Anda di halaman 1dari 15

PENGERTIAN, FUNGSI DAN JENIS LINGKUNGAN PENDIDIKAN

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH


Pengantar Pendidikan
Yang dibina oleh Dra. Sudarsini, M.Pd

OLEH
Arif Miftahul Riski (170611633663)
Bagus Cahyono Putro (170611633591)
Mohammad Arif Kurniawan (170611633518)
Nabila Aprilia (170611633541)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Kuasa lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah melimpahkan rahmat dah
hidayah, dan inayah-nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Pengertian, Fungsi dan Jenis Lingkungan Pendidikan”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

02 Februari 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah ...........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan .....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3
2.1 Pengertian Pendidikan ..............................................................................3
2.2 Pandangan-pandangan tentang Pendidikan...............................................4
2.3 Fungsi Pendidikan .....................................................................................5
2.4 Jenis Lingkungan Pendidikan ...................................................................7
BAB III PENUTUP ..............................................................................................11
3.1 Kesimpulan ............................................................................................11
3.2 Saran ......................................................................................................11
DAFTAR RUJUKAN ..........................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dalam perkembangan peradaban dunia, banyak pengertian, pandangan dan teori
yang dikemukakan orang mengenai pendidikan. Pengertian-pengertian, pandangan-
pandangan dan teori-teori tersebut terumus berbeda-beda. Meskipun demikian,
pendidikan berlangsung terus tanpa menunggu adanya keragaman arti dan teori
pendidikan. Pendidikan diberikan kepada setiap manusia karena pendidikan merupakan
sesuatu yang sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup manusia. Menurut Umar &
La Sulo (2012), pendidikan itu bagian integral dari hidup itu sendiri. Prinsip pendidikan
seperti itu mengandung makna bahwa pendidikan itu lekat dengan diri manusia, karena
dengan itu manusia dapat terus-menerus meningkatkan kemandiriannya sebagai pribadi
dan sebagai anggota masyarakat, meningkatkan self fulfillment (rasa kepenuhmaknaan)
dan terarah kepada aktualisasi diri.
Pendidikan memiliki andil besar dalam kehidupan, namun fungsi-fungsi dari
pentingnya pendidikan tersebut masih diragukan oleh beberapa orang. Percepatan
perubahan benar-benar telah mengusangkan banyak hasil belajar dalam waktu yang
semakin cepat (Raka Joni, 1981: 5). Untuk menunaikan fungsi dari pendidikan dalam
arti seluas-luasnya, maka dapat dimulai dari ketrampilan kerja sampai dengan
penemuan diri sendiri dalam kaitannya fungsional kerja sampai dengan masyarakat,
maka suatu reorientasi yang cukup mendasar perlu dilakukan. Agar pendidikan dapat
berlangsung secara yang diharapkan lingkungan akan menjadi pengaruh utama dalam
proses tersebut. Manusia tidak bisa terpisahkan dari interaksi dengan lingkungan.
Manusia dewasa (pendidik) dan manusia belum dewasa (anak didik) bersama-sama
hidup dalam suatu kesatuan hidup tertentu di dalam suatu alam lingkungan sekitar
(Wens, Inggridwati, Samana, Hardjanto, Kusdawarti & Joseph, 1989: 39).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut.
a. Apa pengertian dari pendidikan?
b. Apa saja fungsi dari pendidikan?
c. Bagaimana jenis lingkungan pendidikan?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut.
a. Untuk mengetahui makna dari pendidikan
b. Untuk mengetahui fungsi-fungsi dari pendidikan
c. Untuk mengetahui macam jenis lingkungan pendidikan
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut.
a. Agar mengetahui tentang makna dari pendidikan
b. Agar mengetahui fungsi-fungsi dari pendidikan
c. Agar mengetahui macam jenis lingkungan pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendidikan


Berikut ini akan dikemukakan pengertian-pengertian tentang pendidikan yang
dikemukakan oleh beberapa ahli. Dengan mempelajari pengertian-pengertian
pendidikan maka akan menjadi jelas bahwa pendidikan itu bukan hanya sekedar
pewarisan budaya atau hasil peradaban manusia.
2.1.1 Pengertian Pendidikan Menurut Langeveld
Menurut Langeveld, pendidikan diartikan sebagai pemberian bimbingan dan
pertolongan rohani dari orang dewasa kepada mereka yang masih memerlukannya.
Pendidik berlangsung dalam suatu pergaulan antara pendidik dengan anak didik.
Pendidik adalah orang dewasa yang berusaha memberikan pengaruh, perlindungan dan
pertolongan yang tertuju kepada pendewasaan anak didiknya. Tugas pendidik ialah
membantu/ menolong anak didik agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya
sendiri atas tanggung jawabnya sendiri. Pertolongan tersebut bersifat rohani, karena
berupa bimbingan terhadap fungsi-fungsi rohani anak didik, misalnya akal, ingatan dan
emosi anak.
2.1.2 Pengertian Pendidikan Menurut Crow & Crow
Menurut Crow & Crow, pendidikan adalah proses pengalaman yang
memberikan pengertian, pandangan (insight) dan penyesuaian bagi seseorang yang
menyebabkan ia berkembang. Dalam pendidikan terjadi interaksi antara kehendak,
pikiran, perhatian, perasaan dan sebagainya pada diri anak didik. Interaksi tersebut
menyebabkan terjadinya modifikasi dalam sikap dan tingkah laku anak didik.
Penyesuaian diri anak dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya perkembangan
pribadi anak. Agar proses pengalaman menjadi efektif, diperlukan adanya bakat,
kesanggupan, dan kesempatan anak untuk berkembang.
2.1.3 Pengertian Pendidikan Menurut John Dewey
Menurut John Dewey, pendidikan adalah suatu proses pengalaman. Setiap
manusia menempuh kehidupan baik fisik maupun rohani. Karena kehidupan adalah
pertumbuhan, maka pendidikan merupakan proses yang membantu pertumbuhan batin
tanpa dibatasi oleh usia. Proses pertumbuhan merupakan proses penyesuaian pada tiap-
tiap phase. Pertumbuhan anak didik menghasilkan perkembangan pribadinya.
2.1.4 Pengertian Pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantoro
Menurut Ki Hajar Dewantoro, pendidikan adalah daya-upaya untuk memajukan
bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek) dan tubuh anak
untuk memajukan kehidupan anak didik selaras dengan dunianya. Dalam pendidikan
diberikan tuntunan oleh pendidik kepada pertumbuhan anak didik untuk memajukan
kehidupannya. Maksud pendidikan ialah menuntun segala kekuatan kodrati anak didik
agar menjadi manusia dan anggota masyarakat yang mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Untuk itu, pertumbuhan budi pekerti, pikiran dan
tubuh anak didik dituntun menurut peranan kodrati anak.

2.2 Pandangan-pandangan tentang Pendidikan


Perkembangan teori pendidikan mengalami proses yang berangkat dari
pandangan-pandangan, sudut tinjau atau kerangka acuan yang melandasi
penyelenggaraan pendidikan. Landasan teori ini biasanya menjadi keyakinan yang
melekat ketat dalam individu-individu yang mengelola pendidikan. Teori-teori yang
menjadi landasan filsafat pendidikan yang telah berkembang sejak abad 17 adalah
sebagai berikut:
2.2.1 Teori Empirisme
Teori ini mengatakan bahwa perkembangan manusia sangat ditentukan oleh
faktor lingkungan, terutama pendidikan. Anak lahir bagai kertas putih yang belum ada
tulisannya. Lingkunganlah yang akan membubuhkan aneka ragam tulisan pada kertas
putih tersebut. Teori ini dipelopori oleh John Locke (1632-1704). Teori ini biasa disebut
teori tabularasa. Pandangan di atas sejalan dengan teori J.J Rousseau yang menyatakan
bahwa “All things are good as they came out of the hands of their creator, but everything
generates in the hands of man”. Segala sesuatu pada dasarnya baik sebagaimana datang
dari penciptanya, namun segala sesuatu menurun ke tangan-tangan manusia. Berarti
pembentukan pribadi manusia tergantung kepada manusianya itu sendiri dalam
mendayagunakan lingkungan.
2.2.2 Teori Nativisme
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan pribadi sangat ditentukan oleh
faktor hereditas atau pembawaan yang potensial berasal dari dalam diri seseorang.
Anak lahir telah membawa potensi-potensi yang berasal dari dalam diri anak itu secara
kodrati. Pembentukan pribadi anak selanjutnya tergantung bagaimana ia
mengembangkan pembawaan ini. Teori ini mengabaikan lingkungan secara dominan
dalam pembentukan pribadi seseorang. Pendidikan memainkan peranan hanya dalam
rangka perealisasi potensi-potensi pembawaan. Teori ini dipelopori oleh Arthur
Scopenhour (1788-1860). Pendapatnya mengenai pribadi manusia adalah bahwa faktor
pembawaan yang telah dibawa sejak lahir tidak dapat diubah oleh pengaruh lingkungan
atau pendidikan.
2.2.3 Teori Konvergensi
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan pribadi manusia merupakan hasil
dari proses kerjasama antara hereditas (pembawaan) dan invironment (lingkungan).
Teori ini dipelopori oleh William Stern (1871-1938). Teori ini menekankan kedua
faktor yang berasal dari pembawaan maupun lingkungan. Aliran ini mengakui bahwa
anak lahir sudah membawa potensi-potensi tersebut bersifat potensial. Lingkungan
akan berperan juga dalam membentuk pribadi manusia. Sehingga pribadi manusia
merupakan perpaduan di antara keduanya.

