METODE GEOLISTRIK UNTUK MENDETEKSI AKUIFER AIRTANAH DI
DAERAH SULIT AIR (STUDI KASUS DI KECATAMAN TAKERAN, PONCOL
DAN PARANG, KABUPATEN MAGETAN)
SEMINR FISIKA Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi Mata Kuliah Seminar Fisika pada Program Studi Fisika
ELI SIMANJUNTAK F1C315030
PROGRAM STUDI FISIKA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI 2018 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok (primer) yang sering digunakan oleh manusia. Pada dasarnya semua kegiatan manusia tidak pernah lepas dari air seperti mandi, minum, mencuci dan lain sebagainya. Setiap kebutuhan akan air bersih semakin bertambah, sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk, serta pembangunan disegala bidang. Pemanfaatan air tanah merupakan upaya yang sangat mungkin untuk memenuhi kebutuhan air bersih dimasa sekarang dan dimasa yang akan dating, serta merupakan alternative yang terbaik apabila air yang diperlukan sudah tidak mencukupi. Pentingnya peranan air tanah di berbagai sektor, air tanah harus dikaji secara bijaksana agar kelestariannya terjaga dan pemanfaatannya dapat digunakan dalam jangka panjang. Dalam usaha untuk memperoleh air tanah dilakukan survey bawah permukaan, hal ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya lapisan pembawa air (akuifer). Survey permukaan tanah merupakan awal yang cukup peting dalam memberikan gambaran lokasi keberadaan air tanah. Beberapa metode penyelidikan air tanah yang dapat dilakukan, diantaranya adalah metode geolistrik. Metode geolistrik ialah suatu metode dalam geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi dan cara mendeteksinya di permukaan bumi. Hal ini salah satu metode yang mampu mendeteksi ada atau tidaknya batuan yang berfungsi sebagai akuifer, dengan mendasarkan pada sifat kelistrikan pada batuan. Pendeteksian ini meliputi pengukuran beda potensial, arus, dan eloktromegnetik yang terjadi secara alamiah maupun akibat penginjeksian arus kedalam bumi (Winarti, 2013). Ada beberapa macam metode geolistrik salah satunya yaitu metode geolistrik tahanan jenis. Geolistrik metode tahanan jenis mengacu pada prinsip bahwa setiap perlapisan batuan memiliki nilai tahanan jenis (resistivitas) yang berbeda. Nilai ini bergantung pada material penyusun batuan, kandungan air dalam batuan, sifat kimia air, dan porositas (Todd,D.K, 1980). Dengan mengetahui nilai tahanan jenis suatu batuan dapat dipelajari jenis material penyusun batuan, lapisan bawah permukaan, serta sebaran air bawah permukaan daerah tersebut. Dalam metode geolistrik tahanan jenis terdapat beberapa konfigurasi yaitu; konfigurasi schlumberger, konfigurasi wenner, konfigurasi dipole-dipole, dan konfigurasi wenner-schlumberger. Setiap konfigurasi ini memiliki perbedaan yang dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan peneliti. Dalam penelitian ini konfigurasi yang akan digunakan adalah konfigurasi schlumberger. Konfigurasi ini adalah konfigurasi yang paling sering digunakan dalam pengukuran sounding. Pengukuran sounding yaitu pengukuran bawah permukaan dengan tujuan untuk mengetahui sebaran titik geolistrik secara vertikal ke bawah dengan kedalaman yang cukup dalam. Oleh karena itu, konfigurasi ini sangat tepat digunakan untuk penentuan akuifer air tanah dalam penelitian ini. Salah satu daerah yang dijadikan sebagai tempat penelitian ini adalah Kabupaten Magetan. Kabupaten Magetan merupakan wilayah yang terletak di lereng sebelah timur dari Gunung Lawu. Daerah ini mempunyai topografi yang secara umum merupakan perbukitan bergelombang lemah sampai kuat di bagian barat dan topografi dataran sampai bergelombang lemah pada bagian timur. Batuan penyusunnya merupakan batuan produk gunungapi (lava, breksi andesit, tuf dan batupasir), yang tentunya berasal dari Gunung Lawu. Batuan produk gunungapi ini banyak dijumpai pada topografi perbukitan, sedangkan pada topografi dataran umumnya tersusun oleh batupasir, tuf dan alluvial (Winarti, 2013). Mengingat karena sulitnya untuk menmukan sumber air bersih di daerah tersebut maka dilakukan penelitian ini agar dapat membantu masyarakat dalam membuat sumur. Lokasi yang menjadi daerah pengukuran berada di tiga Kecamatan yaitu Kecamatan Takeran, Kecamatan Poncol, dan Kecamatan Parang. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana cara mengetahui kondisi litologi, penyebaran, ketebalan dan kedalaman batuan pembawa air tanah (akuifer) pada daerah penelitian? 2. Bagaimana cara mendeteksi keberadaan batuan pembawa air tanah (akuifer) pada daerah penelitian? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui kondisi litologi, penyebaran, ketebalan dan kedalaman batuan pembawa air tanah dengan dengan geolistrik tahanan jenis. 2. Mendeteksi keberadaan batuan pembawa air tanah dengan geolistrik tahanan jenis. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai litologi, penyebaran, ketebalan dan kedalaman batuan pembawa air tanah. 2. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai keberadaan batuan pembawa air tanah untuk dilakukan pengeboran sumur. 1.5 Batasan Masalah Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Konfigurasi yang digunakan adalah konfigurasi schlumberger. 2. Nilai resistivitas yang di cari terletak di daerah Kecamatan Takeran, Kecamatan Poncol dan Kecamatan Parang.