Abstract
The increasing number of airlines at the present time has affected the expansion of flight routes throughout
national and overseas areas. The unveiling of the new flight routes has made air traffic congested so
that it is necessary to consider a propitious service in air traffic to erect security and safety of the air
transportation. The service in air traffic aimed to expedite and safeguard orderliness of the flow of air
traffic, provide well information for flight safety and efficiency that prevent from air travel accident.
Keywords: liability, service, flight.
Intisari
Bertambahnya jumlah maskapai penerbangan saat ini menyebabkan bertambah pula dibukanya jalur-jalur
atau rute penerbangan ke berbagai daerah di dalam negeri maupun luar negeri. Pembukaan jalur-jalur baru
penerbangan ini mengakibatkan lalu lintas udara semakin padat, sehingga diperlukan suatu pelayanan lalu
lintas udara yang baik untuk terciptanya keamanan dan keselamatan angkutan penerbangan. Pelayanan lalu
lintas penerbangan bertujuan untuk memperlancar dan menjaga keteraturan arus lalu lintas penerbangan,
memberikan informasi yang berguna untuk keselamatan dan efisiensi penerbangan sehingga dapat
mencegah terjadinya kecelakaan pada angkutan penerbangan.
Kata kunci: tanggung jawab, pelayanan, penerbangan.
Pokok Muatan
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................................... 2
B. Metode Penelitian .............................................................................................................................. 3
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan ...................................................................................................... 4
1. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas Penerbangan ................................. 4
2. Standarisasi Keselamatan Lalu Lintas Penerbangan .................................................................... 5
3. Tanggung Jawab Air Navigation dalam Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan ............................. 9
D. Kesimpulan ........................................................................................................................................ 13
*
Hasil Penelitian dana Non PNBP Universitas Sumatera Utara Tahun 2016.
**
Alamat korespondensi: aflah.lubis@yahoo.com.
***
Alamat korespondensi: zulfichairi@yahoo.com.
2 MIMBAR HUKUM Volume 29, Nomor 1, Februari 2017, Halaman 1-15
Tabel 1.
Insiden Kecelakaan pesawat terbang di Indonesia periode Tahun 20152
Insiden Kecelakaan Pesawat dalam Penyelenggaraan
Angkutan Penerbangan di Indonesia Tahun 2015
Tanggal Insiden Kecelakaan
11 Januari 2015 Pesawat twin otter DHC-6-300 yang dioperasikan oleh Trigana Air Service mengalami
gangguan saat mendarat di Bandara Enaratoli, Papua.
Saat pesawat ini terbang di wilayah Timika berjalan dengan lancar, tetapi, ketika
mendarat, badan pesawat terkena angin kencang di landasan pacu. Tidak ada yang
terluka dalam insiden ini.
Seharusnya petugas pelayanan lalu lintas penerbangan dapat memberitahukan kepada
pilot untuk menunda pendaratan sampai kecepatan angin kembali normal, tetapi pilot
tidak mendapatkan pesan penundaan pendaratan tersebut.
4 Maret 2015 Pesawat yang dioperasikan oleh Deraya Air taxi mengalami kecelakaan di saat mencoba
mendarat di Bandara Wamena, Papua. Diketahui salah satu mesin mengalami kerusakan.
Tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan ini.
1
Aflah, et al., 2016, Tanggung Jawab Pengelola Bandar Udara Dalam Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan Untuk Keamanan Dan Keselamatan
Penerbangan (Studi Pada Bandar Udara Internasional Kuala Namo Dan Bandar Udara Internasional Hang Nadim), Laporan Akhir Hasil
Penelitian, Lembaga Penelitian Universitas Sumatera Utara, Medan, hlm. 1.
2
Bayu, Hermawan, “Ini 6 Kecelakaan Pesawat di Indonesia Sepanjang 2015”, http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/10/03/
nvm8zf354-ini-6-kecelakaan-pesawat-di-indonesia-sepanjang-2015, Sabtu, 03 Oktober 2015, diakses pada tanggal 20 Juni 2016.
Aflah dan Chairi, Tanggung Jawab Air Navigation dalam Pelayanan Lalulintas Udara untuk Keselamatan... 3
April 2015 Insiden gagal terbang dua pesawat milik Lion Air dengan nomor penerbangan sama
yaitu JT 303 karena masalah teknis yaitu terjadinya proses abnormal di mesin APU
(Axiaulary Power Unit) yang berfungsi sebagai genset awal terhadap mesin pesawat.
Dampak insiden ini menyebabkan 4 (empat) orang penumpang mengalami luka serius
bahkan sampai mendapatkan perawatan intensif di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk
Pakam Deli Serdang.
30 Juni 2015 Kecelakaan pesawat yang sangat fatal terjadi di Kota Medan, Sumatera Utara. Pesawat
Lockheed C-130B Hercules milik TNI AU jatuh di daerah Padang Bulan dan menimpa
perumahan penduduk.
Pesawat jatuh sesaat setelah tinggal landas dari Pangkalan TNI AU Soewondo.
