Anda di halaman 1dari 8

SURVEY KONTAMINASI BAKTERI PATOGEN PADA MAKANAN DAN

MINUMAN YANG DIJUAL DI SEKITAR GEDUNG PERKANTORAN DI


JAKARTA

Sunarno, Nelly Puspandari dan Melatiwati

ABSTRAK
Di lingkungan perkantoran di kota-kota besar seperti Jakarta dijual berbagai jenis
makanan dan minuman yang berpotensi tercemar bakteri patogen. Kondisi lingkungan dan
penanganan makanan masih belum/kurang maksimal untuk mencegah tumbuhnya bakteri
patogen sehingga dapat membahayakan kondisi kesehatan konsumen. Tujuan penelitian
untuk menggambarkan kontaminasi bakteri patogen pada makanan dan minuman yang dijual
di lingkungan perkantoran di Jakarta beserta sumber kontaminasinya.
Pengambilan sampel dilakukan di daerah Jakarta Pusat, sementara pemeriksaan
bakteriologi dilakukan di Laboratorium Bakteriologi, Puslitbang Biomedis dan Farmasi. Jenis
penelitian adalah non-intervensi dengan rancangan cross-sectional. Populasi penelitian
adalah seluruh makanan dan minuman yang dijual di sekitar gedung perkantoran di Jakarta.
Sampel penelitian diambil dengan teknik purposive sampling. Jumlah sampel sebanyak 126
makanan dan minuman ditambah data pendukung berupa usap penjamah makanan 30
spesimen, usap peralatan makan 31 spesimen, dan sumber air untuk mencuci peralatan makan
12 spesimen. Analisis data menggunakan bantuan Software SPSS 17. Analisis deskriptif
menampilkan gambaran cemaran bakteri patogen yang dibuat dalam bentuk tabel, sedangkan
analisis bivariat menggunakan uji X2.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kontaminasi bakteri patogen pada
makanan dan minuman sebesar 30%. Jenis bakteri kontaminan adalah Bacillus cereus, E.coli,
Staphilococcus aureus, dan Jamur. Kontaminasi bakteri patogen dipengaruhi oleh jenis
makanan/minuman dan cara pengolahan dengan sumber/media kontaminasi berupa penjamah
makanan untuk Bacillus cereus dan Staphilococcus aureus, peralatan makan untuk Bacillus
cereus dan air cucian untuk Bacillus cereus. Sementara itu kontaminasi E.coli diduga
melibatkan vektor dan kontaminasi Jamur bersumber pada makanan disimpan cukup lama.

Kata Kunci: Bakteri patogen, makanan dan minuman

PENDAHULUAN Cianjur, mengakibatkan 118 orang harus


Indonesia sebagai negara yang sedang dirawat dan 415 orang lainnya menjalani
berkembang dengan wilayah sangat luas rawat jalan (PPK Depkes RI, 2008). Selain
berbentuk kepuluan memiliki keterbatasan itu masih banyak kasus keracunan
dalam pengawasan dan pengendalian suatu makanan yang bisa diketahui melalui
produk seperti makanan dalam upaya media massa, baik cetak maupun
melindungi kesehatan dan keselamatan elektronik.
konsumen. Hal ini dibuktikan dengan Berkenaan dengan hal tersebut, setiap
sering terjadinya kasus racunan makanan restoran dan rumah makan seharusnya
di tengah masyarakat, baik yang melakukan pemeriksaan laboratorium
dilaporkan maupun tidak dilaporkan. secara berkala untuk memastikan bahwa
Sebagai contoh adalah kasus keracunan makanan dan minuan yang dijual aman
makanan di Banyumas tahun 2008 yang untuk dikonsumsi sebagaimana telah
mengakibatkan 76 orang harus dirawat dan ditetapkan dalam Kepmenkes
16 orang lainnya menjalani rawat jalan. No:1098/Menkes/SK/VII/2003 (Depkes
Kejadian yang sama sebelumnya terjadi di RI, 2003) dan Peraturan Pemerintah RI

