Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karbohidrat adalah polihidroksi aldehida atau keton dengan rumus empirik


(CH2O)n, dapat diubah menjadi aldehida dan keton dengan cara hidrolisis. Pada
praktikum ini sampel yang digunakan adalah glukosa, fruktosa, laktosa, maltosa,
sukrosa, dan amilum. Metode untuk uji kualitatif karbohidrat adalah Uji Molish
untuk mengetahui adanya karbohidrat dengan menghasilkan warna cincin ungu,
Uji Barfoed untuk mengetahui adanya gula monosakarida pereduksi dengan
menghasilkan warna orange, Uji Benedict untuk mengetahui gula pereduksi
dengan warna merah bata, dan uji selliwanof untuk mengetahui adanya gula
ketosa dengan menghasilkan warna merah.
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, pada Uji Molish semua sampel
mengandung karbohidrat dengan memberikan hasil (+). Pada Uji Barfoed maltosa
dan amilum memberikan hasil (-) sehingga maltosa dan amilum bukan termasuk
gula monosakarida pereduksi. Pada Uji Seliwanof hanya fruktosa dan sukrosa
yang memberikan hasil (+), karena kedua sampel tersebut mengandung gugus
keton. Pada uji benedict hanya amilum yang memberikan hasil (-), karena amilum
merupakan polisakarida dan bukan termasuk gula pereduksi.

1
PRAKTIKUM I

UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT

Tujuan :

1. Mampu melakukan uji kualitatif karbohidrat pada suatu sampel.


2. Mampu membedakan jenis karbohidrat berdasarkan uji khasnya.

2
BAB II

DASAR TEORI

Karbohidrat sangat akrab dengan kehidupan manusia. Karena ia adalah


sumber energi utama manusia. Contoh makanan sehari-hari yang mengandung
karbohidrat adalah pada tepung, gandum, jagung, beras, kentang, sayur-sayuran
dan lain sebagainya. Penting bagi kita untuk lebih banyak mengetahui tentang
karbohidrat beserta reaksi-reaksinya, karena ia sangat penting bagi kehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya . Karbohidrat tersebar luas baik dalam
jaringan hewan maupun jaringan tumbuh-tumbuhan. Dalam tumbuh-tumbuhan,
karbohidrat dihasilkan oleh fotosintesis dan mencakup selulosa serta pati. Pada
jaringan hewan, karbohidrat dalam bentuk glukosa dan glikogen.

Karbohidrat merupakan senyawa-senyawa aldehida atau keton yang


mempunyai gugus hidroksil. Senyawa-senyawa ini menyusun sebagian besar
bahan organik di dunia karena peran multipelnya pada semua bentuk kehidupan.
Karbohidrat merupakan golongan senyawa yang terdiri dari unsur-unsur C, H, dan
O, serta mempunyai rumus umum (CH2On). Karbohidrat dapat bertindak sebagai
sumber energi, bahan bakar, dan zat antara metabolisme. Misalnya pada pati yang
terdapat di tumbuhan dan glikogen di hewan adalah polisakarida yang dapat
dimobilisasi untuk menghasilkan glukosa (bahan bakar utama untuk pembentukan
energi). Gula ribosa dan deoksiribosa pembentuk sebagian kerangka struktur RNA
dan DNA. Fleksibilitas cincin kedua gula ini penting pada penyimpanan dan
ekspresi informasi genetika.

3
BAB III

METODOLOGI

2.3 Metode Kerja

1. Uji Benedict

Menyiapkan 1 ml sampel glukosa


dan amilum, masing-masing
dimasukkan ke dalam tabung reaksi
yang berbeda

Memasukkan 1 ml aquades ke dalam


tabung reaksi lainnya sebagai kontrol

Menambahkan 5 tetes reagen benedict


ke dalam masing-masing tabung reaksi,
dan dipanaskan

Diamati warna yang dibentuk

4
2. Uji Selliwanof

Memasukkan 2-3 tetes sampel ke


dalam masing-masing tabung reaksi
yang berbeda dan juga aquades

Menambahkan 5 ml larutan resorsinol

Menempatkan tabung-tabung reaksi


kedalam air mendidih dengan posisi
sejajar

Mengamati perubahan warna setiap


tabung setelah 1 menit dan 4 menit

5
3. Reaksi Iodium

Memasukkan masing-masing 1 ml
larutan pati 1 % dan glukosa ke
dalam tabung reaksi

Menambahkan 2-3 tetes larutan iodium

Memanaskan tabung reaksi kedalam air


mendidih

Mendinginkan kembali tabung reaksi

Memasukkan masing-masing 1 ml
larutan pati 1 % dan glukosa ke
dalam tabung reaksi

6
Hasil Pengamatan

1. Uji Benedict

Sampel Endapan Gambar


Karbohidrat Merah
Bata (+/-)
Gula -

Tepung +

7
Madu -

2. Uji Selliwanof

Sampel Merah tua Gambar


Karbohidrat (+/-)

