Anda di halaman 1dari 20

Pengaruh Sistem Otonom dan Sistem Limbik terhadap Perasaan Berdebar

Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA)
Jl.Arjuna Utara no.6, Jakarta 11510
Marco
10-2010-095
Kelompok B6
marcorahardja@hotmail.com
Semester 2, Blok 6
27 Maret 2011

PENDAHULUAN

Dalam tinjauan pustaka ini akan membahas skenario tentang seorang perempuan umur
55 tahun datang ke klini dengan keluhan berdebar sejak seminggu yang lalu. Dari anamnesa
diketahui bahwa suaminya meninggal tiba-tiba, diduga karena serangan jantung. Tetapi pada
pemerikaan fisik dokter tidak menemukan kelainan apa-apa, jantung dan paru-paru dalam
keadaan baik. Dari kasus tersebut akan dibahas secara mendetail sehingga diharapkan dapat
menambah pengetahuan penulis maupun pembaca tentang neruoscience yang menjadi topic
perkuliahan di blok 6.
Saraf merupakan jaringan yang paling banyak dan kompleks dalam tubuh manusia.
Setiap aktivitas atau gerakan manusia baik yang secara sadar atau tidak sadar dipengaruhi
oleh saraf. Yang dimaksud dengan aktivitas sadar adalah aktivitas atas kemauan kita,
sedangkan aktivitas tidak sadar adalah seperti aktivitas jantung,usus,dll.
Perasaan berdebar terjadi karena dipengaruhi oleh emosi dan sistem otonom. Perasaan
emosi diatur oleh sistem limbik, sedangkan sistem otonom aktivitasnya diatur oleh
hipothalamus, pons, dan medula oblongata. Mekanisme kerja otonom dipengaruhi oleh
potensial aksi dan neurotransmiter. Hal-hal itulah yang akan dibahas pada tinjauan pustaka
ini.

HIPOTHALAMUS

Hipothalamus terletak di batang otak tepatnya di diencephalon, dekat dengan ventrikel


tertius.Hipothalamus disebut sebagai master of Gland karena ia merupakan pabrik tempat

1
hormon dan neurotransmitter dibentuk. Hipothalamus merupaka salah satu komponen dalam
aksis HPA. Aksis ini merupakan pusat kegiatan otak.1

Nuklei Hipothalamatik

Secara mikroskopis hipothalamus terbentuk dari sel-sel saraf kecil yang tersusun
dalam kelompok-kelompok atau nukleus-nukleus. Banyak di antaranya tidak jelas terpisah
satu dengan yang lain. Berdasarkan fungsinya, area preoptica dimasukkan menjadi bagian
hipothalamus . Untuk mendeskripsikannya, nukleus-nukleus dibagi oleh bidang parasagital
imajiner menjadi zona medialis dan zona lateralis. Dalam bidang ini terletak columna fornicis
dan tractus mammilothalamicus, yang berfungsi sebagai penand.

 Zona Medialis
Dapat ditemukan nuklei berikut ini,dari anterior ke posterior,yaitu sebagai berikut
bagian nucleus preopticus, nucleus anterior yang bergabung dengan nucleus
preopticus, bagian nucleuis suprachiasmaticus, nucleuis paraventricularis, nucleus
dorsomedialis, nucleus ventromedialis, nucleuis infundibularis, dan nucleus posterior.
 Zona lateralis
Dapat ditemukan nuklei hipothalamik berikut dari anterior ke posterior, yaitu bagian
nucleuis preopticus, bagian nucleus suprachiasmaticus, nucleus supraopticus, nucleus
lateralis, nucleus tuberomammilaris, dan nuclei tuberales laterales.

Lintasan Komunikasi Hipothalamus


Hipothalamus menerima informasi dari seluruh tubuh melalui hubungan saraf, aliran
darah, dan cairan serebrospinal. Neuron-neuron nukeli hipothlamus memeberikan respons dan
menyalurkan kontrolnya melalui rute yang sama. Cairan serebrospinal dapat bertindak
sebagai penghantar antara sel neurosekresi hipothalamus dan tempat-tempat di otak yang
jauh.

Hubungan-Hubungan Saraf Aferen Hipothalamus


Hipothalamus yang terletak di pusat sistem limbik menerima banyak serabut-serabut
aferen dari visera, membran mukosa olfaktori, cortex cerebri, dan sistem limbik.
Jumlah hubungan aferen banyak dan kompleks, jaras-jaras utama sebagai berikut :

2
1. Aferen somatik dan viseral. Sensasi somatik umum,sensasi pengecap dan viseral
mencapai hipothalamus melalui cabang-cabang kolateral serabut aferen
lemniscalis dan traktus solitarius setrta melalui formasio retikularis.
2. Aferen visual meninggalkan chiasma opticum dan berjalan menuju nucleus
suprachiasmaticus.
3. Penghidu berjalan melalui berkas medial prosencephalon.
4. Aferen auditorik
5. Serabut corticohypothalamicus berasal dari lobus frontalis cortex cerebri dan
langsung menuju hipothalamus
6. Serabut hippocampohypothalamicus berjalan dari hippocampus melewati
formix menuju corpus mammilare. Banyak ahli neurofisiologi beranggapan bahwa
hipothalamus merupakan jaras keluaran utama sistem limbik.
7. Serabut amygdalohypothalamicus berjalan dari complex amygdaloideus ke
hipothalamus melalui stria terminals dan melaui rute yang berjalan di inferior
nucleus lentiformis.
8. Serabut thalamohypothalamicus berasal dari nuclei dorsomedialis dan nukeli
thalamus yang berada di garis tengah.
9. Serabut tegmentals muncul dari mesencephalon.

