Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“PEMBUATAN SABUN PADAT”

Disusun oleh:

AHMAD AWALUDIN
NPM: 6315500002

MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI


UNIVERSITAS PANCASAKTI
TEGAL
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Diawali dengan zaman modern penawaran produk sabun mandi cair sangat banyak dan menggiurkan dengan
berbagai macam merek dan harga yang cukup bervariasi. Namun pemakaian produk sabun mandi cair harganya
cukup tinggi sehingga tidak bisa di jangkau oleh semua lapisan masyarakat, walaupun memiliki nilai manfaat yang
cukup praktis untuk bisa di bawa kemana-mana, tetapi hal ini hanya di manfaatkan untuk kalangan tertentu saja.

Lain halnya dengan pemakaian sabun padat yang sudah ada sejak dahulu bahkan sampai sekarang yang
masih dimanfaatkan oleh sebagian besar masyarakat bahkan semua lapisan dan golongan, walaupun kurang
praktis tetapi cukup ekonomis. Ini artinya sabun mandi padat masih menjadi pilihan masyarakat pada umumnya,
dan semakin bervariasinya aroma yang membuat konsumen tertarik.

Oleh karena itu dalam makalah ini penulis akan mencoba mengamati bagaimana proses pembuatan sabun
padat, sebagaimana yang kita ketahui sabun padat ini masih digunakan secara turun-temurun hingga zaman
modern saat ini.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Makalah ini akan merumuskan dua permasalahan tentang pembuatan sabun padat. Masalah - masalah tersebut
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana reaksi kimia pada proses pembuatan sabun padat ?
2. Bagaimana proses pembuatan sabun padat ?
3. Apa keunggulan sabun padat dibanding jenis sabun lain ?

1.3 TUJUAN
Sesuai dengan perumusan masalah, tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui reaksi kimia pada proses pembuatan sabun padat
2. Untuk mengetahui cara pembuatan sabun padat
3. Untuk mengetahui keunggulan sabun padat di banding sabun jenis lain
BAB. II
TINJAUAN PUSTAKA

Molekul sabun berbentuk rantai panjang panjang dan satu gugus ionik yang besifat sangat polar. Pada
seluruh rantai panjangnya, strukturnya tepat sama dengan molekul minyak sehingga memiliki keakraban dengan
molekul minyak (bersifat hidrofilik). Sementara pada bagian kepala, ada sepasang atom yang bermuatan listrik
yang hanya senang bergabung dengan molekul air (bersifat hidrofobik). Kepala inilah yang membuat seluruh
molekul sabun menyatu dengan air.

Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun sendiri tidak pernah secara
aktual ditemukan, namun berasal dari pengembangan campuran antara senyawa alkali dan lemak/minyak.Bahan
pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan pendukung. Bahan baku dalam pembuatan
sabun adalah minyak atau lemak dan senyawa alkali (basa). Bahan pendukung dalam pembuatan sabun
digunakan untuk menambah kualitas produk sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik. Bahan pendukung
yang umum dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya natrium klorida, natrium karbonat, natrium fosfat,
parfum, dan pewarna.

Sabun dibuat dengan cara mencampurkan larutan NaOH / KOH dengan minyak atau lemak. Melalui
reaksi kimia, NaOH / KOH mengubah Minyak / Lemak menjadi Sabun. Proses ini disebut Saponifikasi.

Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah adalah reaksi trigliserida dengan
alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin. Reaksi penyabunan dapat ditulis dengan rumus
kimia sebagai berikut :

C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH → C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR

Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk utama dan gliserin
sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga memiliki nilai jual. Sabun merupakan garam yang
terbentuk dari asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki
struktur sabun yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi
partikel yang lebih kecil, melainkan larut dalam bentuk ion.

Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat. Perbedaan utama dari
kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi pembuatan sabun. Sabun padat menggunakan
natrium hidroksida/soda kaustik (NaOH), sedangkan sabun cair menggunakan kalium hidroksida (KOH) sebagai
alkali. Selain itu, jenis minyak yang digunakan juga mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan. Minyak kelapa
akan menghasilkan sabun yang lebih keras daripada minyak kedelai, minyak kacang, dan minyak biji katun.

Adapun keunggulan sabun padat di banding sabun jenis lain adalah sabun padat memiliki kandungan
gliserin yang bagus untuk mereka yang punya masalah kulit eksim. Tapi sabun padat memiliki kadar pH yang lebih
tinggi. Karena itu, sabun padat lebih mudah membuat kulit kering. Kulit kering ini menjadikan penyembuhan lambat
ketika kulit terluka. Meski begitu, belakangan ini ada sabun padat pun mulai diproduksi yang mengandung pH
netral sehingga tak mengeringkan kulit lagi. Dan juga sabun padat memiliki tingkat pencemaran yang lebih rendah
sehingga tidak akan terlalu membahayakan hewan lain yang berada di selokan. Sebenarnya air-air di selokan ini
sebagian besar akan mengalr ke satu tempat kemudian airnya dipakai oleh pdam untuk dijernihkan kemudian
digunakan untuk dijual kembali ke konsumen. Hal ini lah sebenarnya yang menyebabkan pdam mengalami
kesulitan untuk menjernihkan air sehingga pada akhirnya banyak air di banyak kota sekarang menjadi tidak layak
untuk diminum.