Gula -

8
Tepung -

Madu +

9
3. Reaksi Iodium

Sampel Karbohidrat Biru Tua (+/-) Gambar

Gula -

Tepung

Madu

10
BAB IV

PEMBAHASAN

Karbohidrat merupakan sumber energi utama yang diperlukan oleh tubuh


manusia. Manusia yang aktif memerlukan banyak karbohidrat namun klebihan
karbohidrat akan disimpan sebagai glikogen dan asam lemak (Riawan, 1998).
Karbohidrat merupakan senyawa yang banyak dijumpai di alam terutama karena
merupakan hasil sintesis CO2 dan H2O dengan pertolongan sinar matahari dan
klorofil. Senyawa monosakarida dan disakarida memilik rasa manis, oleh karena
itu, kedua jenis karbohidrat tersebut disebut gula.
Sedangkan polisakarida tidak berasa manis karena molekulnya sedemikian
besar sehingga tidak dapat masuk ke dalam sel-sel tersebut yang terdapat pada
permukaan lidah. Analisis kualitatif karbohidrat merupakan senyawa metabolid
primer selain protein dan lipid. Karbohidrat mempunyai peranan yang penting
dalam kehidupan manusia, antara lain adalah sebagai sumber tenaga dan
penghasil panas tubuh. Adanya karbohidrat dapat diidentifikasi dengan
menggunakan berbagai macam metode. Metode uji kualitatif karbohidrat yang
dilakukan pada pratikum kali ini diantaranya adalah uji molisch, uji benedict, uji
barfoed, dan uji selliwanoff.
Uji molisch merupakan uji yang paling umum untuk karbohidrat.
Sehingga uji molisch ini sangat efektif untuk senyawa-senyawa yang dapat
didehidrasi oleh asam pekat menjadi seyawa furfural yang tersubstitusi, seperti
hidroksimetilfurfural. Dari data hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa
keenam sampel yang diuji yaitu glukosa, fruktosa, laktosa, maltosa, sukrosa, dan
amilum bereaksi positif terhadap uji molisch ini. Hal ini sudah sesuai dengan
literatur yang menyatakan bahwa enam sampel tersebut merupakan karbohidrat
sehingga saat diuji molisch beraksi positif. Penambahan H2SO4 dalam uji
molisch ini bertujuan untuk kondensing agent dan pembentuk senyawa
multifurfural. Kemudian saat dilihat pada hasilnya, semua sampel yaitu glukosa,
fruktosa, laktosa, maltosa, sukrosa, dan amilum bereaksi positif dengan ditandai
terbentuknya warna ungu. Semakin pekat warna ungu yang terbentuk maka

11
semakin pendek rantai karbonnya. Warna ungu yang terbentuk pada ketiga
sampel tersebut disebabkan oleh reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat
(H2SO4). H2SO4 pekat berfungsi untuk menghidrolisis ikatan pada sakarida
untuk menghasilkan furfural. Furfural ini kemudian bereaksi dengan reagent
Molisch, α-naphthol membentuk cincin yang berwarna ungu.
Uji karbohidrat Benedict merupakan uji yang dilakukan untuk
membedakan gula pereduksi bedasarkan reduksi ion kupri, dalam suasana
alkalis. Glukosa, laktosa, fruktosa, dan maltosa mempunyai gugus OH bebas
yang reaktif, sedangkan sukrosa tidak mempunyai gugus OH bebas yang reaktif
karena keduanya sudah saling terikat. Oleh karena itu, bedasarkan teori, laktosa,
glukosa, fruktosa, dan mlatosa merupakan gula pereduksi sedangkan sukrosa
merupakan gula non pereduksi. Pada uji Benedict, dari data hasil pengamatan
yang dilakukan dapat diketahui bahwa sampel glukosa, fruktosa, laktosa,
maltosa, dan sukrosa bereaksi positif terhadap uji benedict. Hal tersebut ditandai
dengan adanya endapan berwarna merah bata setelah dipanaskan. Sehingga
glukosa, fruktosa, laktosa, maltosa, dan sukrosa merupakan gula pereduksi.
Berdasarkan teori yang ada menyatakan bahwa sukrosa tidak termasuk dalam
gula pereduksi, dan tidak terdeteksi oleh pereaksi benedict, karena sukrosa tidak
mengandung gugus aldehid bebas dan alpha hidroksi keton.
Dari hasil pengamatan yanng telah dilakukan sukrosa menghasilkan nilai positif
pada uji benedict ini, hal ini disebabkan kemungkinan karena adanya kesalahan
pada saat praktikum, seperti halnya dalam kebersihan alat yang akan digunakan
atau mungkin kesalahan dalam menambahkan larutan pereaksi.
Uji selliwanof memiliki prinsip yaitu setelah pencampuran larutan
dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan pemanasan, maka sakarida yang
mengandung gula ketosa akan berubah warna menjadi merah. Pada uji
selliwanof, dari data hasil pengamatan yang dilakukan dapat diketahui bahwa
fruktosa dan sukrosa bereaksi positif terhadap uji selliwanof ini.. Sehingga dapat
dikatakan bahwa fruktosa dan sukrosa merupakan gula ketosa atau merupakan
gula yang mempunyai gugus keton. Sedangkan pada sampel glukosa, laktosa,
maltosa, dan amilum bereaksi negatif terhadap uji selliwanoff karena keempat
sampel ini tidak mempunyai gugus keton.

12
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Vitamin C (asam askorbat) adalah vitamin yang larut dalam air,


vitamin C memiliki banyak peranan penting dalam menangkal berbagai
penyakit.Dalam melakukan rearsi redoks harus diketahui berbagai macam
kesulitannya dalam memahami konsep tersebeut seperti kesulitan dalam
menentukan jenis reaksi (oksidasi, reduksi atau Osidasi-reduksi) jika
diketahui persamaan reaksinya, permasalahan dalam menghitung bilangan
oksidasi satu unsur bila diketahui rumus senyawanya (netral atau ion) dan
kesulitan dalam menetukan zat yang bertindak sebagai oksidator atau
reduktor bila diketahui persamaan reaksinya (Ertikanto, 2003).
Vitamin C merupakan senyawa kristal putih yang sangat larut
dalam air. Vitamin C berperan dalam mengendalikan infeksi dan respon
tubuh terhadap stress. Di dalam vitamin C juga ditemukan zat aktif
antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas yang berbahaya,
membantu membuat kolagen, diperlukan untuk kesehatan tulang, gigi,
gusi dan pembuluh darah (Izuagie, 2007). Menurut Taylor 1993, Vitamin
C adalah salah satu zat gizi yang berperan sebagai antioksidan dan efektif
mengatasi radikal bebas yang dapat merusak sel atau jaringan, termasuk
melindungi lensa dari kerusakan oksidatif yang ditimbulkan oleh radiasi.
Status vitamin C seseorang sangat tergantung dari usia, jenis
kelamin, asupan vitamin C harian, kemampuan absorpsi dan ekskresi, serta
adanya penyakit tertentu. Rendahnya asupan serat dapat mempengaruhi
asupan vitamin C karena bahan makanan sumber serat dan buah-buahan
juga merupakan sumber vitamin C (Karinda. 2013). Suplemen vitamin C
diantaranya adalah kombinasi vitamin C dan bioflavonoid, dipasaran
diantaranya adalah Ester C. Bioflavonoid berfungsi meningkatkan
efektivitas kerja vitamin C sehingga dapat mengurangi konversi asam
askorbat menjadi dehidroaskorbat.