Rencananya, pesawat tersebut bertolak ke Pekanbaru, Riau lalu ke Medan, Sumatera
Utara. Namun, saat mau melanjutkan ke Dumai (Riau), Tanjung Pinang (Kepulauan
Riau) dan Pontianak (Kalimantan Barat), pesawat tersebut mengalami kecelakaan
sekira pukul 11.48 WIB. Lebih dari 120 orang tewas dalam kecelakaan ini, termasuk
122 penumpang dan 12 kru pesawat.
16 Agustus Kecelakaan berikutnya terjadi di dekat Oksibil, Kabupaten Bukit Bintang, Papua.
2015 Pesawat ATR 420300 yang dioperasikan Trigana Air Service jatuh di sisi sebuah bukit di
sana. Total 54 orang tewas. Pesawat ini sejatinya terbang dari Jayapura menuju Oksibil.
28 Agustus Insiden selanjutnya dialami oleh pesawat Boeing 737 yang dioperasikan oleh Cardig
2015 Air. Kecelakaan yang terjadi di Bandara Wamena, (Papua) terjadi saat pesawat mendarat
dan tergelincir. Tidak ada korban tewas.
2 Oktober 2015 Pesawat Aviastar tipe DHC6 dengan nomor registrasi PKBRM yang berangkat dari
Masamba menuju Makassar dilaporkan mengalami lost contact.
Staf Humas Polres Maros, Andi Illank mengatakan, dari infomasi yang diterima Polres
Maros, Pesawat Aviastar Masamba-Makassar telah berangkat dari Masamba sekitar
pukul 14:35 Wita. Pesawat ini dijadwalkan akan tiba di Bandara Sultan Hasanuddin
sekitar pukul 15:39 Wita. Namun hingga waktu yang ditentukan Pesawat ini tak kunjung
memberikan informasi.
Mengingat peranan yang penting dan strategis lalu lintas udara untuk keamanan dan keselamatan
serta untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, penerbangan.
maka penerbangan dikuasai oleh negara yang Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka
pembinaannya dilakukan oleh pemerintah dengan permasalahan dalam penelitian ini, antara lain
memperkuat kelembagaan yang bertanggungjawab sebagai berikut: (1) Apakah faktor-faktor penyebab
di bidang penerbangan. Pemerintah telah terjadinya kecelakaan lalu lintas penerbangan?
mengeluarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun (2) Bagaimana standarisasi keselamatan lalu
2009 Tentang Penerbangan. Dalam undang-undang lintas penerbangan? (3) Bagaimana tanggung
penerbangan ini diatur tentang pelayanan lalu lintas jawab Air Navigation dalam pelayanan lalu lintas
penerbangan yang bertujuan untuk memenuhi penerbangan?
dan menjamin terwujudnya penyelenggaraan
penerbangan yang memenuhi standar keselamatan B. Metode Penelitian
dan keamanan. Metode penelitian yang digunakan adalah
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang metode penelitian hukum sosiologis atau empiris,
pelayanan lalu lintas penerbangan dan pelaksanaan yaitu penelitian yang difokuskan untuk meneliti
regulasinya oleh para pihak terkait dengan data primer, yaitu data-data yang diperoleh secara
penyelenggaraan angkutan penerbangan sipil langsung dari responden dalam penelitian ini.
maka dilakukan penelitian tentang tanggung Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu memberikan
jawab pengelola bandar udara dalam pelayanan gambaran tentang tanggung jawab Pengelola
4 MIMBAR HUKUM Volume 29, Nomor 1, Februari 2017, Halaman 1-15
Bandara Dalam Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan jumlah angkutan penerbangan baik sipil maupun
Untuk Keamanan Dan Keselamatan Penerbangan, militer di Indonesia saat ini, memerlukan suatu
sekaligus untuk melihat efektivitas peraturan pelayanan lalu lintas penerbangan yang dapat
hukum yang mengatur tentang pelayanan lalu lintas memperlancar dan menjaga keteraturan arus
penerbangan sebagaimana diatur dalam Undang- lalu lintas penerbangan, memberikan informasi
Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan. yang berguna untuk keselamatan dan efisiensi
Pengumpulan data dilakukan melalui dua cara penerbangan sehingga dapat mencegah terjadinya
yaitu studi dokumen (Library research) terhadap kecelakaan pada angkutan penerbangan.
ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur Menurut Direktur Unit Sipil Keselamatan
tentang Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan Sipil dan Keamanan (CSSU) dari University of Leicester,
di Indonesia dan melalui studi lapangan (Field Simon Ashley Bennet, mengungkapkan 5 (lima)
Research). Studi lapangan dilakukan dengan alasan umum penyebab terjadinya kecelakaan
teknik wawancara (interview). Lokasi utama dari pesawat, antara lain, sebagai berikut:5
penelitian ini adalah pada Bandara Internasional (a) Kesalahan Pilot: Karena pesawat
Kuala Namu di Deli Serdang Sumatera Utara dan sudah semakin canggih, 50 persen
kecelakaan pesawat umumnya terjadi
Bandara Internasional Hang Nadim di Batam.
karena kesalahan pilot. Pesawat
Lokasi Penelitian juga dilakukan pada pengguna merupakan mesin kompleks yang
jasa bandar udara yaitu Maskapai Penerbangan membutuhkan banyak manajemen.
yang ada di Bandara Kuala Namu dan Bandara Dikarenakan pilot aktif terlibat
Hang Nadim. dengan setiap tahap penerbangan,
maka ada banyak kemungkinan
untuk melakukan kesalahan seperti
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan gagal memprogram manajemen vital
1. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya komputer penerbangan atau salah
Kecelakaan Lalu Lintas Penerbangan memperhitungkan bahan bakar yang
dibutuhkan, dan sebagainya.