 Berdasarkan tulisan karya Neo ALFIANNOER tentang proses pembuatan sabun padat sebagai berikut :
Sabun dibuat dari lemak (hewan), minyak (nabati) atau asam lemak (fatty acid) yang direaksikan dengan
basa anorganik yang bersifat water soluble. Biasanya digunakan caustic soda/soda api (NaOH) atau KOH (kalium
hidroksida) juga alternative yang sering juga dipakai, tergantung spesifik sabun yang diinginkan. Sabun hasil reaksi
dengan sodium hidroksida (NaOH) biasanya lebih keras dibandingkan dengan penggunaan Potasium Hidroksida
(KOH).
Reaksi ini biasa disebut reaksi penyabunan (saponifikasi) / (saponification reaction).
Oil + 3 NaOH —> 3 Soap + Glycerol
Selain dari reaksi diatas sabun juga bisa dihasilkan dari reaksi netralisasi Fatty Acid (FA), namun disini hanya
didapat sabun tanpa adanya Gliserin (Glycerol), karena saat proses pembuatan Fatty Acid, glycerol sudah
dipisahkan tersendiri.
FA + NaOH —> Soap + Water

Pada awalnya, proses saponifikasi ini masih dilakukan dengan metoda pemasakan/pendidihan per batch
ketel (tidak berkesinambungan), namun setelah perang dunia II pengembangan proses secara kontinyu terus
dilakukan. Dan proses kontinyu ini sekarang lebih banyak digunakan, karena selain lebih fleksibel, dan cepat juga
lebih ekonomis.

Kedua proses diatas masih menghasilkan sabun masih mentah berbentuk cair (panas), biasa disebut
neat soap, disamping menghasilkan produk samping lain berupa glycerol dalam bentuk spent lye yang kemudian
diolah lebih lanjut di unit glycerol. Glycerol adalah material utama dalam industri makanan, kosmetik, obat-obatan
dll. Nah neat soap ini kemudian dikeringkan di drier unit sampai mencapai bentuk pellet (butiran padat), dimana
besarnya kandungan air dalam bentuk pellet ini diatur sesuai kebutuhan spesifikasi sabun yang di inginkan. Butiran
ini kemudian di campur di mixer (amalgamator) dengan bahan tambahan lainnya seperti pewarna, perfume,
softener, dll. Campuran kemudian di extrude (ditekan) melalui plodder menghasilkan batangan sabun yang
kemudian di potong di mesin pemotong dan menuju proses pencetakan di mesin stamping/press menjadi bentuk-
bentuk tertentu, baru kemudian di bungkus di unit packaging.

Proses tersebut biasanya untuk jenis sabun toilet soap, namun untuk laundry soap tahapnya lebih singkat,
hanya sampai mesin pemotong, dimana di cutter unit ini biasanya dilengkapi dengan cetakan untuk membuat
brand sabun dan kemudian di pack.

Lain halnya dengan Sherly Ambarwati yang juga memaparkan tentang pembuatan sabun. Menurut
nya membuat sabun mandi itu mudah asal tahu caranya. Pada prinsipnya ada 3 cara dalam membuat sabun
mandi.

1. Membuat Sabun Mandi dengan “Hot Proses”

Pembuatan sabun dengan proses pemanasan membutuhkan ketepatan dalam mempersiapkan semua hal.
Begitu anda mulai membuat sabun dengan proses pemanasan, maka pastikan bahwa semua hal telah siap, antara
lain peralatan seperti wadah, sendok, cetakan, timbangan, pisau dan lain-lain. Demikian juga dengan perlengkapan
keselamatan seperti sarung tangan, masker, alas meja dan bahan-bahan lainnya.

Bahan-bahan sabun harus diukur sesuai dengan resepnya. Mungkin sebagai pemula, anda dapat
menggunakan sedikit bahan tambahan, tetapi setelah anda menguasai teknik ini, maka anda dapat menambahkan
bahan tambahan lebih banyak lagi. Kenakan perlengkapan keselamatan yaitu masker, sarung tangan dan
kacamata, anda dapat menggunakan baju lengan panjang untuk melindungi tubuh anda. Kemudian anda dapat
menimbang kaustik soda kemudian menuangkannya ke air dan mengaduknya hingga benar-benar larut. Ingat,
selalu masukkan kaustik sodanya ke dalam air dan bukan sebaliknya.

Masukkan minyak yang telah ditimbang ke dalam panci dan lelehkan. Setelah meleleh, tuangkan larutan
kaustik soda ke dalam panci minyak dan aduk terus. Pengadukannyapun harus stabil. Campuran yang terus diaduk
ini akan berubah warna menjadi krem dan keruh. Campuran ini harus terus diaduk hingga mengental
atau trace. Jika sudah mengental, tutup pancinya dan kemudian panaskan sebentar. Sabun akan berubah warna
menjadi bening seperti vaselin. Dengan demikian tiba waktunya untuk melihat apakah campuran ini siap diolah.