Hubungan-Hubungan Saraf Eferen Hipothalamus

Hubungan-hubungan eferen di hipothalamus juga banyak dan kompleks, berikut merupakan


jaras-jaras utama :

1. Serabut desendes ke batang otak dan medulla spinalis memengaruhi saraf tepi
dari sistem saraf otonom. Serabut saraf tersebut turun melalui rangkaian neuron di
dalam formatio reticularis. Hipothalamus berhubungan dengan nulcei
parasmpathic nervi oculomotori, nervi facialis, nervi glossophayngei, dan nervi
vagi di dalam batag otak. Dengan cara yang sama, serabut retikulospinalis
menghubungkan hipothalamus dengan sel-sel simpatis yang terdapat di dalam
cornu laterale grisea pada segmen toraka I sampai segmen lumbalis II medulla
spinalis dan lintasan parasimpatis sakral tertinggi segemen sacralis II, III, dan IV
medulla spinalis.
2. Tractus mammilothalamicus berasal dari corpus mammilare dan berakhir di
nucleus anterior thalami lalu jaras akan diteruskan ke gyrus cinguli.

3
3. Tractus mammilotegmentaalis muncul dari corpus mammilare dan berakhir pada
sel-sel formatio reticularis di dalam tegmentu mesencephali.
4. Jaras mulitpel ke sistim limbik.

Hubungan-Hubungan Hipothalamus dengan Hipofisis Serebri

Hipothalamus dihubungkan dengan hypophysis cerebri oleh 2 jaras yaitu serabut-


serabut saraf yang berjalan dari nucleus suprapoticus dan nucleus paraventricularis ke lobus
posterior hypophyisis, serta pembuluh darah portal yang panjang dan pendek yang
menghububngkan sinusoi-sinusoid di eminentia mediana dan infundibulum dengan pleksus
kapiler di dalam lobus anterior hypophysis. Jaras-jaras ini memungkinkan hypothalamus
memengaruhi aktivitas kelenjar endokrin.2

Hormon-Hormon Hipothalamus

Lobus anterior :

1. Hormon pertumbuhan (GH): menyebabkan retensi nitrogen dalam tubuh dan sangat
penting untuk pertumbuhan. GH disekresi pada orang dewasa, anak-anak, dan remaja,
dan memiliki efek pada metabolisme karbohidrat dan lemak.
2. Thryroid-stimulating hormnone (TSH) : merangsang kelenjar tiroid untuk
menghasilkan tiroksi dan tri-yodotironin.
3. Hormon adrenokortikotropik (ACTH) : merangsang korteks kelenjar adrenal
menghasilkan glukortikoid.
4. Hormon gonadtropik : bekerja pada kelenjar seks. Pada pria, interstitial cell-
stimulating hormone (ICSH) merangsang sel-sel interstisial testis untuk menghasilkan
androgen. Pada wanita, FSH menyebabkan pematangan folikel ovarium dan LH yang
sama dengan ICSH berkombinasi dengan FSH untuk menyempurnakan pematangan
folikel dan merangsang perkembangan krpus luteum

Lobus Posterior

1. Hormon antiduretik : merangsang tubulus distal ginjal untuk mereabsorpsi air dari
cairan di dalamnya.
2. Oksitosin : terlibat dalam kerja uterus sat melahirkan dan kontraksi otot saluran
payudara, menyebabkan susu diperas dari saluran dalam ke dalam saluran superfisial.

4
3. Tiroksin dan tri-yodotironin : keduanya mengandung yodium yang sangat penting
dalam proses oksidatif dalam metabolisme.
4. Tirokalsitonin : hormon yang disekresi oleh sel-sel tertentu yang disebyl sel C.
Hormon ini menurunkan jumlah kalsium dalam plasma darah.3

Fungsi Hipothalamus

Hipothalamus berfungsi :

1. Berperan penting dalam pengendalian aktivitas SSO yang melakukan fungsi


vegetatif penting untuk kehidupan, seperti pengaturan frekuensi jantung, tekanan
darah, suhu tubuh, keseimbangan air, selera makan, saluran pencernaan dan
aktivitas seksual.
2. Sebagai pusat otak untuk emosi seperti kesenangan, nyeri, kegembiraan, dan
kemarahan.
3. Untuk memproduksi hormon yang mengatur pelepasan atau inhibisi hormon
kelenjar hipofisis, sehingga mempengaruhi keseluruhan sistem endokrin. 4

MEDULA OBLONGATA

Medula oblongata membentuk bagian bawah batang otak serta menghubungkan pons
dengan sumsum tulang belakang. Medula oblongata terletak dalam fosa kranialis posterior
dan bersatu dengan sumsum tulang belakang tepat id bawah foramen magnum tulang
oksipital.2 Medulla oblongata panjangny sekitar 2,5 cm, menjulur dari pons sampai medulla
spinalis dan terus memanjang, dan bagian ini berakhir pada foramen magnum tengkorak.4

Sifat-sifat utama medula oblongata adalah di situ jalur motorik desendens melintasi
batang otak dari sisi yang satu menuju sisi yang lain. Hal ini disebut dekusasio motorik.
Perpotongan seperti di atas yang dilakukan jalur sensorik pada medula, juga terjadi, dan
disebut dekusasio sensorik.

Medula oblongata mengandung nukleus atau badan sel dari berbagai saraf otak yang
penting. Selain itu medula mengandung pusat-pusat vital yang berfungsi mengendalikan
pernapasan dan sistem kardio-vaskuler. Karena itu, suatu cedera yang terjadi pada bagian ini
dalam batang otak dapat membawa akibat yang sangat serius.5

1. Medulla anterior atau ventral terdiri dari tonjolan substansi putih disebut piramid,
yang merupakan lanjutan dari akson pada pedunkulus serebrqal.