Penyelenggaraan penerbangan harus dapat
(b) Kegagalan teknik: Penyebab kece
memberikan jaminan keselamatan bagi para lakaan karena kegagalan alat mencapai
pengguna jasa penerbangan suatu negara. Berkaitan sekitar 20 persen meski ada perbaikan
dengan hal tersebut, kebijakan yang dikembangkan pada desain dan kualitas manufaktur.
Tak hanya itu, meski secara signifikan
meliputi:3 (a) Pengembangan sistem keselamatan
mesin saat ini dapat diandalkan
di bidang transportasi udara. (b) Sosialisasi setiap dibandingkan setengah abad lalu,
kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah dan namun sesekali ternyata masih terjadi
lembaga-lembaga Internasional berkaitan dengan kegagalan.
keselamatan diruang udara. (c) Pemenuhan sarana (c) Cuaca: Cuaca buruk menyumbang
sekitar 10 (sepuluh) persennya, meski
dan prasarana keselamatan penerbangan sesuai dibantu banyak alat, seperti kompas
standar penerbangan Internasional. gyroscopic, navigasi satelit, dan uplink
Sebagai regulator, pemerintah juga bertugas data cuaca, pesawat masih tak dapat
menerbitkan berbagai aturan, melaksanakan menghalau badai, salju, dan kabut.
(d) Sabotase: Sekitar 10 (sepuluh) persen
sertifikasi dan pengurusan guna menjamin
dari kecelakaan pesawat disebabkan
terselenggaranya transportasi udara yang memenuhi oleh sabotase seperti sambaran petir.
standar keselamatan penerbangan.4 Meningkatnya Risiko yang ditimbulkan oleh sabotase
3
Hasim, Purba, 2010, Hukum Penerbangan dan Tanggung Jawab Produsen Pesawat Udara, Pustaka Bangsa Press, Medan, hlm. 128.
4
Ibid.
5
Simon Ashley Bennet sebagaimana dikutip oleh Agniya, Khoiri, ”Lima Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Pesawat”, http://www.
cnnindonesia.com/gaya-hidup/20160524100733-269-133019/lima-faktor-penyebab-terjadinya-kecelakaan-pesawat/, diakses pada tanggal
10 September 2016.
Aflah dan Chairi, Tanggung Jawab Air Navigation dalam Pelayanan Lalulintas Udara untuk Keselamatan... 5
jauh lebih sedikit daripada yang mulai dari bandar udara, pengatur lalu-lintas udara
banyak orang percayai. (Air Traffic Control), ground handling, bengkel
(e) Kesalahan manusia: Sisanya dikait
perawatan pesawat, badan meteorologi, dan
kan pada jenis lain dari kesalahan
manusia seperti kesalahan yang dibuat menyangkut pemahaman masyarakat yang dalam
oleh pengendali lalu lintas udara, hal ini diwakili para pengguna jasa transportasi
dispatcher, loader, pengisi bahan bakar, udara. Dengan demikian, sistem keselamatan dan
atau teknisi pemeliharaan. Terkadang, keamanan industri penerbangan menjadi sangat
kesalahan manusia ini disebabkan oleh
pekerja di penerbangan yang bekerja unik karena sangat tergantung dengan budaya
dengan shift panjang. Selain itu, teknisi keselamatan dan keamanan sebuah bangsa secara
pemeliharaan ternyata juga dapat keseluruhan.7
membuat kesalahan yang berpotensi Pemerintah Indonesia telah menetapkan
bencana.
sejumlah peraturan perundang-undangan demi
Adanya berbagai kecelakaan penerbangan
mewujudkan keamanan dan keselamatan
dibagi menjadi beberapa faktor yang dapat dianggap
penerbangan di Indonesia, antara lain: (1) Undang-
sebagai penyebab kecelakaan penerbangan, seperti
undang No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;
pesawat udara itu sendiri (machine); faktor manusia
(2) Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2001
(human); faktor lingkungan (environment); peng
tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan;
gunaan atau pengoperasian pesawat udara (mission)
(3) Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2001
dan pengelolaan (management). Selain itu saat ini
tentang Kebandarudaraan; (5) Keputusan Menteri
diindikasikan kecelakaan pesawat udara disebabkan
Perhubungan RI Nomor. 18 Tahun 2002 tentang
oleh penumpang sendiri.6
Civil Aviation Safety Regulation (CASR). (5)
2. Standarisasi Keselamatan Lalu Lintas
Keputusan Dirjen Perhubungan Udara Nomor.
