Anda di halaman 1dari 12

A.

Proses Terjadinya Bumi


Bentuk bumi yang bulat seringkali dihubungkan dengan proses terbentuknya bumi.
Sementara itu, proses terbentuknya bumi tidak dapat dipisahkan dari terjadinya alam
semesta. Para ilmuwan sependapat bahwa benda-benda yang ada di alam semesta terbuat
dari unsur yang hampir sama. Proses terbentuknya pun terjadi secara bertahap. Meskipun
para ilmuwan tidak mengetahui secara pasti tentang terjadinya alam semesta, tetapi para
ilmuwan menyusun kemungkinan-kemungkinan yang masuk akal. Beberapa ilmuwan
berpendapat bahwa benda-benda di alam semesta terbentuk dari awan.

Gambar 2.1 Proses Pembentukan Alam Semesta


1) Awan tersusun atas gas dan debu. Pada awalnya, awan tersebut terbentang
sampai ratusan juta kilometer. Adanya kekuatan yang ditimbulkan oleh gaya tarik
menyebabkan awan berbentuk seperti roda pipih yang besar. Roda tersebut selalu
berputar. Akibat gerakan itu, sebagian besar gas terkumpul di tengah awan.

2) Awan tersebut kemudian membentuk gumpalan yang membesar. Gaya


tariknya pun juga besar sehingga menarik lebih banyak gas. Oleh karena itu
kekuatan gaya tarik semua arah sama besar, gumpalan itu merapat membentuk bola
bulat. Gumpalan inilah yang kemudian membentuk matahari. Gas atau debu yang
letaknya sangat jauh dari matahari juga berputar mengelilinginya. Gas dan debu ini
kemudian membentuk bola-bola bulat yang lebih kecil dibandingkan matahari.

3) Bola-bola tersebut merupakan awal dari pembentukan bumi dan planet-planet


lain.
Namun bumi yang sekarang dihuni berbentuk bola bulat yang tersusun atas
batuan. Hal ini disebabkan oleh gaya tarik bumi yang semakin banyak mengumpulkan
gas dan debu, sehingga semakin lama menjadi semakin padat. Keadaan ini menyebabkan
bola bumi menjadi semakin panas. Butir-butir debu yang ada di dalamnya kemudian
meleleh. Sebagian besar debu-debu yang meleleh itu terdiri atas batuan dan logam.
Selanjutnya, bagian luar bumi mengalami pendinginan. Batuan dan juga logam yang
meleleh tersebut kemudian menjadi bagian yang keras. Bagian inilah yang membentuk
bagian permukaan bumi.
B. Struktur Bumi
Agustina dan Tika (2013: 200) menjelaskan bahwa struktur bumi merupakan
bagian-bagian yang menjadi penyusun bumi. Bumi telah terbentuk sekitar 4,6 milyar
tahun yang lalu. Bumi merupakan planet dengan urutan ketiga dari Sembilan planet yang
mengitari matahari. Bumi merupakan satu-satunya planet yang dapat dihuni oleh
berbagai jenis makhluk hidup. Permukaan bumi terdiri atas daratan dan lautan.

