Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Maslah

Pertumbuhan dan perkembangan alun-alun di kota serang ini faktanya fungsi yang

awalnya sebagai ruang terbuka konon akan di pakaikan sebuah atap khususnya di

bagian lapangan untuk upacara supaya di saat upacara tersebut tidak panas Struktur

rangka atap baja konvensional banyak di gunakan di Indonesia sebagai salah satu

material selain rangka kayu. Hal itu di karenakan material baja konversional

memiliki ke unggulan pada bobotnya yang cukup besar sehingga mampu

meningkatkan kekuatan gaya yang di teruskannya. Sifat mekanis baja yang mempunyai

kekuatan tinggi di kembangkan pemakaiannya pada struktur rangka atap redesain

pada aspek ini di lakukan untuk menentukan bentuk rangka atap, serta jenis profil

yang di gunakan serta menghitung biaya yang di butuhkan .

Perencanaan kuda-kuda yang di tentukan berdasarkan denah bangunan, bentuk atap

yang di gunakan, jenis penutup atap, material dan pembebanannya Dengan semakin

banyaknya penggunaan rangka atap baja yang ada saat ini perlu di lakukan analisa

kembali yang kreatif serta inovatif dengan tujuan untuk mencari efisiensi tanpa

mengurangi kekuatan setruktur rangka. Hal ini mendasari munculnya alternatif yang

di jadikan analisa yang sifatnya tidak mencari kesalahan yang di buat perencanaan

maupun menganalisa perhitungannya, namun hanya beroperasi pada pengoptimalan

materi meninjau pada desain terpasang alun-alun kota serang menggunakan rangka

kuda-kuda baja konvensional dengan profil 2. Lebar 5562meter , 2. Panjang

12832meter dan Luas 18394m2


Berkembangnya pemakaian material baja ringan dimulai denga adanya penelitian

yang dilakukan oleh George Winter dari Universitas Cornell tahun 1939. Hasil

penelitian yang didapatkan oleh George Winter adalah dilahirkannya edisi pertama

tentang Light Gauge Steel Design Manual tahun 1949 atas dukungan AISI

(American Iron and Steel Institute). Sejak saat itulah digunakannya material baja

ringan untuk konstruksi bangunan, mulai struktur sekunder sampai struktur utama

(Andreas, 2012). Baja ringan merupakan baja yang dibentuk dalam keadaan dingin

dari sebuah lembaran pelat, sehingga menjadi sebuah profil yang diinginkan.

Berbeda dengan baja biasa, baja ringan adalah aja mutu tinggi yang memiliki sifat

ringan dan tidak tebal (tipis), namun dari segi kekuatan tidak kalah dengan baja

biasa. YU (2000) mengungkapkan bahwa profil baja ringan (light gauge steel) adalah

jenis profil baja yang memiliki dimensi ketebalan relatif tipis dengan rasio

dimensi lebar setiap elemen profil terhadap tebalnya sangat besar.

Oleh karena itulah penulis sangat tertarik untuk menjadikan alun-alun kota

serang di pasangkan atap untuk lapangannya sebagai materi Tugas akhir dengan

judul “ perancangan atap baja untuk alun-alun kota serang” yang berfungsi untuk

lapangan tersebut ketika ada sebuah upacara resmi tidak hawatir ketika hujan

datang dan menganalisa masalah-masalah yang dihadapi kemudian hari ketika ada

acara resmi yang ingin memakai lapangan alun-alun tersebut.

Menurut Wicaksono (2011), bentuk profil baja ringan terbagi atas 2 macam yaitu bentuk

Kanal dan Reng. Ukuran dari profil bentuk Kanal yang umum digunakan adalah 75 x

35mm (tinggi dan lebar) dan 85 x 45 mm.Sedangkan ukuran dari profil bentuk Reng yaitu

35 x 45 mm dan 45 x 55 mm.Bentuk profil baja ringan yang paling banyak digunakan

adalah profil bentuk kanal dengan beberapa keunggulannya, antara lain:


a) Penampang kanal merupakan kategori penampang terbuka yang dibentuk dengan

system sekali bentuk dengan proses pembentukan dingin (cold forming).

b) Penampang kanal yang dalamaplikasinya banyak dipakai untuk komponen tarik

tekan pada konstruksi kuda-kuda rangka atap, relatif tidak mempunyai masalah

terhadap kekuatan tarik tekan penampang.

c) Bentuk penampang kanal yang terbuka memberi kemudahan dalam proses

penyambungan dan perakitan strukur. Dalam perakitan dan pemasangan profil

baja ringan sehingga terbentuknya konstruksi rangka baja ringan, perlu

diperhatikan ketentuan pemilihan dan pemasangan alat sambung agar diperoleh

system struktur yang stabil, kuat dan tidak merusak lapisan anti karat. Alat

sambung yang digunakan pada umumnya adalah self drilling screw (sekrup).