Penerbangan
SKEP/76/VI/2005 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Keamanan dan keselamatan penerbangan
Keputusan Menteri Perhubungan No. 47 Tahun
sudah seharusnya diawali dari darat. Pada dasarnya
2002 tentang Sertifikasi Operasi Bandara. Secara
transportasi udara adalah termasuk sebagai salah
garis besar Peraturan Pemerintah Nomor 3
satu transportasi yang aman. Penyelenggaraan
Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan
pengangkutan udara diatur secara ketat dalam
Penerbangan memuat ketentuan mengenai : Sistem
konvensi internasional yaitu dalam International
keamanan dan keselamatan penerbangan; Pelayanan
Civil Aviation Organization (ICAO) yaitu dalam
operasi pesawat udara; Pengoperasian bandar
Annex 1 sampai Annex 18 yang secara universal
udara; Pengaturan mengenai ruang udara; Personil
pula sudah diatur oleh setiap negara termasuk
keamanan dan keselamatan penerbangan; Pelayanan
Indonesia.
kesehatan penerbangan; Tata cara penanganan dan
Keselamatan dan keamanan menjadi per
pemeriksaan penumpang; Bagasi kargo dan pos;
syaratan utama dalam transportasi udara yang
Pencarian dan pertolongan kecelakaan pesawat
harus ditaati dan dilaksanakan sebaik-baiknya oleh
udara; Penelitian sebab-sebab kecelakaan pesawat
setiap pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan
udara; Program pengamanan penerbangan sipil;
penerbangan tersebut. Persyaratan keselamatan dan
serta Tarif jasa pelayanan navigasi penerbangan.
keamanan penerbangan dalam sebuah maskapai juga
Menurut pasal 1 Peraturan Pemerintah
berkaitan sangat erat dengan sistem keselamatan
RI Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan
dan keamanan dari pihak otoritas penerbangan sipil,
dan Keselamatan Penerbangan: “Keamanan
6
Hasim Purba, Op. cit., hlm. 221.
7
Fathur Rahmawati, “Sistem Keselamatan dan Keamanan Transportasi Udara”, https://www.academia.edu/8430152/Sistem_Keselamatan_
dan_Keamanan_Transportasi_Udara, diakses pada tanggal 28 September 2016.
6 MIMBAR HUKUM Volume 29, Nomor 1, Februari 2017, Halaman 1-15
penerbangan adalah keadaan yang terwujud dari lalu lintas udara baik yang bertugas untuk mengatur
penyelenggaraan penerbangan yang bebas dari lalu lintas pesawat selama berada di darat (untuk
gangguan dan/atau tindakan yang melawan hukum.”8 take off dan landing) serta seluruh petugas operator
Selanjutnya juga disebutkan bahwa “Keselamatan pengatur dan pelayanan lalu lintas udara selama
penerbangan adalah keadaan yang terwujud dari pesawat berada di udara.
penyelenggaraan penerbangan yang lancar sesuai Ketentuan tentang pelanggaran terhadap
dengan prosedur operasi dan persyaratan kelaikan kelaikudaraan diatur dalam 39 dan Pasal 44 Undang-
teknis terhadap sarana dan prasarana penerbangan undang Nomor 1 Tahun 2009. Dalam kedua pasal
beserta penunjangnya.”9 ini sanksi hukum yang diberikan kepada pihak dan
Keamanan dan keselamatan penerbangan petugas yang melanggar ketentuan kelaikudaraan
adalah suatu kondisi untuk mewujudkan penerbangan ini hanya berupa sanksi administratif, yaitu
dilaksanakan secara aman dan selamat sesuai dengan sanksi peringatan, pembekuan sertifikat dan atau
rencana penerbangan.10 Penyelenggaraan suatu pencabutan sertifikat. Mengingat banyaknya
angkutan penerbangan hanya dapat dilakukan jika jumlah kecelakaan pesawat udara, dan lemahnya
seluruh aspek yang terkait dalam penyelenggaraan sanksi administratif yang diberikan tersebut, sudah
tersebut telah memenuhi persyaratan kelaikan udara seharusnya sanksi ini lebih dipertegas lagi dalam
sebagaimana diatur dalam pasal 34 sampai pasal suatu peraturan dengan tujuan agar seluruh pihak
51 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang yang terlibat dalam penyelenggaraan penerbangan
Penerbangan. Kelaikan udara adalah terpenuhinya bekerja secara lebih efektif, disiplin dan selalu
desain tipe pesawat udara dan dalam kondisi aman waspada serta mengedepankan keamanan dan
untuk beroperasi.11 keselamatan seluruh pihak untuk mencapai tujuan
Menurut pasal 34 ayat (1) Undang-Undang dari safety flight itu sendiri.
Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, Biaya atau ongkos pesawat udara yang saat
disebutkan bahwa setiap pesawat udara yang ini murah dan sudah terjangkau oleh sebagian besar
dioperasikan wajib memenuhi standar kelaikan masyarakat bukan berarti dengan mengabaikan
udara.12 Kelaikan udara ini dibuktikan oleh keamanan dan keselamatan penerbangan. Kualitas
sertifikat kelaikudaraan yang diperoleh setelah keamanan dan keselamatan penerbangan tetap
lulus pemeriksaan dan pengujian kelaikudaraan. menjadi prioritas utama dalam penyelenggaraan
Sertifikat kelaikudaraan juga wajib dan harus pengangkutan udara.
dimiliki oleh setiap orang yang mengoperasikan Untuk standar kelaikan udara diatur dalam
pesawat udara untuk kegiatan angkutan udara. Pasal 8 Peraturan Pemerintah RI Nomor 3 Tahun
Seluruh pihak yang terlibat dalam pengoperasian 2001, sebagai berikut :13
suatu pesawat udara wajib memiliki sertifikat, a. Penetapan standar kelaikan udara untuk
diantaranya adalah seluruh awak mekanik, Pilot dan pesawat udara, dan/atau mesin pesawat
seluruh awak pesawat, petugas operator pengatur udara, dan/atau baling-baling pesawat
8
Pasal 1 angka 2 Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keselamatan dan Keamanan Penerbangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075).
9
Pasal 1 angka 3 Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keselamatan dan Keamanan Penerbangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075).
10
Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keselamatan dan Keamanan Penerbangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075).
11
Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956).
12
Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956).
13
Lihat Pasal 8 ayat (1) sampai ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keselamatan dan Keamanan Penerbangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075).
Aflah dan Chairi, Tanggung Jawab Air Navigation dalam Pelayanan Lalulintas Udara untuk Keselamatan... 7
6. Dalam hal tindak pidana sebagaimana Contoh pada tanggal 30 Desember 2009,
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), penerbangan pesawat Mandala RI-103 harus
ayat (3), ayat (4) atau ayat (5)
mengalami keterlambatan akibat ulah penumpang
mengakibatkan kerusakan atau kece
lakaan pesawat dan kerugian harta indispliner. Penerbangan yang dipimpin oleh
benda dipidana dengan pidana penjara Captain Pilot Rafiqul Hamid terpaksa menurunkan
paling lama 5 (lima) tahun dan denda tujuh orang penumpang di Bandara Sultan
paling Rp.2.500.000.000,00 (dua Syarif Kasim II, Pekanbaru, setelah ketujuh
miliar lima ratus juta rupiah).
7. Dalam hal tindak pidana sebagaimana penumpang tersebut memaksa masuk ke dalam
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ruang kokpit untuk meminta agar pesawat
ayat (3), ayat (4), atau ayat (5) kembali untuk menjemput kembali seorang
mengakibatkan cacat tetap atau anggota keluarganya yang tertinggal. Hal tersebut
matinya orang dipidana dengan pidana
mengganggu kenyamanan penumpang lainnya serta
penjara paling lama 15 (lima belas)
tahun. membahayakan keselamatan penumpang.18
Saat menjalankan kegiatan penerbangan,
Pasal 344 Undang-undang Nomor 1 Tahun
tidak luput dari masalah-masalah yang terjadi,
2009 tentang Penerbangan juga mengatur larangan
seperti masalah yang mengancam keamanan
melakukan tindakan melawan hukum, yakni:16
penerbangan. Untuk memberikan rasa aman kepada
Setiap orang dilarang melakukan tindakan penumpang, maka pemerintah juga membuat suatu
melawan hukum (acts of unlawful
aturan mengenai program keamanan penerbangan
interference) yang membahayakan kese
lamatan penerbangan dan angkutan udara nasional yang dibuat dalam Peraturan Menteri
berupa menguasai secara tidak sah pesawat Perhubungan Nomor 127 Tahun 2015 Tentang
udara yang sedang terbang atau yang Program Keamanan Penerbangan Nasional. Tujuan
sedang di darat; menyandera orang di dalam dari dibentuknya program keamanan penerbangan
pesawat udara atau di bandar udara; masuk
ke dalam pesawat udara, daerah keamanan nasional tersebut, antara lain, sebagai berikut:19
terbatas bandar udara, atau wilayah fasilitas a. Untuk melindungi keselamatan,
aeronautika secara tidak sah; membawa keteraturan dan efisiensi penerbangan
senjata, barang dan peralatan berbahaya, atau di Indonesia melalui pemberian
bom ke dalam pesawat udara atau bandar regulasi, standar dan prosedur serta
udara tanpa izin; menyampaikan informasi perlindungan yang diperlukan bagi
palsu yang membahayakan keselamatan penumpang, awak pesawat udara,
penerbangan. personel di darat dan masyarakat dari
tindakan melawan hukum;
Ketentuan sanksi tersebut baru dapat b. Untuk mempertahankan tindakan
dijalankan, apabila pesawat udara telah melakukan keamanan bandar udara dan angkutan
pendaratan. Pasal 55 Undang-Undang Nomor.1 udara yang memberikan pelayanan
penerbangan di Indonesia;
Tahun 2009 memberikan kewenangan kepada
c. Untuk melindungi operasional
kapten penerbang pesawat udara untuk mengambil penerbangan domestik dari tindakan
tindakan untuk menjamin keselamatan, ketertiban melawan hukum yang dilakukan
dan keamanan penerbang.17 berdasarkan penilaian risiko
keamanan;
16
Pasal 344 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956).