Gambar 2.2 Struktur Bumi


(Agustina dan Tika: 2013: 200)
Bentuk bumi tidak berupa bola sempurna, melainkan agak pepat di kutub-
kutubnya. Pepatnya bola bumi disebabkan pada saat bumi baru terbentuk bumi belum
terlalu padat, dan rotasi membuatnya menggembung pada bagian yang tegak lurus sumbu
rotasinya. Bagian tengah yaitu di daerah katulistiwa bagian bumi mempunyai jari-jari
yang lebih panjang dari pada jari-jari bumi ke bagian kutub. Jari-jari bumi di katulistiwa
sekitar 6.371 km, sedangkan jari-jari yang ke kutub panjangnya sekitar 3.693 km.
1) Bagian-bagian Struktur Lapisan Bumi
Antara kerak bumi dan selubung bumi dipisahkan oleh bidang diskontinuitas
yang disebut bidang diskontinuitas Mohorovicik atau sering disebut bidang moho.
Bidang ini di bawah daratan atau benua, berada pada kedalaman sekitar 30 sampai
59 km dari permukaan bumi. Antara selubung bumi dengan inti bumi dipisahkan
oleh bidang diskontinuitas Gutenberg. Bidang ini terletak pada kedalaman sekitar
2900 km dari permukaan bumi.
a) Kerak Bumi (Crust)
Kerak bumi merupakan kulit bagian luar (permukaan bumi). Agustina
dan Tika (2013: 201) menjelaskan bahwa kerak merupakan lapisan batuan yang
terdiri atas batu-batuan basa dan masam. Lapisan ini menjadi tempat tinggal
semua makhluk hidup. Suhu di bagian bawah kerak bumi mencapai 1.100ºC.
Lapisan kerak dan bagian di bawahnya hingga kedalaman 100 km dinamakan
lithosfer. Kerak adalah bagian paling atas dari lithosfer dan membentuk
lempeng benua dan lempeng samudera. Fluida seperti air, minyak, dan gas
berada pada lempeng-lempeng ini. Ketebalan kerak beragam mulai dari 5 km
sampai 60 km, terdiri atas batuan dan mineral berbagai tipe. Klasifikasi dasar
dari batuan berdasarkan asal-usul terbentuknya terdiri atas tiga macam batuan,
yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan batuan ubahan. Batuan beku (igneous
rock), terkristalisasi dari bekuan magma. Batuan sedimen (sedimentary) ialah
endapan dari hasil pengikisan batuan permukaan. Batuan ubahan (metamorphic)
merupakan hasil dari perubahan batuan dan mineral lain.
Pada titik-titik tertentu (biasanya di tengah samudera), magma
membentuk celah/ paying dan menerobos ke permukaan. Hal ini akan
menyebabkan lempeng saling bergerak menjauh atau saling bertabrakan secara
perlahan. Jika gerakan ini terjadi secara tiba-tiba, maka terjadilah gempa.
b) Selubung/ Mantel Bumi (Asthenosfer)
Lapisan mantel paling luar sekitar 200 km dinamai dengan asthenosfer.
Pada lapisan ini tekanan dan suhu berada pada kondisi berimbang sehingga
lapisan ini bersifat plastis. Agustina dan Tika (2013: 202) menyebutkan bahwa
asthenosfer merupakan sumber aktivitas vulkanik dan seismic (gempa).
Selubung merupakan lapisan yang terletak di bawah lapisan kerak. Tebal
selubung bumi mencapai 2.900 km dan merupakan lapisan batuan padat. Suhu
di bagian bawah selubung mencapai 3.000ºC. Selubung di bagian dekat kerak
bersifat keras tapi semakin dalam semakin lunak, materialnya disebut magma,
didominasi oleh besi, magnesium, dan silikat. Pada bagian ini terjadi konveksi
yang menggerakkan lempeng (gaya horizontal pada pergerakan lempeng).
Bagian ini 84% dari volume bumi total.
Rintayati (2013: 36) mengemukakan bahwa selubung bumi dapat
dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu selubung bumi bagian atas, selubung bumi
bagian tengah, dan selubung bumi bagian bawah. Selubung bumi bagian atas
(upper mantle) terletak pada zona 400 km diukur dari dasar kerak bumi. Bagian
ini mempunyai ketebalan sekitar 400 km. Bagian ini disusun oleh suatu material
yang kental, atau batuan yang hampir mencair. Keadaan ini dapat diketahui dari
kecepatan gelombang sekunder dan primer yang rendah.
Selubung bumi bagian tengah atau sering disebut sebagai zona transisi
atau peralihan, terletak mulai dari kedalaman 400 km sampai sekitar 700 km
dari dasar kerak bumi. Jadi ketebalan bagian ini sekitar 300 km. Zona peralihan
ini ditandai dengan peningkatan kecepatan rambat gelombang-gelombang
seismic (gelombang S dan P).
Selubung bumi bagian bawah (lower mantle) terletak mulai kedalaman
sekitar 700 km sampai kedalaman 2.900 km (puncak inti bumi). Bagian ini
disusun oleh material yang bersifat padat dan sangat panas dengan temperatur
mencapai sekitar 3.000ºC. Hal ini dapat diketahui dari dapat merambatnya
gelombang seismic melalui material penyusunnya. Sedangkan membesarnya
kecepatan rambat gelombang seismik pada selubung bumi semakin ke bawah
kemungkinan disebabkan oleh sebagian membesarnya tekanan pada bagian ini.
c) Inti Bumi (Barysfer)
Inti bumi terdiri atas material cair, dengan penyusun utama logam besi
(90%), nikel (8%), dan lain-lain yang terdapat pada kedalaman 2.900-5.200 km.
Lapisan ini dibedakan menjadi lapisan inti luar dan lapisan inti dalam. Lapisan
inti luar bersifat cair, tersusun atas logam besi dan nikel. Bagian ini dipercaya
penyebab timbulnya medan magnet bumi berdasarkan teori dinamo) dengan
suhu sekitar 4.000ºC. Batas antara selimut dan inti luar disebut diskontinuitas
