Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MATA KULIAH ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

RANGKUMAN
LANGKAH-LANGKAH PEMBUATAN DATA FLOW DIAGRAM
Dosen Pengampu : Dwi Sudaryati, S.E., M.Acc., Akt

Disusun oleh:
Kelompok 4
1. Nia Yuniarti 142160049
2. Natalia Dinda Puspa Pratiwi 142160050
3. Ulfah Rahmawati 142160053
4. Indah Umestiana 142160054

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
A. SYARAT-SYARAT PEMBUATAN DATA FLOW DIAGRAM
1. Pemberian Nama untuk Tiap komponen DFD
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, komponen terminator
mewakili lingkungan luar dari sistem, tetapi mempunyai pengaruh
terhadap sistem yang sedang dikembangkan ini. Maka agar pemakai
mengetahui dengan lingkungan mana saja sistem mereka
berhubungan, komponen terminator ini harus diberi nama sesuai
dengan lingkungan luar yang mempengaruhi sistem ini. Biasanya
komponen terminator diberi nama dengan kata benda.
Selanjutnya adalah komponen proses. Komponen proses ini
mewakili fungsi sistem yang akan dilaksanakan atau menunjukkan
bagaimana fungsi sistem dilaksanakan oleh seseorang, sekelompok
orang atau mesin. Maka sangatlah jelas bahwa komponen ini perlu
diberi nama yang tepat, agar siapa yang membaca DFD khususnya
pemakai akan merasa yakin bahwa DFD yang dibentuk ini adalah
model yang akurat. Pemberian nama pada komponen proses lebih baik
menunjukkan aturan-aturan yang akan dilaksanakan oleh seseorang
dibandingkan dengan memberikan nama atau identitas orang yang
akan melaksanakannya.
Pemberian nama untuk komponen data store menggunakan kata
benda, karena data store menunjukkan data apa yang disimpan untuk
kebutuhan sistem dalam melaksanakan tugasnya. Jika sistem sewaktu-
waktu membutuhkan data tersebut untuk melaksanakan tugasnya,
maka data tersebut tetap ada, karena sistem menyimpannya. Begitu
pula untuk komponen alur data, namanya lebih baik diberikan dengan
menggunakan kata benda. Karena alur data ini menunjukkan data dan
infiormasi yang dibutuhkan dan yang dikeluarkan oleh sistem dalam
pelaksanaan tugasnya.
2. Pemberian Nomor pada Komponen Proses
Biasanya profesional sistem memberikan nomor dengan
bilangan terurut pada komponen proses sebagai referensi. Tidak jadi
masalah bagaimana nomor-nomor proses ini diberikan. Nomor proses

2
dapat diberikan dari kiri ke kanan, atau dari atas ke bawah, atau dapat
pula dilakukan dengan pola-pola tertentu selama pemberian nomor ini
tetap konsisten pada nomor yang dipergunakan.

Nomor-nomor proses yang diberikan terhadap komponen proses


ini tidak dimaksudkan bahwa proses tersebut dilaksanakan secara
berurutan. Pemberian nomor ini dimaksudkan agar pembacaan suatu
proses dalam suatu diskusi akan lebih mudah dengan hanya
menyebutkan prosesnya saja jika dibandingkan dengan menyebutkan
nama prosesnya, khususnya jika nama prosesnya panjang dan sulit.
Maksud pemberian nomor pada proses yang lebih penting lagi adalah
untuk menunjukkan referensi terhadap skema penomoran secara
hirarki pada levelisasi DFD. Dengan kata lain, nomor proses ini
merupakan dasar pemberian nomor pada levelilasi DFD.
3. Penggambaran DFD sesering mungkin
Penggambaran DFD dapat dilakukan berkali-kali sampai secara
teknik DFD itu benar, dapat diterima oleh pemakai, dan sudah cukup
rapih sehingga profesional sistem tidak merasa malu untuk
menunjukkan DFD itu kepada atasannya dan pemakai. Dengan kata
lain, penggambaran DFD ini dilakukan sampai terbentuk DFD yang
enak dilihat, dan mudah dibaca oleh pemakai dan profesional sistem
lainnya. Keindahan penggambaran DFD tergantung pada standar-
standar yang diminta oleh organisasi tempat profesional sistem itu
bekerja dan perangkat lunak yang dipakai oleh profesional sistem

3
dalam membuat DFD. Penggambaran yang enak untuk dilihat dapat
dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut ini :
a. Ukuran dan bentuk proses. Sebaiknya proses yang digambarkan
memiliki ukuran dan bentuk yang sama.
b. Alur data melingkar dan alur data lurus. Alur data dapat
digambarkan dengan melingkar atau hanya garis lurus. Mana yang
lebih enak dipandang tergantung siapa yang akan melihat DFD
tersebut.
c. DFD dengan gambar tangan dan gambar menggunakan mesin.
DFD dapat digambarkan secara manual atau dengan menggunakan
bantuan mesin, tergantung pilihan pemakai atau profesional sistem.

4. Penghindaran Penggambaran DFD yang rumit


Tujuan DFD adalah untuk membuat model fungsi yang harus
dilaksanakan oleh suatu sistem dan interaksi antar fungsi. Tujuan
lainnya adalah agar model yang dibuat itu mudah dibaca dan
dimengerti tidak hanya oleh profesional sistem yang membuat DFD,
tetapi juga oleh pemakai yang berpengalaman dengan subyek yang
terjadi. Hal ini berarti DFD harus mudah dimengerti, dibaca, dan
menyenangkan untuk dilihat. Pada banyak masalah, DFD yang dibuat
tidak memiliki terlalu banyak proses (maksimal enam proses) dengan
data store, alur data, dan terminator yang berkaitan dengan proses
tersebut dalam satu diagram.
Bila terlalu banyak proses, terminator, data store, dan alur data
digambarkan dalam satu DFD, maka ada kemungkinan terjadi banyak

4
persilangan alur data dalam DFD tersebut. Persilangan alur data ini
menyebabkan pemakai akan sulit membaca dan mengerti DFD yang
terbentu. Jadi semakin sedikit adanya persilangan data pada DFD,
maka makin baik DFD yang dibentuk oleh profesional sistem.
Persilangan alur data ini dapat dihindari dengan menggambarkan DFD
secara bertingkat-tingkat (levelisasi DFD), atau dengan menggunakan
pemakaian duplikat terhadap komponen DFD.
Komponen DFD yang dapat menggunakan duplikat hanya
komponen store dan terminator. Pemberian duplikat ini juga tidak
dapat diberikan sesuka profesional sistem yang membuat DFD, tetapi
makin sedikit pemakaian duplikat, makin baik DFD yang terbentuk.
Pemberian duplikat terhadap data store dilakukan dengan memberikan
simbol garis lurus (x) atau asterik (*), sedangkan untuk terminator
menggunakan simbol garis miring (/) atau asterik (*). Banyaknya
pemberian simbol duplikat pada duplikat yang digunakan tergantung
banyaknya duplikat yang digunakan.

5. Penggambaran DFD yang Konsisten


Penggambaran DFD harus konsisten terhadap kelompok DFD
lainnya. Profesional sistem menggambarkan DFD berdasarkan
tingkatan DFD dengan tujuan agar DFD yang dibuatnya itu mudah
dibaca dan dimengerti oleh pemakai sistem. Hal ini sesuai dengan
salah satu tujuan atau syarat membuat DFD.

5
B. LANGKAH-LANGKAH PEMBUATAN DFD
Tidak ada aturan baku untuk menggambarkan DFD. Tapi dari berbagai
referensi yang ada, secara garis besar langkah untuk membuat DFD adalah:
1. Identifikasi terlebih dahulu semua entitas luar yang terlibat di sistem.
2. Identifikasi semua input dan output yang terlibat dengan entitas luar.
3. Buat Diagram Konteks (diagram context).
Diagram ini adalah diagram level tertinggi dari DFD yang
menggambarkan hubungan sistem dengan lingkungan luarnya.
Caranya :
a. Tentukan nama sistemnya.
b. Tentukan batasan sistemnya.
c. Tentukan terminator apa saja yang ada dalam sistem.
d. Tentukan apa yang diterima/diberikan terminator dari/ke sistem.
e. Gambarkan diagram konteks.
4. Buat Diagram Level Zero
Diagram ini adalah dekomposisi dari diagram konteks. Caranya :
a. Tentukan proses utama yang ada pada sistem.
b. Tentukan apa yang diberikan/diterima masing-masing proses
ke/dari sistem sambil memperhatikan konsep keseimbangan (alur
data yang keluar/masuk dari suatu level harus sama dengan alur
data yang masuk/keluar pada level berikutnya).
c. Apabila diperlukan, munculkan data store (master) sebagai sumber
maupun tujuan alur data.
d. Gambarkan diagram level zero. - Hindari perpotongan arus data -
Beri nomor pada proses utama (nomor tidak menunjukkan urutan
proses).
5. Buat Diagram Level Satu.
Diagram ini merupakan dekomposisi dari diagram level zero.
Caranya :

6
a. Tentukan proses yang lebih kecil (sub-proses) dari proses utama
yang ada di level zero.
b. Tentukan apa yang diberikan/diterima masing-masing subproses
ke/dari sistem dan perhatikan konsep keseimbangan.
c. Apabila diperlukan, munculkan data store (transaksi) sebagai
sumber maupun tujuan alur data.
d. Gambarkan DFD level Satu - Hindari perpotongan arus data. - Beri
nomor pada masing-masing sub-proses yang menunjukkan
dekomposisi dari proses sebelumnya. Contoh : 1.1, 1.2, 2.1
6. DFD Level Dua, Tiga.
Diagram ini merupakan dekomposisi dari level sebelumnya. Proses
dekomposisi dilakukan sampai dengan proses siap dituangkan ke
dalam program. Aturan yang digunakan sama dengan level satu.

7
DAFTAR PUSTAKA

Darma Astuti. Data Flow Diagram.


http://darmastuti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/59129/Data+Flow+
Diagram.pdf. Diunduh pada 8 April 2018

Anda mungkin juga menyukai