Makalah Askeb 4
Makalah Askeb 4
Di susun oleh :
1. Amalia Fujiati
2. Ati Sumiati
3. Desi Apriani
4. Iis Suryani
5. Nunik Priani
6.Pipih Apriyani
7. Tika Novianti Jatnika
Rasa syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan dan
karunia-Nya sehingga makalah “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan Penyakit
Ginjal” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini sengaja disusun untuk memenuhi tugas Asuhan Kebidanan Patologi
serta dapat menjadi referensi pembelajaran kebidanan, sehingga mudah untuk
melengkapi materi yang berkaitan.
Dalam menyusun makalah ini kami banyak dibantu oleh teman-teman Akademi
Kebidanan IIK, serta dosen kami Ibu Ardatik. S.H. M.Kes dari Asuhan Kebidanan
Patologi. Dengan pembahasan yang ringkas, penyusun berharap makalah mengenai
Herpes pada ibu hamil ini dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik
dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk memperbaiki makalah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.4.2 Observasi
Merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara
langsung kepada responden.
1.4.3 Pemeriksaan Fisik
Pengumpulan data dengan cara melakukan pemeruksaan fisik pada klien
secara langsung meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi atau
mendapatkan data yang objektif.
1.4.4 Study Kepustakaan
Pengumpulan data dengan jalan mengambil literatur dari buku-buku serta
makalah-makalah yang ada.
1.4.5 Study Dokumentasi
Metode pengumpulan data dengan cara mengambil data yang berasal dari
dokumen asli.
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Rumusan Masalah
Metode Pengumpulan Data
Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III TINJAUAN KASUS
Pengkajian Data
Intrerpretasi Data Dasar
Antisipasi Masalah Potensial
Identifikasi Kebutuhan Segera
Intervensi
Implementasi
Evaluasi
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan
Saran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.4 Macam-macam Penyakit Ginjal dan Saluran Kemih yang Menyertai Kehamilan
2.4.3 Sistitis
Sistitis adalah peradangan kandung kemih disebabkan oleh bakteri atau kuman lain.
Paling sering E. Coli atau kuman lain pada saat pemasangan kateter. (Nugraheny Esti.
2010)
Sistitis adalah termasuk infeksi saluran kemih bagian bawah, yang memiliki kemungkinan
0,3-2% kejadian dari seluruh kasus ISK. Tanda dan gejala sistitis adalah sebagai berikut.
a. Sebesar 95% infeksi terbatas pada kandung kemih.
b. Nyeri pada daerah supra simpisis / nyeri / panas pada saat berkemih (disuria).
c. Frekuensi berkemih meningkat dengan jumlah sedikit, kadang-kadang 1 Sampai
dengan 2 tetes dikeluarkan sehingga timbul perasaan tidak puas.
d. Air kemih berwarna gelap sampai kemerahan.
e. Pada mikroskopik, ada peningkatan jumlah leukosit, sejumlah eritrosit, dan
bakteri pada urin.
(Fadlun, 2012:15)
Bila luka pada kandung kemih disertai hamaturia. Pengaruh terhadap kehamilan
serupa dengan bakteriuria. Pengobatan sama seperti bakteriuria ditambah bikarbonas
natrikus untuk menetralisir kencing menjadi basa. ( bekerjasama dengan ahli
kandungan ). (Nugraheny Esti. 2010)
2.4.4 Pielonefritis
ISK yang menyerang kaliks, pelviks, dan parenkim ginjal. Hasil temuan menyatakan infeksi
ini merupakan penyebab utama syok septic selama kehamilan. Kondisi ini merupakan
masalah utama saluran kemih pada kehamilan. Sekitar 1-2% wanita hamil mengalami ini.
Infeksi ini sangat berkaitan dengan statis aliran air kemih akibat perubahan sistem saluran
kemih selama kehamilan, 9% terjadi pada trimester 1, 46% pada trimester 2, dan 45% pada
trimester 3. (Fadlun, 2012:15)
2.4.4.1 Pielonefritis akut
Frekwensi: 2% terutama pad trimester III kehamilan.
Penyebab:
a. E. coli
b. Stafilokokus aureus
c. Basilus proteus danpsodomonas auroginosa
d. Cara penjalaran bias melalui: dari kandung kemih naik ke atas
(asenden), pembuluh darah dan pembuluh limpha.
Gejala :demam tinggi, menggigil, sakit pinggang hebat, mual, muntah, nafsu
makan kurang,oliguuria dan anuria, periksa urin dijumpai leukosit
yamg banyak bergumpal.
a. Pengaruh penyakit terhadap kehamilan:
1. Bisa berpengaruh terhadap hasil konsepsi, seperti abortus, partus
prematurus, dan kematian janin.
2. Bila cepat diobati kehamilan sampai dengan cukup bulan dan persalinan
normal.
b. Pengaruh kehamilan terhadap penyakit; Pielitis dan sistitis lebih mudah
terjadi dalam kehamilan. Penyakit yang telah ada menjadi lebih berat karena
kehamilan.
Penanganan:
a. Sebaiknya hati-hati dalam hal pemakaian kateter, kalau bisa
dihindari
b. Kalau harus pakai gunakan obat anti bacterial.
c. Wanita harus istirahat baring miring ke posisi yang tidak sakit
d. Sebelum memberikan obat lakukan uji kepekaan obat barulah
diberikan obat antibacterial yang tepat, biasanya selama 10-12 hari.
e. Awasi penderita untuk kemungkinan adanya residif.
(Nugraheny Esti. 2010)
2.4.4.2 Pielonefritis kronika
Penyakit ini menahun. Gejala utama adanya protein urin yang tidak menetap dan
hipertensi.