Tambahkan warna dan pewangi ke dalam larutan sabun. Kemudian tambahkan minyak esensial sesuai
selera anda. Untuk tahap ini anda perlu melakukannya secepat mungkin sebelum larutan sabun mengeras dan
sulit untuk dituangkan ke dalam cetakan. Jika sudah masuk dalam cetakan, ketuk cetakan beberapa kali sehingga
udara yang terperangkap didalamnya bisa keluar. Dinginkan dan kemudian keluarkan dari cetakan, potong sesuai
dengan ukuran dan bentuk yang anda inginkan. Proses ini membutuhkan kecermatan dan kecepatan sehingga
tidaklah mungkin mengajarkannya pada anak-anak. Akan tetapi jika anda menggunakan cara ini, maka anda akan
mendapatkan sabun yang siap pakai karena kelebihan airnya akan diuapkan dengan cepat.
2. Membuat Sabun Mandi dengan “Cold Proses”

Untuk membuat sabun mandi dengan cara “cold Proses” anda tidak memerlukan kompor untuk membuat
sabun mandi dengan cara ini. Karena proses pembuatan sabun mandi dapat dilakukan dengan cara
mencampurkan semua bahan dalam suhu ruangan.
Panduannya seperti dibawah ini :
 Takar semua bahan sesuai dengan resep sabun yang akan dibuat
 Siapkan wadah cetakan sabun, jika bentuknya kotak anda bisa gunakan alat yang bisa anda buat sendiri,
jika bentuk sabun bulat bisa menggunakan pipa PVC (ukuran 2 dim), pipa disemprot dulu dengan minyak
atau alkohol.
 Masukkan kaustik soda ke dalam air secara bertahap sambil diaduk. Ukur suhunya dengan termometer.
 Masukkan pula beberapa minyak yang akan digunakan kedalam satu wadah
 Setelah larutan kaustik soda suhunya berkisar 50 derajat masukkan kedalam wadah yang berisi minyak
sambil diaduk.
 Selama proses pengadukan sampai kondisi trace masukkan bahan tambahan (seperti susu, coklat,
strawberry, dsb-sesuai dengan keinginan) kedalam larutan sambil terus diaduk
 Kemudian masukkan pewangi yang dikehendaki secara bertahap kedalam larutan, jika sudah mulai
mengental tuangkan kedalam cetakan.
 Tutup cetakan dengan handuk atau kain lainnya dan diamkan selama 24-28 jam.
 Jika sudah lebih dari 24 jam keluarkan dari cetakan dan potong-potong sesuai dengan ukuran yang
diinginkan
 Simpan sabun yang telah dipotong dan baru gunakan setelah 2 minggu setelah pembuatan.

3. Membuat Sabun Mandi dengan "Melt and Pour" (Lelehkan dan Tuangkan)

Secara teknis, semua sabun adalah “Sabun Gliserin”. Dalam sabun produksi pabrik, gliserin yang berlebihan
pada sabun akan dibuang. Sehingga pada sabun buatan sendiri kaya akan gliserin karena tidak ada pembuangan
gliserin.

Di pasaran, istilah Sabun Gliserin menunjuk pada sabun bening. Biasanya, sabun yang bening mempunyai
ekstra gliserin yang ditambahkan untuk menghasilkan sabun yang berkhasiat melembabkan kulit. Gliserin adalah
“pelembab”. Senyawa ini membawa kelembaban sendiri; berdasarkan teorinya, jika anda membasuh tangan
dengan sabun gliserin, maka akan tersisa lapisan tipis gliserin yang memberi kelembaban di kulit.

Sabun dasar yang bening dapat dibeli dalam bentuk balok besar dan dapat dilelehkan, diwarnai dan diberi
pewangi dan kemudian dicetak. Jenis sabun ini diberi nama “Lelehkan dan Tuangkan” sedangkan seni melelehkan
dan menuangkan sabun ini disebut “Penuangan Sabun”. Cara ini sangat popular karena mudah dilakukan, karena
tidak memerlukan perlengkapan keselematan, bahkan anak-anakpun dapat mengerjakannya.

Andapun dapat membuat sabun dari parutan sabun dasar. Cara ini dilakukan melalui proses dingin terlebih
dahulu kemudian baru ditambahi alcohol untuk menjernihkan dan gliserin serta gula untuk melarutkan dan
meningkatkan kejernihannya. Proses ini sangat berbahaya karena adanya uap alkohol.
BAB. III
METODELOGI

3.1 BAHAN DAN ALAT

Adapun bahan yang dibutuhkan :


1. Minyak atau Lemak
Hampir semua minyak / lemak alami bisa dibuat menjadi sabun. Cari yang mudah saja seperti: Minyak
Kelapa, Minyak Sawit, Minyak Zaitun, Minyak Jagung, Minyak Kedelai
2. NaOH / KOH
Untuk mengubah minyak / lemak menjadi sabun. Bisa beli di toko bahan kimia, ambil yang teknis saja.
3. Air
Sebagai katalis/pelarut. Pilih air sulingan atau air minum kemasan. Air dari pam tidak bagus, banyak
mengandung mineral.
4. Essential dan Fragrance Oils
Sebagai pengharum. Beli di toko bahan kimia atau lainnya.
5. Pewarna
Untuk mewarnai sabun. Bisa juga memakai pewarna makanan.
6. Zat Aditif
Rempah, herbal, talk, tepung kanji/maizena dapat ditambahkan pada saat “trace”.