13
PRAKTIKUM II

PENGUJIAN KADAR VITAMIN C

Tujuan :

1. Agar mahasiswi mampu melakukan pengujian kadar vitamin c


2. Agar mahasiswi mampu mengetahui kadar vitamin c pada berbagai buah

14
BAB II

DASAR TEORI

Vitamin C berada dalam kadar yang berbeda dalam berbagai sampel alam,
makanan dan sediaan farmasi. Teknik ASA (Analisis Suntik Alir atau FIA, flow
injection analysis) termasuk salah satu teknik analisis yang dirancang untuk
antisipasi kebutuhan analisis cepat akibat meningkatnya beban dan frekuensi
analisis. Deteksi secara fotometri dan elektrometri banyak ditulis dalam publikasi
penetapan kadar vitmnin C secara ASA. (Harjana. 2003). Vitamin yang paling
sederhana, mudah berubah akibat oksidasi, tetapi amat berguna bagi manusia.
Struktur kimianya terdiri dari rantai 6 atom C dan kedudukannya tidak stabil
(C6H8O6), karena mudah bereaksi dengan O2 di udara menjadi asam
dehidroaskorbat.

Vitamin ini merupakan fresh food vitamin karena sumber utamanya adalah
buah-buahan dan sayuran segar. Tetapi dari beberapa vitamin dapat diketahui dari
kepentingannya dalam membantu aktivitas berbagai enzim, misalnya banyak
vitamin B-kompleks merupakan koenzim beberapa enzim tertentu yang terdapat
dalam sel hidup. Berbagai sumber nya adalah jeruk, brokoli, Brussel sprout,
kubis, lobak dan straberi (Safaryani, 2007).

Asam akorbat terbukti berkemampuan memerankan fungsi sebagai inhibitor


untuk baja dalam media air. yang mengandung 0,3 % NaCl 8). Hal ini juga telah
dibuktikan pada penurunan laju korosi tembaga 5). Pada penelitian tersebut
efisiensi inhibisi tertinggi untuk tembaga pada media aquades dengan variasi
kandungan NaCl, CaSO4, dan CaCO3 dicapai pada konsentrasi asam askorbat
yang bervariasi (Tjitro, 2000).

Titrasi adalah suatu proses atau suatu prosedur dalam analisis volumetric
dimana suatu titran atau larutan standar (yang telah diketahui konsentrasinya)
diteteskan melalui buret kelarutan lain yang dapat bereaksi dengannya (belum
diketahui konsentrasinya) hingga tercapai titik ekuivalen atau titik akhir. Artinya,
zat yang ditambahkan tepat bereaksi dengan zat yang ditambahi.

15
BAB III

METODOLOGI

Menyiapkan 4 tabung reaksi, dan


memberikan label bahan-bahan
makanan yang akan diuji

Memasukkan 1 ml (20 tetes) betadine


ke dalam tabung reaksi

Menambahkan setetes demi setetes


sampel kedalam tabung reaksi sampai
warna larutan jernih

Menghitung jumlah tetesan yang


diperlukan untuk menjernihkan
larutan betadine tersebut

16
HASIL PENGAMATAN

Sampel Jumlah tetesan sampel Kadar (%)

Larutan vitamin c 25 tetes 250 %

Jeruk 118 tetes 120 %

Tomat 160 tetes 160 %

Minuman sari buah 500 tetes 500 %

17
BAB 1V

PEMBAHASAN

Percobaan penetapan kadar vitamin C pada praktikum kali ini


menggunakan sampel yang mengandung vitamin C dari beberapa merk dagang.
Prosedur pertama yang dilakukan ialah menimbang sejumlah sampel kemudian
dilarutakan dengan aquades ke dalam labu takar 100 ml untuk sampel cair dan
labu takar 250 ml untuk sampel padatan.. Proses titrasi dilakukan sampai larutan
dalam erlenmeyer berubah warna dari larutan bening menjadi biru violet. Warna
biru violet yang dihasilkan merupakan reaksi antara iod dengan amilum menjadi
iod-amilum yang menandakan bahwa proses titrasi telah mencapai titik akhir.

Fungsi larutan iod ialah pereaksi untuk memperlihatkan jumlah vitamin C


yang terdapat dalam sampel menjadi senyawa dihidroaskorbat sehingga akan
berwarna biru karena pereaksi yang berlebih. Penyakit-penyakit yang terjadi
akibat kekurangan vitamin C antara lain sariawan, penurunan tingkat
penyembuhan luka, anemia, kulit kering dan bersisik, radang gusi, kerusakan pada
jaringan jantung, dan lain-lain.

Dampak kelebihan vitamin C bagi orang yang mengkonsumsi vitamin C


dosis tinggi ialah sakit kepala, gangguan pencernaan, bahkan dapat membuat usus
kram. Selain itu juga dapat memperberat kinerja ginjal. Vitamin C yang mudah
larut dalam air akan membuat pengeluaran urine yang mengandung vitamin C
meningkat dibandingkan biasanya dan dapat membuat terbentuknya batu ginjal
dengan mudah. Menghilangkan kelebihan vitamin C ini dapat dilakukan dengan
mengkonsumsi air putih secara rutin.Standar jumlah yang dibutuhkan tubuh sudah
dibuat oleh USA Academy of Sciences. Jumlah kebutuhan vitamin ini berbeda-
beda menurut umur dan jenis kelaminnya. Kebutuhan harian vitamin C bagi orang
dewasa adalah sekitar 60 mg, untuk wanita hamil 95 mg, anak-anak 45 mg, dan
bayi 35 mg. Namun karena banyaknya polusi di lingkungan antara lain oleh
adanya asap-asap kendaraan bermotor dan asap rokok maka penggunaan vitamin
C perlu ditingkatkan hingga dua kali lipat yaitu 120 mg

18
BAB I

PENDAHULUAN

Sistem eksresi adalah proses pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme


yang sudah tidak digunakan lagi oleh tubuh. Sedangkan kebalikan dari sistem ini
adalah sistem sekresi yaitu proses pengeluaran zat-zat yang berguna bagi tubuh.
Alat-alat ekskresi manusia berupa ginjal, kulit, hati, paru-paru dan colon
(Alvyanto, 2012).