Self drilling screw (sekrup) merupakan sekrup sekali pakai, yang apabila mata

bor dan dratnya sudah aus maka tidak bisa dipakai lagi. Kebutuhan screw pada

rangka atap baja ringan untuk setiap joint minimal dua buah, namun pada

kenyataan di lapangan, setiap joint dipasang screw tiga buah, dengan tujuan

apabila terjadi kegagalan pada satu screw maka kegagalan tersebut dapat

dibebankan kepada screw yang lain (Wicaksono, 2011). Setiyarto (2012)

mengungkapkan bahwa dalam pemasangan sekrup untuk sambungan baja ringan,

harus menggunakan alat khusus yaitu screw driver yang dilengkapi dengan

control torsi. Tanpa adanya alat control torsi, sekrup beresiko kehilangan

fungsinya karena aus, sehingga terganggunya struktur baja ringan. Selain itu jika

tidak menggunakan control torsi, maka pengontrolan satu demi satu sekrup

sangat sulit untuk dilakukan, karena jumlah sekrup yang dipakai untuk suatu

sistem rangka baja ringan sangatlah banyak.


1.2. Identifikasi Masalah

1.2.1. Proses Gambar Teknik

Dalam melakukan proses gambar teknik ada beberapa hal yang perlu di

perhatikan untuk mendapatkan hasil yang di inginkan pada Gambar 1

Identifikasi Dan Formulasi


Kebutuhan

sskd

Definisi Masalah

Sintesa

Analisis Dan Optimasi

Evaluasi
iterasi

Presentasi

Gambar 1. Tahapan Proses Gambar


1.3. Perumusan Masalah

Menganalisa isi dari :

a. Identifikasi dan formulasi kebutuhan adalah kegiatan yang membutuhkan

tingkat kreativitas yang tinggi. Latar belakang tentang riset sangt di perlukan

untuk memberikan informasi dalam memahami dan mendefinifikan masalah

secara lengkap dan detail.

b. Tahapan definisi masalah harus melibatkan semua sepesifikasi yang

berhubungan dengan system yang akan di desain. Sepesifikasi tersebut adalah

kuantitas input dan output, karakteristik dan dimensi serta ruangan yang di

perlukan, dan semua kendala atau batasan desain.

c. Selanjutnya adalah sintesa, tahap ini sering juga di sebut tahap ide-ide dan

hasil penemuan dimana menghasilkan kemungkinan solusi secara kreatif

sebanyak mungkin.

d. Alternatif-Alternatif rancangan yang di dapatkan selanjutnya di analisis dan

optimasi untuk menentukan apakah rancangan tersebut dapat memenuhi

sepesifikasi, dan performasi yang di inginkan, di tolak atau perlu di modifikasi

dan di lakukan analisis

e. Evaluasi merupakan salah satu tahapan penting dalam proses desain secara

keseluruhan. Dimana tahap ini melibatkan pembuatan kuda-kuda dan

pengujian kelayakan material

f. Tahap terakhir adalah presentasi. Hasil rancangan perlu di komunikasikan

untuk proses selanjutnya seperti manufacturing , perakitan dan sosialisasi


1.4. Tujuan

a. Untuk mengetahui tahap-tahap yang perlu di perhatikan dalam proses

identifikasi perumusan masalah agar biasa mencapai gambar yang efisien

b. Untuk mengetahui tujuan dari pengertian proses gambar yang efisien serta

menemukan masalah dan solusinya

c. Menemukan penyelesaian-penyelesaian yang mungkin untuk masing-masing

ketentuan (Specification) performa individu dan membangun desain-desain

lengkap dari penyelesaian - penyelesaian ini dengan resiko yang paling

kecil

d. Mengerti untuk mendaftarkan semua persyaratan desain dan mempersempit

daftar ini menjadi sejumlah ketentuan – ketentuan performa yang berkitan

logis

e. Untuk mengevaluasi keakuratan dimana desain – desin alternatif memenuhi

persyaratan – persyaratan performa untuk operasi, pembutan dan pemasangan

yang efisien sebelum desin akhir di pilih tau di tentukan

f. Untuk membuat suatu ide atau gagasan melakukan memotivasi dan

mengispirasi pendengar untuk melakukan sebuah tindakn yang efisien


BAB II

HASIL STUDI LITERTUR

2.1. Tinjauan Pustaka

2.2. Kerangka Pemikiran

Anda mungkin juga menyukai