2.3 Fungsi Pendidikan


Dalam sejarah pendidikan kita dapat melihat perkembangan pendidikan dan
usaha-usaha perwujudannya sebagai suatu cita-cita bangsa, golongan atau masa dan
memberi corak pelaksanaan pendidikannya. Pendidikan memiliki tujuan dan fungsi.
Tujuan umum pendidikan ialah mewujudkan dan memelihara perkembangan cita-cita
kehidupan sesuatu bangsa secara mengarahkan pengalaman mereka kepada kenyataan
dari cita-cita yang dianutnya (Siti Meichati, 1967). Sedangkan fungsi dari pendidikan
adalah sebagai berikut.
2.3.1 Menjadikan Manusia Ideal
Manusia adalah suatu realitas yang harus merealisasikan dirinya. Manusia
memahami dirinya sebagai subjek dan sekaligus memandang dirinya sebagai objek.
Manusia adalah pribadi yang masih harus mempribadikan dirinya. Pribadi yang masih
harus mengangkat dirinya ke taraf insani. Ia mengalami proses bertindak, berbuat
membangun dirinya menjadi pribadi dewasa yang susila. Pribadi dewasa susila
memiliki karakterisktik:
a. Memahami, mengerti, dan mencintai dirinya (individualitas)
b. Memahami, mengerti, dan mencintai orang lain (sosialitas)
c. Menyadari, memiliki norma kesusilaan dan nilai-nilai kemanusiaan serta
d. Bertindak, berbuat sesuai dengan norma kesusilaan, nilai-nilai hidup atas tanggung
jawabnya sendiri demi kebahagiaan dirinya dan kebahagiaan masyarakat, orang lain
(moralitas)
Inilah manusia ideal (manusia harapan): pribadi dewasa susila, yang harus mau
berbuat yang baik, yang susila (Driyarkara, 1980: 17-38; Langeveld, 1971: fatsal 14
dan 65).
2.3.2 Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi
Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan suatu kegiatan yang
sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Proses
pembentuan pribadi meliputi dua sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi mereka yang
belum dewasa oleh mereka yang sudah dewasa, dan bagi mereka yang sudah dewasa
atas usaha sendiri. Yang terakhir ini disebut pendidikan diri sendiri. Keduanya bersifat
alamiah dan menjadi keharusan. Bayi yang baru lahir kepribadiannya belum terbentuk,
belum mempunyai warna dan corak kepribadian yang tertentu. Ia baru merupakan
individu, belum suatu pribadi. Untuk menjadi suatu pribadi perlu mendapat bimbingan,
latihan-latihan dan pengalaman melalui bergaul dengan lingkungannya, khususnya
dengan lingkungan pendidikan.
2.3.3 Pendidikan sebagai Penyiapan Warga Negara
Pendidikan sebagai penyiapan warga negara diartikan sebagai suatu kegiatan
yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik.
Tentu saja istilah baik disini bersifat relatif, tergantung kepada tujuan nasional dari
masing-masing bangsa, oleh karena masing-masing bangsa memiliki falsafah hidup
yang berbeda-beda.
Bagi kita warga negara yang baik diartikan selaku pribadi yang tahu hak dan
kewajiban sebagai warga negara, hal ini ditetapkan dalam Undang-undang Dasar 1945
Pasal 27 yang menyatakan bahwa segala warga negara bersamaan kedudukannya di
dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tak ada kecualinya.
2.3.4 Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja
Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan
membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja. Pembekalan
dasar berupa pembentukan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan kerja pada calon
luaran. Ini menjadi misi penting dari pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan
pokok dalam kehidupan manusia. Bekerja menjadi penopang hidup seseorang dan
keluarga sehingga tidak bergantung dan mengganggu orang lain. Melalui kegiatan
bekerja seseorang mendapat kepuasan bukan saja karena menerima imbalan melainkan
juga karena seseorang dapat memberikan sesuatu kepada orang lain (jasa ataupun
benda), bergaul, berkreasi, dan bersibuk diri. Kebenaran hal tersebut menjadi jelas bila
kita melihat yang sebaliknya, yaitu mengganggur adalah musuh kehidupan.