Tubuh manusia senantiasa melakukan proses metabolisme. Selain


menghasilkan energi, metabolisme pada tubuh manusia juga menghasilkan
berbagai macam zat sisa seperti karbondioksida (CO2), air (H2O), amoniak
(NH3) dan urea. Zat-zat sisa metabolisme tersebut harus dikeluarkan dari tubuh
karena sudah tidak berguna lagi dan bersifat racun yang dapat menimbulkan
berbagai macam penyakit.Salah satu organ ekskresi pada manusia adalah ginjal
Organ tersebut merupakan bagian dari sistem ekskresipada manusia yang
berfungsi untuk mengeluarkan semua zat sisa metabolisme yang sudah tidak
berguna lagi bagi tubuh dalam bentuk urin (Iwak, 2012). Berdasarkan uraian
singkat di atas, maka dipandang perlu untuk mengkaji lebih dalam dengan
melakukan percobaan urinasi.

19
PRAKTIKUM III

URINALISIS

Tujuan :

1. Agar mahasiswi mampu melakukan analisis fisik pada urin

2. Agar mahasiswi mampu menguji ada atau tidaknya glukosa dan protein

didalam urin

3. Agar mahasiswi mampu mengetahui Ph urin

20
BAB II

DASAR TEORI

Terdapat sepasang ginjal di dalam tubuh manusia, terletak disebelah kiri


dan kanan ruas tulang pinggang di dalam rongga perut. Letak ginjal kiri lebih
tinggi daripada ginjal kanan, karena di atas ginjal kanan terdapat hati yang banyak
mengambil ruang (Alvyanto, 2012).

Ginjal berfungsi untuk menyaring zat-zat sisa yang terkandung dalam


darah dan membuangnya bersama urin. Ginjal terdiri dari tiga bagian yaitu
korteks, medula, dan pelvis. Pada bagian korteks terdapat badan malpighi yang
berfungsi menyaring darah. Di bagian medula terdapat piramida ginjal yang
berfungsi sebagai saluran pengumpul urin. Urin hasil penyaringan badan malpighi
akan dialirkan untuk ditampung di pelvis. Urin ini kemudian dialirkan lagi ke
kandung kemih melalui ureter. Air urin ini kemudian dibuang dari tubuh melalui
saluan uretra (Iwak, 2012).

Ginjal manusia merupakan dua organ berbentuk kacang merah, masing-


masing berukuran kepalan tangan yang tertutup. Adanya di dinding tubuh dorsal
di kedua sisi tulang belakang. Walau berat total ginjal itu hanya 0,5% berat tubuh,
namun ginjal menerima kiriman darah yang luar biasa kayanya. Dua puluh sampai
dua puluh lima persen darah itu yang dipompa oleh jantung setiap menit mengalir
melaluinya. Darah ini sampai ke ginjal melalui arteri renal kanan dan kiri dan
keluar melalui urat-urat renal kiri dan kanan. Potongan melintang melalui ginjal
tampak bagian-bagiannya yang tiga daerah berbeda. Bagian luar disebut korteks.
Di bawahnya ialah medula. Di dalamnya ada ruang kosong, yaitu pelvis. Korteks
dan medula ginjal itu terdiri atas kira-kira satu juta nefron. Nefron ialah satuan
struktural dan fungsional ginjalnya (Kimball, 1983: h. 571). Urine diproduksi
secara terus-menerus oleh ginjal dan dialirkan melalui ureter oleh kontraksi
perisfaltik.

21
BAB III

METODOLOGI

1. Analisis Fisik
a. Warna

Menampung urin segar dengan


volume ¾ tabung

Mengamati warna urin

b. Pengukuran pH

Menyediakan 2 lembar indikator


universal

Menyediakan satu indicator universal


pada urin

Membandingkan warna indikator


universal yang telah dicelupkan
dengan warna standar pada tabel

22
2. Analisis Kimia
a. Pengujian Glukosa

Memasukkan 8 tetes urin ke dalam


tabung reaksi

Menambahkan 5 ml larutan benedict

Memanaskannya di dalam air


mendidih selama 5 menit

Mengamati perubahan warna yang


terjadi

23
b. Pengujian Protein

Memasukkan 1 ml sampel ke dalam


tabung reaksi

Menambahkan 5 tetes NaOH 40 %

Menambahkan 5 tetes Reagen Biuret

Memanasinya dalam pemanas air


selama 3 menit dan mengamati
perubahannya

24
HASIL PENGAMATAN

No Parameter Kel. 1 Kel. 2 Kel. 3 Kel. 4

1 Warna Kuning Gading Kuning Gading Kuning gading Kuning gading


2 Ph pH 6 pH 6 Ph 6 pH 6
3 Benedict Kuning pekat Kuning pekat Kuning pekat Kuning pekat
4 Biuret Tetap biru Tetap biru Tetap biru Tetap biru

BAB 1V

PEMBAHASAN

Pada urin normal seharusnya tidak dapat ditemukan adanya eritrosit, namun
dalam urine normal dapat ditemukan 0 – 3 sel per LPK (Lapang Pandang Kuat).
Peningkatan jumlah eritrosit atau Hematuria dalam urin disebabkan karena terjadi
kerusakan glomerular, tumor yang mengikis saluran kemih, trauma ginjal, batu
saluran kemih, infeksi, inflamasi, infark ginjal, nekrosis tubular akut, infeksi
saluran kemih atas dan bawah, dan nefrotoksin. Jumlah Lekosit hingga 4 atau 5
per LPK juga termasuk kategori urine normal.

Peningkatan jumlah lekosit dalam urine (leukosituria atau piuria) umumnya


menunjukkan adanya infeksi saluran kemih baik bagian atas atau bawah, sistitis,
pielonefritis, atau glomerulonefritis akut. Jumlah sel epitel < 13 per LPK urine
masih dinyatakan dalam keadaan normal. Penemuan fragmen sel epitel > 13 per
LPK dapat menunjukkan adanya penyakit ginjal yang aktif atau luka pada tubulus
seperti pada nefritis, nekrosis tubuler akut, infeksi virus pada ginjal, penolakan
transplnatasi ginjal, keracunan salisilat. Jumlah kristal 1 – 5 sel pada urin juga
menyatakan urin tersebut masih normal.

