Anda di halaman 1dari 22

OLEH :

KELOMPOK II

1. ANDI HARDIANI AM.

2. KRISTINA PASONGLI’

3. RIZKI ASMAWATI BAHAR

4. DURRATUL FAJRI

5. ENDANG ERNAWATI

6. HAERUNNISA

7. SERPILINDA BAMEKS

8. CLAUDIUS HENDRAMAN B.TOBI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI


MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada

manusia/binatang sebagai perawatan/pengobatan, bahkan pencegahan

terhadap berbagai gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya. Ada banyak

macam obat yang bisa kita gunakan diantaranya adalah tablet. Tablet

merupakan bagian dari obat per oral yang pemberiannya harus

mempertimbangkan keadaan saluran cerna. Ada banyak macam tablet yang

semuanya memiliki karakteristik tersendiri yang tidak semuanya dikemas

dalam bentuk yang sama, tetapi ada juga yang rasanya manis, bisa dikunyah,

dan lain-lain.

Formulasi bentuk sediaan tablet banyak digunakan dalam kehidupan

kefarmasian mulai dari tablet biasa, tablet salut gula, maupun tablet salut selaput

atau salut film. Sifat fisikokimia zat aktiflah yang akan sangat mempengaruhi

bentuk sediaan tablet seperti apa yang akan dibuat. Dalam laporan praktikum ini

kami khusus membahas masalah pembuatan tablet biasa tanpa penyalut pada

umumnya, dengan berbagai uji evaluasinya, baik uji evaluasi granul maupun uji

evaluasi tablet. Terutama bagaimana proses pembuatannya baik secara teori

maupun praktiknya yang dapat dilakukan di laboratorium dan di pabrik-pabrik

obat tentunya. Tablet dapat dengan mudah dibuat bila kita telah melakukan

pengkajian praformulasi tablet terlebih dulu.


Tablet adalah bentuk sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan

atau tanpa aditif yang sesuai. Berbagai tablet bervariasi dalam hal bentuk, ukuran

dan bobotnya tergantung pada jumlah bahan obat dan cara pemberian yang

diinginkan. Tablet dapat dibuat dengan berbagai metode, antara lain: metode cetak

langsung, granulasi basah, granulasi kering atau kombinasinya.

Bentuk sediaan tablet merupakan bentuk sediaan farmasi yang paling

umum dan paling banyak beredar di masyarakat.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya

dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet-

tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya

hancurnya dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan

metode pembuatannya (Ansel, 1989).

Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam

bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,

mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat

tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang,

zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok. (DIRJEN POM,

1979)

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa

bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet

cetak dan tablet kempa.Tablet merupakan bentuk sediaan farmasi yang paling

banyak tantangannya didalam mendesain dan membuatnya. Misalnya kesukaran

untuk memperoleh bioavailabilitas penuh dan dapat dipercaya dari obat yang

sukar dibasahi dan melarutkannya lambat, begitu juga kesukaran untuk

mendapatkan kekompakan kahesi yang baik dari zat amorf atau gumpalan.

Namun demikian, walaupun obat tersebut baik kempanya, melarutnya, dan tidak

mempunyai masalah bioavailabilitas, mendesain dan memproduksi obat itu masih


penuh tantangan, sebab masih banyak tujuan bersaing dari bentuk sediaan ini.

(DIRJEN POM, 2005)

Tablet salut gula adalah tablet kompresi ini mungkin diberi lapisan gula

berwarna dan mungkin juga tidak, lapisan ini larut dalam air dan cepat terurai

begitu ditelan. Gunanya bermacam-macam, melindungi obat dari udara dan

kelembapan serta memberi rasa atau untuk menghindarkan gangguan dalam

pemakaiannya akibat rasa atau bau bahan obat. Faedah lainnya lagi, lapisan gula

ini memberikan penampilan yang manis. Kerugian dari lapisan gula ini adalah

pengolahannya membutuhkan waktu dan keahlian serta menambah berat dan

ukuran tablet. Tablet salut mungkin dua kali lebih berat daripada tablet tanpa salut

(ansel, 2008).

Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat-obat secara oral dan

kebanyakan dari tablet ini dibuat dengan penambahan zat warna, zat pemberi rasa

dan lapisan-lapisan dalam berbagai jenis. Tablet lain yang pengunaannya dengan

cara sublingual, bukal atau melalui vagina, tidak boleh mengandung bahan

tambahan seperti pada tablet yang digunakan secara oral (Ansel, 1989).

Tablet dibuat terutama dengan cara kompresi atau kempa. Sejumlah

tertentu dari tablet dibuat dengan mencetak. Tablet yang dibuat secara kompresi

menggunakan mesin yang mampu menekan bahan berbentuk serbuk atau granul

dengan menggunakan berbagai bentuk punch atau ukuran dan die (Ansel, 1989).

Pada hakekatnya sebagai inti dapat digunakan tablet dan butir granulat.

Hanya inti semacam itu yang cocok untuk penyalutan yang memiliki stabilitas

fisika mencukupi, untuk bertahan terhadap beban mekanis daam panci penyalut
(beban guliran dan beban gesekan) atau dalam bet berpusing (beban tumbukan).

Dilain pihak tetap menjamin kehancuran tablet yang baik. Oleh karena ukuran inti

akan meningkat akibat adanya lapisan penyalut, ukurannya harus dipertahankan

dalam batas tertentu, agar tidak mempersulit penggunaannya (masa dari inti <0,5

g). Akan tetapi yang lebih diutamakan adalah bahwa inti mampu bergulir dengan

baik didalam panci. Oleh kerena itu inti tidak boleh mempunyai bidang datar.

Yang sangat cocok sebagai inti tablet bersalut adalah bentuk-bentuk bundar telur

atau bundar bikonveks attau oval bikonveks dengan tinggi sisi yang rendah. Jenis

tablet yang berbentuk cembung atas dasar lengkungannya tidak memiliki sisi-sisi

tajam, sehingga mudah bergulir di dalam panci penyalut dan cenderung hanya

sedikit mengalami keausan, dinyatakan sebagai tablet bersalut cembung. Pada

penyalutan melalui cara bet berpusing, bentuk inti, kurang penting artinya.

Selanjutnya inti tidak boleh berdebu. Suatu per luasan inti (misalnya

pembengkakan) tidak boleh muncul, oleh karena dapat menyebabkan hancurnya

inti secara prematur. Inti-inti yang pecah harus dihilangkan sebelum penyalutan.

Selanjutnya juga diperhatikan, bahwa cetakan kecil tidak terlalu lunak. Kondisi

permukaan yang berpori dapat menyebabkan ilfiltrasi cairan penyalut ke dalam

inti yang tidak dikehendaki (Voigh, 1994)

KOMPONEN TABLET

1. Zat aktif

2. Eksipien/bahan tambahan

a. Bahan pengisi (diluent)


Berfungsi untuk memperbesar volume massa agar mudah

dicetak atau dibuat.Bahan pengisi ditambahkan jika zat aktifnya

sedikit atau sulit dikempa. Contoh :laktosa, pati, kalsium fosfat,

dibase, selulosa mikrokristal.

b. Bahan pengikat (binder)

Berfungsi memberikan gaya adhesi pada massa serbuk

sewaktu granulasi dan menambah daya kohesi pada bahan

pengisi. Contoh : gom akasia, gelatin, sukrosa, povidon,

metilselulosa,CMC, selulosa mikrokristal, pasta pati terhidrolisis.

c. Bahan penghancur/pengembang (disintegrant)

Berfungsi membantu hancurnya tablet setelah ditelan .

Contoh : pati, asam alginat, selulosa mikrokristal.

d. Glidan

Yaitu bahan yang dapat meningkatkan kemampuan

mengalir serbuk. Umumnya digunakan dalam kempa langsung

tanpa proses granulasi.Contoh : silika pirogenik koloidal.

e. Bahan pelicin (lubrikan)

Berfungsi mengurangi gesekan selama pengempaan tablet

dan juga berguna untuk mencegah massa tablet melekat pada

cetakan. Contoh : senyawa asam stearat dengan logam

(contoh:Mg.stearat),asam stearat, talk, minyak nabati

terhidrogenasi.

f. Bahan penyalut (coating agent)


3. Ajuvan

a. Bahan pewarna (coloring agent)

Berfungsi meningkatkan nilai estetika atau untuk identitas produk.

b. Bahan pengaroma (flavour)

Berfungsi menutupi rasa dan bau zat khasiat yang tidak enak.

Tahapan pembuatan tablet (ANSEL, 2008)

Tablet salut biasa/salut gula (dragee)

disalut dengan gula dari suspensi dalam air mengandung serbuk

yang tidak larut seperti pati, kalsium karbonat, talk atau titanium dioksida

yang disuspensikan dengan gom akasia atau gelatin.

Tahapan pembuatan salut gula :

1. Penyalutan dasar (subcoating)

Jika tablet mengandung zat yang higroskopis, tablet dilapisis dulu

dengan salut penutup (sealing coat) agar air dari sirop salut-dasar tidak

masuk ke dalam tablet.

2. Melicinkan (smooting)

Proses pembasahan berganti-ganti dengan sirop pelicin dan

pengeringan dari salut dasar tablet menjadi bulat dan licin.

3. Pewarnaan (coloring): Memberi zat warna yang dicampurkan pada sirop

pelicin.

4. Penyelesaian (finishing) : Proses pengeringan salut sirop

5. Pengilapan (polishing) merupakan tahap akhir, digunakan lapisan tipis

lilin yang licin.


Granula

Dalam pembuatan tablet, zat berkahsiat, zat-zat lain, kecuali zat pelicin

dibuat granul (butiran kasar), karena serbuk yang halus tidak mengisi cetakan

tablet dengan baik, maka dibuat granul agar mudah mengalir (free flowing)

mengisi cetakan serta menjaga agar tidak retak (capping) (Anief, 2000).

Granula adalah gumpalan-gumpalan dari partikel-partikel yang lebih kecil.

Umumnya berbentuk tidak merata dan menjadi seperti partikel tunggal yang lebih

besar. Ukuran biasanya berkisar antara ayakan 4-12, walaupun demikian granula

dari macam-macam ukuran lubang ayakan mungkin dapat dibuat tergantung pada

tujuan pemakaiannya (Ansel, 1989).

Umumnya granula dibuat dengan cara melembabkan serbuk yang

diinginkan atau campuran serbuk yang digiling dan melewatkan adonan yang

sudah lembab pada celah ayakan dengan ukuran lubang ayakan yang sesuai

dengan ukuran granula yang ingin dihasilkan. Sehingga partikel yang lebih besar

berbentuk dan mengering oleh pengaruh udara atau di bawah panas (sesuai sifat

obat yang memungkinkannya) sambil bergerak di atas nampan pengering untuk

menghindari perekatan granula garanula dapat juga diolah tanpa memakai

pelembapan, caranya dengan menyalurkan adonan dari bahan serbuk yang ditekan

melalui mesin pembuat granula (Voigh, 1994). Selain itu cara membuat granul

ada 2 macam, yaitu:

1. Granulasi Basah

Dilakukan dengan mencampurkan zat berkahsiat, zat pengisi dan zat penghancur

sampai homogen, lalu dibasahi dengan larutan bahan pengikat, bila perlu
ditambah bahan pewarna. Setelah itu diayak menjadi granul dan dikeringkan

dalam almari pengering pada suhu 40o-50o. Setelah kering diayak lagi untuk

memperoleh granul dengan ukuran yang diperluka dan ditambahkan bahan pelicin

dan dicetak menjadi tablet dengan mesin tablet. Cara granulasi basah

menghasilkan tablet yang lebih baik dan dapat disimpan lebih lama dibanding

cara granulasi kering (Syamsuni, 2006).

2. Granulasi kering atau disebut slugging atau pre compression

Dilakukan dengan mencamour zat berkhasiat, zat pengisi, zat penghancur, serta

jika perlu ditambahkan zat pengikat dan zat pelicin hingga menjadi massa serbuk

yang homogen, lalu dikempa pada tekanan tinggi, sehingga menjadi tablet besar

(slugging), yang tidak berbentuk baik, kemudian digiling dan diayak hingga

diperoleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan. Akhirnya dikempa

cetak menjadi tablet yang dikehendaki dengan mesin tablet. Keuntungan granulasi

kering, yaitu tidak diperlukan panas dan kelembapan dalam proses granulasi

kering ini serta penggunaan alatnya lebih sederhana, sedangkan kerugiannya

adalah menghasilkan tablet yang kurang tahan lama dibandingkan dengan cara

granulasi basah (Syamsuni, 2006).

Granula mengalir baik dibanding dengan serbuk, untuk tujuan

perbandingan, perhatikan sifat aliran gula waktu dituangkan antara yang

berbentuk gumpalan serbuk. Karena kekhususan ini pembuatan granula biasanya

dilakukan diwaktu campuran serbuk akan dikempa menjadi tablet. Aliran seperti

ini memungkinkan bahan tadi bergerak bebas darihopper atau wadah adonan ke

dalam cetakan tablet (Voigh, 1994).


Bentuk granula biasanya lebih stabil secara fisik dan kimia daripada

serbuk saja. Setelah dibuat dan dibiarkan beberapa waktu, granul tidak segera

mengering atau mengeras seperti balok bila dibandingkan dengan serbuknya. Hal

ini karena luas permukaan granul lebih kecil dibandingkan dengan serbuknya.

Granul biasanya lebih tahan terhadap pengaruh udara. Selama granul mudah

dibasahi (wetted) oleh pelarut daripada beberapa macam serbuk yang cenderung

akan mengambang di atas permukaan pelarut, sehingga granula lebih disukai

untuk dijadikan larutan (Voigh, 1994).

Variasi dalam perbandingan granul kecil dan granul besar dan variasi

dalam besaran dari perbedaan ukuran granul memengaruhi cara pengisian ruang

celah antara partikel-partikel. Jadi, walaupun volume sebenarnya dalam lubang

kempa pada dasarnya sama, perbandingan (proporsi) partikel besar dan kecil yang

berbeda dapat mengubah bobot isi dalam tiap lubang kempa. Selanjutnya, jika

granul besar digunakan untuk mengisi lubang kempa yang kecil, granul yang

diperlukan relatif hanya sedikit. Sedikit perbedaan dari rata-rata ukuran granul

dapat menimbuklan variasi persentase bobot yang tinggi. Jika rata-rata ratusan

granul diperlukan untuk mengisi lubang kempa, sedikit variasi dari rata-rata

ukuran granul akan menghasilkan variasi bobot yang kecil, asalkan rentang

ukuran partikel sempit (Siregar, 2010).

Persyaratan yang ditempatkan pada sebuah granulat adalah sebagai berikut:

1. Dalam bentuk dan warna yang sedapat mungkin teratur

2. Sedapat mungkin memiliki distribusi butir yang sempit dan

mengandung
3. bagian berbentuk serbuk lebih dari 10%

4. Memiliki daya luncur yang baik

5. Menunjukkan kekompakan mekanis yang memuaskan

6. Tidak terlampau kering (sisa lembab 3 - 5 %)

7. Hancur baik didalam air (Voigt, 1994).

Macam-Macam Kerusakan pada Pembuatan Tablet (ANSEL,2008)

1. Binding yaitu kerusakan tablet akibat massa yang akan dicetak melekat

pada dinding ruang cetakan.

2. Sticking/picking yaitu pelekatan yang terjadi pada punch atas dan bawah

akibat permukaan punch tidak licin, ada lemak pada pencetak, zat pelicin

kurang atau massa basah.

3. Whiskering terjadi karena pencetak tidak pas dengan ruang cetakan atau

terjadi pelelehan zat aktif saat pencetakan pada tekanan tinggi.

Akibatnya, pada penyimpanan dalam botol, sisi-sisi yang berlebih akan

lepas dan menghasilkan bubuk.

4. Splitting/capping

Splitting adalah peristiwa melepasnya lapisan tipis dari permukaan

tablet terutama pada bagian tengah. Sedangkan capping yaitu

membelahnya tablet di bagian atas. Penyebabnya adalah:

- Daya pengikat dalam massa tablet kurang.

- Massa tablet terlalu banyak fines, terlalu banyak mengandung udara

sehingga setelah dicetak udara akan keluar


- Tenaga yang diberikan pada pencetakan tablet terlalu esar sehingga

udara yang berada di atas massa yang akan dicetak sukar keluar dan

ikut tercetak.

- Formulannya tidak sesuai.

- Die dan punch tidak rata.

5. Mottling terjadi karena zat warna tersebar tidak merata pada permukaan

tablet.

6. Crumbling yaitu tablet menjadi retak dan rapuh. Penyebabnya adalah

kurang tekanan pada pencetakan tablet dan zat pengikatnya kurang

(Syamsuni, 2006).

Masalah yang Timbul dalam Penyalutan

1. Pengupilan (picking) adalah pelepasan fragmen lapis tipis penyalut dari

permukaan tablet yang disalut.

 Penyebabnya adalah :

a. Pengeringan yang tidak cukup baik

b. Penyemprotan yang dilakukan berlebihan

 Pencegahannya:

a. Dengan menurunkan kecepatan penyemprotan

b. Meningkatkan suhu pengeringan, menurunkan konsentrasi larutan

penyalut

c. Penambahan gula lebih dari 10% dari bobot polimer dalam larutan.

2. Keretakan: terlihat selama penyalutan atau penyimpanan tablet yang sudah

disalut.
 Penyebabnya:

a. Tegangan di dalam lapisan penyalut lebih besar dari rentang dan

adhesi dari larutan penyalut.

 Pencegahannya:

- Penambahan plasticizer lebih dari 20% berat HPMC

- Menggunakan HPMC viskositas tinggi

- Memperbaiki kerapuhan tablet inti

3. Pembentukan jembatan: hal ini terjadi karena pengaruh adhesi pada

permukaan tablet yang bergaris atau ada huruf logo yang terletak pada

permukaan. Pencegahan dengan penambahan PEG 6000 dalam jumlah 20-

30% dari berat HPMC.

4. Burik (molting): cacat dimana warna tidak terkontribusi secara homogen pada

permukaan tablet. Pencegahannya dengan mendispersikan zat warna

secara homogen dalam larutan penyalut.

5. Pengelupasan (orange peel) merupakan tahap lanjut dari tahap pengupilan.

 Penyebab:

- Formula larutan penyalut yang tidak sesuai

- Operasi penyalutan yang tidak baik

- Terjadi penetesan larutan dari alat penyemprot

 Pencegahan:

- Menurunkan konsentrasi polimer

- Menurunkan kecepatan penyemprotan


6. Variasi warna antar tablet hal ini terjadi karena variasi antar tablet dari

sejumlah tablet yang disalut.

 Pencegahan:

a. Pengaturan formulasi larutan penyalut

b. Digunakan penyalutan dengan prinsip ”fluidized bed”(Aulton,

1988).
BAB III

PEMBAHASAN

 Rancangan formula

R/ Kina

Pati
Laktosa
Sukrosa

 Pembahasan formula:
1) Kina
Kegunaan kina adalah sebagai zat aktif. Kina memiliki ciri khas
rasa yang sangat pahit sehingga pada pembuatan tablet, di buat
dengan penyalutan menggunakan sukrosa.
2) Pati
Kegunaan pati adalah sebagai pengikat, pati digunakan sebagai
pada konsetrasi 5-10 % b/v. Pati digunakan sebagai pengikat
dalam bentuk pasta kanji pati.
3) Laktosa
Kegunaan laktosa adalah sebagai pengisi. Laktosa USP bahan
baku yang paling banyak digunakan dalam formulasi tablet.
Laktosa mempunyai stabilitas yang baik bila dikombinasi dengan
zat aktif, baik digunakan dalam bentuk hidrat maupun anhidrat.
Formulasi tablet dengan menggunakan laktosa sebagai pengisi
biasanya menunjukkan tingkat pelepasan obat yang baik,
granulnya cepat kering dan tidak memengaruhi kekerasan tablet
pada saat kompresi. Konsentrasi laktosa dalam tablet dapat
berkisar 65-85 %.
4) Sukrosa
Kegunaan sukrosa adalah sebagai penyalut pada tablet. Tablet
yang disalut dengan gula biasanya untuk menghindari kekurang
nyamanan konsumen pada saat meminum obat yang mengandung
bahan yang memiliki rasa yang kurang baik (pahit).
 Cara kerja formula tablet kina
1. Langkah awal pengerjaan yaitu dengan membuat suspensi pati
yang akan digunakan sebagai pengikat.
2. Kemudian kina dan laktosa digerus kemudian dibasahi dengan
pengikat sampai bisa dikepal, kemudian di ayak dengan ayakan
nomor 14.
3. Setelah itu ditimbang granul basah
4. Kemudian dikeringkan
5. Dipanaskan selama 3-4 hari pada suhu 40-50 0C, kemudian
ditimbang granulasi kering.
6. Dilakukan evaluasi tablet.
7. Kemudian dikempa
8. Setelah itu dilakukan evaluasi tablet
BAB IV

PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

1. Tablet salut gula adalah tablet kompresi ini mungkin diberi lapisan gula

berwarna dan mungkin juga tidak, lapisan ini larut dalam air dan cepat

terurai begitu ditelan.

2. Tablet di salu gula memiliki banyak kegunaan yaitu melindungi obat dari

udara dan kelembapan serta memberi rasa atau untuk menghindarkan

gangguan dalam pemakaiannya akibat rasa atau bau bahan obat.


DAFTAR PUSTAKA

1. Anief, Moh, 2000, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik, Gajah Mada

University Press: Yogyakarta.

2. Ansel. Howard C, 1989, Pengatar Bentuk Sediaan, UI-Press: Jakarta.

3. Aulton, M, E, 1988, Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design,

Churchill Livingstone Inc: New York.

4. Martin, A., James, S., & Arthur, C, 1993, Farmasi Fisik, UI-Press: Jakarta.

5. Siregar. Charles J. P, 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet. EGC:

Jakarta.

6. Syamsuni. H. A, 2006, Ilmu Resep, EGC: Jakarta.

7. Voigh. Rudolf, 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Gajah Mada

University Press: Yogyakarta.

8. Anwar Effionora.2012. Eksipien dalam Sediaan Farmasi.Dian Rakyat:

jakarta
LAMPIRAN

1. Metode apa yang digunakan dalam pembuatan tablet salut gula,

apa alasan dari pengguaan metode, serta bagaimana cara

pembuatan tablet salut gula dengan metode tersebut ?

Jawaban :

Dalam pembuatan tablet salut gula, metode yang digunakan

adalah sama seperti tablet biasa yaitu dapat menggunakan metode

granulasi basah, metode granulasi kering ataupun metode kempa

langsung. Namun, yang membedakan tablet salut gula dengan

tablet biasa atau tablet lainnya dalam hal pembuatannya adalah

pada tablet salut gula tablet yang dibuat, terlebih dahulu di salut

dengan gula, dimana gula yang digunakan dapat menggunakan

gula yang berwarna atau yang tidak berwarna.

2. Tujuan lain dari pembuatan tablet salut gula, dan diabsorbsi

dimana, serta penyalut gula yang digunakan terbuat dari apa, dan

berikan contoh yang dibuat tablet salut gula ?

Jawaban :

Tujuan :

 Melindungi obat dari udara dan kelembaban

Seperti yang kita ketahui bahwa bahan yang digunakan

dalam menyalut tablet salut gula adalah gula ( sukrosa ).

Dimana, sukrosa itu bersifat stabil atau merupakan bahan

yang bersifat inert.


 Memberi rasa atau untuk menghindarkan gangguan dalam

pemakaiannya akibat rasa atau bau bahan obat.

Pada umumnya, obat-obat yang dibuat dalam tablet

salut gula adalah obat yang bahan aktifnya memiliki rasa

yang tidak enak ( memiliki rasa pahit ). Sehingga pada saat

dibuat dalam tablet yang di salut dengan gula dapat

memudahkan dalam pemakaian dalam hal rasa pahit

tersebut dapat ditutupi oleh rasa manis dari gula yang

digunakan sebagai penyalut tadi.

Absorbsi :

Untuk absorbsi dari tablet salut gula tergantung sifat dari zat

aktifnya, misalnya apabila zat aktif bersifat asam maka akan

diabsorbsi di usus sedangkan yang bersifat basa akan diabsorbsi di

lambung.

Contoh tablet salut gula :

Bahan obat seperti Kina sering dibuat dalam tablet salut gula

karena rasanya yang sangat pahit sehingga dibuat dalam salut gula

untuk menutupi rasa pahit tersebut.

3. Apa maksud dari pernyataan “Tablet kompresi ini mungkin diberi

lapisan gula berwarna dan mungkin juga tidak ” ?

Jawaban :
Maksud dari pernyataan tersebut adalah bahwa tablet salut

gula dapat di salut dengan gula yang berwarna ataupun gula yang

tidak berwarna.

Anda mungkin juga menyukai