5
a. Dekusasi piramid. Tepat di area superior medulla spinbalis, fisura yang
terletak di antara kedua piramida menonjol sedikit ke luar karne sekitar
85% serabut piramida bersilangan ke sisi lain medulla spinalis.
b. Trakturs piramidal adalah jalur motorik utama dari serebrum ke medulla
spinalis.
c. Dekusasi terjadi di sisi kanan otak yang mengendalikan sisi kiri tubuh dan
sebaliknya.
d. Sisa 15% akson kemudian memanjang dan pada traktus kortikospinal
lateral dan bersilangan dalam medulla spinalis.
2. Medulla dorsal atau posterior terdiri sebagian dari lanjutan traktus sensorik. Nuklei
berperan sebagai pusat pemancar informasi yang dikirim ke pusat otak yang lebih
tinggi atau ke serebelum.
3. Pusat medula adalah nuklei yang berperan dalam pengendalian fungsi seperti
frekuensi jantung, tekanan darah, pernapasan, batuk menelan dan muntah.
4. Nuklei yang merupakan asal saraf kranial IX,X,XI, dan XII terletak dalam
medulla.4

PONS

Pons terletak di permukaan anterior cerebellum, inferior dari mesencephalon, dan


superior dari medulla oblongata. Pons atau jembatan dinamakan dari banyaknya serabut yang
berjalan transversal pada permukaan anteriornya yang menghubungkan kedua hemisperium
cerebelli. Pons juga mengandung banyak nuclei serta serabut-serabut asendens dan
desendens.2 Pons hampir semuanya terdiri dari substansia putih. Selain menghubungkan
kedua hemisperium cerebelli, pons menghubungkan medulla, yang panjang dengan berbagai
otak melalui pedunkulus serebri.

1. Pusat respiratorik terletak dalam pons dan mengatur frekuensi dan kedalam an
pernapasan.
2. Nuklei saraf kranial V,VI,dan VII menerima informasi dari saraf kranial VIII.

SISTEM SARAF OTONOM

Sistem saraf otonom adalah sistem motroik eferen viseral. Sistem ini menginervasi
jantung, seluruh otot polos seperti pada pembuluh darah dan visera serta kelenjar-kelenjar.
Sistem saraf otonom tidak memiliki input volunter, walaupun demikian sistem ini

6
dikendalikan oleh pusat dalam hipotalamus, medula, dan korteks serebral, serta pusat
tambahan pada formasi retikuler batang otak. Serabut aferen viseral (sensorik) menyampaikan
rasa nyeri atau rasa kenyhang dan pesan-pesan yang berkaitan dengan frekuensi jantung,
tekanan darah, dan pernapasan yang dibawa SSP di sepanjang jalur yang sama dengan jalur
serabut motorik viseral pada SSO.

Sistem saraf otonom dibagi menjadi dua divisi, yaitu sistem simpatis dan sistem
parasimpatis. Divisi simpatis dan parasimpatis pada SSO secara anatomis berebdea dan
fungsinya antagonis. Kedua divisi memiliki dua neuron di antara SSP dan efektor. Pertama
atau neuron preganglionik, terletak dalam SSP. Kedua, atau neuron postganglionik terletak di
luar SSP.

SSO simpatis memiliki satu neuron preganglionik pendek dan satu neuron
postganglionik pankang. Badan sel neuron preganglionik terletak pada tanduk lateral
substansi abu-abu dalam segmen toraks dan lumbal bagian atas medulla spinalis. Serabut
preganglionik yang merupakan akson termielinisasi , keluar melaui radiks ventral bersama
dengan serabut eferen somatik. Serabut preganglionik menjalar seprti ramus komunikans
putih menuju ganglion terdekat pada rantai ganglion simpatis paravertebral yang terletak di
sepanjang kedua sisi kolumna vertebra. Saat serabut preganglionik mencapai ganglion,
serabut ini akan mengambil salah satu dari ketiga jalur berikut :

1. Serabut preganglionik dapat bersinaps dengan neuron postganglioik dalam


ganglion simpatis pada area masuk.
2. Serabut akson preganglionik dapat menanjak atau menuruni rantai simpatis dan
bersinaps pada ganglion pada area yang lebih rendah atau yang lebih tinggi.
3. Serabut preganglionik dalam regia toraks dapat langsung ke trunkus simpatis tanpa
perlu bersinaps untuk membentuk saraf splanknik besar dan kecil yang menuju
ganglia kolateral,tempat terjadinya sinaps.
Satu-satunya pengecualian dari sistem dua neuron ini adalah inervasi pada kelenjar
medullua adrenal. Serabut preganglionik simpatis yang menjalar ke medulla
adrenal tidak bersinaps dengan neuron postganglionik sebelum mencapai kelenjar.
Sel medula khusus menggantikan sel-sel ganglion simpatis.
SSO parasimpatis memiliki neuron preganglionik panjang yang menjulur mendekati
organ dan memiliki serabut postganglionik pendek. Badan sel neuron preganglionik terletak
dalam nuklei batang otak dan keluar melalui CN III, VII, IX, X , dan saraf XII. Saraf XI

7
juga dalam substansi abu-abu lateral pada segmen sakral kedua,ketiga, dan keempat medula
spinalis dan keluar melalui radiks ventral. Neuron postganglionik terletak dalam ganglia
termninal yang terdapat tepat di luar atau dalam dinding organ yang terinevarsi.
Serabut parasimpatis yang berawal dari regia kranial korda menginervasi mata,
struktur pada kepala, dan visera abdominal dan pelvis. Lalu serabut parasimpatis yang
berawal dari regia sakral korda membentuk saraf splanknik pelvis dan menginervasi sistem
urinarius, serta bagia-bagian dari usus besar bawah. Serabut parasimpatis tidak menjalar
dalam ramus dorsa dan ramus ventral saraf spinal. Dengan demikian efektor pada kulit yaitu
kelenjar keringat, otot arektor pili, dan pembuluh darah kutan tidak menerima inervasi
parasimpatis.4

