oleh
FARHAN SYARIF
MEDAN
2016
1
BAB 1
PENDAHULUAN
sistemik dan oksigenasi selama operasi jantung terbuka. (Santosh, 2015) Konsep
mana sirkulasi arteri dan vena dihubungkan dengan tabung dalam mesin. John
memperbaiki Atrial Septal Defect (ASD). Awalnya, teknologi itu sangat rumit dan
jaringan dan juga setelah operasi dijalani. Durasi pemakaian CPB, derajat
berbagai sistem organ, yang bermula sejak proses operasi dan bertahan hingga
pasca operasi dalam berbagai rentang waktu. Kerusakan organ selama operasi
jantung utamanya diakibatkan oleh penggunaan mesin CPB. Sampai sebelum ini
masih sulit untuk menentukan secara tepat faktor penyebab yang merupakan hasil
organ akibat penggunaan mesin CPB adalah aktivasi dari respon inflamasi
sistemik. Hal ini merupakan konsekuensi yang tidak dapat dihindari, hemodilusi
dan penurunan viskositas darah muncul bersamaan dengan onset mesin CPB,
karakteristik aliran darah melewati jaringan kapiler, jejas iskemia / reperfusi pada
jantung, paru, dan organ-organ yang disuplai oleh sirkulasi splanknik, serta aliran
darah yang menjadi laminer dari pulsatil, walaupun masih kontroversial. (Snell,
2009)
metabolik yang terjadi akibat konsekuensi dari hipoksia, namun peningkatan asam
laktat ini juga dapat juga terjadi oleh suatu kondisi yang tidak disebabkan oleh
hypoxia. Hipoperfusi dan hipotermia yang terjadi selama operasi Coronery Artery
Bypass Graft (CABG) menurunkan fungsi hati dan oleh karena itu banyak pasien
penggunaan CPB dan peningkatan kadar asam laktat pada pasien dengan operasi
jantung terbuka (r=0.742, p= 0.03). Di RSU Pusat Haji Adam Malik Medan
belum ada penelitian tentang hubungan antara penggunaan CBP dan peningkatan
kadar asam laktat pada pasien dengan operasi jantung terbuka. Bedasarkan data
(CPB) dengan peningkatan asam laktat pasca operasi bedah jantung terbuka?
1.3 Tujuan
Medan.
Bypass (CPB) dengan peningkatan asam laktat pasca operasi bedah jantung
1.5.Hipotesis
peningkatan kadar asam laktat pada pasien dengan operasi jantung terbuka.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung akibat adanya kelainan pada
penduduk dunia meninggal karena penyakit kardiovaskular pada tahun 2004 yaitu
29% dari seluruh kematian. Dalam data tersebut, 7,2 juta diantaranya karena
penyakit jantung koroner dan 5,7 juta karena stroke. Sekitar 82% kematian karena
ke bawah dan terjadi seimbang pada laki-laki dan perempuan (WHO, 2009). Data
2.1.2 Patofisiologi
Penyakit jantung koroner terjadi bila ada timbunan (plak) yang mengandung
atau permukana bagian dalam pembuluh darah. Plak ini membuat intima menjadi
6
kasar, jaringan akan berkurang oksigen dan zat gizi sehingga menimbulkan infark,
penyakit jantung koroner menunjukkan gejala gizi terjadi infark miokard atau bila
terjadi iskemia miokard seperti angina pectori. Kolesterol serum dibawa oleh
dalam urutan densitas yang meningkat adalah kilomikron. VLDL (Very Low
Density Lopoprotein). LDL (low Density Lipoprotein) dan HDL (High Density
beresiko penyakit jantung koroner berdasarkan jumlah total dan kadar kolesterol
2.2.1 Cardioplegia
terdiri dari 8-20 mEq/L potasium, magnesium, dan lainnya. Larutan ini dapat
tersebut hanya akan memasuki aliran jantung dan tidak secara sistemik. Injeksi
disebut retrograd. Larutan ini akan menghentikan jantung selama diastol pada
Kanul dapat diposisikan di vena cava inferior maupun superior atau kanul tunggal
mengumpulkan darah sebelum memasuki jantung. Dari sini, darah akan berjalan
menuju reservoir vena. Reservoir adalah tempat penampungan besar bagi satu
sampai tiga liter darah. Penampung ini juga membantu memerangkap gelembung
udara dan merupakan lokasi penambahan medikasi atau darah jika diperlukan.
penting pada CPB yang berperan sebagai paru pada mesin. Oksigenator membran
terdiri dari membran yang sangat tipis yang dibentuk dari polypropilen atau karet
silikon. Membran ini memisahkan gas dengan darah. Walaupun karbon dioksida
dapat berdifusi di plasma, oksigen tidak dapat berdifusi dan oleh karena itu darah
harus disebar dengan sangat tipis untuk membiarkan proses difusi oksigen.
setelahnya merupakan hal yang penting. Penghangatan yang terlalu cepat atau
8
terlalu tinggi dapat menyebabkan masalah yang signifikan. Penting bagi sistem
Ketika darah telah teroksigenasi dan tersaring, darah akan memasuki tubuh
kembali tanpa melalui jantung. Kanul yang terpasang pada aorta asendens
sistemik, namun arteri femoral dan iliaka dapat menjadi pilihan. Ahli bedah dapat
memilih arteri femoral dan iliaka apabila terdapat plak pada dinding aorta.
Aterosklerosis pada aorta berbahaya, karena jika bagian dari plak terlepas maka
plak dapat berjalan menuju otak dan menyebabkan stroke. (Brown, 2000)
normal, inflamasi berfungsi sebagai bagian dari sistem pengawasan yang diatur
berbagai kaskade dan amplifikasi. Karena ini, inflamasi dapat terjadi berlebihan
terhadap stimulus pemicu, dan berujung kepada jejas patologis terhadap inang.
Jenis-jenis jejas tertentu, seperti trauma berat, luka bakar, pankreatitis, dan operasi
besar, dapat memicu respon berlebih yang dapat menyebabkan gagal nafas,
Cardiopulmonary
bypass
Sitokin
Proinflammasi
Tissue Injury,
Disfungsi Multiorgan
Gambar 2.1: Mekanisme Inflamasi Pada Penggunaan CPB (Snell et al, 2009)
monosit. Reaksi akut yang besar tersebut memulai proses koagulasi dengan jalur
Permeabilitas sel endotel menjadi meningkat. Pelepasan dari protease dan elastase
juga terjadi sehingga memicu pengaktifan leukosit pada jaringan (Snell et al,
2009).
Kontak antara darah dan komponen dari sirkuit CPB terjadi khususnya
oksigenator menjadi daerah paparan tertinggi pada hubungan antara darah dan
permukaan non biologis. Hasil utama dari paparan tersebut mengaktifasi 3 jalur
1. Jalur komplemen
2. Jalur kinin-kallikrein
Sistem komplemen merupakan salah satu dari pertahanan yang paling primitif,
namun paling kuat, terhadap invasi mikroba. Sekarang ini diketahui bahwa sistem
komplemen terdiri dari 30 atau lebih protein plasma dan membran yang
endotoksin atau permukaan asing, melalui jalur klasik atau alternatif. Titik
pertemuan antara seluruh jalur ini adalah pembelahan faktor C3 menjadi C3a dan
menandai mereka untuk fagositosis, dan membelah fator C5 menjadi C5a dan
C5b. seperti C3a, C5a adalah anafilatoksin, namun juga atraktan kuat dan
aktivator neutrofil. C5n adalah komponen pertama dari membrane attack complex
(MAC) yang terbentuk dari faktor C5-C9. Pada prokariosit, MAC membentuk
klem aorta dan pada penghangatan. Kadarnya akan menurun pasca operasi dan
umumnya kembali normal 18-48 jam setelah operasi. (Snell et al, 2009)
12
Gambar 2.2: Jalur Komplemen pada Respon Inflamasi (Snell et al, 2009)
Kinin merupakan kelompok protein serum yang berperan dalan pengaturan tonus,
patensi, dan perbaikan vaskuler. Mereka dibentuk di hati dan bersirkulasi dalam
cairan-cairan tubuh dalam bentuk inaktif yang disebut kininogen. Dua bentuk
Kallikrein pada jaringan dibentuk oleh sel-sel jantung dan ginjal, juga oleh