Gutenberg, tebalnya sekitar 2.000 km dan terdiri atas besi cair yang suhunya
mencapai 2.200ºC. Inti dalam merupakan pusat bumi berbentuk bola dengan
diameter sekitar 2.700 km. Inti dalam bersifat padat, terdiri atas nikel dan besi
yang suhunya mencapai 4.500ºC. Inti bumi menyebabkan sifat kemagnetan
bumi. Bumi merupakan magnet raksasa dengan kutub utara magnet terletak di
bagian utara bumi, meskipun ternyata tidak tepat berada pada kutub bumi,
menyimpang 17º dilihat dari pusat bumi.
2) Kulit Bumi (Litosfer)
Litosfer berasal dari bahasa yunani yaitu lithos artinya batuan, dan sphera
artinya lapisan. Agustiana dan Tika (2013: 203) menyatakan bahwa litosfer
merupakan lapisan kerak bumi yang paling luar dan terdiri atas batuan dengan
ketebalan rata-rata 1200 km. Litosfer berupa batuan padat, tersusun dalam dua
lapisan, yaitu kerak dan selubung yang tebalnya 50-100 km. Lithosfer merupakan
lempeng yang bergerak sehingga dapat menimbulkan pergeseran benua. penyusun
utama lapisan lithosfer adalah batuan yang terdiri atas campuran mineral sejenis atau
tidak sejenis yang saling terikat secara gembur dan padat. Induk batuan pembentuk
litosfer adalah magma, yaitu batuan cair pijar yang bersuhu sangat tinggi dan
terdapat di bawah kerak bumi. Magma akan mengalami beberapa proses perubahan
sampai menjadi batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf. Litosfer terdiri
atas dua bagian utama, yaitu lapisan sial dan lapisan sima.
a) Lapisan sial (silium dan alumunium) ialah lapisan kulit bumi yang
tersusun atas logam silium dan alumunium, senyawanya dalam bentuk dan .
Pada lapisan ini antara lain terdapat batuan sedimen, granit, endesit, jenis-jenis
batuan metamorf, dan batuan lain yang terdapat di daratan benua. Lapisan sial
dinamakan juga lapisan kerak, bersifat padat dan batu bertebaran rata-rata 35
km.
b) Lapisan sima (silium magnesium) ialah lapisan kulit bumi yang
tersusun oleh logam-logam silium dan magnesium dalam bentuk senyawa dan
MgO lapisan ini mempunyai bobot yang lebih besar daripada lapisan sial karena
mengandung besi dan magnesium, yaitu mineral feromagnesium dan batuan
basalt. Lapisan ini merupakan bahan yang bersifat elastis dan mempunyai
ketebalan rata-rata 65 km.
3) Hidrosfer
Agustiana dan Tika (2013: 204) mengemukakan bahwa hidrosfer adalah
lapisan air yang ada dipermukaan bumi. Kata hidrosfer berasal dari kata hidros yang
berarti air dan sfera yang berarti lapisan. Hidrosfer dipermukaan bumi meliputi
danau, sungai, laut, lautan, salju dan gletser, air tanah dan uap air yang terdapat di
lapisan udara. Energi matahari yang datang dipermukaan bumi menyebabkan
penguapan air ke bagian atmosfer. Kemudian di atmosfer uap air ini mengalami
kondensasi dan selanjutnya akan jatuh sebagai hujan.
Pemanasan oleh sinar matahari menyebabkan suhu air laut di daerah tropis
lebih panas dibandingkan suhu air laut yang terletak di belahan bumi lainnya.
Akibatnya, timbul arus vertical ke arah permukaan laut di daerah tropis serta arus ke
arah dasar laut di daerah kutub. Adanya arus vertical ini juga mengakibatkan
perbedaan tekanan air laut antara daerah tropis dengan daerah kutub. Perbedaan ini
bersamaan dengan perputaran bumi serta arus angin akan menimbulkan arus air di
permukaan air laut yang membantu organisme-organisme di laut.
4) Atmosfer
Atmosfer berasal dari kata “atmo” yang berarti udara dan “sfera” yang
artinya lapisan. Intinya atmosfer adalah lapisan udara yang menyelimuti bumi.
Agustina dan Tika (2013: 205) mengemukakan bahwa atmosfer adalah lapisan gas
yang melingkupi sebuah planet, termasuk bumi, dari permukaan planet tersebut
sampai jauh di luar angkasa. Di Bumi, atmosfer terdapat dari ketinggian 0 km diatas
permukaan tanah sampai dengan sekitar 5.600 km dari atas permukaan Bumi.
Ribkahwati, dkk (2012: 101) menjelaskan bahwa fungsi atmosfer antara lain:
a) Mengurangi radiasi matahari yang sampai ke permukaan bumi pada siang
hari dan hilangnya panas yang berlebihan pada malam hari; b)
Mendistribusikan air ke berbagai wilayah permukaan bumi; c) Menyediakan
oksigen dan karbondioksida; d) Sebagai penahan meteor yang akan jatuh ke
bumi.
Atmosfer berperan dalam mengurangi radiasi matahari sangat penting.
Apabila tidak ada lapisan atmosfer, maka 100% radiasi matahari diterima oleh
permukaan bumi akan sangat tinggi dan dikhawatirkan tidak ada organisme yang
mampu bertahan hidup, termasuk manusia. Air diditribusikan antar wilayah di
permukaan bumi, peran atmosfer ini terlihat dalam siklus hidrologi.
Pendistribusian air oleh atmosfer ini memberikan peluang bagi semua
makhluk hidup untuk tumbuh dan berkembang di seluruh permukaan bumi. Selain
itu, atmosfer dapat menyediakan oksigen bagi makhluk hidup. Kebutuhan tumbuhan
akan juga dapat diperoleh dari atmosfer.
Terdapat beberapa komponen yang menyusun atmosfer bumi seperti:
Tabel 2.1 Komponen Penyusun Atmosfer
Nama Gas Simbol Kimia Volume
Nitrogen N2 78,08%
Oksigen O2 20,95%
Argon Ar 0,93%
Karbondioksida CO2 0,035%
Neon Ne 0,0018%
Methan CH2 0,00017%
Helium He 0,0005%
Hidrogen H2 0,000009%
Xenon Xe 0,000004%