POTENSIAL AKSI

Potensial aksi adalah perubahan yang cepat pada potensial membran suatu neuron atau
sel otot. Potensial aksi terjadi apabila depolarisasi cukup besar untuk menyebabkan
membukanya gerbang (pintu) natrium peka-voltase pada sel, yang terdapat di sepanjang
membran. Setelah pintu tersebut terbuka, ion natrium menyerbu ke dalam sel. Masuknya ion
natrium secara cepat menyebabkan muatan di dalam sel dengan cepat menjadi lebih positif,
yang mencapai sekitar +30mV di sel saraf. Ketika sel menjadi lebih positif, pintu natrium
mulai menutup dengan cepat. Pada saat ini, pintu kalium yang juga dipengaruhi oleh
perubahan potensial membran, terbuka yang memungkinkan ion kalium menyerbu keluar sel.
Keluarnya ion kalium menyebabkan sel kembali bermuatan negatif di dalamnya. Pada sel otot
potensial aksi juga membuka pintu kalsium.

Potensial aksi adalah keadaan aktif dan sementara pada depolarisasi sel yang dramatis.
Potensial aksi berbeda dari potensial berjenjang karena amplitudo atau durasinya tidak
bervariasi. Sebagai gantinya, potensial aksi dianggap “all or none” , apabila stimulus listrik
atau kimiat atau EPSP cukup besar untuk membuka saluran natrium dependen-voltase guna
mendepolarisasi membran dengan cukup maka potensial aksi terjadi. Apabila stimulus
tersebut tidak cukup menyebabkan depolarisasi dengan tingkat tertentu, potensial aksi tidak
terjadi. Tingkat depolarisasi saat neuron mencetuskan potensial aksi disebut potensial
ambang. Pada otot, satu EPP diperlukan untuk menyebabkan sel otot mencapai ambang dan
berkontraksi. Pada saraf banyak EPSP diperlukan untuk menyebabkan saraf mencapai
ambang.

8
Penyebaran Potensial Aksi

Ketika serabut saraf mencapai ambang dan mencetuskan potensial aksi, potensial aksi
tersebut disebar dengan kecepatan dan voltase yang sama di seluruh panjang akson, sampai
terminal akson. Penyebaran potensial aksi terjadi karena area yang berdekatan pada akson
dipengaruhi oleh perubahan arus yang dihasilkan oleh potensial aksi awal. Perubahan arus
yang dihasilkan oleh potensial aski cukup besar untuk menyebabkan depolarisasi di area yang
berdekatan pada neuron, dan potensial aksi berulang. Ketika potensial aksi melewati akson,
bagian akson yang baru saja mencetuskan potensial aksi akan refraktori selama satu periode
waktu sampai potensial membran kembali ke level istirahat.

Kecepatan ketika potensial aksi melewati serabut saraf bergantung pada diameter
serabut dan apakah serabut saraf ditutup oleh mielin. Karena serabut yang besar mengalami
resistensi yang kurang terhadap aliran arus dibandingkan serabut yang kecil , serabut yang
besar mentransmisikan potensial aksi lebih cepat dibandingkan serabut yang kecil. Serabut
yang dilapisi dengan mielin menyalurkan potensial aksi lebih cepat dibandingkan serabut
tanpa pelindung mielin karena mielin bekerja sebagai insulasi untuk mencegah kebocoran
arus keluar melintasi membran. Hal ini memungkinkan potensial aksi menyebar dengan
melmpatkan akson dalam proses yang disebut konduksi salatori, bukan secara bertahap. Area
tempat mielin tidak ada di akson, yang disebut nodus Ranvier, mengandung densitas besar
saluran natrium yang terbuka sebagai respons terhadap penyebaran arus dan secara cepat
mendepolarisasi sampai ambang yang menyebarkan sinyal dengan kecepatan tinggi. Tanpa
selubung mielin, aruas harus mendepolarisasi setiap area yang berdekatan pada akson, suatu
proses yang sangat memperlambat transmisi saraf.

Transmisi Sinaps Potensial Aksi

Saat potensial aksi mencapai terminal akson, hal ini menyebabkan pembukaan saluran
kalium yang terbuka dengan voltase. Walaupun apa yang terjadi berikutnya tidak dipahami
sepenuhnya, tampak bahwa ketikan ion kalsium masuk ke terminal prasinaps, ion berikatan
dengan tempat yang disebut tempat pelepasan, pada bagian dalam permukaan membran
prasinaps. Pengikatan di tempat pelepasan menyebabkan tempat tersebut terbuka, yang
memungkinkan neurotransmitter dibungkus di bagian dalam vesikel pada terminal prasinaps,
setiap terminal prasinaps mengandung sedikit sampai ribuan neurotransmiter. Semakin
banyak kalsium yang memasuki terminal prasninaps, semakin banyak jumlah vesikel yang
terbuka untuk melepaskan neurotrasmiternya. Pelepasan terminal pransinpas tunggal biasanya

9
tidak cukup untuk mendepolarisasi sampai ambang sel pascasinapas. EPSP ( potensial
prasinaps eksitasi) multipel dari neuron prasinaps multipel biasanya tidak diperlukan. Jika
terdapa cukup ESP, neuron pascasinapas mendepolarisasi dan mencetuskan potensial aksinya
sendiri. Jika tidak terdapat cukup EPSP, penjumlahan sinyal yang datang pada neuron
pascasinapas tidak cukup untuk menyebabkan depolarisasi sampai ambang, dan sinyal tidak
disalurkan ke neuron berikutnya dalam rantai.6

NEUROTRANSMITER

Pengantar impuls saraf antara dua sel saraf atau antara suatu sel saraf dengan suatu sel
otot, saraf akan mengeluarkan suatu transmiter kimia. Senyawa ini akan berdifusi melintasi
sambungan bercelah antarsel dan terikat pada reseptor yang ada di sel berikut. Hasilnya, sel
yang berakhir ini menjadi permeabel akan ion Na. Hal ini mengantarkan impuls tadi
sepanjang sel. Bila sel yang menerima impuls tadi juga sel saraf, maka ia pun akan
mengeluarkan suatu neurotransmiter. Bila sel yang menerima tadi adalah sel otot, maka
terjadilah kontraksi. Sesudah terikat ke reseptor, transmiter tadi dipecah, dengan demikian
permeabilitasw membran kembali lagi ke keadaan semula, yaitu siap menerima impuls.