25
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lipid adalah nama suatu golongan senyawa organik yang meliputi


sejumlah senyawa yang terdapat di alam yang semuanya dapat larut dalam
pelarut-pelarut organik tetapi sukar larut atau tidak larut dalam air. Pelarut
organik yang dimaksud adalah pelarut organik nonpolar, seperti benzen,
pentana, dietil ether dan karbon tetraklorida. Dengan pelarut-pelarut tersebut
lipid dapat diekstraksi dari sel dan jaringan tumbuhan ataupun hewan
(Chitika, 2013).
Lipid mengacu pada golongan senyawa hidrokarbon alifatik nonpolar
dan hidrofobik. Karena nonpolar, lipid tidak larut dalam pelarut polar seperti
air tetapi larut dalam pelarut nonpolar, seperti alkohol, ether atau kloroform.
Fungsi biologis terpenting lipid diantaranya untuk menyimpan energi,
sebagai komponen struktural membran sel dan sebagai pensinyalan molekul
(Anonim, 2013).
Lipid merujuk pada sekelompok besar molekul-molekul alam yang
terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen meliputi asam
lemak, malam, sterol, vitamin-vitamin yang larut di dalam lemak,
monogliserida, digliserida, fosfolipid, glikolipid, terpenoid (termasuk di
dalamnya getah dan steroid) dan lain-lain (Chitika, 2013).
Karena begitu besar peranannya sebagai senyawa organik yang terdapat
dalam tumbuhan, hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi
kehidupan manusia adalah lipid. Untuk memberikan defenisi yang jelas
tentang lipid sangat sukar, sebab senyawa yang termasuk lipid tidak
mempunyai rumus struktur yang serupa atau mirip (Anonim, 2013).

26
PRAKTIKUM IV
PENGUJIAN LIPID

Tujuan :

1. Mengetahui terjadinya pembentukan emulsi dari minyak.


2. Mengetahui kelarutan lipid pada pelarut tertentu.
3. Mengetahui sifat ketidakjenuhan minyak atau lemak.
4. Mengetahui terjadinya hidrolisis pada minyak oleh alkali.

27
BAB II
DASAR TEORI

Lipid (dari bahasa Yunani lipos, lemak) merupakan penyusun


tumbuhan atau hewan yang dicirikan oleh sifat kelarutannya. Lipid tidak
larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut nonpolar seperti kloroform, eter,
dan benzena. Penyusun utama lipid adalah trigliserida, yaitu ester gliserol
dengan tiga asam lemak yang bisa beragam jenisnya (Gordon, 1990).
Lipid secara umum dapat dibagi ke dalam dua kelas besar, yaitu
lipid sederhana dan lipid kompleks. Lipid yang paling sederhana dan paling
banyak mengandung asam lemak sebagai unit penyusunnya adalah
triasilgliserol, juga sering disebut lemak, lemak netral, atau trigliserida. Jenis
lipid ini merupakan contoh lipid yang paling sering dijumpai baik pada
manusia, hewan, dan tumbuhan. Triasilgliserol adalah komponen utama dari
lemak penyimpan atau depot lemak pada sel tumbuhan dan hewan, tetapi
umumnya tidak dijumpai pada membran. Triasilgliserol adalah molekul
hidrofobik nonpolar, karena molekul ini tidak mengandung muatan listrik
atau gugus fungsional dengan polaritas tinggi (Lehninger, 1982).
Penyusun lipid lainnya berupa gliserida, monogliserida, asam lemak
bebas, lilin (wax), dan juga kelompok lipid sederhana (yang tidak
mengandung komponen asam lemak) seperti derivat senyawa
terpenoid/isoprenoid serta derivat steroida. Lipid sering berupa senyawa
kompleks dengan protein (Lipoprotein) atau karbohidrat (glikolipida) (Anna,
1994). Suatu lipid didefinisikan sebgai senyawa organik yang terdapat dalam
alam serta tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non polar
sperti suatu hidrokarbon atau dietil eter. Lemak dan minyak adalah
trigliserida atau triasilgliserol, kedua istilah ini berarti “triester (dari)
gliserol”. Perbedaan antara suatu lemak dan minyak bersifat sebarang: pada
temperatur kamar lemak berbentuk padat dan minyak bersifat cair. Sebagian
besar gliserida pada hewan adalah berupa lemak, sedangkan gliserida dalam
tumbuhan cenderung berupa minyak (Fessenden, 1982)

28
BAB III
METODOLOGI

1. Uji Kelarutan

Menyediakan 3 buah tabung reaksi,


yang masing-masing diisi dengan 2
ml aquades, etano, dan kloroform

Meneteskan minyak kelapa ke


dalam masing-masing tabung
reaksi

Mengamati tingkat kelarutan


minyak pada masing-masing
pelarut

Meneteskan setetes larutan pada


kertas minyak, dan memerhatikan
ada tidaknya noda

29
2. Uji Ketidakjenuhan

Menyediakan 3 buah tabung reaksi,


yang masing-masing diisi dengan 1
ml minyak kelapa baru,minyak
kelapa bekas serta mentega

Menambahkan 1 ml kloroform

Menambahkan 3 tetes larutan


iodium

Memerhatikan perubahan warna


yang terjadi

30
HASIL PENGAMATAN

1. Uji kelarutan

Pelarut Hasil

Tidak larut
Etanol
Paling cepat larut
Kloroform
Tidak larut (mengambang)
Aquades

2. Uji Ketidakjenuhan

Sampel Hasil (warna yang terbentuk)

Minyak Kelapa Baru Orange

Minyak Kelapa Bekas Pink

Mentega Pink merah jambu

31
BAB IV
PEMBAHASAN

Lipid adalah senyawa yang merupakan ester dari asam lemak dengan
gliserol. Lipid tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik seperti
ester, aseton, kloroform, dan benzena. Larutan polar merupakan larutan yang
dapat menghantarkan arus listrik sedangkan larutan nonpolar merupakan larutan
yang tidak dapat menghantarkan arus listrik.
Emulsi adalah salah satu campuran yang terdiri dari zat yang tidak
tercampur atau tidak homogen, seperti air dan minyak, pengemulsian adalah zat
yang menstabilkan emulsi yang biasanya berupa protein. Emulsi dapat pula
diartikan sebagai dispersi atau suspensi menstabil suatu cairan lain yang keduanya
tidak saling melarutkan. Supaya terbentuk emulsi yang stabil maka diperlukan
suatu zat pengemulsi yang disebut emulsifier atau emulgator yang berfungsi
menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase cairan.