inflamasi melalui pelepasan TNF dan IL dari makrofag. (Snell et al, 2009;
bentuk teraktivasi, faktor XIIa dan XIIf. Kombinasi dengan HMWK, faktor XIIa
terjadinya hipoperfusi jaringan selama CPB antara lain durasi CPB, hipotermia,
durasi pendingin dan penghangatan, pH dan kadar hematokrit. Selain itu, faktor
lain seperti gangguan aliran vena yang ditandai dengan berkurangnya aliran
splanknik yang berlebihan mungkin akan membatasi perfusi yang pada akhirnya
jantung. Produksi asam laktat atau asidosis laktat terjadi karena hipoperfusi
jaringan dan hipoksia selama operasi. Ini memberikan penanda prognostik penting
penentuan kadar laktat serial dalam memprediksi efek samping terutama pada
anak pasca bedah jantung terbuka. Asidosis laktat adalah suatu anion gap yang
luas pada asidosis metabolik yang disebabkan oleh salah satu produksi berlebihan
sisi lain reduksi yang tidak memadai dari asam laktat oleh oksidasi atau
dalam sitoplasma hampir semua sel. Produk akhir dari jalur ini adalah piruvat,
karbon dioksida oleh Siklus Kreb. Peningkatan laktat darah dapat terjadi dengan
alat prognostik, pada pasien menjalani operasi jantung katup bawah menggunakan
CPB. Ada beberapa hal yang harus evaluasi antara lain asam laktat, analisis gas
darah, dosis inotropik, dan waktu pemakaian CPB (Jabbari A, et al, 2013) (Suzette
2012). Ada korelasi antara peningkatan kadar asam laktat dan kondisi klinis pra
operasi, hasil intra dan pasca operasi, termasuk CPB pada operasi katup jantung.
selama operasi jantung terbuka. Hal ini dicapai dengan menyesuaikan laju aliran,
Hipoperfusi jaringan dapat terjadi karena pada CPB akan menyebabkan aliran
fosforilasi oksidatif tidak mungkin terjadi dan adenosin trifosfat (ATP) yang
regional dan kemampuan hati (dan pada kadar lebih rendah di jantung dan
Krebs. Asidosis laktat sistemik sering dikaitkan kelebihan produksi asam laktat
saat hipoperfusi atau penurunan oksigen yaitu otak, usus, hati, ginjal dan
musculoskletal.
Perbedaan antara jenis asidosis laktat didasarkan pada ada atau tidak adanya
1. Tipe A (asidosis laktat dengan adanya bukti secara klinis terjadi perfusi
2. Tipe B (Asidosis laktat dengan tidak ada bukti penurunan perfusi jaringan)
Beberapa studi telah menunjukkan positif yang kuat korelasi antara kadar
laktat darah dan risiko morbiditas dan mortalitas pada situasi klinis seperti syok
diabetes mellitus. Studi tentang kadar laktat darah pada anak-anak menjalani
operasi jantung untuk jantung bawaan penyakit juga telah menunjukkan hasil
Dalam penelitian yang dilakukan Santosh, rata-rata kadar laktat pada 15 dan
45 menit di CPB meningkat menjadi 7,01 mmol / L dan 9,92 mmol / L masing-
perfusi ke saluran pencernaan selama dan setelah surgery. Namun, penelitian yang
dan adrenalin. Dopamin digunakan dalam dosis kurang dari 10 ug / kg / menit dan
dengan peningkatan kadar laktat dari lebih dari 4 mmol / L memiliki durasi
dengan kadar laktat <2 mmol / L memiliki setidaknya durasi ventilasi mekanis
pasca operasi dan kebutuhan inotropik. Tidak ada kematian. (Santosh B S,. 2005)
(Andra L. 2007)
Asidosis metabolik sering ditemukan pada periode perioperatif pada pasien bedah
asam-basa yang sudah ada, diperoleh asidosis metabolik selama operasi jantung
hampir selalu disebabkan oleh produksi asam yang berlebihan yang menguasai
jaringan.