Struktur Kimia

 Asetilkolin
Asetilkolin berperan sebagai neurotransmiter pada saraf parasimpatik dan
antara saraf dengan otot. Senyawa ini disintersis dari asetil Ko-A dan kolin.
Sesudah dibebaskan dari ujung saraf, asetilkolin berdifusi ke sel sasaran dan
bekerja pada reseptornya. Kemudian senyawa ini dengan cepat dipecah oleh enzim
asetilkolinesterase. Pada reaksi pemecahan ini, gugus asetil terikat ke residu serin dari
enzim. Aktivitas enzim ini dapat dihambat dengan pemberian senyawa yang juga
dapat diikat oleh residu serin tadi, tetapi di hidrolisis jauh lebih lambat daripada gugus
asetil. Fisotigmin sautu racun berasal dari biji polong Calava, obat antiglaukoma
neostigmin dan pestisida organofosfat peration bekerja dengan cara seperti ini.
Bila ada salah satu dari zat ini, asetilkolin tidak dihidrolisis dan terus bekerja
pada reseptornya di sel. Akibatnya sel saraf tetap dalam keadaan depolarisasi dan tidak
dapat menanggap impuls berikut. Pengikatan ini dapat dihilangkan dengan
memberikan piridin aldoksim metiodin atau PAM. Senyawa ini telah digunakan secara
klinis untuk menanggulangi keracunan pestisida golongan organofosfat.

10
Senyawa analog asetilkolin juga menghamabt penghantarn impuls saraf.
Senyawa-senyawa ini juga dipecah oleh asetilkolinesterase tetapi dalam laju yang
leboh lambatr daripada asetilkolin. Analog yang demikian itu misalnya ialah
suksinilkolin dan digunakan secara klinis sebagai pelemas otot pada pembedahan.
Berbagai senyawa yang meniru kegiatan asetilkolin atau reseptor juga
menganggu perantara impuls saraf. Kurare, yang mempunyai unsur aktif d-tubokurarin
dan bungarotoksin adalah dua dari semacam senyawa ini. Miastenia gravis adalah
suatu penyakit otoimun yang ditandai oleh adanya otoantibodi terhadap reseptor
asetilkolin. Otoantibodi ini menghambat reseptor untuk berikatan dengan asetilkolin
dan dengan demikian saraf tidak dapat menanggapi impuls saraf berikutnya.
 Katekolamin

Katekolamin bekerja sebagai neurotransmiter pada saraf simpatik. Senyawa ini


disintesis oleh sel-sel saraf dan oleh medula kelenjar adrenal. Jalur biosintesis
katekolamin dimulai dari tirosin. Mula-mula tirosin dioksidasi oleh kerja enzim tirosin
hidrokislase dalam suatu reaksi yang sama dengan reaksi pembentukan tirosin dan
fenilalanin. Hasilnya terbentuknya dihidroksifenilalanin atau dopa. Dopa ini kemudian
mengalami dekarbosksilasi menjadi dopamin, neurotransmiter golongan katekolamin
yang pertama. Dopamin dapat dioksidasi lagi untuk menghasilkan noradrenalin atau
norepinefrin. Senyawa ini bertindak sebagai neurotransmitter antara saraf simpatik
dengan otot polos. Metilasi dengan menggunakan S-adenosil metionin sebagai donor
metil menghasilkan adrenalin atau epinefrin.

Bila otak kekurangan tirosin hidroksilase maka akan terjadilah penyakit


parkinson. Keadaan ini mengakibatkan kekurangan dopamin, epinefrin, norepinefrin,
dan serotonin. Berkurangnya dopamin pada korpus striatum tampaknya menyebabkan
gejala yang berat. Penyakit ini tanggap akan pengobatan dengan dopa, yang dapat
melewati sawar darah-otak.

Katekolamin dapat dibuat tidak aktif dengan cara metilasi gugus hidroksil yang
terdapat pada kedudukan 3 pada cincin fenil.

Mekanisme inaktifasi yang kedua ialah dengan menggunakan enzim


monoaminoksidase yang mengoksidasi karbon di ujung rantai samping menjadi
karboksilat,disertai pelpeasan nitrogen sebagai amonia. Dengan cara ini, baik epinefrin
maupun norepepinerfrin akan menghasilkan 3,4-dihidroksimadelat.