Adapun pembahasan yang diperoleh pada pengamatan ini yaitu:


1. Uji kelarutan lemak dengan minyak kelapa
Minyak atau lemak yang mengandung asam-asam lemak tidak jenuh dapat
teroksi dari oksigen yang menghasilkan suatu senyawa peroksida. Apabila minyak
mengalami oksidasi maka senyawa peroksida yang dihasilkan akan meningkat.
Minyak mempunyai sifat tidak larut dalam pelarut polar dan larut dalam pelarut
nonpolar.
2. Uji pembentukan emulsi
Emulsi adalah salah satu campuran yang terdiri dari zat yang tidak
tercampur atau tidak homogen, seperti air dan minyak, pengemulsian adalah zat
yang menstabilkan emulsi yang biasanya berupa protein. emulsi dapat pula
diartikan sebagai dispersi atau suspensi menstabil suatu cairan lain yang keduanya
tidak saling melarutkan. Supaya terbentuk emulsi yang stabil maka diperlukan
suatu zat pengemulsi yang disebut emulsifier atau emulgator yang berfungsi
menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase cairan.

32
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah gizi masih cukup rawan dibeberapa wilayah Indonesia,


terutama di wilayah pemukiman kumuh daerah perkotaan, wilayah yang
sering dilanda musim kering (NTB dan NTT). Dimana kondisi masyarakat
tersebut banyak yang kekurangan gizi, banyak balita yang terkena gizi
buruk. Gizi buruk / gizi kurang sering terjadi karena makanan yang tidak
seimbang, terutama dalam hal protein.
Protein dan Lemak merupakan pembahasan yang amat penting
dalam ilmu kimia. Dimana melalui ini, penulis berusaha memperjelas lagi
tentang hal-hal yang menyangkut protein dan lemak. Protein merupakan
komponen penting atau komponen utama sel hewan atau manusia. Oleh
karena sel itu merupakan pembentuk tubuh kita, maka protein yang
terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan
dan pertumbuhan tubuh. Kita memperoleh protein dari makanan yang
berasal dari hewan atau tumbuhan.
Protein merupakan sumber gizi utama yaitu sumber asam
amino.terdapat 8 dari 20 jenis asam amino penyusun protein yang
merupakan zat nutrisi esensial yang diperlukan tubuh yaitu lisin, triptofan,
fenilalanin, metionin, treunin, leusin, isoleusin, dan valin. Protein juga
memberikan sifat fungsional yang penting dalam membentuk karakteristik
produk pangan. Berdasarkan uraian tersebut maka sangat penting untuk
memastikan kandungan protein dari makanan yang dikonsumsi. Salah
satunya melalui uji kualitatif. Uji kualitatif protein dapat dilakukan dengan
beberapa cara antara lain uji biuret, reaksi dengan logam, uji koagulasi
protein, uji kelarutan protein dan reaksi dengan asam dan basa.

33
PRAKTIKUM V
UJI KUALITATIF PROTEIN

Tujuan :

1. Agar mahasiswi mampu melakukan berbagai uji kualitatif protein


2. Agar mahasiswi mampu mengenal reaksi-reaksi umum asam amino
penyusun protein
3. Agar mahasiswi mampu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kestabilan protein

34
BAB II
DASAR TEORI

Protein berasal dari kata protos (bahasa Yunani) yang berarti "yang
paling utama") atau senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi
yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang
dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein
mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang
kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi
semua sel makhluk hidup dan virus (Ussery, 1998).
Protein merupakan polimer asam amino. Ada sepuluh asam amino
yang berbeda merupakan penyusun protein alami. Protein dibedakan satu
sama lain berdasarkan tipe, jumlah dan susunan asam aminonya.
Perbedaan ini menyebabkan perbedaan struktur molekuler, kandungan
nutrisi dan sifat fisikokimia. Protein merupakan konstituen penting dalam
makanan, dimana protein merupakan sumber energi sekaligus
mengandung asam-asam amino esensial seperti lysine, tryptophan,
methionine, leucine, isoleucine dan valine (esensial berarti penting bagi
tubuh, namun tidak bisa disintesis dalam tubuh).
Protein juga merupakan komponen utama dalam berbagai makanan
alami, yang menentukan tekstur keseluruhan, misalnya keempukan produk
daging atau ikan, dan sebagainya. Protein terisolasi sering digunakan
dalam makanan sebagai unsur kandungan (ingredient) karena sifat atau
fungsi uniknya, antara lain kemampuannya menghasilkan penampilanm
tekstur atau stabilitas yang diinginkan. Misalnya, protein digunakan
sebagai agen pembentuk gel (gelling agent), pengemulsi (emulsifier),
pembentuk busa (foaming agent) dan pengental (thickener). Beberapa
protein makanan merupakan enzim yang mampi meningkatkan laju reaksi
biokimia tertentu, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan
merusak (Ussery, 1998).

