrom Pfeiffer
 kekurangan tulang alveolar. Kekurangan tulang alveolar
mungkin merupakan hasil dari keadaan, seperti trauma
avulsi gigi insisivus rahang bawah atau cacat bawaan.
 bila daerah yang mendukung protesa dari linggir yang
atropi yang besar tidak bisa dibaiki dengan vestibuloplasti
St Sarah Aulia Amrullah dkk: Augmentasi tulang alveolar
dengan osteogenesis distraksi. Dentofasial Journal, Vol.11,
No.3,Oktober 2012:174-179
 Vestibuloplasti karena mempengaruhi retensi dan stabilisasi.
Pemeriksaan dengan kaca mulut. Apabila kaca mulut terbenang
>1/2 diameter kaca mulut berarti dalam dan apabila kaca mulut
yang terbenam kurang dari ½ maka termasuk dangkal.
Pemeriksaan dilakukan pada regio posterior dan anterior
dimulai dari fornix sampai puncak ridge. Vestibulum yang lbh
dalam lebih retentif daripada yang dangkal.
Vestibuloplasty merupakan tindakan bedah untuk meninggikan
sulcus vestibular dengan cara reposisi mukosa menghasilkan
sulcus vestibular yang dalam, untuk menambah stabilisasi pada
protesa, dengan cara mempertinggi alveolar ridge melalui
pendalaman sulcus.
Tucker. Basic preprosthetic surgery in peterson et al, 1998.
Contemporary oral and maxillofacial surgery. Philadelphia
W.B. Saunders Co
 Prosedure pembuatan GTL
 Pembuatan model study dan model kerja: pembuatan sendok cetak
sendiri, dilihat rahang atas pasien diharuskan mengucapkan huruf A
karena menentukan perbatasan palatum durum dan molle , jika saat
mengucapkan huruf A masih salah maka ditandai pada daerah yang
masih salah. Pada palatum molle terdapat otot-otot sehingga jika
melebihi perbatasan tesebut maka akan ada udara yang masuk dan
terlepas.
 Pembuatan model malam: dibuat dengan bite plane anterior sejajar
dengan garis mata sedangkan posterior sejajar dengan garis cuping
hidung. Kemudian dioklusikan. Untuk menentukan dimensi vertikal
caranya dengan membuat garis camfer 4 mm dari meatus acusticus
ekternus sampai spina nasalis anterior, pasien dipasang biterim rahang
atas dan rahang bawah, kemudian dimensi vertikalnya diukur dari jarak
pupil sampai ke sudut mulut harus sama dengan jarak spina nasalis
anterior hingga dagu. Jika sama maka dimensi vertikalnya sudah
sesuai. Cara mengecek dari pasien diinstruksikan untuk mengucapkan
huruf M dan S
 Pemasangan diartikulator
 Penyusunan gigi dilakukan secara bertahap, dimulai dari anterior
rahang atas, anterior rahang bawah dan gigi posterior atas gigi M1
bawah dan gigi posterior bawah lainnya (buku gigi geligi tiruan
lengkap lepas drg:itjiningsih). Pada saat menusun gigi harus
memperhatikan inlinasi, dilihat dari oklusal berada diatas lingir rahang,
permukaan oklusal pada anterior (garis datar horizontal) dan posterior
(garis obliq) berbeda, melebar 6° dari midline, hubungan dengan gigi
antagonisnya
 Wax contouring (pembuatan malam menyerupai gigi asli)
 Penananan ke kuvet
 Boiling out
 Packing akrilik
 Finishing dan poleshing
 Setelah dilakukan pembuatan gigi tiruan, dilanjutkan perawatan pasca
pembuatan GTL berupa:
 Instruksi pemeliharaan protesa
 Memakai protesa siang dan malam selama 2-3 hari pertama
hanya dilepas saat pembersihan. Hal ini berfungsi untuk
menyesuaikan gigi tiruan dengan mukosa
 Membaca dan berbicara keras 20 menit tiap hari untuk
menyesuaikan dengan protesa
 Perendaman selama dilepas
 Instruksi kepada psien
 Menjaga OH
 Melepas GTL ketika tidur dan direndam dengan menggunakan
air
 Sering minum untuk membersihkan dan membasahi rongga
mulutnya
 Pada waktu malam hari dilepas untuk mengistirahatkan
jaringan otot-otot
 Perendaman pada larutan disinfektan untuk membersihkan
larutan hipoklorit selama 20 menit, clorhexidine 0,1 % selama
5 menit
 Pasien kontrol 4 hari setelah dibuatkan protesa, jika pasiennya
sudah menua dan mudah luka maka kontol 1-2 hari setelah
dibuatkan protesa
 Menyikat denture dengan sikat gigi dan pembersih khusus
dengan hipoklorit dan pembersih yang mengandung alkali
perkarbonat, bubuk dan pasta yang mengandung bahan abrasif
ringan
 Mukosa pendukung dibersihkan dengan sikat gigi yang halus
selama 2-3 menit tiap pagi dan malam hari
Soelarko, R.M. dan Wachijati, H., 1980, Diktat Prostodonsia Full Denture, FKG
Unpad, Bandung.