Alat-alat yang dibutuhkan :


1. Sebuah masker sederhana.
2. Kacamata.
3. Sepasang sarung tangan karet.
4. Botol plastik.
5. Timbangan dapur (dengan skala terkecil 1 atau 5 gram).
6. Kantong plastik kecil.
7. Sendok stainless steel atau plastik-polipropilen.
8. Wadah dari gelas atau plastik-polipropilene.
9. Wadah dari plastik.
10. Kain.
11. Plastik tipis.

3.2 CARA PEMBUATAN SABUN PADAT :

1. Timbang air dan NaOH / KOH, sesuai dengan Resep. Larutkan NaOH / KOH ke dalam air sejuk / dingin
(Jangan menggunakan wadah aluminium. Gunakan stainless steel, gelas pyrex atau plastik-poliproplen).
Jangan menuangkan air ke NaOH / KOH. Tuangkan NaOH / KOH ke dalam air sedikit demi sedikit. Aduk
higga larut. Pertama-tama larutan akan panas dan berwarna keputihan. Setelah larut semuanya, simpan
di tempat aman untuk didinginkan sampai suhu ruangan. Akan didapatkan larutan yang jernih.
2. Timbang minyak (Minyak Kelapa, Minyak Sawit, Minyak Zaitun, Minyak Jagung, Minyak Kedelai...) sesuai
dengan Resep.
3. Tuangkan minyak yang sudah ditimbang ke dalam blender.
4. Hati hati tuangkan larutan NaOH / KOH ke dalam minyak.
5. Pasang cover blender, taruh kain di atas cover tadi untuk menghindari cipratan dan proses
pada putaran terendah. Hindari jangan sampai menciprat ke muka atau badan anda. Hentikan blender
dan periksa sabun untuk melihat tahap “trace”. “Trace” adalah kondisi dimana sabun sudah terbentuk dan
merupakan akhir dari proses pengadukan. Tandanya adalah ketika campuran sabun mulai mengental.
Apabila disentuh dengan sendok, maka beberapa detik bekas sendok tadi masih membekas, itulah
mengapa dinamakan “trace”.
6. Pada saat “trace” tadi anda bisa menambahkan pengharum, pewarna atau aditif. Aduk beberapa detik
kemudian hentikan putaran blender.
7. Tuang hasil sabun ini ke dalam cetakan. Tutup dengan kain untuk insulasi. Simpan sabun dalam cetakan
tadi selama satu hingga dua hari. Kemudian keluarkan dari cetakan, potong sesuai selera. Simpan
sekurang-kurangnya 3 minggu sebelum dipakai.
BAB. IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat penulis ambil dari makalah ini adalah reaksi kimia yang terjadi pada reaksi
penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah adalah reaksi trigliserida dengan alkali (NaOH atau
KOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin. Reaksi penyabunan dapat ditulis sebagai berikut :

C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH → C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR

Di samping itu keunggulan sabun padat di banding sabun jenis lain adalahsabun padat memiliki
kandungan gliserin yang bagus untuk mereka yang punya masalah kulit eksim. Tapi sabun padat memiliki kadar
pH yang lebih tinggi. Karena itu, sabun padat lebih mudah membuat kulit kering. Kulit kering ini menjadikan
penyembuhan lambat ketika kulit terluka. Meski begitu, belakangan ini ada sabun padat pun mulai diproduksi yang
mengandung pH netral sehingga tak mengeringkan kulit lagi. Dan juga sabun padat memiliki tingkat pencemaran
yang lebih rendah sehingga tidak akan terlalu membahayakan hewan lain yang berada di selokan. Sebenarnya
air-air di selokan ini sebagian besar akan mengalr ke satu tempat kemudian airnya dipakai oleh pdam untuk
dijernihkan kemudian digunakan untuk dijual kembali ke konsumen. Hal ini lah sebenarnya yang menyebabkan
pdam mengalami kesulitan untuk menjernihkan air sehingga pada akhirnya banyak air di banyak kota sekarang
menjadi tidak layak untuk diminum.

Dengan makalah ini pula dapat kita ketahui cara-cara pembuatan sabun padat, yang sebagaimana telah
dipaparkan pada halaman-halaman sebelumnya.

4.2 SARAN

Adapun sedikit saran dari penulis dalam hal pembuatan sabun ini, agar membuat sabun yang lebih variatif
lagi dengan penambahan pewarna alami, essential alami, dan scrub alami (dari biji-biji buah yang dikeringkan atau
beras yang dihaluskan).

Dan juga disamping itu penulis mengharapkan tentunya hal ini menjadi satu hal yang bermanfaat bagi
pembaca. Kemudian keterampilan dan keahlian yang telah diperoleh dari makalah ini dapat berdaya guna bagi
kita semua.