11
 GABA
Gaba adalah transmiter yang bersifat menghambat, yang meningkatkan
permeabilitas membran sel saraf akan kalium. Keluarnya kalium menyebabkan
depolarisasi membran dan meningkatkan jumlah transmiter yang lain yang harus ada
lebih dulu sebelum suatu impuls saraf dihantarkan. GABA disintesis dari glutamat
dengan cara dekarboksilasi. GABA dipecah dengan cara transaminasi, diikuti oleh
oksidasi menjadi suksinat.
 Serotonin
Senyawa ini dibentuk dari triptofan dengan hidroksilasi cincin pada kedudukan
5.Reaksi ini sama dengan reaksi pembentukan tirosin dari fenilalanin serta reaksi
pembentukan dopa dari tirosin. Kemudain dekarboksilasi akan menghasilkan 5-
hidroksitriptamin atau serotonin. Zat ini bersifat vasokonstriktor dan neurotransmiter
bagi otot polos, terutama di saluran cerna. Serotonin dipecah oleh monoamin oksidade
menjadi asam 5-Hidroksi Indolasetat.
 Histamin
Zat ini adalah hasil dari dekarboksilasi histidin. Histamin bersifat vasodilator
yang juga memicu sekresi HCl di dalam lambung. Selain itu, mastosit (mast cell)
melepaskan histamin ketika terjadi reaksi alergi.
 Melanin
Melanin adalah pigmen berwarna gelap yang terdapat di dalam kulit dan
rambut. Zat awalny adalah tirosin dan dopa. Dalam sintesis melanin, terbentuklah
dopa dan dopakinon oleh kerja suatu enzim yang mengandung tembaga, yaitu
tirosinase.
Perubahan rinci juga dialami senyawa ini sampai menjadi melanin tidaklah
diketahui dengan lengkap. Meskipun begitu, beberapa rekasi mungkin terjadi tanpa
enzim. Suatu kelainan bawaan, yaitu kekurangan tirosinase akan menimbulkan
albinisme klasik.7

HISTOLOGI JARINGAN SARAF

A. Neuron adalah unit fungsional sistem saraf yang terdiri dari badan sel dan
perpanjangan sitoplasmasa.

1. Badan sel

12
- Dapat juga disebut perikarion atau soma. Secara umum neuron pada sistem saraf
pusat berbentuk berbentuk poligonal dengan permukaan cekung diantara juluran-
juluran prosesus. Sedangan neuron pada sistem saraf perifer memiliki badan sel
yang berbentuk bulat dan hanya ada satu prosesus.
- Nukleusnya besar, berbentuk lonjong dan ditengah. Terdapat kromatin halus, dan
nukleolusnya dapat terlihat jelas.
- Pada sitoplasmanya terdapat retikulum endoplasmik kasar (RE kasar) yang disebut
juga sebagai substansia Nissl. Substansia Nissl dapat dilihat dengan menggunakan
mikroskop cahaya. Retikulum endoplasmik kasar juga ada pada dendrit, tapi hanya
sedikit.
- Pada akson hillock tidak terdapat retikulum endoplasmik kasar. Akson hillock
adalah bagian dari badan cell dimana pertama muncul percabangan axon. Namun
pada akson dapat dijumpai retikulum endoplasmik halus.
- Secara umum pada sel neuron yang berukuran kecil, akan memiliki substansua
Nissl yang berukuran kecil pula, sedangan sel neuron yang besar akan mempunyai
substansia Nissl yang berukuran lebih besar. Perbedaan ini dapat disebebkan oleh
perubahan kondisi fisiologi dan patologi pada neuron.
- Pada sebagian besar neuron, terdapat retikulum endoplasmik halus. Retikulum ini
akan berada disepanjang dendrit dan akson membentuk cisternae hipolemmal yang
berada tepat dibawah plasmalema. Namun sampai sekarang fungsi dari cisternae
hipolemmal belum diketahui dengan pasti.
- Pada sel neuron juga terdapat kompleks Golgi. Kompleks Golgi diduga
bertanggungjawab dalam pengaturan neurotransmitter dan enzim .
- Pada sitoplasma di badan sel,dendrit, dan akson juga terdapat beberapa
mitokondria. Tetapi, mitokondria paling banyak ditemukan di ujung terminal
akson. Mitokondria pada sel neuron dapat bergerak di sepanjang mikrotubulus di
sitoplasma.
2. Dendrit
Merupakan bagian yang berfungsi sebagai reseptor pada sel saraf. Dendrit menerima
stimulus dari sel saraf lainnya. Kebanyakan neuron memiliki banyak dendrit. Sel
neuron spinal motorik mempunyai 5-7 uluran dendrit. Dendrit terulur dari badan sel
dan banyak bercabang- cabang. Setiap sel neuron memiliki pola dendrit yang khas.
Pada dendrit tidak terdapat badan golgi. Pada dendrit di kebanyakan sel neuron,
neurofilamennya akan menyambung silang dengan mikrotubulus. Sedangakn terdapat
13
mitokondria dalam jumlah yang besar. Percabangan pada dendrit membuat sebual
neuron dapat menerima dan mengintegrasi banyak impuls. Pada beberaoa dendrit
terdapat spina yang akan membantu dendrit untuk bersinaps dengan sel neuron lain.
3. Akson
Sel saraf memiliki akson bersabut panjang yang timbul dari bagian badan sel yang
sedikit menonjol atau biasa disebut kerucut akson atau akson hillock. Akson hillock
adalah sebuah bangunan berbentuk piramid pada badan sel. Biasanya terletak
berlawanan dengan cabang dendrit pada badan sel. Akson ada yang ditutupi dengan
selubung mielin. Selubung mielin berasal dari plasmalema sel- sel glia. Ada juga
akson yang tidak diselubungi oleh selubung mielin. Impus disalurkan lebih cepat
ketika melewati akson bermielin dibanding ketika melewati akson tanpa mielin.
Terdapat dua macam transportasi akson, Jenis pertama adalah transport anterogarde.
Arahnya adalah dari badan sel menuju akson terminal. Transport anterogarde
digunakan pada translokasi organel- organel dan vesikel- vesikel juga berbagai
makromolekul seperti aktin, miosin, dan beberapa enzim yang diperlukan untuk
sintesis neurotransmitter pada ujung terminal akson. Jenis kedua adalah transport
retrogarde. Arah transportnya dari akson terminal menuju ke badan sel. Sel- sel yang
memanfaatkan transport ini antaralain adalah neurofilamen, subunit mikrotubulus,
beberapa jenis enzim tertentu.8,9

Gambar 1: Sel neuron

Secara morfologis, neuron dapat diklasifikasikan menjadi 3 berdasarkan bentuknya


dan pengaturan prosesusnya:

14
Gambar 2: Bentuk- bentuk Sel Neuron

1. Neuron bipolar
- Memiliki dua processus yang keluar dari badan sel/ soma. Yaitu sebuah dendrit,
dan sebuah akson. Neuron bipolar terdapat pada ganglia vestibula dan koklea dan
pada epithelium olfaktorius pada rongga nasal.