3. Apa saja macam macam dari alveolar ridge?
Macam-macam Bentuk Alveolar Ridge Menurut (Itjiningsi, 1996:8, Sudiono &
Anggraeni, 2001:166) macam-macam bentuk alveolar ridge adalah
sebagai berikut:
a) Alveolar ridge dengan bentuk U yaitu dimana permukaan labial atau bukal
sejajar dengan permukaan lingual atau palatal.(gambar 1)
b) Alveolar ridge dengan bentuk V yaitu dimana ridge dengan puncak sempit,
dan kadang-kadang tajam seperti pisau.(gambar 2)
c) Alveolar ridge dengan bentuk jamur atau bulbous atau omega yaitu dimana
bentuknya membesar atau melebar di puncaknya. Bentuk jamur berleher dan
menimbulkan undercut.(gambar 3)
Itjingningsih WH, Gigi TiruanLengkapLepas, EGC, Jakarta; 1996.Morrow RM, Rudd
KD, Rhoads JE, Dental Laboratory Procedures Complete Denture, Volume 1. The CV
Mosby Company, ST Louis: 1989.
Dan
Sudiono J, Anggraini W,. Resorbsi Jaringan Pendukung Keras Geligi Tiruan Lengkap
Rahang Bawah pada Wanita. MKG (Dental Jurnal) 2001.
4. Apa penyebab turunnya alveolar ridge dan bagaimanakah mekanismenya?
Resorpsi alveolar biasanya terjadi secara merata, tetapi kadang-kadang
resorbsi terjadi secara tidak teratur dan berlebihan pada salah satu dimensi, sehingga
alveolar ridge yang terbentuk tidak sesuai untuk mendukung gigi tiruan sebagian
lepas. Alveolar ridge permukaannya ditutupi oleh mukosa tipis yang atropi dan bila
terkena tekanan pengunyahan akan menimbulkan rasa sakit sehingga pasien merasa
tidak nyaman.
Pada dasarnya, faktor-faktor yang mempengaruhi resorpsi dapat dikelompokan
dalam tiga kelompok yaitu: (1) faktor anatomik; termasuk dalam faktor ini adalah
struktur tulang alveolar, ukuran dan bentuk residual alveolar ridge, kualitas tulang
alveolar, serta kualitas mukosa di atas tulang alveolar. (2) faktor biologik/metabolik;
meliputi usia, seks dan hormonal dan (3) faktor mekanik/fungsi; dipengaruhi oleh
besar, arah dan frekuensi tekanan yang bekerja pada jaringan pendukung geligi tiruan.
Pada pemakai geligi tiruan,faktor mekanik ini juga dipengaruhi oleh tekanan dari
geligi tiruan pada saat berfungsi. Jadi dipengaruhi oleh cara pemakaian geligi tiruan,
kebiasaan-kebiasaan parafungsi, serta kecekatan geligi tiruan.
Ignatia Wurangian. Penggunaan Pelapis Lunak untuk Mengurangi Rasa Sakit pada
Alveolar Ridge yang Tajam. E-Journal WIDYA Kesehatan Dan Lingkungan. Volume
1 Nomor 1 Mei-Agustus 2013.
5. Bagaimana hubungan antara pasien yang kontrol gula darah dengan rencana
perawatannya?
Diabetes Melitus: pasien lansia dan menderita DM maka dirongga mulutnya
akan terjadi xerostomia, periodontitis, perubahan mukosa, sel epitel mulut mengalami
penipisan dan mengalami keratinisasi, dan suplai darah akan berkurang. Hal ini
menyebabkan jamur mudah menginfeksi dikarenakan self cleansing yang kurang
sehingga menyebabkan candidiasis. Selain itu karena perubahan muka menyebabkan
denture stomatitis.
Faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan gigi palsu agar tujuan dari
pembuatan gigi tiruan tersebut terpenuhi dalam skenario adalah DM, pada penderita
DM sering dijumpai edema mukosa yang disebabkan karena suplay darah berkurang
sehingga mukosa mudah teriritasi dan mengakibatkan terjadi hiperplasi, pencetakan
pada pasien tersebut menyebabkan hasil basisnya kurang bagus sehingga retensi dan
stabilisasi kurang.
Hiposalivasi biasanya dapat dikaitkan dengan peningkatan jamur dalam
rongga mulut, seperti Candida albican dan spesies lain yang mengarah pada
peningkatan infeksi oral. Penggunaan GTL pada penderita DM cenderung
memperbesar kejadian kandidiasis oral terutama pada mukosa palatal,yang
disebabkan adanya penurunan vaskularisasi akibat tekanan dari GTL dan kebersihan
mulut yang buruk. Hal tersebut tersebut sering menyebabkan penderita DM
merasakan perubahan sensasi dan gangguan neurosensorik lain, seperti sindrom mulut
terbakar, disfagia dan sebagainya. Lesi proliferasi juga sering terjadi karena
penggunaan GTL yang kurang baik dan pemakaian yang lama.
Naqash AT, Jangral S, Singh P, Nazir N, Bashir S, Gulzar S. Diabetes mellitus : A
concern for prosthodontic care. Int J Clin Case Invest 2013; 5(3): 30-3
6. Bagaimanakah hubungan antara pasien kontrol gula darah dengan alveolar ridge?
Penyakit DM banyak bermanifestasi di dalam mulut, yang dapat menimbulkan
kendala pada pembuatan gigi tiruan. Salah satu hal yang paling berpengaruh pada
pembuatan gigi tiruan adalah adanya resorbsi yang parah pada tulang alveolaris
sehingga menyebabkan hilangnya retensi gigitiruan. Selain itu hiposalivasi
pada penderita DM dapat mengurangi retensi dan menyebabkan beberapa masalah
lain dalam mulut, seperti timbulnya jamur dan rasa terbakar dalam mulut yang
menyebabkan ketidaknyamanan dalam pemakaian gigi tiruan.
Mealey BL. Periodontal disease and diabetes: a two way street. J Am Dent Assoc
2006;137(10):26s-31s.

Anda mungkin juga menyukai