arteri P Aco 2 (mm Hg) = 1,5 [HCO3-] ± 2, tetapi efek asidosis metabolik pada
pengaturan klinis lebih sulit untuk membangun karena tidak mungkin untuk
vasodilatasi arteri, dan bahkan bradikardia pada pH yang sangat rendah (4).
faktor, respon kardiovaskular yang tepat di antara pasien bisa berbeda dari waktu
ke waktu tergantung pada kondisi yang sudah ada, terapi obat yang sedang
Ekspansi yang cepat dari volume plasma dengan larutan kristaloid pada inisiasi
oleh CPB dikaitkan dengan penurunan pH, penurunan [HCO3-], penurunan base
excess, peningkatan [Cl-], dan kesenjangan anion menurun atau normal ([Na + ] -
[Cl -] - [HCO 3-]). Akut non-anion gap asidosis disebabkan oleh CPB termasuk
penambahan anion yang tidak terukur dalam CPB solusi perdana (laktat, glukonat,
atau asetat). non-anion gap asidosis metabolik akut yang disebabkan oleh
hemodilusi akut juga telah dilaporkan dalam menanggapi ekspansi volume cepat
atau 6% HES (10-11). Asidosis metabolik yang disebabkan oleh cairan plasma
akut yang menyertai timbulnya CPB dapat dilemahkan oleh priming sirkuit CPB
Laktat adalah produk metabolisme glikolisis dan terakumulasi ketika tubuh harus
menghasilkan ATP dalam ketiadaan oksigen. Laktat buffered oleh bikarbonat dan
sebagian besar teroksidasi dalam hati, tetapi juga dapat dibersihkan pada tingkat
lebih rendah oleh ekskresi ginjal atau glukoneogenesis. konsentrasi arteri normal
laktat kurang dari 1,5 mMol/L. konsentrasi plasma laktat di kisaran 4-5 mM per
liter atau lebih besar akan menghasilkan asidosis laktat dengan penurunan yang
Penyebab paling umum dari asidosis laktat (tipe A) adalah konsekuensi dari
Peningkatan
kadar asam
laktat dalam
darah
22
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain
pendekatan cohort.
3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah pasien-pasien yang dilakukan operasi bedah
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian adalah bagian dari populasi dengan data lama pemakaian CPB
Jumlah sampel diambil berdasarkan jumlah pasien yang masuk ke divisi bedah
Toraks Kardiovaskular Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan yang
rumus:
(𝑍𝛼+𝑍𝛽)
N= { (1+𝑟) }2 + 3
−𝑙𝑛0,5(1−𝑟)
1,96+0.8
={ 1+0,742 }2 + 3 = 27,4 + 3 = 30
− ln 0,5
1−0,742
Keterangan: 2,76
n = Jumlah sampel
Kriteria inklusi :
- Semua usia
Kriteria eksklusi :
Semua subjek penelitian akan diminta persetujuan dari pasien dan keluarga pasien
setelah diberi penjelasan mengenai kondisi pasien dan tindakan yang akan
dilakukan.
kemanusiaan dan kode etik penelitian biomedik. Izin didapat dari komisi etika
1. Alokasi Subjek
2. Tahap Persiapan
eksklusi
3. Tahap Pelaksanaan
25
a. Melakukan pengambilan data asam laktat satu hari pre operasi bedah
jantung terbuka dan pasca operasi bedah jantung terbuka sebanyak satu
kali yaitu pada pasca operasi hari pertama dan akan dibandingkan dengan
penelitian lain.
jantung dengan lebih aman dan akurat yang dilakukan oleh ahli
bedah.
jantung dan paru oleh mesin. Waktu diukur dalam satuan menit.