2. Neuron unipolar
- Sering juga disebut sebagai neuron pseudounipolar). Neuron ini hanya memiliki
satu prosesus dari badan selnya. Tapi prosesus ini akan bercabang nantinya menjad
cabang sentral dan cabang perifer. Cabang sentral akan menuju ke sistem saraf
pusat, cabang perifer akan berlanjut ke tujuannya pada tubuh. Neuron unipolar
terbentuk dari neuron bipolar embrionik yang prosesusnya mengelilingi badan sel
selama perkembangan embrio, dan pada akhirnya berfusi menjadi satu prosesus.
Neuron unipolar ada pada akar ganglia dorsal dan saraf kranial ganglia.

3. Neuron multipolar
- Adalah jenis yang paling umum. Memiliki prosesus dengan berbagai bentuk, dan
dendrit yang banyak yang keluar dari badan sel, dan mempunyai satu akson.
Neuron multipolar ada di sepanjang sistem saraf, dan kebanyakan adalah neuron
motorik.

Neuron juga diklasifikasikan menjadi 3 kelas berdasarkan fungsinya:

15
1. Neuron sensorik (afferen) : Menerima input sensoris pada terminal dendrtinya dan
meneruskan impuls ke sistem saraf pusat untuk diproses. Neuron sensorik yang
terletak di perifer tubuh berfungsi untuk memonitor perubahan lingkungan. Sedangkan
neuron sensorik yang terletak didalam tubuh buerfungsi untuk memonitor keadaan
interal tubuh.
2. Neuron motorik (efferen) : Berasal dari sistem saraf pusat dan meneruskan impulsnya
menuju otot, kelenjar- kelenjar, atau menuju sel neuron lainnya.
3. Interneuron : Terletak sepenuhnya di sistem saraf pusat. Berfungsi sebagai
penghubung yang menciptakan sirkuit neuronal antara neuron sensorik dan neuron
motorik.9

B. Sel neuroglial. Biasanya disebut glia, sel neuroglial adalah sel penunjang tambahan
pada SSP yang berfungsi sebagai jaringan ikat. Tidak seperti neuron, sel glial dapat menjalani
mitosis selama rentang kehidupannya dan bertanggung jawab atas terjadi tumor sistem saraf.

1. Astrosit adalah sel berbentuk bintang yang memiliki sejumlah prosesus panjang,
sebagian besar melekat pada dinding kapiler darah melalui predikel atau kaki vaskular.
Astrosit memberikan penopang struktural dan mengatur transpr materi di antara darah
dan neuron

2. Oligodendroglia menyerupai astrositm tetapi badan selnya kecil dan jumlah


prosesusnya lebih sedikit dan lebih pendek. Bagian ini membentuk lapisan mielin
untuk melapisi akson dalam SSP.

3. Mikroglia ditemukan dekat neuron dan pembuluh darah, dan dipercaya memiliki
peran fagositik. Sel glia berukuran kecil dan prosesunya lebih sedikit dari jenis sel glia
lain.4

SISTIM LIMBIK

Sistem limbik terdiri dari struktur berbentuk sepasang koma. Sistem ini
menghubungkan otak tengah dengan hipokampus dan girus singuli serta korteks serebri.
Sistem limbik mengurus naluri emosi dan ingatan.

Kortek serebri disebut sebagai otak rasional, sedangkan sistem limbik disebut sebagai
otak emosional. Bila banyaknyha pasokan darah pada otak menujukkan pentingnya fungsi
bagian otak tersebut, ternyata sistem limbik merupakan bagian otak yang paling banyak

16
memperoleh pasokan darah. Sistem limbik ini kerjanya memadukan pemikiran rasional
dengan energi emosi yang artinya menyempurnakan proses berpikir manusia. Pada
peranannya untuk mengendalikan emosi, sistem limbik ini juga memberikan kontribusi yang
mendasar terhadap proses belajar. Peran vitalnya adalah meneruskan informasi yang diterima
ke dalam memori. Talamus dan hipotalamus merupakan bagian dari sistem limbik berperan
untuk mengatur seluruh aktivitas otak.

Sistem limbik berperan mengatur suhu tubuh, keseimbangan kimia tubuh seperti gula
darah, detak jantung, tekanan darah, hormon dan naluri seksual. Pada sistem limbik iniah
dipusatkan pengaturan emosi seperti marah, senang, agresivitas, rasa lapar, haus kenyang,dll.
Sistem limbik juga terlibat dalam bekerjanya sistem ingatan dan memberikan kontribusi yang
esensial terhadap proses belajar yang efektif atau sebaliknya.