Terakhir penulis mengharapkan kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya, dan tidak lupa
penulis juga mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun untuk lebih menyempurnakan isi
daripada makalah ini. Mudah - mudahan Tuhan selalu melimpahkan ridho dan kasih sayang-Nya kepada kita
semua. Amin.
MAKALAH TEKNIK ELECTROPLATING

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kehidupan masyarakat modern tidak bisa terlepas dari benda-benda yang dibuat dengan proses
elektroplating. Komponen dan aksesori kendaraan bermotor, aksesori mebel, kursi lipat, berbagai alat
perkantoran, alat-alat pertanian, jam tagan, aksesori rumah tangga, dan berbagai alat-alat industri dilakukan
pengerjaan akhir melalui proses elektroplating. Elektroplating ditujukan untuk berbagai keperluan mulai
dari perlindungan terhadap karat seperti pada pelapisan seng pada besi baja yang digunakan untuk berbagai
keperluan bahan bangunan dan konstruksi. Pelapisan nikel dan khrom umumnya ditujukan untuk menjadikan
benda mempunyai permukaan lebih keras dan mengkilap selain juga sebagai perlindungan terhadap korosi.

Elektroplating (electroplating) atau lapis listrik atau penyepuhan merupakan salah satu proses pelapisan
bahan padat dengan lapisan logam menggunakan bantuan arus listrik melalui suatu elektrolit.

1.2. Perumusan masalah

1. Apakah electroplating?
2. Bagaimana electroplating tembaga?
3. Apa saja peralatan electroplating?
4. Bagaimana proses electroplating?

1.3. Tujuan

1. Pembaca dapat mengetahui apa yang di namakan electroplating.


2. Pembaca dapat mengerti apa kelebihan dan fungsi electroplating tembaga.
3. Pembaca dapat mengetahui peralatan dan proses electroplating.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Electroplating

2.1.1.Pengertian

Dalam teknologi pengerjaan logam, proses electroplating dikategorikan sebagai proses pengerjaan akhir
(metal finishing). Secara sederhana, electroplating dapat diartikan sebagai proses pelapisan logam, dengan
menggunakan bantuan arus listrik dan senyawa kimia tertentu guna memindahkan partikel logam pelapis ke
material yang hendak dilapis. Pelapisan logam dapat berupa lapis seng (zink), galvanis, perak, emas, brass,
tembaga, nikel dan krom. Penggunaan lapisan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan kegunaan masing-
masing material. Perbedaan utama dari pelapisan tersebut selain anoda yang digunakan adalah larutan
elektrolisisnya. Dalam penelitian tahun 2004, dilakukan oleh Tadashi Doi dan Kazunari Mizumoto, mereka
menemukan larutan baru (elektrolisis) yang dinamakan larutan citrate ( kekerasan deposit mencapai 440 VHN ).

Proses electroplating mengubah sifat fisik, mekanik, dan sifat teknologi suatu material. Salah satu contoh
perubahan fisik ketika material dilapis dengan nikel adalah bertambahnya daya tahan material tersebut terhadap
korosi, serta bertambahnya kapasitas konduktifitasnya. Adapun dalam sifat mekanik, terjadi perubahan kekuatan
tarik maupun tekan dari suatu material sesudah mengalami pelapisan dibandingkan sebelumnya. Karena itu,
tujuan pelapisan logam tidak luput dari tiga hal, yaitu untuk meningkatkan sifat teknis/mekanis dari suatu logam,
yang kedua melindungi logam dari korosi, dan ketiga memperindah tampilan (decorative).

2.1.2.Prinsip Dasar Electroplating

Kita mengenal istilah anoda, katoda, larutan elektrolit. Ketiga istilah tersebut digunakan seluruh literatur
yang berhubungan dengan pelapisan material khususnya logam dan diilustrasikan seperti pada Gambar 1.

· Anoda adalah terminal positif, dihubungkan dengan kutub positif dari sumber arus listrik. Anoda dalam larutan
elektrolit ada yang larut dan ada yang tidak.

Gambar 1. Anoda, Katoda, dan Elektrolit


Anoda yang tidak larut berfungsi sebagai penghantar arus listrik saja., sedangkan anoda yang larut
berfungsi selain penghantar arus listrik, juga sebagai bahan baku pelapis. • Katoda dapat diartikan sebagai benda
kerja yang akan dilapisi, dihubungkan dengan kutub negatif dari sumber arus listrik. • Elektrolit berupa larutan yang
molekulnya dapat larut dalam air dan terurai menjadi partikel-partikel yang bermuatan positf atau negatif. Karena
electroplating adalah suatu proses yang menghasilkan lapisan tipis logam di atas permukaan logam lainnya
dengan cara elektrolisis, maka perlu kita ketahui skema proses electroplating tersebut.

2.1.3. Skema Proses Electroplating

Perpindahan ion logam dengan bantuan arus listrik melalui larutan elektrolit sehinnga ion logam
mengendap pada benda padat yang akan dilapisi. Ion logam diperoleh dari elektrolit maupun berasal dari pelarutan
anoda logam di dalam elektrolit. Pengendapan terjadi pada benda kerja yang berlaku sebagai katoda.