1
No. 28 Tahun 2004 tentang keamanan, Di lingkungan perkantoran di kota-kota
mutu dan gizi pangan. Pada pasal 9 PP No. besar seperti Jakarta dijual berbagai jenis
28 Tahun 2004 dijelaskan bahwa cara makanan dan minuman yang berpotensi
produksi pangan siap saji yang baik harus tercemar bakteri patogen. Kondisi
memperhatikan aspek keamanan pangan lingkungan dan penanganan makanan
dengan cara mencegah tercemarnya masih belum/kurang maksimal untuk
pangan siap saji oleh cemaran biologis mencegah tumbuhnya bakteri patogen
yang mengganggu, merugikan dan yang dapat membahayakan kondisi
membahayakan kesehatan (Presiden RI, kesehatan. Oleh sebab itu perlu dilakukan
2004). Namun pada kenyataannya hanya penelitian untuk menilai tingkat cemaran
sedikit dari mereka yang mematuhi aturan- bakteri patogen pada makanan dan
aturan tersebut dan biasanya hanya minuman yang dijual kepada konsumen.
dilaksanakan oleh penjual makanan yang Hal ini penting mengingat telah terjadi
dikelola dengan baik (Supraptini,dkk, perubahan gaya hidup masyarakat
2003). terutama di daerah perkotaan yang
Bukti di lapangan menunjukkan bahwa menyebabkan mereka lebih sering
bakteri patogen sering ditemukan pada mengkonsumsi makanan dari luar rumah
makanan dan minuman yang dijual di sehingga meningkatkan resiko untuk
lingkungan perkantoran maupun di pasar, terjangkit penyakit yang ditularkan melalui
diantaranya Salmonella group E, makanan dan minuman (foodborne
Staphylococcus aureus, Pseudomonas sp, diseases) (Kurniawan, 2010). Penelitian
E. coli, dan Bacillus. Tingkat kontaminasi bertujuan untuk memperoleh informasi/
bervariasi hingga mencapai 24 – 48 % gambaran tentang cemaran bakteri patogen
(Pracoyo, 2006). Penelitian terdahulu pada makanan dan minuman yang dijual di
menunjukkan bahwa bakteri patogen lebih sekitar gedung perkantoran di Jakarta
sering ditemukan pada makanan atau beserta sumber-sumber cemarannya.
minuman dengan bahan yang tidak
dimasak dan beberapa jenis bakteri METODE PENELITIAN
berkaitan erat dengan jenis makanan atau Penelitian dilakukan di Jakarta pada
bahan makanan yang digunakan (Burnett, bulan Juli sampai dengan Desember tahun
2001; Nissen, 2002). Sementara itu untuk 2010. Jenis penelitian adalah non-
makanan atau minuman yang telah intervensi (deskriptif analitik) dengan
dimasak, kontaminasi dapat berasal dari disain cross-sectional. Populasi dalam
penjamah makanan, peralatan makan, penelitian ini adalah seluruh makanan dan
sumber air bersih yang digunakan, dan minuman yang dijual di sekitar gedung
kondisi lingkungan. perkantoran di Jakarta. Sampel penelitian
Kontaminasi bakteri patogen pada diambil dengan teknik puposive sampling.
makanan dan minuman dapat Penelitian melibatkan 23 responden yang
menyebabkan berbagai macam penyakit terdiri dari 12 penjual makanan dan
diantaranya typhoid, diare, keracunan minuman di dalam kantin perkantoran dan
makanan dan lain sebagainya (Siagian, 11 penjual makanan dan minuman di luar
2002; Coleman, 2004). Penyakit-penyakit kantin sepanjang Jalan Percetakan Negara,
ini akan lebih mudah menjangkiti orang Jakarta Pusat. Dari masing-masing
yang mengalami penurunan daya tahan responden diambil sejumlah sampel
tubuh karena faktor dari dalam (intrinsik) makanan dan minuman yang beresiko
maupun dari luar (ekstrinsik). Oleh karena tercemar bakteri patogen. Selain itu juga
itu, untuk menjamin kesehatan dan diambil sejumlah sampel berupa usap alat
keselamatan konsumen, harus dilakukan makan/minum, usap penjamah dan
pemeriksaan laboratorium bakteriologik pemeriksaan air yang digunakan untuk
secara berkala (Lesmana, 2003). mencuci peralatan makan/minum yang