- Pemeriksaan asam laktat diambil satu hari pre dan hari pertama
Data yang terkumpul akan diolah dan dianalisis secara univariat dan bivariat
Microsoft Excel). Interval kepercayaan 95% dan p < 0,05 dinyatakan secara
statistik bermakna.
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN.
menggunakan mesin CPB di RS. Haji Adam Malik Medan. Jumlah subjek
Karakteristik N %
Usia (Mean + SD) 52,0 + 14,3
Jenis kelamin
Laki-Laki 24 80
Perempuan 6 20
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa rerata usia subjek penelitian
adalah 52,0 + 14,3. Pada tabel terlihat bahwa subjek penelitian berdasarkan jenis
kelamin yang terbanyak adalah laki-lakit dengan 24 subjek (80%). Untuk hasil
kadar asam laktat ditemukan rerata peningkatan kadar asam laktat pasca operasi
adalah 7,03 + 3,04 mMol/L dan angka kejadian peningkatan Asam Laktat > 5,0
29
pada subjek penelitian ditemukan 22 subjek penelitian (73,3%). Selain itu rerata
lama pemakaian CPB pada operasi jantung terbuka adalah 132,3 + 45,4 menit di
Karakteristik subjek penelitian yang dinilai pada peneltian ini mencakup dua
variabel, yaitu lama pemakaian CPB dan nilai asam laktat. Pada analisis ini
dipakai dua jenis lama pemakaian CPB yaitu berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Kapoor PM yaitu >60 menit dan < 60 menit (dari penelitian
berdasarkan dua kategori CPB cepat (<60 menit) dan CPB lama (>60 menit)
20
18
16
14
12
10 Short Time CPB
8
Long Time CPB
6
4
2
0
asam laktat < 5,0 asam laktat >
5,0
30
Pada Gambar 4.1 di atas terlihat bahwa angka kejadian Peningkatan Asam Laktat
lebih banyak pada long time CPB (>60 menit) dibandingkan short time CPB (<60
menit) yaitu 2:19. Dan angka kejadian Asam Laktat < 5,0 pada short time CPB
Hubungan antara lama pemakaian CPB dan nilai asam laktat dengan
Total 4 26 30
Uji Chi-Square
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa kadar asam laktat < 5,0 mMol/L pada long time
CPB adalah 7 subjek penelitian dan kadar asam laktat > 5,0 pada long time CPB
adalah 19 orang dengan nilai p = 0,044 (p< 0.05). Nilai p tersebut bermakna
bahwa ada hubungan antara lama pemakaian CPB dan kadar asam laktat pasca
operasi jantung terbuka. Grafik hubungan antara lama pemakaian CPB dan
Lama Pemakaian…
250
200
150
100
50
Tabel di bawah ini menggambarkan besar korelasi antara Lama pemakaian CPB dan
Peningakatan kadar asam laktat dengan besar nilai R adalah 0,249. Hal ini menunjukkan
ada korelasi (+) antara Lama pemakaian CPB dan Peningakatan kadar asam laktat.
Correlations
peningkatan
asam laktat lama 50
N 29 29
N 29 29
Tabel 4.3 Korelasi Antara lama pemakaian CPB dan Peningkatan
Asam Laktat
32
BAB V
PEMBAHASAN
dengan menggunakan mesin CPB di RS. Haji Adam Malik Medan. Jumlah
dilihat bahwa rerata usia subjek penelitian yang menjalani operasi jantung terbuka
adalah 52,0 + 14,32 tahun. Sama halnya dengan penelitian oleh Jabbari A
disebutkan rerata usia adalah 62 + 14 tahun (> 50 tahun) (Jabbar A et al, 2013)
Pada tabel terlihat bahwa subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin yang
terbanyak adalah laki-laki 24 subjek (80,0 %). Pada penelitian lain disebutkan
laki-laki lebih banyak menjalani operasi jantung terbuka dengan rasio 4;1
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa pemakaian CPB > 60 menit mudah
Sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa pemakaian CPB >
60 menit meningkatkan risiko peningkatan asam laktat pada 23,1 % pasien yang
dan 45 menit di CPB meningkat menjadi 7,01 mmol / L dan 9,92 mmol / L
Penurunan progresif kadar laktat selama rewarming (pada 35 ° C), off bypass, 24
33
jam dan 48 jam pasca operasi dengan mean kadar laktat menjadi 7,01 mmol / L,
rata-rata kadar laktat yang signifikan (P <0,001) pada pasien di NYHA kelas IV
pada 15 menit dan 45 menit CPB, selama rewarming dan 24 dan 48 jam pasca-
CPB. Perbandingan kadar laktat rata dengan hubungan untuk durasi CPB
mengungkapkan kadar yang lebih tinggi pada CPB yang berlangsung lebih dari 1
selama pemakaianCPB, antara lain durasi CPB, hipotermia, durasi pendingin dan
penghangatan, pH dan kadar hematokrit. Selain itu, faktor lain seperti gangguan
aliran vena yang ditandai dengan berkurangnya aliran splanknik yang berlebihan
mungkin akan membatasi perfusi yang pada akhirnya terjadi inflamasi sistemik.
Hipoperfusi jaringan dikaitkan dengan asidosis laktat sekunder yang terjadi akibat
Kadar laktat meningkat yang biasa ditemui pada pasien setelah operasi
penentuan kadar laktat serial dalam memprediksi efek samping terutama pada
anak pasca bedah jantung terbuka. Asidosis laktat adalah suatu anion gap yang
luas pada asidosis metabolik yang disebabkan oleh salah satu produksi berlebihan
34
sisi lain reduksi yang tidak memadai dari asam laktat oleh oksidasi atau
dalam sitoplasma hampir semua sel. Produk akhir dari jalur ini adalah piruvat,
karbon dioksida oleh Siklus Kreb. Peningkatan laktat darah dapat terjadi dengan
BAB VI
6.1 Simpulan
peningkatan kadar asam laktat pada pasien dengan operasi jantung terbuka dengan
p<0,044.
6.2 Saran
instrumen yang lebih akurat untuk menilai hubungan faktor risiko dan
DAFTAR PUSTAKA
36
Andra L. Blomkalns, Md, 2007, Lactate – A Marker For Sepsis And Trauma.
Emcreg-International
Bioscience: Austin
Bulow NH, et al. 2014. Inflammatory Response in Patients under Coronary Artery
Anesthesiologi : 28 p.
De Somer, et al. Tissue factor as the main activator of the coagulation system
Ghosh, S., Falter, F., Cook, DJ. 2009. Cardiopulmonary Bypass. Cambridge
Hammon, JW. Extracorporeal Circulation In: Cohn, LH. 2008. Cardiac Surgery
Jabbari Aet Al. 201. Serum Lactate As A Prognostic Factor In Coronary Artery
4(2):662-666
Snell, A., Parizkova, B. Organ damage during cardiopulmonary bypass In: Ghosh,
Bypass In: Mongero, LB., Beck, JR. 2009. ON BYPASS: Advanced Perfusion
–2853
Suzette M. Perfecto MD; Lourdes SR. Casas, MD; Juliet J B; Azcueta MB, 2012.
16(2):27-34