35
BAB III
METODOLOGI

1. Uji Ninhidrin

Memasukkan 1 ml sampel ke dalam


tabung reaksi

Menambahkannya dengan 1 ml
Reagen Ninhidrin

Memanaskannya dalam air


mendidih selama 3 menit

Mengamati perubahan warna yang


terjadi

36
2. Uji Ninhidrin

Memasukkan 1 ml sampel ke
dalam tabung reaksi

Menambahkannya dengan 1 ml
Reagen Ninhidrin

Memanaskannya dalam air


mendidih selama 3 menit

Mengamati perubahan warna yang


terjadi

37
3. Uji Biuret

Memasukkan 1 ml sampel ke
dalam tabung reaksi

Menambahkannya dengan 5 tetes


NaOH 40 %

Menambahkannya dengan 5 tetes


reagen biuret dan memanaskannya
dengan pemanas air selama 3 menit

Mengamati perubahan warna yang


terjadi

38
3. Pengendapan dengan pemanasan

Memasukkan 1 ml sampel ke
dalam 3 tabung reaksi

Memanaskan tabung pertama


hingga endapan terbentuk

Menambahkan 0,5 tetes asam asetat


10 % ke dalam 2 tabung dan
memanaskannya

Menambahkan 0,5 ml NaOH 10 %


pada tabung ke 3 dan
memanaskannya

39
4. Pengendapan dengan etanol

Memasukkan 1 ml sampel ke
dalam tabung reaksi

Menambahkan kristal NaCl

Menambahkan beberapa tetes


etanol 96 % dan mengamati
perubahan yang terjadi

Memindahkan sebagian larutan


bersama endapan ke dalam tabung
reaksi lainnya

Menambahkan air setetes demi


setetes sambil dikocok

Mengamati perubahan yanng


terjadi
HASIL PENGAMATAN

40
HASIL PENGAMATAN

No Uji Hasil

Ninhidrin Warna berubah


1

Biuret Ikatan peptida terlihat


2

Pengendapan dengan pemanasan Ikatan peptida tak terlihat


3

Pengendapan dengan etanol Warna tidak berubah


4

41
BAB IV
PEMBAHASAN

Protein merupakan molekul polipetida berukuran besar yang disusun


oleh lebih dari 100 buah asam amino yang berikatan satu sama lain secara
kovalen dan dalam urutan yang khas yang disebut ikatan peptida.
Umumnya terdapat 20 jenis asam amino yang menyusun struktur protein.
Yang membedakan antara satu protein dengan protein lainnya adalah
urutan dan jumlah asam amino yang menyusun protein.
Ciri khas asam amino yang menyusun protein adalah gugus karboksil
(-COOH) yang bersifat asam dan gugus amino (-NH3) yang bersifat basa
yang diikat pada atom karbon yang sama. Gugus karboksil ini dapat
bermuatan negatif, gugus amino dapat bermuatan positif tergantung pada
pH medium. Perbedaan asam amino yang satu dengan yang lainnya adalah
gugus R yang bervariasi dalam struktur, ukuran, muatan listrik dan
kelarutan dalam air.
Berdasarkan fungsi biologinya, protein dapat diklasifikasikan sebagai
enzim (dehidrogenase, kinase), protein penyimpanan (feritin, mioglobin),
protein pengatur (protein pengikat DNA, hormon peptida), protein
struktural (kolagen, proteoglikan), protein pelindung (faktor pembekuan
darah, imunoglobulin), protein pengangkut (hemoglobin, lipoprotein
plasma) dan protein kontraktil/ motil (aktin, tubulin) (Robert K. Murray,
2003). Protein yang mempunyai fungsi sebagai media perambatan impuls
saraf ini biasanya berbentuk reseptor; misalnya rodopsin, suatu protein
yang bertinak sebagai reseptor penerima warna atau cahaya pada sel – sel
mata (Winarno, 1997).

42
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

DNA (Deoxyribose Nucleic Acid) adalah master molecul (molekul


utama) yang mengkode semua informasi yang dibutuhkan untuk proses
metabolisme dalam setiap organisme (Corkill, G., Rapley, R. 2008). DNA
ini tersusun atas 3 komponen utama yaitu gula deoksiribosa, basa nitrogen
dan fosfat yang tergabung membentuk nukleotida (Istanti, 1999). Molekul
DNA ini terikat membentuk kromosom, dan ditemukan di nukleus,
mitokondria dan kloroplas.
DNA yang menyusun kromosom ini merupakan nukleotida rangkap
yang tersusun heliks ganda (double helix), dimana basa nitrogen dan
kedua ”benang” polinukleotida saling berpasangan dalam pasangan yang
tetap melalui ikatan hidrogen dan antara nukleotida yang satu dengan
nukleotida yang lain dihubungkan dengan ikatan fosfat. DNA terdapat di
dalam setiap sel makhluk hidup dan disebut sebagai ”cetak biru
kehidupan” karena molekul ini berperan penting sebagai pembawa
informasi hereditas yang menentukan struktur protein dan proses
metabolisme lain (Corkill, G., Rapley, R. 2008).

43
PRAKTIKUM VI
ISOLASI DNA

Tujuan :

1. Mengetahui prosedur isolasi DNA pada buah


2. Untuk mengetahui cara/metode yang benar untuk memisahkan
(mengisolasi) DNA dari buah-buahan.

44
BAB II
DASAR TEORI

DNA dapat mengalami denaturasi dan renaturasi. Selain itu DNA


juga bisa diisolasi. Zubaidah (2004) menyatakan bahwa isolasi DNA dapat
dilakukan melauli tahapan-tahapan antara lain: preparasi esktrak sel,
pemurnian DNA dari ekstrak sel dan presipitasi DNA. Meskipun isolasi
DNA dapat dilakukan dengan berbagai cara, akan tetapi pada setiap jenis
atau bagian tanaman dapat memberikan hasil yang berbeda, hal ini karena
adanya senyawa polifenol dan polisakarida dalam konsentrasi tinggi yang
dapat menghambat pemurnian DNA. Jika isolasi DNA dilakukan dengan
sampel buah, maka kadar air yang pada masing-masing buah berbeda,
dapat memberi hasil yang berbeda pula. Buah dengan kadar air tinggi akan
menghasilkan isolat yang berbeda jika dibandingkan dengan buah
berkadar air rendah. Semakin tinggi kadar air maka sel yang terlarut di
dalam ekstrak akan semakin sedikit, sehingga DNA yang terpretisipasi
juga akan sedikit.
DNA adalah asam nukleat yang mengandung materi genetik dan
berfungsi untuk mengatur perkembangan biologis seluruh bentuk
kehidupan. DNA terdapat di nukleus, mitokondria, dan kloroplas. Ada
perbedaan di antara ketiga lokasi DNA ini, yaitu: DNA nukleus berbentuk
linear dan berhubungan sangat erat dengan protein histon, sedangkan DNA
mitokondria dan kloroplas berbentuk sirkular dan tidak berhubungan
dengan protein histon. DNA memiliki struktur helix utas ganda, yang
mengandung komponen-komponen gula pentosa (deoksiribosa), gugus
fosfat, dan pasangan basa. Satu sel memiliki DNA yang merupakan materi
genetik dan akan diturunkan pada keturunannya.