Gambar 2. Skema proses electroplating

Reaksi kimia yang terjadi pada proses electroplating akan terlihat seperti berikut:

Pada KATODA, pembentukan lapisan Nikel


Ni2+ (aq) + 2e →Ni (s)
Pembentukan gas Hidrogen
2H+ (aq) + 2e →H2 (g)
Reduksi oksigen terlarut
½ O2 (g) + 2H + →H2O (l)

Pada ANODA, pembentukan gas oksigen


H2O (l) →4H + (aq) + O2 (g) + 4e
Oksidasi gas Hidrogen
H2 (g) →2H+(aq) + 2e-
Mekanisme terjadinya pelapisan logam adalah dimulai dari dikelilinginya ion-ion logam oleh molekul-
molekul pelarut yang mengalami polarisai. Di dekat permukaan katoda, terbentuk daerah Electrical Double Layer
(EDL) yang bertindak seperti lapisan dielektrik. Adanya lapisan EDL memberi beban tambahan bagi ion-ion untuk
menembusnya. Dengan gaya dorong beda potensial listrik dan dibantu oleh reaksi-reaksi kimia, ion-ion logam
akan menuju permukaan katoda dan menangkap electron dari katoda, sambil mendeposisikan diri di permukaan
katoda. Dalam kondisi equilibrium, setelah ion-ion mengalami discharge menjadi atom-atom kemudian akan
menempatkan diri pada permukaan katoda dengan mula-mula menyesuaikan mengikuti susunan atom dari
material katoda.

Tujuan Pelapisan (Coating):


 Meningkatkan ketahanan terhadap korosi
 Meningkatkan ketahanan aus
 Meningkatkan tampak rupa
Jenis-jenis proses pelapisan listrik (Elektroplating), antara lain :
1. pelapisan cadmium
2. pelapisan seng
3. pelapisan tembaga
4. pelapisan nikel
5. pelapisan khrom
6. pelapisan timah
7. pelapian timbal
8. pelapisan perak
9. pelapisan emas
10. pelapisan rodium
11. pelapisan kuningan
12. pelapisan perunggu
13. pelapisan logam pada plastic

2.2. Elektroplating Tembaga

Tembaga banyak digunakan sebagai bahan pelapis karena mempunyai beberapa sifat yang
menguntungkan :

1. Menambah kuatnya lapisan yang dilakukan di atasnya, karena sifat ini banyak pelapisan lain dilakukan setelah
logam dasar dilapisi dengan tembaga.
2. Mempunyai sifat tahan karat,
3. Ulet, sehingga tidak retak apabila dibengkokan,
4. Mempunyai daya hantar listrik yang tinggi.

Manfaat Lapisan tembaga:

· Sebagai lapisan antara.


· Sebagai stop-offs dalam proses perlakuan panas.
· Sebagai cetakan dalam proses electroforming.
· Sebagai pelindung terhadap pengaruh electromagnetic.
· Sebagai lapisan penghantar listrik (sirkuit elektronik).
· Sebagai lapisan tahan korosi.
· Sebagai pencegah thermal shock.
· Sebagai lapisan dekoratif.

Dalam pelapisan tembaga digunakan bermacam-macan larutan elektrolit, yaitu :


1. Larutan asam
2. Larutan fluoborat
3. Larutan sianida
4. Larutan pyrophosphate
Dari empat macam larutan di atas yang paling banyak digunakan adalah larutan asam dan larutan sianida.
Secara kimiawi perbedaan yang menyolok dari kedua larutan itu adalah bahwa larutan asam berisi ion-ion yang
lebih sederhana dibandingkan larutan sianida yang berisi ion-ion yang kompleks.

1. Larutan Asam

Beberapa asam yang dapat membentuk garam tembaga yang mampu larut adalah jenis asam yang dapat
digunakan dalam pelapisan. Beberapa asam telah pernah dicoba dan berhasil, diantaranya Asam asetat, Asam
chlorat (HCl),Asam nitrat (HNO3), Asam fluosilikat, Asam sulfat (H2SO4), Asam fluoborat (H3BO3). Namun saat
ini yang sering dipakai adalah asam sulfat dan asam fluoborat.

Komposisi untuk tiap liter air dalam larutan asam Sulfat :


- Cooper sulfat (kristal) : 150 –250 gram/liter
- Asam sulfat : 45 – 100 ml/l

Dalam hal lain prosentase bahan kimia dibuat seperti berikut :


- Cu SO4. 5H2O : 200 – 250 gram/liter
- H2 SO4 : 45 – 75 ml/l

Pembuatan larutan ini adalah pada tangki keramik atau plastik. Pertama kali air disiapkan dalam tangki
baru kemudian copper sulfat dan asam sulfat. Penambahan bahan kimia, terutama asam sulfat harus dilakukan
sedikit demi sedikit supaya tidak timbul panas yang berlebihan. Dengan menggunakan larutan asam maka proses
pelapisan dilakukan pada suhu ruangan dan rapat arus 7 – 17 Ampere per desimeter persegi.