2.4 Jenis Lingkungan Pendidikan


Manusia dewasa (pendidik) dan manusia belum dewasa (anak didik) bersama-
sama hidup dalam suatu kesatuan hidup tertentu di dalam suatu alam lingkungan
sekitar. Lingkungan sekitar mencakup a) tempat b) keadaan iklim, keadaan tanah,
keadaan alam b) kebudayaan: dengan warisan budaya tertentu: bahasa, seni, ekonomi,
ilmu pengetahuan, pandangan hidup, dan keagamaan c) kelompok hidup bersama:
keluarga, kelompok bermain, desa, dan perkumpulan.
2.4.1 Penggolongan Lingkungan Pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantara
Lingkungan Masyarakat: Lingkungan Pendidikan. Jika dilihat dari segi anak
didik Nampak bahwa anak didik secara tetap hidup di dalam lingkungan masyarakat
tertentu tempat ia mengalami pendidikan. Lingkungan-lingkungan itu menurut Ki Hajar
Dewantara (Tri Pusat Pendidikan) ialah a) lingkungan keluarga b) lingkungan sekolah
c) lingkungan organisasi pemuda.
2.4.1.1 Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan lembaga sosial resmi. Anggota keluarga adalah ayah, ibu,
dan anak-anak. Ikatan keluarga ialah cinta kasih suami istri, yang melahirkan anak-
anak. Orangtua bertanggungjawab memelihara, merawat, melindungi anak dan
mendidik anak agar anak tumbuh dan berkembang dengan baik. Keluarga merupakan
kesatuan hidup bersama yang pertama dikenal oleh anak, dan karena itu disebut
primary community (lingkungan pendidikan utama). (Drikarya, 1980: 90-97;
Langeveld, 1971: fatsal 34; Barnadib, 1986: 120; Suwarno, 1985:66-67; Meichati 1986:
112).
2.4.1.2 Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga sosial formal yang didirikan berdasarkan UU
negara sebagai tempat/ lingkungan pendidikan. Sekolah di satu pihak mewakili negara
dan di pihak lain mewakili orang tua/ masyarakat setempat. Di dalam kehidupan
bersekolah anak meneruskan pendidikan yang sudah diterima olehnya di dalam
keluarga, dan berusaha mengembangkan dirinya sebagai warga negara yang baik sesuai
dengan nilai-nilai kemanusiaan yang menjadi pandangan hidup bangsa-negara.
”… dalam masyarakat modern, inisiasi, yang juga berat dan
lama: ialah pengajaran dan pendidikan, agar supaya manusia muda
menjadi warga masyarakat yang cakap, susila, sempurna, dan bernilai.”
(Drikarya, 1980: 12).
Lingkungan sekolah merupakan lingkungan pendidikan utama yang kedua.
Siswa-siswa, guru, administrator, konselor hidup bersama dan melaksanakan
pendidikan secara teratur dan berencana.
2.4.1.3 Lingkungan Organisasi Pemuda
Organisasi pemuda, baik yang informal seperti kelompok bermain, kelompok
sebaya, yang dibentuk oleh anak-anak atau pemuda di dalam lingkungan tempat tinggal
mereka dan dibimbing oleh orang dewasa, maupun yang formal diusahakan oleh
pemerintah atau lembaga swasta lain, memberikan kesempatan kepada anak-anak dan
pemuda untuk mengembangkan kesadaran sosial, kecakapan sosial, dalam bergaul,
ketrampilan dan pengetahuan. (Suwarno, 1985: 76). Di dalam lingkungan organisasi
pemuda, anak dan pemuda mengalami pendidikan juga. Organisasi pemuda merupakan
lingkungan pendidikan utama yang ketiga.