Pengobatan agak sukar karena sudah kronis. Wanita dengan pielonefritis akut
disertai insufisiensi ginjsl dianjurkan tidak hamil. (Nugraheny Esti. 2010)
PATOGENESIS
Infeksi CMV yang terjadi karena pemaparan pertama kali atas individu
disebut infeksi primer. Infeksi primer berlangsung simtomatis ataupun asimtomatis
serta virus akan menetap dalam jaringan hospes dalam waktu yang tak terbatas.
Selanjutnya virus memasuki kedalam sel-sel dari berbagai macam jaringan. Proses ini
disebut infeksi laten.
Pada keadaan tertentu eksaserbasi terjadi dari infeksi laten disertai
multiplikasi virus. Keadaan tersebut misalnya terjadi pada individu yang mengalami
supresi imun karena infeksi HIV, atau obat-obatan yang dikonsumsi penderita
transplan-resipien ataupun penderita dengan keganasan.
Infeksi rekuren (reaktivasi/reinfeksi) yang dimungkinkan karena penyakit
tertentu serta keadaan supresi imun yang bersifat iatrogenik dapat diterangkan
sebagai berikut bahwa kedua keadaan tersebut menekan respon sel limfosit T
sehingga timbul stimulasi antigenik yang kronis. Dengan demikian terjadi reaktivasi
virus dari periode laten disertai berbagai sindroma.
EPIDEMIOLOGI
Di negara-negara maju cytomegalovirus (CMV) adalah penyebab infeksi
kongenital yang paling utama dengan angka kejadian 0,3 – 2 % dari kelahiran hidup.
Dilaporkan pula bahwa 10 – 15 % bayi lahir yang terinfeksi secara kongenital adalah
simtomatis yakni dengan manifestasi klinis akibat terserangya susunan saraf pusat
dan berbagai organ lainnya (multiple organ). Hal ini menyebabkan kematian perinatal
20 – 30% serta timbulnya cacat neurologik berat lebih dari 90% pada kelahiran.
Manifestasi klinis dapat berupa hepatosplenomegali, mikrosefali, retardasi mental,
gangguan psikomotor, ikterus, petechiae, korioretinitis dan kalsifikasi serebral.
Sedangkan 10 – 15 % bayi yang terinfeksi bersifat tanpa gejala (asimtomatis)
serta nampak normal pada waktu lahir. Kemungkinan bayi ini akan memperoleh cacat
neurologis seperti retardasi mental atau gangguan pendengaran dan penglihatan di
perkirakan 1 – 2 tahun kemudian. Dengan alasan ini sebenarnya infeksi CMV adalah
penyebab utama kerusakan sistem susunan saraf pusat pada anak-anak.
DIAGNOSIS
Infeksi primer pada kehamilan dapat ditegakkan baik dengan metode serologis
maupun virologis. Dengan metode serologis, diagnosa infeksi maternal primer dapat
ditunjukkan dengan adanya perubahan dari seronegatif menjadi seropositif (tampak
adanya IgM dan IgG anti CMV) sebagai hasil pemeriksaan serial dengan interval
kira-kira 3 minggu. Dalam metode serologis infeksi primer dapat pula ditentukan
dengan “Low IgG Avidity”, yaitu antibodi klas IgG menunjukkan fungsional
afinitasnya yang rendah serta berlangsung selama kurang lebih 20 minggu setelah
infeksi primer. Dalam hal ini lebih dari 90% kasus-kasus infeksi primer menunjukkan
IgG aviditas rendah (Low Avidity IgG) terhadap CMV.
Sedangkan dengan metode virologis, viremia maternal dapat ditegakkan dengan
menggunakan uji immuno fluoresen. Uji ini menggunakan monoklonal antibodi yang
mengikat antigen Pp 65, suatu protein (polipeptida dengan berat molekul 65 kilo
dalton) dari CMV di-dalam sel lekosit dalam darah ibu.
DIAGNOSIS PRENATAL
Diagnosis prenatal harus dikerjakan terhadap ibu dengan kehamilan yang
menunjukkan infeksi primer pada umur kehamilan sampai 20 minggu. Hal ini karena
diperkirakan 70% dari kasus menunjukkan janin tidak terinfeksi. Dengan demikian
diagnosis prenatal dapat mencegah terminasi kehamilan yang tidak perlu terhadap
janin yang sebenarnya tidak terinfeksi sehingga kehamilan tersebut dapat
berlangsung. Saat ini terminasi kehamilan merupakan satu-satunya terapi intervensi
karena pengobatan dengan anti virus (ganciclovir) tidak memberi hasil yang efektif
serta memuaskan.
Diagnosis prenatal dilakukan dengan mengerjakan metode PCR dan isolasi virus
pada cairan ketuban yang diperoleh setelah amniosentesis. Amniosentesis dalam
hubungan ini paling baik dikerjakan pada umur kehamilan 21 – 23 minggu karena tiga
hal:
1. Mencegah hasil negatif palsu sebab diuresis janin belum sempurna sebelum umur
kehamilan 20 minggu sehingga janin belum optimal mengekskresi virus cytomegalo
melalui urine kedalam cairan ketuban.
2. Dibutuhkan waktu 6 – 9 minggu setelah terjadinya infeksi maternal agar virus dapat
ditemukan dalam cairan ketuban.
3. Infeksi janin yang berat karena transmisi CMV pada umumnya bila infeksi maternal
terjadi pada umur kehamilan 12 minggu.
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, M. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Ginjal. Jakarta : EGC
Fadlun. 2012. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika
Nugraheny, Esti. 2010. Asuhan Kebidanan Pathologi. Yogyakarta : Pustaka Rihama
Prawirohardjo Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo