Anda di halaman 1dari 9

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Nama Tolitoli berasal dari kata Totolu yang berarti tiga. Bangsa Tolitoli berasal dari 3
manusia kahyangan yang menjelma ke bumi melalui Olisan Bulan (Bambu Emas), Bumbung
Lanjat (Puncak Pohon Langsat) dan Ue Saka (Sejenis Rotan). Jelmaan Olisan Bulan dikenal
sebagai Tau Dei Baolan atau Tamadika Baolan yang menjelma melalui Ue Saka yang dikenal
sebagai Tau Dei Galang atau Tamadika Dei Galang. Sedangkan seorang putri yang menjelma
sebagai Bumbung Lanjat dikenal sebagai Boki Bulan.
Kemudian nama Totolu berubah menjadi tontoli sebagaimana tertulis dalam Lange-
Contrack 5 Juli 1858 yang ditandatangi pihak Belanda antara Dirk Francois dengan Raja
Bantilan Syaifuddin. Tahun 1918 berubah menjadi Tolitoli seperti terlihat dalam penulisan
Korte Verklaring yang ditandatangani Raja Haji Mohammad Ali dengan pemerintah Belanda
yang berpusat di Nalu.
Bahasa yang dipakai sehari-hari adalah Bahasa Geiga. Bahasa ini menurut Ahli
Bahasa AC. Kruyt dan DR. Adriani termasuk dalam kelompok Bahasa Tomini yang tersebar
antara Desa Towera di daerah Kabupaten Donggala sampai dengan Desa Molosipat di
perbatasan Gorontalo.

B. Pokok Permasalahan
 Keadaan Kabupaten Tolitoli setelah kedatangan Para Penjajah
 Peristiwa-peristiwa Merah putih yang terjadi di Kabupaten Tolitoli
 Pahlawan-pahlawan yang ikut serta dalam peristiwa merah putih di Kabupaten
Tolitoli
 Tempat terjadinya peristiwa Merah-putih di Kabupaten Tolitoli

C. Tujuan
Tujuan disusunnya Makalah ini yaitu sebagai tugas individu dari guru, serta sebagai
sarana informasi untuk mengetahui perjuangan para Pahlawan dalam mengusir para penjajah.

~1~
BAB II
PEMBAHASAN

A. KERAJAAN TOLITOLI SETELAH KEDATANGAN BELANDA

Menurut sejarah, Orang belanda yang pertama kali menginjakkan kakinya diwilayah
kerajaan tolitoli adalah piet broogh di tahun 1856 yang pada waktu itu kerajaan tolitoli
dipegang oleh raja bantilan syafiudin yang sudah diangkat “adat”
Pada mulanya raja bantilan syafiuddin dalam menghadapi kedatangan belanda
senantiasa menunjukkan sikap tidak bersahabat karena pada dasarnya Raja merasa tidak rela
atas kehadiran bangsa belanda dalam kerajaannya sebab merasa akan mengadakan penjajahan
terhadap rakyatnya.Namun bujuk rayu belanda terhadap Raja terus dilakukan dalam setiap
kesempatan,sehingga dua tahun kemudian Belanda berhasil menciptakan suasana
bersahabatyang dilanjutkan dengapada tanggal penandatanganan lange contract (kontrak
panjang) pada tanggal 5 Juli 1858 antara dirk Francois dari pihak Belanda dan Raja Bantilan
Syafiudin.
Dalam masa pemerintah Raja Bantilan Syafiudin ini,pemerintahan boleh dikatakan
berjalan baik seuai dengan keadaan pada waktu itu.Rakyat dianjurkan untuk berladang dan
menanam pohon kelapa.Hubungan dagang dengan pihak luar sering juga terjadi walaupun
hanya melalui/mempergunakan peerahu layar yang datang dari Makassar dan ternate serta
lain-lain daerah dengan maksud berdagang yang diselingi dengan pekerjaan Dakwah
mengerjakan agama islam pasa waktu itu.

 PEMBERONTAKAN DI SALUMPAGA
Pemberontakan rakyat tolitoli di desa salumpaga yang terkenal itu dan tercatat dalam
lembaran sejarah perjuangan nasional kita,terjadi disaat pemerintahan Raja Haji Muhammad
ali Bantilanyang lebih dikenal dengan panggilan MOGI HAJI ALI,memegang tumpuk
pimpinan kerajaan yang pada waktu itu berkedudukan dikampung Nalu.Sedangkan adiknya
yakni Haji Muhammad Saleh Bantilan ditunjuk sebagai kepala distrik utara yang
berkedudukan di Santigi.Pemerintahan Belanda di Tolitoli waktu itu dipegang oleh
Controleur J.P. de Kat Angelino.
Pemerintahan tetap berjalan sebagaimana mestinya,rakyat bekerja kerja Rodi sesuai
pengaturan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah belanda dimana ssetiap kampong diadakan
kerja rodi secara bergilir.pada saat itu kira-kira 14 hari (2 minggu)lagi bulan puasa,maka
~2~
tibalah giliran rakyat Salumpaga untuk kerja Rodi di Tolitoli yang sekarang bernama Tanjung
Beringin Tolitoli. Belanda
Pekerjaan kerja rodi tersebut akan mereka selesaikan sesuai dengan borongan waktu
empat belas hari lamanya,tetapi setelah mendekati Bulan Puasa pekerjaan itu belum juga
selesaai,maka rakyat salumpaga mengajukan permintaan kepada Controleur J.P. de Kat
Angelino melalui Raja,agar kerja Rodi bisa ditangguhkan dahulu dan akan bekerja setelah
selesai bulan puasa.
Raja Haji Mohammad ali Bantilan sangat memahami permintaan rakyat Salumpaga
tersebut karena ditinjau dari segi kemanusiaan apalagi dari sudut agama islam tidakpada
tempatnya melakukan kerja paksa di bulan puasa sebagai bulan suci yang dimuliakan oleh
umat islam.Perundingan antara raja dengan pihak belanda Controleur J.P. de Kat Angelino
berjalan selama tiga hari dimana dalam perundingan tersebut pihak Raja berusaha
memperjuangkan permohonan rakyat Salumpaga,sedangkan dilain pihak Controleur J.P. de
Kat Angelino tetap bertahan dengan ketentuan dan penggarisan dari pemerintah Hindia
Belanda.akhirnya perundingan ini menjadi buntu dan diakhiri dengan kepetusan dari pihak
belanda yang diucapkan oleh Controleur J.P. de Kat Angelino bahwa demi Ratu Belanda
kerja paksa rakyat salumpaga tetap dilaksanakan.
Karena permohonan rakyat salumpaga tidak berhasil maka mereka menunggu sampai
dekat puasa,kemudian mereka pulang kesalumpaga untuk menjalanlkan ibadah puasa.Rakyat
yang kembali kesalumpaga tersebut melewati kampong
Galumpang,kapas,Lingadan,Santigi,Laulalang dan sekaligus memberitahukan rencana
pemberontakan terhadap belanda.
Akhirnya Controleur J.P. de Kat Angelino segera menyiapkan rombongan untuk untuk
berangkat kesalumpaga yang terdiri dari :
1. Controleur J.P. de Kat Angelino
2. Raja Haji Mohammad Bantilan
3. Jaksa Singko
4. Opas Raja dua orang yaitu Fajar dan Sumaila
5. Enam orang Gewapende polisi
6. Seorang juru tulis
Rombongan dari tolitoli itu tiba di Salumpaga sudah masuk bulan puasa yakni dua hari
bulan ramadhan 1339 Hijriah ataiu tanggal 5 Juni 1919 kedatangan mereka langsung
disambut dengan amukan pemberontakan rakyat salumpaga yang dipimpin oleh HAJI
HAYUN,kombang bersama kawan-kawannya yang terdiri
~3~
dari:Otto,Hasan,jakaria,kampaeng,Djali,Jude,Abdul Mutalib,AbdulKarim, Marus, Murid,
suebun, Landugau, Lagesa, Halika, Indala, Lamesang, Intio, Lamara, Kambi, Sikuri, Rabil,
Tanaa, Dun, Labucu, Hamesa dan Lahuseng.
Pemberontakan cukup hebat sehingga sulit dipadamkan karena rakyat yang
memberontak merupakan gabungan dari rakyat Salumpaga, Galumpang, kapas,
Lingadan,Santigi dan Laulalang sehingga rombongan dari tolitoli itu hampir semuanya
terbunuh.
Rombongan kedua pihak penjajah datang ke Salumpaga sudah bersama-sama dengan
satu pasukan Polisi Belanda yang sengaja didatangkan dari donggala sebagai bala bantuan
bersama dengan Raja Banawa.Namaun demikian rombongan ini berada di bawah pimpinan
Raja Muda Tegelan yaitu saudara sepupu Raja Haji Mohammad Ali Bantilan.Secara
keseluruhan rombongan terdiri dari :
1. Raja muda Tegelan
2. Raja Banawa (Donggala)
3. Mohammad Sirajuddin (Kapitalau)
4. Jogugu Busuna
5. Jena – kepala kampung Kalangkangan
6. Horu dan Impoungu.
7. 80 (delapan puluh) Polisi belanda
Rombongan ini menumpang kapal laut menuju Salumpaga maka rombongan pertama
turun kedarat hanya 4 (empat) orang saja yang terdiri dari Raja Muda Tegelan,Jogugu
Busuna,Horu dan Jena.
Setelah haji hayun dan Kombung melihat yang turun adalah raja Tagelan maka
pimpinan pemberontak tersebut langsung mengisyaratkan kepada seluruh kawan-kawannya
agar melepaskan senjatanya karena yang datang adalah keluarga raja.Akhirnya setelah
keadaan didarat aman barulah rombongan lainnya turun dari kapal dan situasi ini
dimanfaatkan oleh polisi Belanda untuk menangkap Haji hayun,Kombung dan seluruh
kawan-kawannya.Selanjutnya mereka dibawa dengan kapal ke Tolitoli untuk diadakan
pemeriksaan oleh pihak kepolisian Belanda dan Kejaksaan.
Peristiwa SALUMPAGA ini merupakan salah satu kegigihan dan kepahlawanan dari
bangsa kita untuk mengusir penjajah.Masuk dalam sejarah nasional Indonesia dan terkenal
dengan pemberontakan Tolioli.Sebagai penghormatan atas pengorbanan para pahlawan
bangsa tersebut,setiap orang dikabupaten Toitoli tak akan lupa dan bahkan baik nama

~4~
salumpaga.Haji HAYUN sendiri yang merupakan pimpinan rakyat,kini diabadikan untuk
sebuah lapangan : LAPANGAN HAJI HAYUN.

B. KERAJAAN TOLITOLI SETELAH KEDATANGAN JEPANG


Dengan mempergunakan kapal motor laut pada tanggal 20 Mei 1942 mendaratlah satu
kompi Tentara jepang di tolitoli dengan komandannya Myamoto dan komandan Miyake.
Waarnemend Matata Daeng Masese (Muhammad Putera dari Haji Abdul Aziz)
langsung ditangkap karena dituduh merobek bendera Jepang,dibawa ke Manado dan
meninggal dalam Interniran di Kota tersebut.Demoikian pula dengan anggota polisi yang
ada,semuanya ditahan dan setelah berjanji mau bekerja sama dengan pihak jepang mereka
dilepaskan kembali.
Setelah kurang dari 3 bulan mengadakan pengamanan,barulah pihak Jepang mengatur
pemerintahan sipil yang dipimpin oleh seorang BUNKEN KANRIKAN (setingkat Wedana)
yang bernama Awazu.Pemerintahan setingkat kawedanan tersebut berlangsung kurang lebih
1 tahun,kemudian naik setingkat sehingga statusnya menjadi KEN KANKARIKAN yang
dipegang oleh Imaki.Tentara Jepang yang tadinya yang tadinya dari angkatan Darat
(Rikugun) dengan meningkatnya status pemerintahan tersebut digantikan oleh Kai Gun
(Angkatan laut).Dalam kegiatan ini pelabuhan tolitoli akhirnya menjadi pangkalan dimana
pernah berkumpul sekitar 10 buah pesawat anphibi jenis Catalina ataupun Dornier di perairan
Tolitoli.
Pada awal tahun 1943 Buco Kumontoi dan Buco Ali Mardani telah menyebarkan
berita bahwa kapal selam Amerika yang membawa senjata telah memasuki perairan
Tolitoli.Berdasarkan berita itulah kemudian pihak Jepang menuduh Raja haji Mohammad
Saleh Bantilan serrta tokoh-tokoh Masyarakat lainnya sebagai mata-mata sekutu dengan dalih
menyimpan senjata yang diperroleh dari kapal selam Amerika yang sesungguhnya hanya
fitnah belaka.

Akhirnya pada tanggal 9 Februari 1943 mereka semua dipenjarakan bersama


masyarakat toliitoli yang mencapai hampir 700 orang ditangsi polisi sekarang ini.Setelah 12
hari disekap,sebagian besar dibebaskan dan tinggal kurang lebih 100 orang saja yang
tersisa,yang terdiri dari Raja dan tokoh-tokoh masyarakat lain.Mereka dianggap berbahaya
dan dipenjara selama tiga bulan lamanya.
Sebagaimana ditempat-tempat lain,maka mereka yang dipenjara oleh Jepang tersebut
mendapat siksaan-siksaan berat sehingga beberapa tokoh masyarakat memperlihatkan tanda-
~5~
tanda akan melawan.Melihat gelagat ini pihak Jepang lebih meningkatkan penyiksaan
sehingga beberapa masyarakat meninggal antara lain :
1. Mohammad Nasir
2. Dullah Haji Husin
3. Larasa
4. Hanjala
Setelah itu raja beserta masyarakat lainnya yang tersisa kemudian dipindahkan
kepenjara di Manado.
Para tawanan yang dipindahkan ke Manado dipenjarakan Oleh pihak jepang di bawah tanah
dan kembali mendapatkan siksaan-siksaan yang cukup berat,antara lain ditanam dipantai
sampai batas leher.
Dalam pekembangan selanjutnya,ternyata Buco Kumontoi dan Buco Ali Mardani
dapat ditangkap oleh jepang di Tinabogan karena terbukti mereka adalah mata- mata
sekutu.Setelah itu mereka dibawa ke Manado dan disiksa jepang hingga meninggal
dunia.Kemuddian Raja Haji Mohammad Saleh Bantilan beserta tokoh-tokoh masyarakat
lainnya dibebaskan dari penjara dan diperkenankan kembali lagi ke Tolitoli.Dalam priode di
penjara tersebut,seorang tokoh yakni Abdul Muin Bantilan meninggal dipenjara.

 PEMBERONTAKAN MALOMBA
Pejabat Pemerintahan Jepang di Tolitoli waktu itu dipegang oleh Imaki Ken
Kanrikan.kemudian awal bulan Juli 1945 seorang rakyat bernama Tantong Madayuni
menyebarkan berita dari Tarakan Kalimantan bahwa jepang sudah bertekuk lutut,yang berarti
sudah tidak berkuasa lagi di Indonesia.
Walaupun Jepang masih kuat dan berkuasa di Tolitoli,namun karena Jepang sudah
bertekuk lutut pada sekutu,Tantong Madayuni beserta teman-temannya merencanakan
pemberontakan terhadap Jepang.Gerakan dibawah tanah ini mendapat sambbutan ddari
kepala kampong setempat yang bernama Logorodi.
Gerakan ini mulai mengadakan aksinya antara lain mencoba menangkap Polisi Jepang
yang sedang bertugas di malomba yaitu Josh Paslah,Kere,dan Manoppo.dari ketiga orang
polisi jepang tersebut Josh Paslah,sempat diikat namun berhasil melarikan diri ke Tolitoli dan
melaporkan kejadian tersebut kepada Imaki Ken Kanrikan.Adapun Manoppo melarikan diri
ke Tarakan sedangkan Kere lari kejurusan Bambapula tapi akhirnya mati dibunuh rakyat
disana.

~6~
Sesudah ada laporan tentang peristiwa tersebut,pihak Jepang segera menyiapkan
rombongan ke Malomba yang terdiri dari :
1. Imaki Ken Kanrikan
2. Raja Haji Mohammad Saleh Bantilan
3. Kepala Polisi Jepang
4. Buco Makalo serta beberapa anggota Polisi Jepang
Rombongan ini menaiki perahu dan tiba di Malala kemudian ke Tinabogan,dari
Tinabogan Rombongan Jepang tersebut bersama-sama Kepala Distrik Selatan Haji Ibrahim
Nangga menuju desa Malomba.Setelah sampai di Malomba,rombongaan tersebut langsung
berhadap-hadapan dengan parapemberontak yang pada saat itu belum ada tanda-tanda
melakukan gerakan karena telah diisyaratkan oleh Raja supaya rakyat tetap berada ditempat
masing-masing.Namun karena Buco Makalo melepaskan tembakan keatas sebagai isyarat
aman namun hal itu ditanggapi lain oleh rakyat,terjadi salah paham,sehingga langsung
menyebabkan partumpahan darah dengan terbunuhnya Imaki Ken Karikan oleh pemberontak
yang bernama Lanoni.Adapun mereka yang tergabung dalam pemberontakan itu antar
lain:Tantong Madayuni,Lanoni,Nursin,Bebelan,Mangi Talib,Radjaili, Jafar, Baula,
Lasaenong, Taniangka, Haji Hamzah,Amat,Baco Lena, Abdul wahab, Usman, Adam
Labudu,dan Daeng Marencong.
Peristiwa Malomba ini terjadi pada tanggal 18 Juli 1945 yakni sebelum Bangsa
Indonesia menyatakan kemerdekaannya.Dalam pemberontakan ini Tantong Madayuni sempat
melarikan diri sedangkan teman-temannya langsung dibawa ke Tolitolidi mana mereka
sekitar 13 orang ditembak mati di kaki gunung panasakan.Pihak jepang memang
meengerahkan seluruh kekuatannya baik yang polisi maupun militer,semua kekuatan yang
ada di Tolitoli dikerahkan untuk menumpas pemberontakan tersebut.
Peristiwa Malomba maupun hukum-matinya pahlawan-pahlawan itu oleh piha
Jepang,bukannya menjadikan rakyat takut,tapi malahan kebalikannya justru rakyat semakin
berani mengadakan gerakan dibawah tanah,yang pada akhirnya Jepang yang masih ada
sempat mereka penjarakan di Tolitoli.Setelah proklamasi kemerdekaan republik Indonesia
pada tanggal 17 Agustus 1945 secara beangsur-angsur orang-orang Jepang tersebut
meninggalkan Tolitoli.

BAB III
Penutup
~7~
A. Kesimpulan
Perlawanan terhadap penjajah telah dimulai pada tahun 1856 di kabupaten
tolitoli,diantaranya pemberontakan Salumpaga dan Pemberontakan Malomba.Pemberontakan
ini dilakukan para pahlawan di Tolitoli sebagai bukti bahwa warga Kabupaten Buol Tolitoli
(saat itu)ingin merdeka dari para penjajah.banyak korban yang telah berjatuhan salah satunya
yaitu Muhammad Nasir.Pahlawan yang telah berjuang dalam upaya mengusir para penjajah
antara lain Haji Hayun dan Lanoni.Namun dari semua perjuangan dan pengorbanan tersebut
akhirnya Tolitoli bebas dari Penjajah.

DAFTAR PUSTAKA

~8~
Soedarmadjo Tjoek,1985.mengenal Buol Tolitoli.Tolitoli:Pemerintah Daerah Tingkat II
Kabupaten Buol Tolitoli

~9~

Anda mungkin juga menyukai