Korpus Amigdala mengatur rasa marah dan agresivitas. Hipokampus dan girus singuli
mengatur daya ingat, yaitu apa yang terjadi sekarang dengan ingatan tentang benda tersebut di
waktu yang lalu.10

Secara fungsional sistem limbik berkaitan dengan hal-hal di bawah ini :

1) Suatu pendirian atau respons emosional yang mengarahkan pada tingkah laku
individu.
2) Suatu respons sadar terhadap lingkungan.
3) Memberdayakan fungsi intelektual korteks seberi secara tidak sadar dan
memfungsikan secara otomatis batang otak untuk merespons keadaan.
4) Memfasilitasi penyimpanan memori dan menggali kembali simpanan memori yang
diperlukan.
5) Merespons suatu pengalaman dan ekspresi alam perasaan, terutama reaksi takut,
marah, dan emosi yang berhubungan dengan perilaku seksual.11

Sistem Limbik, Fungsi Mengingat dan Proses Belajar

Seperti telah dikatakan di atas, selain terkait dengan emosi, ternyata juga menyatukan
pemikiran rasioan dengan energi emosi yang berarti menyempurnakan proses berpikir
manusia. Sistem limbik memberikan pula kontribusi yang mendasar terhadap proses belajar.
Ia melakukan peran vital dalam meneruskan informasi yang diterima kedalam memori.
Ternyata manusia memiliki tiga sistem memori :

17
 Jangka pendek, memori ini hanya bertahan 1-2 detik.
 Jangka menengah, memori ini mampu bertahan sekitar 15 etik.
 Jangka panjang, memori ini dapat bertahan lama.

Yang penting untuk proses belajar, baik orangtua dan guru harus mengajarkan para siswa
atau mahasiwa untuk sering mengulang informasu atau pelajar yang diterima berkali-kali.
Dengan pengulangan itu akan terjadi pengalihan dari ingatan jangka pendek je ingatan jangka
panjang, dan dengan demikian akan mempercepat konsilidasi.

Otak mempunyai kecendrungan untuk mengulang informasi yang baru diterima, terutama
informasi yang menyita perhatian pikiran. Bila kita lupa sesuatu, bukan berarti sesautu
tersebut sudah hilang dari tempat penyimpannya, melainkan karena sistem untuk mengakses
ke tempat penyimpaan memori tersebut sudah lemah. Akses ke tempat penyimpanan yang
dimaksud akan kuat bila sering kita pergunakan, begitu pula keadaan sebaliknya.10

Jaras-Jaras Penghumbung Sistem Limbik

Jaras-jaras tersebut adalah alveus, fimbria, fornix, tractus mammilothalamicus, dan


stria terminalis.

Alveus terdiri dari selapis tipis substansia alba yang terletak pada permukaan superior
atau permukaan ventrikular hippocampus. Alveus mengandung serabut-serabut saraf yang
berasal dari cortex hippocampi. Serabut-serabut yang berkumpul di tepi medial hippocampus
dan membentuk sebuah berkas yang disebut fimbria.

Fimbria kemudian meninggalkan ujung posterior hippocampus sebagai crus fornicis.


Crus dari masing-masing sisi lalu membelok ke posterior dan superior di bawah splenium
corpus callosum serta di sekitar permukaan posterior talamus. Kedua crura kemudian
berkumpul membentuk corpus fornicis yangg letaknya sangat dekat dengan permukaan bawah
corpus callosum. Ketika saling mendekat, kedua crura dihubungkan oleh serabut-serabut
transversa yang disebut commisura forninics. Serabut-serabut ini bersilangan dan bergabung
dengan hippocampus kedua sisi.

Di anterior, corpus fornicis dihubungkan ke permukaan bawah corpus callosum oleh


septum pellucidum. Di inferior, corpus fornicis dihubugnkan ketela choroidea dan atap
ependimal ventrikulus ketiga.

18
Di anterior, corpus fornicis terbagi menjadi dua columnba fornicis anterior yang
masing-masing melengkung ke anterior dan inferior di atas foramen interventriculare
(foramen monro). Selanjutnya, masing-masing columna menghilang ke dalam dinding lateral
ventriculus tertius untuk mencapai corpus mammilare.

Tractus mammilothalamicus merupakan hubungan penting antara corpus mammilare


dan kelompok anterior thalami.

Stria terminalis muncul dari aspek posterior nucleus amgdyla dan berjalan sebuah
berkas saraf di posterior atap cornu inferior ventriculus lateralis pada sisi medial cauda
nucleus caudatus. Stria ini mengikuti lengkungan nucleus caudatus dan terletak pada dasar
corpus ventriculus lateralis.2

KESIMPULAN

Berdebar terjadi karena dipengaruhi oleh emosi dan sistem otonom. Perasaan emosi
diatur oleh sistem limbik, sedangkan sistem otonom aktivitasnya diatur oleh hipothalamus,
pons, dan medula oblongata. Mekanisme kerja otonom dipengaruhi oleh potensial aksi dan
neurotransmiter.

DAFTAR PUSTAKA

1. Pasiak T. Unlimited potency of the brain. Edisi pertama. Bandung: Mirzan; 2009.h.83
2. Wilkins, Williams L. Neuroanatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi ke-5.
Jakarta: EGC; 2002.h. 340-427
3. Gibson J. Fisiologi dan anatomi modern untuk perawat. Edisi pertama. Jakarta:
EGC;2002.h. 250-3
4. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Edisi pertama. Jakarta: EGC; 2003.h.
154-82
5. Pearce EC. Anatomi untuk paramedis. Edisi ke-33. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama; 2009.h. 347
6. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Edisi ke-3. Jakarta: EGC;2007.h. 214-7
7. Schumm DE. Essnetials of biochemistry. Jakarta: Binarupsa Aksara;2003. h.353-9
8. Gartner LP, Hiatt JL. Color textbook of histology. 3rd edition. Philadelphia: Elsevier
Inc; 2007
9. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-22. Jakarta: EGC; 2008.

19
10. Hardywinoto, Setiabudi T. Anak unggul berotak prima. Edisi ke-2. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama; 2003.h. 27-9
11. Mutaqin A. Pengantar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem pernafasan.
Jakarta: Salemba Medika; 2004.h.16

20

Anda mungkin juga menyukai