Tabel 2.1. tersebut memperlihatkan bahwa gas nitrogen merupakan gas yang
paling banyak terdapat dalam lapisan udara atau atmosfer bumi. Salah satu
sumbernya berasal dari pembakaran sisa-sisa pertanian dan akibat letusan gunung
api. Gas lain yang cukup banyak dalam lapisan udara atau atmosfer adalah oksigen.
Oksigen antara lain berasal dari hasil proses fotosintesis pada tumbuhan yang
berdaun hijau. Dalam proses fotosintesis, tumbuhan menyerap gas karbondioksida
dari udara dan mengeluarkan oksigen. Gas karbondioksida secara alami berasal dari
pernapasan makhluk hidup, yiatu hewan dan manusia, sementara secara buatan
gas karbondioksida berasal dari asap pembakaran industri, asap kendaraan bermotor,
kebakaran hutan, dan lain-lain.
Rintayati (2013: 45) menjelaskan atmosfer mempunyai beberapa sifat, antara
lain:
a) Tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak dapat dirasakan kecuali bentuk
angin; b) Dinamis dan elastis atau dapat mengembang maupun mengerut; c)
Transparan terhadap beberapa bentuk radiasi; d) Mempunyai berat sehingga
memiliki tekanan.

Atmosfer terdiri dari 5 lapisan, yaitu troposfer, stratosfer, mesosfer, termosfer,


dan eksosfer.