17
Pasal 55 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956).
18
Hentje Pongoh, “Maskapai Penerbangan Berhak Menurunkan Penumpang Indisipliner”, http://www.kompasiana.com/hpinstitute/maskapai-
penerbangan-berhak-menurunkan-penumpang-indispliner_55286761f17e61034a8b45a3, diakses pada tanggal 6 Maret 2016.
19
Lampiran Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 127 Tahun 2015 Tentang Program Keamanan Penerbangan Nasional.
Aflah dan Chairi, Tanggung Jawab Air Navigation dalam Pelayanan Lalulintas Udara untuk Keselamatan... 9
d. Memenuhi standard dan rekomendasi penerbangan yang berlaku; (c) Penegakan hukum
praktis internasional yang dimuat secara konsisten terhadap pelanggaran pemenuhan
dalam Annex 17 dari Konvensi
regulasi secara administrasi berupa pencabutan
Chicago (1994) dan yang terkait
dengan keamanan penerbangan dalam sertifikat.
ICAO Annex lainnya. Pemerintah Indonesia mengeluarkan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM
Indonesia secara konsisten senantiasa
127 Tahun 2015 tentang Program Keamanan
mendukung langkah-langkah pengembangan
Penerbangan Nasional, yang merupakan peraturan
transportasi udara yang selamat, aman dan efisien di
pelaksanaan lebih lanjut dari Peraturan Pemerintah
tingkat nasional, regional, maupun dunia. Sebagai
RI Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan
langkah konkrit ke depan sesuai dengan ketentuan
Keselamatan Penerbangan untuk merealisasikan
ICAO yang baru, pemerintah telah memberlakukan
pelaksanaan keamanan dan keselamatan
Sistem Manajemen Keselamatan (Safety
penerbangan. Lampiran I Bab III peraturan tersebut
Management System/SMS) di bidang penerbangan.
telah mengatur tentang tanggung jawab pihak
Sistem Manajemen Keselamatan (SMS) adalah
Penyelenggara Bandar Udara dan Badan Usaha
suatu sistem monitoring yang berupa tim atau
Bandar Udara, yaitu, bertanggung jawab terhadap
organisasi di dalam suatu perusahaan penerbangan
keamanan bandar udara yang dioperasikan.22 Dalam
yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk
melaksanakan tanggung jawab keamanan bandar
memonitor kinerja keselamatan dan perawatan dan
udara yang dioperasikan, Penyelenggara Bandar
pengoperasian serta memprediksi suatu bahaya,
Udara dan Badan Usaha Bandar Udara berwenang,
menganalisa resiko dan melakukan tindakan
untuk menyusun, melaksanakan, mengembangkan
pengurangan resiko tersebut dengan membahas
dan mempertahankan efektivitas Program
perihal keselamatan secara berkala yang dipimpin
Keamanan Bandar Udara yang mengacu kepada
oleh Presiden Direktur Perusahaan Penerbangan
Program Keamanan Penerbangan Nasional.23
sebagai pemegang komitmen safety.20
Selanjutnya, pemerintah juga melakukan
3. Tanggung Jawab Air Navigation Dalam
pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan
Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan
maupun standar keamanan dan keselamatan
Pemerintah melalui pihak pengelola
penyelenggaraan angkutan udara, antara lain,
Bandar Udara yaitu Otoritas Bandar Udara
sebagai berikut24:
mempunyai tanggung jawab terhadap keamanan
a. Monitoring secara kontinu terhadap
dan keselamatan penumpang di udara antara lain.
pelaksanaan kegiatan usaha jasa
Bentuk tanggung jawab tersebut, antara lain,
angkutan udara. Berdasarkan hasil
sebagai berikut:21 (a) Menjamin bahwa sarana
monitoring tersebut dilakukan analisa
transportasi yang disediakan memenuhi persyaratan
dan evaluasi agar dapat diketahui
keselamatan penerbangan secara konsisten dan
apakah terdapat penyimpangan atau
terus menerus; (b) Secara konsisten dan terus
pelanggaran terhadap peraturan dan
menerus melakukan pengawasan dengan melakukan
ketentuan yang berlaku. Apabila
pengecekan terhadap pemenuhan peraturan
ditemui adanya penyimpangan atau
perundang-undangan dan peraturan keselamatan
20
Hasil wawancara dengan Adi Putra Nasution, General Affairs Supervisor PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Tanggal 22 Agustus 2016.
21
Hasil wawancara dengan Tri Basuki, General Manager AirNav Cabang Medan, Bandar Udara Kualanamu, Tanggal 15 Agustus 2016 dan hasil
wawancara dengan Teguh Harnomo, Distrik Manager AirNav, Bandar Udara Hang Nadim, Tanggal 24 Agustus 2016.
22
Lampiran Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 127 Tahun 2015 Tentang Program Keamanan Penerbangan Nasional.
23
Lampiran Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 127 Tahun 2015 Tentang Program Keamanan Penerbangan Nasional.
24
Hasil wawancara dengan Tri Basuki, General Manager AirNav Cabang Medan, Bandar Udara Kualanamu, Tanggal 15 Agustus 2016.
10 MIMBAR HUKUM Volume 29, Nomor 1, Februari 2017, Halaman 1-15
25
Tri Basuki, Peran dan Tanggung Jawab AirNav Dalam Pengaturan Lalu Lintas Udara, Makalah, disampaikan pada Seminar “Tanggung
Jawab Pengelola Bandar Udara dalam Penerbangan Untuk Keamanan Dan Keselamatan Penerbangan”, Fakultas Hukum USU, 26 September
2016.
26
Hasil wawancara dengan Tri Basuki, General Manager AirNav Cabang Medan, Bandar Udara Kualanamu, Tanggal 15 Agustus 2016.
27
Lampiran Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 127 Tahun 2015 Tentang Program Keamanan Penerbangan Nasional.
Aflah dan Chairi, Tanggung Jawab Air Navigation dalam Pelayanan Lalulintas Udara untuk Keselamatan... 11
1. Menyusun, melaksanakan, mengem masuk dalam daftar enam besar untuk perjalanan
bangkan dan mempertahankan efek udara, dengan jumlah penumpang mencapai 270 juta
tifitas Program Keamanan Penye
dari dan di dalam negara tersebut. Untuk bandara
lenggara Pelayanan Navigasi
Penerbangan di setiap bandar udara Soekarno Hatta saja, rata-rata per hari melayani
dengan berpedoman kepada program 1.200 pesawat take off dan landing, dimana rata-
keamanan penerbangan nasional dan rata per jam mencapai 70-an pesawat yang take
disahkan oleh Direktur Jenderal. off dan landing. Beberapa bandara lainnya, seperti
2. Melakukan evaluasi secara periodik
terhadap Program Keamanan Kualanamu-Deliserdang, Juanda-Surabaya, Ngurah
Penyelenggara Pelayanan Navigasi Rai-Bali, Sepinggan -Balikpapan, dll. Juga menga
Penerbangan dan melakukan perubahan lami hal yang sama, over capacity.28
(amandemen) bila diperlukan. Dampak dari kondisi over capacity tersebut,
3. Menetapkan organisasi, atau menunjuk
dapat menghambat keselamatan serta kelancaran
pejabat/personel yang bertanggung
jawab untuk mengkoordinasikan penerbangan, antara lain terjadinya keadaan, sebagai
pelaksanaan Program Keamanan berikut, Pilot yang terbang memasuki wilayah
Pelayanan Navigasi Penerbangan. Jakarta, harus mengantri panjang dalam waktu
4. Menyediakan sumber daya dan fasilitas
yang cukup lama saat akan berangkat, dan harus
keamanan sesuai dengan kebutuhan.
5. Melakukan pengawasan keamanan holding (terbang berputar-putar menunggu giliran
penerbangan internal dan menjamin untuk mendarat) saat melakukan pendekatan untuk
pelaksanaan tindakan perbaikan dari mendarat ke Bandara Soetta. Sudah tentu, kondisi
hasil pengawasan. ini akan membakar bahan bakar lebih banyak,
6. Program Keamanan Penyelenggara
Pelayanan Navigasi Penerbangan yang berarti biaya operasional membengkak. Bagi
sebagaimana dimaksud, paling sedikit penumpang, lama perjalanan menjadi tidak menentu,
memuat tentang hal-hal: (a) tujuan karena antrean dapat memakan waktu dari bilangan
program; (b) tanggung jawab pelaksana puluhan menit bahkan sampai bilangan jam,
program; (c) pengorganisasian
yang berarti bisnis terganggu. Bagi Crew AirNav
fungsi dan tanggung jawab; (d)
langkah-langkah pengamanan yang Indonesia yang bertugas memberikan layanan,
meliputi, perlindungan fasilitas kondisi seperti ini juga sangat memberatkan.29
navigasi, pengendalian jalan masuk Mengatur puluhan pesawat dengan kecepatan
fasilitas navigasi, personel keamanan
tinggi di udara pada waktu bersamaan, yang terus
penerbangan, pengamanan teknologi
informasi dan komunikasi (cyber bergerak maju. semuanya ingin mendapatkan
security), contingency plan, koordinasi prioritas, sungguh suatu kondisi yang menuntut
antar instansi, kontribusi air traffic konsentrasi tinggi, ketelitian, serta mental yang
management untuk melindungi dari kuat. Banyak pihak menginginkan pejabat Perum
tindakan melawan hukum, prosedur
emergency saat bencana alam dan air LPPNPI dan jajaran di bawahnya bekerja secara
space management for ATM security, profesional, cepat, cermat dan cekatan. Perlu
pelatihan personel, dan pembiayaan diketahui, bahwa kelancaran dan efisiensi kegiatan
keamanan penerbangan. operasi penerbangan tidak hanya dipengaruhi oleh
Menurut Asosiasi Transportasi Udara pelayanan navigasi penerbangan, tetapi juga faktor–
Internasional IATA, potensi industri penerbangan faktor lain seperti kapasitas runway, konfigurasi
Indonesia sangat besar dan pada 2034 diperkirakan taxiway, kapasitas apron juga fasilitas penunjang
28
Hasil wawancara dengan Tri Basuki, General Manager AirNav Cabang Medan, Bandar Udara Kualanamu, Tanggal 15 Agustus 2016.