2.4.2 Penggolongan Lingkungan Pendidikan menurut Pola Pengelolaannya


Philips H. Coombs membedakan bentuk pengelolaan pendidikan menjadi tiga
bagian yaitu a) pendidikan informal b) pendidikan formal c) pendidikan nonformal.
(Idris, 1986: 58-59; Biro MKDU-DK, 1983: 38; 57-61).
2.4.2.1 Pendidikan Informal
Pendidikan informal ialah pendidikan yang diperoleh seseorang dari
pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, sejak seseorang lahir sampai
mati, di dalam keluarga, dalam pekerjaan, atau pergaulan sehari-hari. Proses pendidikan
ini berlangsung seumur hidup dan paling wajar.
Ciri-ciri proses pendidikan informal (Biro MKDU-DK, 1983:83, 61; Idris,
1986; 58):
a. Tidak diselenggarakan secara khusus
b. Medan (lingkungan) pendidikannya tidak diadakan dengan maksud khusus
menyelenggarakan pendidikan
c. Tidak diprogramkan secara tertentu
d. Tidak waktu belajar tertentu
e. Metodenya tidak formal
f. Tidak ada evaluasi yang sistematis
g. Tidak diselenggarakan oleh pemerintah.
2.4.2.2 Pendidikan Formal
Pendidikan formal yang kita kenal dengan pendidikan sekolah ialah pendidikan
yang diperoleh seseorang di sekolah secara teratur, sistematis, bertingkat, dan dengan
mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat (mulai dari Taman Kanak-kanak hingga
Perguruan Tinggi). Pendidikan di sekolah merupakan proses yang strategis bagi
pemerintah dan masyarakat untuk membina warga negara yang baik, masa depan kaum
muda dan bangsa-negara.
Ciri-ciri proses pendidikan formal (Biro MKDU-DK, 1983:38 ; Idris, 1986; 58):
a. Diselenggarakan secara khusus dan dibagi atas jenjang yang memiliki hubungan
hierarkis
b. Usia siswa (anak didik) disuatu jenjang relatif homogen
c. Waktu pendidikan relatif lama sesuai dengan program pendidikan yang harus
diselesaikan
d. Isi pendidikan lebih banyak yang bersifat akademis dan umum
e. Mutu pendidikan sangat ditekankan sebagai jawaban terhadap kebutuhan di masa
yang akan datang.
2.4.2.3 Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal, sering disebut pula pendidikan luar sekolah, ialah
pendidikan yang diperoleh seseorang secara teratur, terarah, disengaja, tetapi tidak
terlalu mengikuti peraturan yang ketat. Pendidikan nonformal bersifat fungsional dan
praktis yang bertujuan meningkatkan kemampuan dan ketrampilan kerja peserta didik
yang berguna bagi usaha perbaikan taraf hidup mereka.
Ciri-ciri proses pendidikan nonformal (Biro MKDU-DK, 1983: 38, 60-61; Idris,
1986; 58-59):
a. Diselenggarakan dengan sengaja di luar sekolah
b. Peserta umumnya mereka sudah tidak bersekolah
c. Tidak mengenal jenjang, dan program pendidikan untuk jangka waktu pendek
d. Peserta tidak perlu homogen
e. Ada waktu belajar dan metode formal, serta evaluasi yang sistematis
f. Isi pendidikan bersifat praktis dan khusus
g. Ketrampilan kerja sangat ditekankan sebagai jawaban terhadap kebutuhan
meningkatkan taraf hidup.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pendidikan memiliki banyak makna yang di dalamnya memiliki tujuan dan
fungsi tertentu. Pendidikan memiliki andil besar dalam kemajuan perkembangan
manusia. Setiap manusia diharuskan untuk menempuh pendidikan yaitu ketika mulai
kecil hingga dewasa, karena pendidikan akan menjadikan seseorang yang ideal, selain
itu pendidikan juga sebagai penyiapan tenaga kerja, dimana pendidikan akan menjadi
bekal untuk bekerja demi diri-sendiri ataupun keluarga. Pendidikan sangat penting bagi
seluruh aspek kehidupan, sehingga pendidikan dapat dikatakan bahwa pendidikan
adalah bagian integral yang tak dapat dipisahkan oleh kehidupan.
3.2 Saran
Karena pendidikan sangat penting dalam kelangsungan hidup manusia, untuk
itu sebagai warga negara yang baik harus memahami pentingnya pendidikan.
Pendidikan harus dijalankan sesuai yang diharapkan, walaupun dalam kehidupan
memiliki banyak masalah seperti biaya yang tinggi, maka dari itu harus berusaha
dengan sungguh-sungguh karena kesungguhan akan mendapatkan hasil yang terbaik.
DAFTAR RUJUKAN

Crow & Crow. 1976. Pengantar Ilmu Pendidikan, (Saduran oleh Siti Meichati, M. A.),
Yogyakarta: Yayasan Penerbitan FIP IKIP Yogyakarta.
Soemanto, Wasty & Soetopo, Hendyat. 1982. DASAR & TEORI PENDIDIKAN
DUNIA. Surabaya: USAHA NASIONAL.
Tanlain, Wens & Kurnia, Inggridwati & Samana, A. & Hardjanto, G. & Kusdarwati &
Niron, Joseph. 1989. DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN. Jakarta: PT
Gramedia.
Tirtarahardja, Umar & La Sulo, S. L. 2012. Pengantar Pendidikan. Jakarta: RINEKA
CIPTA.

Anda mungkin juga menyukai