Kadang sifat hasil lapisan yang lunak dan buram tidak menjadi masalah selama lapisan tembaga hanya
digunakan sebagai lapisan pertama. Maksudnya adalah setelah dilakukan pelapisan tembaga kemudian dilakukan
pelapisan lain seperti nikel dan sebagainya. Untuk memperkeras serta memperhalus hasil pelapisan, dilakukan
beberapa cara :

1. Merendahkan konsentrasi tembaga (copper) dalam larutan


2. Mempertinggi konsentrasi asam
3. Mempertinggi rapat arus
4. Memperendah suhu larutan dalam operasi pelapisan
5. Pengadukan lebih perlahan dan terus menerus
6. Pemberian bahan-bahan tambahan

Anoda yang digunakan dalam larutan asam biasanya adalah tembaga anoda hasil pengerlan, tapi kadang
juga digunakan tembaga anoda hasil penuangan yang berbentuk lembaga. Rapat arus pada anoda kurang lebih
sama dengan rapat arus pada katoda. Kadang anoda timah hitam tidak dapat larut juga digunakan tapi kondisi
larutan harus selalu diatur dan selalu diremajakan. Larutan asam lain yang sering digunakan adalah:

2. Larutan asam fluobaorat

Dengan prosentase bahan kimia sebagai berikut :

Komposisi 1 : (tiap liter air)


- Copper fluoborat : 225 – 450 gram/liter
- Asam fluoborat : 15 – 30 gram/liter
- Asam borat : 20 – 25 gram/liter

Komposisi 2 : (tiap liter air)


- Cu (BF4)2 : 330 –360 gram/liter
- HBF4 : 20 – 25 gram/liter
- H3BO3 : 20 – 25 gram/liter
Persiapan Katoda (benda kerja) dalam penggunaan larutan asam Dalam larutan asam maka tembaga
tidak dapat langsung menempel atau melapis katoda (benda kerja) yang terbuat dari bahan-bahan tertentu seperti
nikel, besi atau seng, karena tembaga bersifat mulia dalam larutan asam. Pada saat benda kerja dari besi
dicelupkan ke dalam larutan asam maka akan langsung terlapis oleh tembaga, tapi lapisan ini tidak melekat kuat
dan dapat dihapus dengan mudah. Karena itu setelah benda kerja dibersihkan dari karat, minyak dan kotoran lain
maka benda kerja dilapis tembaga pada larutan sianida. Pelapisan dilakukan sebentar saja dan yang penting
terdapat selapis tipis tembaga. Operasi pelapisan ini dikenal dengan nama Copper-strike. Larutan yang digunakan
adalah campuran antara copper cyanide, sodium cyanide, free sodium cyianida, sodium carbonate dan air.

3. Larutan Sianida

Dengan menggunakan larutan sianida maka pelapisan tembaga dapat dilakukan secara langsung dalam
larutan tersebut. Tembaga akan terlapis pada katoda (benda kerja) begitu arus dialirkan tapi tidak akan menempel
dengan hanya pencelupan saja seperti yang terjadi jika menggunakan larutan asam. Lapisan tipis tembaga pada
benda kerja sering digunakan sebagai lapisan pengikat pelapis diatasnya. Proses pelapisan tipis tembaga ini
seperti yang telah disebutkan sebelumnya disebut copper-strike.

Larutan sianida yang digunakan dalam pelapisan tembaga terbagi atas tiga jenis :

1. Lautan sianida tembaga biasa


2. Larutan sianida Rochelle
3. Larutan sianida tembaga berefisiensi tinggi

Ketiga jenis larutan di atas mempunyai persamaan yaitu berisi copper sianida dan sodium atau potassium sianida.
Dan ketiga jenis larutan terebut bisa digunakan untuk tiga macam pelapisan :

1. Pelapisan persiapan (strike-plating),


2. Pelapisan pengikat/dasar,
3. Pelapisan akhir.

Pelapisan dengan menggunakan larutan sianida tembaga biasa mempunyai hasil lapisan yang tipis dan
tidak mampu membentuk lapisan tebal. Untuk mendapatkan lapisan yang lebih tebal dicapai oleh larutan sianida
yang berefiensi tinggi. Persamaan reaksi kimia dalam pelapisan yang menggunakan larutan sianida adalah
sebagai berikut :

Na CN + Cu CN Na2Cu (CN)3

Dari reaksi tersebut dapat diasumsikan bahwa dua molekul sodium-sianida bereaksi dengan satu
molekul copper-sianida akan terbentuk sebuah molekul yang mengandung sianida bebas. Pengaruh dari sianida
bebas dalam larutan dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Bila larutan tidak mengandung sianida bebas maka akan diperoleh efisiensi katoda yang tinggi.
2. Bila ditambah sianida bebas maka efisiensi katoda akan turun.
3. Bila sianida bebas terlalu sedikit maka akan terjadi polarisasi pada anoda, lapisan akan melapis permukaannya
dan akhirnya anoda tidak akan mensuplai ion ke katoda.
4. Semakin banyak sianida bebas akan membantu pengiriman ion dari anoda, namun bila terlalu banyak akan sulit
mengontrolnya sehingga harus ditentukan prosentase maksimun yang boleh ada.