29
Hasil wawancara dengan Tri Basuki, General Manager AirNav Cabang Medan, Bandar Udara Kualanamu, Tanggal 15 Agustus 2016 dan hasil
wawancara dengan Teguh Harnomo, Distrik Manager AirNav, Bandar Udara Hang Nadim, Tanggal 24 Agustus 2016.
12 MIMBAR HUKUM Volume 29, Nomor 1, Februari 2017, Halaman 1-15
30
Hasil wawancara dengan Oni Yulian Krismawanto, Tower Supervisor (ATC), Bandar Udara Hang Nadim, Tanggal 25 Agustus 2016.
31
Hasil wawancara dengan Tri Basuki, General Manager AirNav Cabang Medan, Bandar Udara Kualanamu, Tanggal 15 Agustus 2016.
32
Hasil wawancara dengan Tri Basuki, General Manager AirNav Cabang Medan, Bandar Udara Kualanamu, Tanggal 15 Agustus 2016.
33
Hasil wawancara dengan Tri Basuki, General Manager AirNav Cabang Medan, Bandar Udara Kualanamu, Tanggal 15 Agustus 2016.
Aflah dan Chairi, Tanggung Jawab Air Navigation dalam Pelayanan Lalulintas Udara untuk Keselamatan... 13
34
Hasil wawancara dengan Tri Basuki, General Manager AirNav Cabang Medan, Bandar Udara Kualanamu, Tanggal 15 Agustus 2016 dan hasil
wawancara dengan Teguh Harnomo, Distrik Manager AirNav, Bandar Udara Hang Nadim, Tanggal 24 Agustus 2016.
35
Hasil wawancara dengan Tri Basuki, General Manager AirNav Cabang Medan, Bandar Udara Kualanamu, Tanggal 15 Agustus 2016 dan hasil
wawancara dengan Teguh Harnomo, Distrik Manager AirNav, Bandar Udara Hang Nadim, Tanggal 24 Agustus 2016.
14 MIMBAR HUKUM Volume 29, Nomor 1, Februari 2017, Halaman 1-15
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku h t t p : / / w w w. c n n i n d o n e s i a . c o m / g a y a -
Martono, H.K, et al., 2015, Hukum Udara Perdata hidup/20160524100733-269-133019/lima-
Internasional dan Nasional, Raja Grafindo faktor-penyebab-terjadinya-kecelakaan-
Persada, Jakarta, pesawat/, diakses pada tanggal 10 September
Muhammad, Abdulkadir, 1998, Hukum Pengang 2016
kutan Niaga, Citra Aditya Bakti, Jakarta. Bayu, Hermawan, “Ini 6 Kecelakaan Pesawat
Purba, Hasim, 2010, Hukum Penerbangan dan di Indonesia Sepanjang 2015”, http://
Tanggung Jawab Produsen Pesawat Udara, nasional.republika.co.id/berita/
Pustaka Bangsa Press, Medan. nasional/umum/15/10/03/nvm8zf354-
ini-6-kecelakaan-pesawat-di-indonesia-
B. Makalah sepanjang-2015, diakses pada tanggal 20
Basuki, Tri, “Peran dan Tanggung Jawab AirNav Juni 2016.
Dalam Pengaturan Lalu Lintas Udara,” Fathur Rahmawati, “Sistem Keselamatan dan
Makalah, disampaikan pada seminar ilmiah Keamanan Transportasi Udara”, https://
“Tanggung Jawab Pengelola Bandar Udara www.academia.edu/8430152/Sis tem _
dalam Penerbangan Untuk Keamanan Dan Keselamatan_dan_Keamanan_Trans
Keselamatan Penerbangan”, Fakultas Hukum portasi_Udara, diakses 28 September 2016.
USU, 26 September 2016. Hentje Pongoh, “Maskapai Penerbangan Berhak
Menurunkan Penumpang Indisipliner”, http://
C. Hasil Penelitian www.kompasiana.com/hpinstitute/maskapai-
Aflah, et al., 2016, Tanggung Jawab Pengelola penerbangan-berhak-menurunkan-
Bandar Udara Dalam Pelayanan Lalu penumpang-indispliner_55286761f17e610
Lintas Penerbangan Untuk Keamanan Dan 34a8b45a3, diakses pada tanggal 6 Maret
Keselamatan Penerbangan (Studi Pada 2016.
Bandar Udara Internasional Kuala Namo
Dan Bandar Udara Internasional Hang E. Peraturan Perundang-undangan
Nadim), Laporan Akhir Hasil Penelitian, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Lembaga Penelitian Universitas Sumatera Penerbangan (Lembaran Negara Republik
Utara, Medan. Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
D. Internet Nomor 4956).
Agniya, Khoiri, “Lima Faktor Penyebab Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
Terjadinya Kecelakaan Pesawat”, 3 Tahun 2001 tentang Keamanan Dan
Aflah dan Chairi, Tanggung Jawab Air Navigation dalam Pelayanan Lalulintas Udara untuk Keselamatan... 15