2
diduga dapat berperan sebagai Tabel 1. Tingkat kontaminasi bakteri
media/sumber pencemaran. Selanjutnya, patogen menurut jenis dan asal
seluruh sampel diperiksa di Laboratorium spesimen
Bakteriologi Puslitbang Biomedis dan
Farmasi (sekarang Pusat Biomedis dan Dalam Kantin Luar Kantin
Jenis Spesimen N Kontaminasi N Kontamina
Teknologi Dasar Kesehatan) untuk si
mengetahui dan mengidentifikasi n % n %
Makanan & 85 24 28 41 14 34
kontaminasi bakteri patogen di dalamnya. Minuman 17 2 12 13 6 46
Jumlah sampel keseluruhan adalah 126 Usap Alat 17 3 17 13 2 15
Usap Penjamah 1 1 100 11 5 45
sampel makanan dan minuman yang Sumber Air
dipilih berdasarkan kriteria inklusi
penelitian, yaitu penjual Tingkat kontaminasi tertinggi didapati
makanan/minuman bersedia ikut dalam pada sampel air yang digunakan untuk
penelitian dan makanan/minuman dalam mencuci peralatan makan dan minum yaitu
kondisi siap saji serta kriteria eksklusi sebesar 50%, disusul dengan sampel
penelitian, yaitu makanan dan minuman makanan dan minuman 30%, usap alat
dalam kemasan pabrik. Sedangkan jumlah 26% dan usap penjamah 16%.
data pendukung berupa 31 spesimen usap Perbandingan antara sampel yang berasal
penjamah, 30 spesimen usap peralatan dari dalam kantin dan sampel yang berasal
makan/minum dan 12 spesimen air yang dari luar kantin menunjukkan bahwa
digunakan untuk mencuci peralatan. tingkat kontaminasi bakteri patogen pada
Teknik dan standard dalam pemeriksaan sampel makanan dan minuman yang
laboratorium mengacu pada Peraturan berasal dari luar kantin lebih tinggi (34%)
Menteri Kesehatan dan Surat Keputusan daripada sampel yang berasal dari dalam
Badan Pengawasan Obat dan Makanan. kantin (28%). Demikian juga pada usap
Seluruh hasil pemeriksaan laboratorium alat, tingkat kontaminasi bakteri patogen
dicatat dan didokumentasikan. Data yang pada sampel yang berasal dari luar kantin
terkumpul diedit, diberi kode dan dientry jauh lebih tinggi daripada sampel yang
ke dalam file komputer. Setelah dilakukan berasal dari dalam kantin. Sebaliknya,
cleaning, data dianalisis secara statistik pada usap penjamah dan air yang
dengan bantuan program SPSS. Analisis digunakan untuk mencuci peralatan
deskriptif menampilkan gambaran makan/minum, tingkat kontaminasi bakteri
cemaran bakteri patogen yang dibuat patogen pada sampel yang berasal dari
dalam bentuk tabel. Analisis bivariat kantin lebih tinggi daripada sampel yang
dilakukan dengan uji X2 untuk berasal dari luar kantin.
menganalisis kontaminasi bakteri patogen Sementara itu, hasil identifikasi
pada makanan dan minuman dihubungkan kontaminasi bakteri patogen pada
dengan beberapa faktor yang makanan dan minuman menunjukkan
mempengaruhinya. bahwa penyebab kontaminasi didominasi
oleh bakteri Bacillus cereus. Bakteri lain
HASIL yang ditemukan dalam jumlah terbatas
Gambaran mengenai seluruh adalah E.coli, Staphilococcus aureus dan
sampel pemeriksaan laboratorium dan Jamur. Keterangan selengkapnya
tingkat kontaminasi bakteri patogen pada mengenai hal tersebut dapat dilihat pada
masing-masing item ditunjukkan pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 1 berikut ini.

3
Tabel 2. Distribusi kontaminasi bakteri Tingkat kontaminasi bakteri patogen pada
patogen pada makanan dan minuman makanan/minuman yang dimasak dengan
berdasarkan jenis bakteri kontaminan cara dipanggang memiliki tingkat
(N=38) kontaminasi paling tinggi, disusul
Jenis Bakteri Dalam Luar makanan yang direbus dan makanan yang
Kantin Kantin
n % n % digoreng memiliki tingkat kontaminasi
Bacillus cereus 18 72 11 78 paling rendah. Uji X2 menunjukkan nilai
E.coli 1 4 1 7
S. aureus 1 4 0 0 p=0,04.
Jamur 4 16 2 15 Tabel 5 memperlihatkan tingkat
keterkaitan antara tempat penjualan
Jumlah 24 100 14 100 dengan kontaminasi bakteri patogen pada
makanan/minuman.
Hasil identifikasi faktor-faktor
yang berperan dalam kontaminasi bakteri Tabel 5. Hubungan antara tempat
patogen pada makanan dan minuman penjualan makanan dan kontaminasi
ditunjukkan pada Tabel 3, 4, 5, dan 6. bakteri patogen (N=126)
Tabel 3 memperlihatkan tingkat Tempat N Terkontami p*)
keterkaitan antara jenis makanan/minuman Penjualan nasi
dengan kontaminasi bakteri patogen pada n %
Dalam Kantin 85 24 28 0,5
makanan/minuman. Luar Kantin 41 14 34
*) beda bermakna p<0,05
Tabel 3. Hubungan antara jenis
makanan/minuman dengan kontaminasi Tingkat kontaminasi bakteri patogen pada
bakteri patogen (N=126) makanan/minuman yang dijual di dalam
Jenis N Terkontaminasi p*)
Makanan n %
kantin memiliki tingkat kontaminasi
Makanan 109 38 34,9 0,004 sedikit lebih rendah daripada
Minuman 17 0 0 makanan/minuman yang dijual diluar
*) beda bermakna p<0,05 kantin. Meskipun demikian, uji X2
menunjukkan nilai p=0,5.
Dalam tabel tersebut terlihat bahwa tingkat Selain analisis beberapa faktor
kontaminasi bakteri patogen pada yang berhubungan dengan kontaminasi
makanan jauh lebih tinggi daripada tingkat bakteri patogen pada makanan dan
kontaminasi pada minuman dan uji X2 minuman, juga dilakukan analisis untuk
menunjukkan nilai p=0,004. mencari sumber atau media kontaminasi.
Tabel 4 memperlihatkan tingkat Untuk itu dilakukan analisis secara manual
keterkaitan antara cara pengolahan dengan pada masing-masing responden (penjual
kontaminasi bakteri patogen pada makanan) berdasarkan jenis bakteri
makanan/minuman. kontaminan. Tabel 6 berikut ini
memperlihatkan beberapa sumber/media
Tabel 4. Hubungan antara cara yang berperan dalam kontaminasi bakteri
pengolahan makanan/minuman dengan patogen.
kontaminasi bakteri patogen (N=126).
Cara N Terkontamin p*) Tabel 6. Distribusi jenis bakteri
Pengolahan asi kontaminan menurut sumber/media
n % kontaminasi
Dipanggang 2 1 50 0,04 Sumber/media B.cereus E.coli S.aureus Jamur
Direbus 58 20 34,5 Alat 8 0 0 0
Digoreng 50 17 34 Penjamah 19 0 1 0
Air 25 0 0 0
*) beda bermakna p<0,05 Lainnya 4 2 0 6

4
Dalam Tabel 6 terlihat bahwa secara langsung kontak dengan tanah dan
sumber/media penyebaran bakteri air. Adanya kontaminasi mengindikasikan
kontaminan tergantung pada jenis bakteri. bahwa kebersihan alat dan penjamah
Media/sumber kontaminasi Bacillus cereus masih kurang. Keracunan makanan yang
meliputi semua item yang diperiksa, yaitu disebabkan Bacillus cereus ditandai
peralatan makan/minum, penjamah dengan mual, muntah, diare dan kram otot
makanan, air untuk mencuci peralatan dan perut (Simjee, 2007; Miliotis, 2003). E.coli
sumber/media selain yang telah merupakan flora normal saluran
disebutkan. Sementara itu kontaminasi pencernaan sehingga bakteri ini dijadikan
Staphilococcus aureus dipengaruhi oleh sebagai indikator pencemaran air bersih
penjamah makanan. Adapun untuk E.coli oleh kotoran. Ada 5 grup serotipe utama
dan Jamur, sumber/media penyebaran yang digolongkan jenis virulen, yaitu
tidak teridentifikasi, baik pada peralatan enteropathogenic (EPEC), enterotoxigenic
makan/minum, penjamah makanan (ETEC), enteroinvasive (EIEC),
maupun air yang digunakan untuk mencuci enterohemorrhagic (EHEC), and
peralatan makan/minum. enteroaggregative (EAEC). Gejala
keracunan berupa mual, muntah, diare
PEMBAHASAN disertai panas (Manning, 2005).
Hasil penelitian ini menunjukkan Stafilococcus aureus memiliki resiko yang
bahwa 30% makanan dan minuman yang sangat besar untuk menyebabkan
dijual di lingkungan perkantoran di Jakarta keracunan makanan. Keracunan
terkontaminasi bakteri patogen (Tabel 1). disebabkan oleh enterotoksin yang
Hal ini lebih rendah daripada hasil dihasilkannya. Bakteri ini dapat ditularkan
penelitian sebelumnya yang dilakukan secara langsung dari binatang yang
oleh Pracoyo dengan sampel penjual terinfeksi melalui air susu dan produk
makanan di pasar, dimana tingkat daging. Gejala biasanya muncul dalam 2-6
kontminasi sebesar 48% (Pracoyo, 2006). jam setelah mengonsumsi makanan yang
Meskipun demikian, angka ini masih terkontaminasi berupa mual, muntah dan
cukup tinggi dimana seharusnya kejadian kram otot perut. Beberapa kasus
kontaminasi bakteri patogen adalah 0%. menyebabkan sakit kepala, kram,
Angka ini juga dapat digunakan untuk perubahan tekanan darah dan nadi (Simjee,
menggambarkan seberapa besar konsumen 2007; Miliotis, 2003;Weigelt, 2007).
beresiko terinfeksi bakteri patogen dengan Analisis statistik menunjukkan
perantara makanan/minuman yang bahwa kontaminasi bakteri dipengaruhi
dikonsumsinya. Resiko penyakit oleh jenis makanan/minuman dan cara
dipengaruhi oleh sistem kekebalan yang pengolahan makanan, tapi tidak
ada pada masing-masing individu. Selain dipengaruhi tempat penjualan. Pada Tabel
itu juga ditentukan oleh seberapa virulen 3 terlihat bahwa makanan yang dimasak
dan seberapa banyak jumlah bakteri yang dengan dipanggang memiliki resiko
masuk ke dalam tubuh. Sebagai contoh, terkontaminasi tertinggi dan makanan
Bacillus cereus beresiko menyebabkan yang direbus serta digoreng memiliki
penyakit bila jumlah bakteri minimal 105 resiko lebih rendah. Hal ini menunjukkan
per 100 gram makanan (Simjee, 2007). bahwa suhu mempengaruhi pertumbuhan
Sementara itu dari hasil identifikasi bakteri dimana makanan yang diolah
jenis bakteri patogen terlihat bahwa dengan suhu tinggi memiliki resiko
Bacillus cereus mendominasi, disusul kontaminasi bakteri patogen yang lebih
dengan jamur, E.coli dan Staphilococcus rendah. Hasil penelitian juga menunjukkan
aureus. Bacillus cereus secara alami bahwa tingkat kontaminasi bakteri patogen
terdapat di tanah dan air sehingga mudah pada makanan dan minuman yang dijual di
mengontaminasi makanan/minuman yang luar kantin lebih tinggi daripada di dalam

5
kantin. Meskipun demikian, secara 1. Tingkat kontaminasi bakteri patogen
statistik tidak ada perbedaan tingkat pada makanan dan minuman yang
kontaminasi. Hal ini membuktikan bahwa dijual di lingkungan perkantoran di
hygiene dan sanitasi tempat makan di Jakarta cukup tinggi, baik di dalam
dalam kantin tidak jauh berbeda dengan di maupun di luar kantin perkantoran. Hal
luar kantin. ini menunjukkan masih rendahnya
Adapun hasil analisis terhadap higiene dan sanitasi tempat penjualan
media/sumber kontaminasi menunjukkan makanan.
bahwa kontaminasi Bacillus cereus 2. Tingkat kontaminasi dipengaruhi jenis
melibatkan seluruh media/sumber yang makanan/minuman dan cara
diperiksa, yaitu penjamah makanan, pengolahan. Selain itu dipengaruhi
peralatan makan dan air yang digunakan juga oleh penjamah makanan,
untuk mencuci peralatan. Selain itu peralatan makan, air untuk mencuci
beberapa kasus dihubungkan dengan peralatan makan sebagai sumber/media
media yang tidak diperiksa pada peneltian kontaminasi.
ini. Untuk Staphilococcus media Berdasarkan kesimpulan tersebut maka
kontaminasi diketahui melibatkan disarankan:
penjamah makanan. Hal ini terjadi karena 1. Bagi konsumen agar lebih selektif
pada manusia, bakteri ini sering dalam mengonsumsi makanan dan
menginfeksi luka pada jaringan kulit. minuman. Utamakan memilih
Sementara itu untuk E.coli media makanan yang masih dalam kondisi
kontaminasi tidak teridentifikasi pada segar atau baru dimasak.
penjamah, peralatan maupun air untuk 2. Bagi penjaja dan pengelola tempat
mencuci peralatan. Kontaminasi diduga penjualan makanan dan minuman agar
melibatkan vektor seperti lalat atau kecoa meningkatkan higiene dan sanitasi,
yang tidak diperiksa pada penelitian ini baik makanan, penjamah, peralatan
(Percival, 2004). maupun tempat. Penjamah dianjurkan
Pada jamur, media kontaminasi memeriksakan kesehatan secara teratur
juga tidak teridentifikasi pada penjamah, dan mengikuti pelatihan penjamah. Air
peralatan maupun air untuk cuci peralatan. untuk mencuci peralatan agar
Tapi dari hasil identifikasi jenis makanan menggunakan air mengalir. Makanan
yang terkontaminasi diketahui bahwa dan minuman agar selalu dalam
sumber kontaminasi berasal dari makanan keadaan tertutup. Pemeriksaan
itu sendiri mengingat semua jenis makanan laboratorium terhadap makanan dan
yang terkontaminasi merupakan jenis minuman agar dilakukan secara
makanan yang tersimpan lama, seperti periodik.
sambal, saus dan orek tempe (Simjee, 3. Bagi pemangku kebijakan agar lebih
2007; Miliotis, 2003). ketat melakukan pengawasan dan lebih
sering melakukan pembinaan kepada
SIMPULAN DAN SARAN para pengelola dan penjaja makanan
Kesimpulan hasil penelitian adalah dan minuman.
sebagai berikut:

DAFTAR PUSTAKA

Burnett SL & Beuchat LR. Food-Borne Pathogens Human Pathogens Associated With Raw
Produce and Unpasteurized Juices, and Difficulties in Decontamination. Journal of Industrial
Microbiology & Biotechnology. 2001; 27: 104–110.

6
Coleman ME, Marks HM, Golden NJ, Latimer HK. Discerning Strain Effects in Microbial Dose-
Response Data. Journal of Toxicology and Environmental Health. 2004; 67: 667-85

Depkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor:1098/Menkes/SK/VII/2003 Tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan
Restoran.

Kurniawan H. Beberapa Faktor Resiko Kejadian Tifoid di Kota Semarang. Undergraduate


Thesis, Diponegoro University. 2010.

Lesmana M. Enterobacteriaceae: Salmonella & Shigella. 2003; Jakarta: FK Universitas


Trisakti.

Manning SD. Escherichia coli Infection. 2005;Philadelphia: Chelsea House Publishers.

Miliotis MD, Bier JW, editor. Handbook of Foodborne Pathogens. 2003; New York:Marcel
Dekker.

Nissen H, Rosnes JT, Brendehaug J, Kleiberg GH. Safety Evaluation of Sous Vide-processed
Ready Meals. Letters in Applied Microbiology. 2002; 35: 433–438.

Percival S, Chalmers R, Embrey M, Hunter P, Sellwood J, Wyn-Jones P. Microbiology of


Waterborne Diseases. 2004. Elsevier Academic Press.

Pracoyo NE, Damayanti, Parwati D. Analisis Mikrobiologik Beberapa Jenis Makanan


Jajanan (Moko) di DKI Jakarta. CDK. 2006; 152: 41-42.

Presiden RI. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 Tentang
Keamanan, Mutu Dan Gizi Pangan.

Pusat Penanggulangan Krisis Depkes RI. Keracunan Makanan di Banyumas. Informasi


Bencana. 21 April 2008.

Pusat Penanggulangan Krisis Depkes RI. Keracunan Makanan di Cianjur. Informasi Bencana.
17 Maret 2008.

Siagian A. Mikroba Patogen pada Makanan dan Sumber Pencemarannya. USU digital library.
2002: 1-18.

Simjee S, editor. Foodborne Diseases. 2007; Totowa New Jersey: Humana Press.

Supraptini, dkk. Penelitian Pengembangan Pola Kemitraan Dalam Peningkatan Sanitasi


Pengelolaan Makanan Di Daerah Obyek Wisata Bali Tahun 2003. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Laporan Penelitian 2003.

U.S. FDA. Bacteriological Analitical Manual online. January 2001.

Weigelt JA, editor. MRSA. 2007; New York:informa healthcare.

7
8

Anda mungkin juga menyukai