Gambar 2.3 Lapisan Atmosfer


(Rintayati: 2013: 44)
a) Troposfer
Ribkahwati, dkk (2012: 101) mengemukakan bahwa atmosfer merupakan
lapisan yang paling bawah, berada antara permukaan bumi sampai pada
ketinggian 8 km pada posisi kutub dan 18-19 km pada daerah ekuator. Lapisan
ini berada pada level yang terendah, campuran gasnya paling ideal untuk
menopang kehidupan di bumi. Dalam lapisan ini kehidupan terlindung dari
sengatan radiasi yang dipancarkan oleh benda-benda langit lain. Dibandingkan
dengan lapisan atmosfer yang lain, lapisan ini adalah yang paling tipis (kurang
lebih 15 km dari permukaan tanah). Dalam lapisan ini, berlangsung semua jenis
cuaca, perubahan suhu yang mendadak, angin, tekanan, dan kelembapan yang
kita rasakan sehari-hari.
Ketinggian yang paling rendah adalah bagian yang paling hangat dari
troposfer, karena permukaan bumi menyerap radiasi panas dari matahari dan
menyalurkan panasnya ke udara. Biasanya, jika ketinggian bertambah, suhu
udara akan berkurang secara tunak, dari sekitar 17ºC sampai -52 ºC. Diantara
lapisan troposfer dan stratosfer terdapat lapisan yang disebut lapisan
tropopause.
Troposfer mengandung gas-gas rumah kaca yang menyebabkan efek
rumah kaca dan pemanasan global.
(1) Efek rumah kaca (greenhouse effect) merupakan istilah yang pada
awalnya berasal dari pengalaman para petani di daerah beriklim sedang yang
yang menanam sayur-sayuran dan biji-bijian di dalam rumah kaca.
Pengalaman mereka menunjukkan bahwa pada siang hari pada waktu cuaca
cerah, meskipun tanpa alat pemanas suhu di dalam ruangan rumah kaca lebih
tinggi daripada suhu di luarnya.
(2) Pemanasan global adalah fenomena naiknya suhu permukaan bumi
karena meningkatnya efek rumah kaca.
(3) Gas rumah kaca (GRK, greenhouse gases) adalah gas-gas yang
menyebabkan terjadinya efek rumah kaca. Selain uap air (H 2O), siklus air
dan karbondioksida (CO2), terdapat gas rumah kaca lain di atmosfer, dan
yang terpenting berkaitan dengan pencemaran dan pemanasan global adalah
metana (CH4), ozon (O3), dinitrogen (N2O), dan klorofluorokarbon (CFC,
atau perusak lapisan ozon).
Ciri-ciri lapisan troposfer, yaitu:
(1) Merupakan lapisan atmosfer yang paling bawah tempat tinggal
manusia.
(2) Pada lapisan ini terjadi aliran udara yang menyebabkan terbentuknya
cuaca dan iklim.
(3) Uap air dan karbondioksida yang banyak di lapisan ini berfungsi
menjaga keseimbangan panas di permukaan bumi.
(4) Batas antara lapisan troposfer dan stratosfer adalah tropopause.
b) Stratosfer
Ribkahwati, dkk (2012: 103) menjelaskan bahwa stratosfer merupakan
bagian atmosfer yang berada di atas lapisan troposfer sampai pada ketinggian
50-60 km. Ciri penting dari lapisan stratosfer adalah keberadaan lapisan ozon
yang berguna untuk menyerap radiasi ultraviolet, sehingga sebagian besar tidak
akan mencapai permukaan bumi. Batas lapisan stratosfer disebut stratopouse.
Lapisan stratosfer dibagi dalam tiga bagian yaitu:
(1) Lapisan udara isotherm; terletak antara 12-35 km dpl, dengan suhu
udara -50 ºC sampai -55 ºC.
(2) Lapisan udara panas, terletak antara 35-50 km dpl, dengan suhu -50 ºC
sampai +50 ºC.
(3) Lapisan udara campuran teratas; terletak antara 50-80 km dpl, dengan
suhu antara +50 ºC sampai -70 ºC. Karena pengaruh sinar ultraviolet, pada
ketinggian 30 km oksigen diubah menjadi ozon, hingga kadarnya akan
meningkat dari 5 menjadi di dalam 1.
Ciri-ciri lapisan stratosfer, yaitu:
(1) Lapisan stratosfer mempunyai ketebalan sekitar 35 km.
(2) Pada lapisan ini terdapat lapisan ozon.
(3) Lapisan ozon berfungsi melindungi bumi dari radiasi sinar ultraviolet
matahari.
(4) Lapisan terluar stratosfer disebut stratopause, yaitu lapisan yang
membatasi stratosfer dan mesosfer.
(5) Faktor penyebab kerusakan lapisan ozon diantaranya, penggunaan
klorofluorokarbon yang pernah digunakan dalam kulkas, aerosol, dan mesin
penyejuk ruangan.
c) Mesosfer
Rintayati (2013: 49) mengemukakan bahwa lapisan atmosfer yang
berada diatas lapisan stratosfer, pada ketinggian 50-80 km dari permukaan bumi.
Pada lapisan ini, energi matahari yang diserap hanya sedikit sehingga
temperatur turun dengan sangat drastis, yaitu pada ketinggian 80 km suhunya
mencapai -90 ºC. Lapisan mesosfer melindungi bumi dari meteor dan benda-
benda luar angkasa yang menuju ke bumi. Penurunan suhu (temperatur) udara
ini disebabkan karena mesosfer memiliki kesetimbangan radioaktif yang negatif.
Daerah transisi antara lapisan mesosfer dan termosfer disebut mesopouse
dengan suhu terendah -140 ºC. Suhu serendah ini memungkinkan terjadi awan
noctilucent, yang terbentuk dari kristal es. Mesosfer mempunyai peranan negatif
dan positif. Di satu sisi dia berjasa melindungi bumi dari bombardir meteor, bila
tidak ada lapisan ini maka setiap saat benda-benda luar angkasa akan berjatuhan
ke bumi dan mengancam keselamatan umat manusia. Tapi di sisi lain mesosfer
juga bisa membakar pesawat luar angkasa yang kita luncurkan dengan biaya
jutaan dolar.
d) Termosfer/ Ionosfer
Lapisan atmosfer yang berada pada ketinggian 80-500 km dari
permukaan bumi. Pada lapisan ini terjadi penguraian gas menjadi atom-atom
sebagai akibat dari radiasi ultraviolet dan sinar X, serta berkurangnya gaya
campur antar gas. Di lapisan ini suhu udara mulai naik secara bertahap hingga
mencapai 1.000 ºC. Pada lapisan ini terdapat proses ionisasi. Ionisasi adalah
proses dimana atom yang netral kehilangan sebuah elektron dan dari sebuah
elektron akan menjadi elektron negatif, oleh sebab itu lapisan ini bermuatan
listrik, sehingga lapisan ini dapat dimanfaatkan untuk bidang pantul gelombang
radio. Ionosfer dibagi menjadi tiga lapisan lagi, yaitu:
(1) Lapisan udara E terletak antara 80-150 km dengan rata-rata 100 km
dpl. Lapisan ini tempat terjadinya proses ionisasi tertinggi. Lapisan ini
dinamakan juga lapisan udara kennely dan Heaviside dan mempunyai sifat
memantulkan gelombang radio. Suhu udara di sini berkisar -70 ºC sampai
+50 ºC.
(2) Lapisan udara F terletak antara 150-400 km. lapisan ini dinamakan
juga lapisan udara Appleton.
(3) Lapisan udara atom, materi-materi berada dalam bentuk atom. Letak
lapisan ini antara 400-800 km. Lapisan ini menerima panas langsung dari
matahari, dan diduga suhunya mencapai 1.200 ºC.
Ciri-ciri lapisan termosfer/ ionosfer sebagai berikut:
(1) Berada pada ketinggian 85-500 km;
(2) Terdapat aurora (sinar kutub) yang muncul dikala fajar atau petang;
(3) Berfungsi bagi komunikasi karena memantulkan gelombang radio ke
bumi.
e. Eksosfer
Rintayati (2013: 51) menjelaskan bahwa eksosfer merupakan Lapisan
atmosfer yang berada pada ketinggian diatas 500 km dari permukaan bumi,
merupakan lapisan paling luar dari atmosfer bumi yang menyatu dengan ruang
hampa udara di angkasa luar. Tidak ada batas yang jelas setelah ionosfer, udara
menjadi semakin tipis dan tipis hingga pada akhirnya hampa sepenuhnya dari
udara. Daerah inilah eksosfer, daerah transisi antara langit dan antariksa. Batas
atas lapisan ini adalah ruang antar planet. Pada lapisan ini molekul udara sudah
sangat langka. Hal ini memungkinkan terlepasnya partikel-partikel netral
terhadap pengaruh gravitasi bumi. Lapisan ini merupakan lapisan terluar yang
mengandung gas hydrogen dan kerapatannya makin tipis sampai hampir habis
di ambang angkasa luar. Cahaya redup yaitu cahaya zodiacal dan gegenschein
muncul pada lapisan eksosfer yang sebenarnya merupakan pantulan sinar
matahari oleh partikel debu meteor yang banyak jumlahnya dan bergelantungan
di angkasa.
Azmiyawati, Choiril, dkk. (2008). IPA 5 Salingtemas. Jakarta: PT. Intan Pariwara.
Rintayati, Peduk. Peristiwa Kimia Fisik Bumi dan Batuan. Surakarta: UNS Press.

Anda mungkin juga menyukai