45
BAB III
METODOLOGI

Memotong buah pisang dan apel


dengan ukuran yang kecil

Menimbang buah yang telah


dipotong sampai beratnya 100 gr

Mengambil 100 gr buah dan


menghaluskannya dengan mortar

Melarutkan buah tersebut ke dalam


100 ml aquades, dan diaduk hingga
homogen

Memasukkan 4 ml larutan detergen


ke dalam tabung reaksi yang
berbeda

Melarutkan detergen dengan 60 ml


aquades

46
Memasukkan 4 ml larutan detergen
ke dalam tabung reaksi yang berisi
jus buah

Menimbang buah yang telah dipotong


sampai beratnya 100 gr

Mengambil 100 gr buah dan


menghaluskannya dengan mortar

Melarutkan buah tersebut ke dalam


100 ml aquades, dan diaduk hingga
homogen

Menambahkan 1 spatula garam


dapur ke dalam tabung reaksi dan
mengaduknya hingga larut

Mencampurkannya dan menyaring


sebanyak 2 kali dengan kertas
saring

Menambahkan 5 ml etanol 96 % ke
dalam masing-masing
47 campuran
Melarutkandan menghomogenkan
dengan menggunakan mesin vortex

Mengamati perubahan yang terjadi

48
HASIL PENGAMATAN

Sampel Hasil

Pisang Lebih terlihat hasil

Apel Tak terlihat hasilnya

49
BAB IV

PEMBAHASAN

Isolasi DNA pada dasarnya dapat dilakukan dengan menggunakan


berbagai macam sumber DNA yang dapat diperoleh dari hewan maupun
tumbuhan. Upaya untuk mengeluarkan DNA dari sel dilakukan dengan merusak
dinding dan membrane sel dan juga membran inti. Cara yang digunakan untuk
merusak membran-membran tersebut sangat beraneka ragam, misalnya dengan
pemblenderan atau penggerusan dengan mortal dan pistil. Selain perusakan secara
fisik, membrane dan dinding sel dapat pula dirusak dengan menggunakan
senyawa-senyawa kimia. Perusakan dinding sel dan membrane sel pada praktikum
isolasi DNA kali ini dilakukan dengan cara penggerusan. DNA yang didapatkan
dalam pengamatan kali ini adalah DNA yang berupa benang-benang halus.

Apabila dilihat dari sumber DNA yang digunakan untuk pengisolasian ini,
macam buah yang digunakan menunjukkan perbedaan yang nyata. Masing-
masing buah untuk sumber DNA menghasilkan DNA yang berbentuk benang-
benang halus berwarna sesuai dengan warna asal buah tersebut. Kelima macam
buah yang digunakan dalam proses pengisolasian DNA kali ini adalah jenis buah
yang memiliki kadar air yang tinggi. Tidak ada perbedaan yang ditunjukkan untuk
perlakuan variasi jenis buah ini. Suatu sumber menyatakan bahwa dalam proses
pembuatan sumber DNA untuk isolasi DNA hendaknya jangan terlalu encer
karena semakin encer sumber DNA, DNA yang terpresipitasi akan semakin
sedikit. Karena sel yang lisis di dalam air tentunya lebih sedikit jika dibandingkan
dengan sumber DNA yang lebih kental (Anonim, 2005). Namun, masalah
pengaruh keenceran terhadap hasil isolasi DNA dapat diatasi dengan pengurangan
jumlah air yang digunakan sehingga walaupun sumber DNA yang digunakan
adalah buah dengan kadar air tinggi, tetap dapat diperoleh ekstrak yang cukup
kental.

50
DAFTAR PUSTAKA

Ertikanto, Chandra., 2003, Wahana Informasi Hasil Pendidikan Matematika dan


Ilmu Pengetahuan Alam serta Sains, Jurnal PMIPA

Izuagie, A. A. dan F.O. Izuagie., 2007, Iodimetric Determination of Ascorbic


Acid (Vitamin C) in Citrus Fruits, Research Journal of Agriculture and Biological
Sciences

Safaryani, Nurhayati, Sri Haryanti, dan Endah Dwi Hastuti, 2007, Pengaruh Suhu
dan Lama Penyimpanan terhadap Penurunan Kadar Vitamin C, Semarang

Tjitro, soejono, Juliana Anggono, Adriana Anteng Anggorowati, dan Gatut


Phengkusaksomo, 2000, Studi Prilaku Korosi Tembaga dengan Variasi
Konsentrasi Asam Askorbat (Vitamin C), Surabaya

Chitika. 2013. Makalah Lipid. http: //www. chitika. kutukuliah. net/makalah-lipid.

Anonim. 2013. Lipid. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1678529

Gordon, Gunawan. 1990. Pengaruh Kadar Asam Lemak Bebas. Bandung : Ilmu
dan Peternakan Institut Teknologi Bandung

Anna Poedjiadi. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI-Press

Fessenden dan Fessenden.1982.Kimia Organik II,edisi ketiga.Jakarta: Erlangga

Alvyanto. Sistem Ekskresi Manusia. Blog Alvyanto.http://alvyanto.blogspot.com

Iwak. Sistem Ekskresi Manusia.Blog Iwak. http://iwak-pithik.blogspot.com

Kimball, John W. Siti Soetarmi Tjitrosomo, dan Nawangsari Sugiri. Biologi Jilid
2 Jakarta: Erlangga, 1983

51
LEMBAR PENGESAHAN

Gontor Putri 1, 21 November 2016

Praktikan Dosen Pengampu

Dinni Aulia Safitri Dian Yuni Pratiwi S.Si, M.Si

52
53

Anda mungkin juga menyukai

  • Syarat2 Sps
    Syarat2 Sps
    Dokumen5 halaman
    Syarat2 Sps
    Dinni Aulia Safitri
    Belum ada peringkat
  • Farmakognosi
    Farmakognosi
    Dokumen15 halaman
    Farmakognosi
    Dinni Aulia Safitri
    Belum ada peringkat
  • Artritis Reumatoid
    Artritis Reumatoid
    Dokumen15 halaman
    Artritis Reumatoid
    Dinni Aulia Safitri
    Belum ada peringkat
  • Otw Usaha
    Otw Usaha
    Dokumen2 halaman
    Otw Usaha
    Dinni Aulia Safitri
    Belum ada peringkat
  • Farmakognosi
    Farmakognosi
    Dokumen15 halaman
    Farmakognosi
    Dinni Aulia Safitri
    Belum ada peringkat
  • Abstrak Fiqih Islam
    Abstrak Fiqih Islam
    Dokumen5 halaman
    Abstrak Fiqih Islam
    Dinni Aulia Safitri
    Belum ada peringkat
  • Fiqih Islam
    Fiqih Islam
    Dokumen2 halaman
    Fiqih Islam
    Dinni Aulia Safitri
    Belum ada peringkat
  • Fiqih Islam
    Fiqih Islam
    Dokumen2 halaman
    Fiqih Islam
    Dinni Aulia Safitri
    Belum ada peringkat