Pembuatan larutan tembaga sianida dilakukan pada tangki keramik atau plastik tahan bahan kimia.
Pertama kali yang dicampur dengan air adalah sodium sianida, kemudian copper sianida dan bisa dilanjutkan
dengan bahan kimia yang lain. Sebenarnya tangki baja tahan karat dapat digunakan, namun tetap lebih baik
menggunakan tangki keramik atau plastik. Sebab bila menggunakan tangki baja kemungkinan akan terbentuk
senyawa ferro-sianida yang dapat mencemarkan larutan. Anoda yang digunakan dapat anoda yang dirol atau
dilunakkan, tapi paling baik adalah jenis elektrolit anoda. Anoda akan terpolarisasi (yang menghambat proses
pelapisan) jika suhu terlalu rendah, sianida bebas sedikit dan rapat arus tinggi. Karena itu pengaturan ketiga
variabel tersebut sangat penting supaya anoda tidak terpolarisasi.
4. Larutan pyrophosphate

Jenis larutan alkalin pyrophosphate digunakan untuk aplikasi dilapisan dekoratif termasuk pelapisan pada
plastik papan sirkuit elektronik, dan pada lapisan stop-off.

Karakteristik larutan jenis ini adalah:


 Diantara larutan sianida dan jenis asam (lebih mendekati larutan sianid jenis efisiensi tinggi).
 Larutan ini dapat dioperasikan pada pH netral.
 Lapisan yang dihasilkan semi mengkilat.
 Efisiensi katoda hampir 100%.
 Pada jenis larutan pyrophosphate, rapat arus anoda dipertahankan antara 2-4 A/dm2.

Batasan konsentrasi & kondisi operasi pada eletroplating Cu


dalam larutan copper pyrophosphate
Peralatan elektroplating :

1. Rectifier Sebagai sumber arus searah (DC) dan penurun tegangan.


2. Bak Pelapisan Sebagai penampung larutan electrolit,larutan pencuci dan air pembilas.
3. Rak Sebagai tempat untuk menggantung benda kerja dan penghantar arus listrik pada benda kerja.
4. Barrel Tempat untuk menampung benda kerja yang akan dilapis dan sebagai agitasi larutan.
5. Pemanas (heater) Sebagai pemanas larutan electrolit untuk mendapatkan lapisan yang diinginkan.

Proses persiapan elektroplating :

1. Pembersihan secara mekanik

Tujuan :
· Menghilangkan Goresan dan Geram (menggunkan mesin gerinda/mesin vibrator).
· Menghaluskan Permukaan (dengan proses buffing).

2. Pembersihan dan pencucian dengan pelarut

Tujuan :
· Membersihkan lemak, minyak, geram dan kotoran-kotoran lainnya dengan pelarut organik.

3. Pencucian lemak (degreasing)

Tujuan :
· Untuk membersihkan benda kerja dari lemak atau minyak yang menempel.

Pencucian digolongkan dalam dua cara :


a. Dengan cara biasa (alkalin degreasing); benda kerja direndam dalam larutan alkalin dalam
keadaan panas selama 5-10 menit.
b. Dengan cara elektro (electrolitic degreasing).

4. Pencucian dengan Asam (pickling)

Tujuan :
· Untuk membersihkan permukaan benda kerja dari okksida atau karat secara kimia melalui
perendaman. Larutan asam yang umumnya digunakan adalah :
1. Asam chlorid (HCl)
2. Asam sulfat (H2SO4)
3. Asam sulfat dan asam fluorid (HF)

5. Proses Lapis Listrik

6. Proses pengerjaan akhir


BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Elektroplating adalah proses pelapisan logam dengan menggunakan bantuan arus listrik. Electroplating
sangat dibutuhkan karena untuk memperkuat mencegah terjadinya korosi dan memperindah tampilan logam.
Elktroplating tembaga sangat sering digunakan karena dapat menambah kuatnya lapisan yang dilakukan
di atasnya,Mempunyai sifat tahan karat,Ulet, sehingga tidak retak apabila dibengkokan,Mempunyai daya hantar
listrik yang tinggi.
Elektroplating (electroplating) atau lapis listrik atau penyepuhan merupakan salah satu proses pelapisan
bahan padat dengan lapisan logam menggunakan bantuan arus listrik melalui suatu elektrolit
Mekanisme terjadinya pelapisan logam adalah dimulai dari dikelilinginya ion-ion logam oleh molekul-
molekul pelarut yang mengalami polarisai. Di dekat permukaan katoda, terbentuk daerah Electrical Double Layer
(EDL) yang bertindak seperti lapisan dielektrik. Adanya lapisan EDL memberi beban tambahan bagi ion-ion untuk
menembusnya. Dengan gaya dorong beda potensial listrik dan dibantu oleh reaksi-reaksi kimia, ion-ion logam
akan menuju permukaan katoda dan menangkap electron dari katoda, sambil mendeposisikan diri di permukaan
katoda.

3.2. Saran
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai pelapisan yang menjadi pokok bahasan dalam makalah
ini,tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan,karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya referensi
yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai