Barramundi adalah salah satu predator besar, tumbuh hingga mencapai bobot 60kg, tetapi yang sering tertangkap antara 1-3 kg bahkan kurang. Barramundi dapat tumbuh mencapai 180 cm. dan mencapi usia kedewasaan ketika
barramundi mencapai panjang sekitar 99 cm usia barramundi bisa mencapai 25 tahun. termasuk kedalam jajaran keluarga ikan yang cukup besar, barramundi merupakan perpaduan antara ikan yang hidup pada umumnya di air tawar
dan air asin karena barramundi sangat cepat beradaptasi dari perairan air tawar ke air asin (laut)
Warna barramundi
Warna barramundi kehijau-hijauan - perunggu sepanjang punggung, warna perak sepanjang sisinya,dan warna putih di bagian bawahnya
Barramundi muda berwarna krem dengan bercak-bercak gelap dan beberapa ditemui mempunyai warna kekuning-kuningan di bagian belakang dan sirip ekornya. Kebanyakan barramundi memulai kehidupanya sebagai jantan dan
berubah menjadi betina ketika semakin besar
Area Habitat
Habitat hidup Barramundi berada di air payau terutama yang bersuhu air cukup hangat dan bersih disekitar muara karena disinilah tempat makanan dari kakap berupa udang dan ikan ikan kecil banyak didapat. Barramundi juga dapat
ditemui di laut yang tidak jauh dari pantai, dekat bebatuan atau karang, dekat dekat dengan tonggak tonggak kayu di muara-muara sungai/kali, dalam tambak atau aliran air ke tambak, DAM, Jembatan dekat muara, Tikungan sungai,
banjir kanal, anak sungai, daerah pengairan sungai dekat muara, billabongs* terutama dengan banyak kayu pada dasarnya, bahkan sampai wilayah pedalaman sungai serta daerah daerah lain yang masih terhubung secara langsung
dengan laut dan terpengaruh oleh air pasang-surut air laut
Ringkasnya Barramundi melakukan migrasi dari air tawar ke air asin untuk bertelur, dan kembali berkumpul ke arah sungai karena memang barramundi atau kakap berhabitat disekitar muara dan juga karena kakap ini dapat
beradaptasi dari perairan laut ke air tawar atau sebaliknya
Record
Record yang pernah dibuat dalam memancing barramundi adalah 37.85kg (83 1/4 lbs.) di australia. Rata rata ukuran yang sering di dapat adalah 2kg - 10kg, dapat mencapai 30kg (66 lbs. atau lebih).
Umpan
Umpan yang sering dipakai adalah:
Udang (sebaikya udang putih) ukuran ± 10 cm, Ikan Belanak, Ikan-ikan kecil di muara, Minnow Deep Diving, Minnow Rattler, Popper, Soft Plastics, Surface crawler. Flies - Saltwater Baitfish.
lainnya - Trolling and spinning lures seperti Rapala minnows, Frog lures (umpan kodok), Bomber Long A's, Nilsmaster Spearheads, Killalure Terminator II's dan Cordell rattlers.
Alat perlengkapan memancing jenis ini:
• Joran: ukuran panjang 1-4 meter dengan spesifikasi joran jenis antenna / joran patah dua/tiga
Kualitas joran kaku untuk dapat menyentak kuat saat strike (kekuatan joran sebaiknya 15-30 lb)
• Line: 4 - 10kg utamananya senar dengan diameter 0.50 m/m.
• Gunakan Neckline diujung senar ± ½ meter(karena yg sering terjadi saat strike senar putus di ujung karena tarikan kuat saat strike dan sirip ingsang kakap tajam seperti silet )
• mata kail: No.6 - 9.(apabila menggunakan umpan udang atau ikan belanak hidup)
• Peralatan reel: Medium spinning atau baitcaster gear untuk lures dan baits(umpan buatan).
• Parang untuk membuka lahan mancing (biasanya pinggir sungai masih berupa semak belukar)
• Rokok 2 bungkus untuk teman mancing atau jaga jaga dari lintah atau pacet
• Minuman dingin atau hangat serta camilan untuk teman menunggu terjadinya strike
Tip memancing Barramundi / Kakap
Apabila menggunakan udang hidup (sebainya udang putih) apabila memancing dengan pemberat timah usahakan posisi umpan pada ketinggian 75 cm s/d 1 meter di atas pemberat dan timah pemberat tidak boleh terlalu berat. Atau
dengan model semarangan yaitu timbal gepeng dipilin (jangan sampai kencang) sehingga udang dapat bergerak bebas ketika umpan sampai bawah
Saat air akan mulai pasang atau saat batas teratas air pasang di sungai kondisi air bersih kehijauan, coklat muda (seperti air teh) atau kuning dan rasa air payau adalah saat yang tepat untuk memulai memancing barramundi.
Bagi barramundi angler waktu terbaik memancing baramundi ini setelah musim hujan dari bulan april – mei dan periode sebelum musim penghujan antara bulan oktober sampai November
Carilah lokasi yang mempunyai lubuk atau cerukan dari muara atau sungai yang cukup dalam dan luas atau di celah celah/tonggak kayu dan karang serta bebatuan karena disinilah Hot spot terbaik barramundi.
Apabila keadaan bawah sungai atau kali sering nyangkut karena banyak kayu atau karang dan bebatuan dapat dipergunakan pelampung baik yg dibuat sendiri dari gabus atau pelampung kecil yang banyak dijual di toko pancing
(usahakan jarak pelampung dan pemberat ± 1 meter dapat disesuaikan dengan kedalaman sungai atau kali)
Untuk Angler sungai dan kali selama musim hujan, mancing pada waktu petang dan malam hari adalah kondisi yang baik ketika barramundi sedang penuh berahi dan cenderung produktif. Pada saat ini barramundi melakukan
perjalanan kearah hilir sungai. dalam musim kemarau barramundi cenderung berlokasi di hulu sungai
Apabila ikan menunjukkan tanda-tanda keberadaanya dengan muncul dipermukaan dan memakan sesuatu cobalah dengan umpan ikan belanak hidup, minnow atau popper karena dengan umpan ini barramundi akan lebih tertarik
untuk Strike
*billabongs : (cerukkan tanpa hulu dalam alur sungai yang terhubung dengan laut)
-Salam Barramundi Strike-
Tips untuk mancing ikan di Muara,
met kenal, masukan ja dari pemula
umpan hidup pake udang putih atau udang tenger
bisa menggunakan reel atau kelosan tradisional tergantung mana yang lebih nyaman buat anda, saya biasanya menggunakan kenur mono. besarnya udang sesuaikan dengan target ikan, bisa 6-15cm atau lebih, berikan pemberat
daun/lempengan dengan jarak 20-30 cm dari mata kail dengan berat menyesuaikan besar umpan(rata2 2x2cm bisa kurang atau lebih), tancapkan mata kail di ekor udang(ruas terakhir) dan usahakan jagan sampai mengenai garis merah
yang ada di dalam tubuh udang sehingga udang bisa bertahan hidup lebih lama. kalau air tenang bisa menggunakan pelampung- jarak dengan mata kail menyesuaikan kedalaman(80-150cm). seandainya air bergerak-ada arus bisa
tanpa pelampung, cari lokasi yang terhindar dari arus-kadang ikan sering menunggu untuk menyergap ikan2 kecil yang terseret arus disitu. ikan kakap putih sering cari makan di dasar air-usahakan umpan jangan terlalu mengambang
di tengah.
umpan ikan hidup
bisa menggunakan blanak atau ikan lainnya(bethik/bethok, mujair, anak gabus dll), saya lebih suka menggunakan ikan blanak berukuran antara 8-10 cm, dan biasanya saya gunakan umpan ikan seandainya banyak tenggakan(subuh
dan senja), umpan sengaja saya pasang tanpa pelampung sehingga bergerak2 dipermukaan, gunakan kawat(serabut) nikelin sepanjang 30-50cm, jika menggunakan umpan ini saya lebih suka pakai reel karena cara ikan memangsa
sangat kasar sehingga banyak kemungkinan kenur putus, juga karena hentakan pertama saat ikan makan bisa berobek jari seandainya tidak siap.
casting
ditempatku ada teknik casting namun umpang yang digunakan adalah ikan mati, cara pemasangannya mirip teknik trolling. ikan yang digunakan biasanya lele(10-12cm) atau jangjang(mirip belut namun kecil), pemilihan ikan ini
karena seandainya dicast ekornya bergerak2, cara ini efektif digunakan di saat kondisi petang(dinihari-subuh, senja-malam) karena pada waktu gelap ikan lebih mengandalkan indra penciuman dan getaran air
kalau menggunakan umpan buatan pilih yang menyelam agak dalam (lips lebar-panjang) atau dipermukaan (WTD), cara memainkannya sama seperti casting pada umumnya namun lebih pelan. dan lebih aman seandainya casting
gunakan leader lebih tebal atau nikelin.
mgkin yg lebih senior bisa menambahkan
Sekedar sharing dengan para pakar casting Baramundi. Sebelumnya saya ucapkan Salam Kenal , saya asal Bandung, posisi saat ini sedang kuli di Temagapura Papua, salah satu habitat Baramudi yg relatif masih melimpah. Hobby,
tentunya Mancing: Troling, Poping, Dasar dan Casting (yang paling digemari). Saya belum pernah casting Baramundi di kolam, tapi menurut para angler, Casting Baramundi di Kolam atau di sungai sama saja. Para angler percaya,
kunci sukses Casting Baramundi adalah dengan mengetahui kenapa Ikan “Baramundi” menghajar lure kita.
1st Lapar – ikan sedang lapar (semua mahluk kalau lagi lapar pasti cari makan). Dari pengalaman kami, Baramundi ada yg mendiami tempat tertentu (tidak berpindah) yaitu yang ada di rumpon (Kalau di sungai biasanya ada di sekitar
kayu/pohon yang rubuh), Penghuni tetap ini bisasanya Baramundi yg masih kecil-kecil (dibawah 5 Kg) mereka mendiami rumpon utk ngintip ikan kecil dan berlindung dari predator. Ada juga Baramundi yang mobile, Kelompok ini
biasanya besar-besar (diatas 5 Kg), akan bergerak kalau air sedang pasag naik (terutama kalau air naik di pagi hari), suhu air cukup hangat dan jernih. Kelompok ini akan bergerak dari hilir/muara ke hulu sungai mengikuti air asin dari
laut yang bergerak ke hulu. Baramundi paling senang bermain waktu air di puncak pasang, air agak tenang dan sedikit bergoyang ( Masyarkat papua bilang air konda). Kiatnya lempar dari tengah sungai ke pinggir dimana disana ada
rumpon. Tarik pelan-pelan, sekali-sekali berhenti satu putaran untuk memberi kesempatan Baramundi yang ragu menghajar lure kita.
2nd Habitatnya terganggu. – Para angler ada yg berpendapat waktu lure kita dihajar ikan, bukan berarti ikan tsb sedang lapar, tapi ikan merasa terganggu, karena ada ikan lain yang masuk ke habitatnya. Kiatnya, lempar lure kita ke
hot spot dari jarak yang agak jauh dengan lintasan lure seperti busur/parabola sehingga waktu jatuh ke air menimbulkan bunyi yang cukup keras, yang bisa menyebabkan mereka terganggu.
3rd Ganas tapi Pemalu - Baramundi tidak seperti GT, Kuwe, Barakuda, Tongkol/Cakalang atau Kelompok ikan permukaan lainnya, dimana mereka berani menghajar umpan kita (popper) diatas permukaan air, sedangkan Baramundi
termasuk ikan kelompok tengah biasanya baru berani menghajar lure kita 1 meter dibawah permukaan air. Kiatnya, gunakan Lure floating, yaitu lure jenis mengambang dan hanya masuk ke dalam air waktu kita tarik. Sesuaikan lure
yang kita gunakan dengan kedalaman air.
4th Buta Warna – Menurut para pakar mancing, sebenarnya ikan itu buta warna, mereka hanya bisa melihat warna sebagai (nuansa) hitam - putih / gelap - terang. Dari pengalaman warna yang disukai adalah lure yang bagian
bawahnya berwarna kuning atau merah (nuansa terang) dan bagian sampingnya warna hologram (terang). Bagian atas warna gelap spt biru atau warna gelap lainnya. Saya biasanya menggunakan floating lures, Australian hand made.
5th Teori Kebetulan – dari pengalaman kami, tidak ada yang jago Casting, Kenapa lure kita di hajar ikan, karena kebetulan lure kita dilempar dengan cara yang benar ke tempat dimana diperkirakan ada ikannya pada waktu yang tepat.
6th Kata Kunci – Kata kuncinya agar sukses casting hanya 3 kata: LEMPAR DAN LEMPAR
Salam -
12 Suka2 Komentar1 Kali Dibagikan
Sustainable Barramundi Fish Farming, by Clay Ferguson
It took thousands of years for the world human population to reach 1 billion people, and in the past 200 years it grew sevenfold (UNFPA 2016). In an inevitable reaction to this growing revolution, man has
revolutionized simple fishing and netting techniques into complex controlled systems of domestication, called aquaculture. Aquaculture quickly became popular throughout the world with many species for the
main reason that there was no laborious and time consuming ‘fishing’ involved. However, in today’s society, aquaculture has taken on a different role in which its main purpose is to help sustain and subsidize for
the huge biomass we exploit every day. Although aquaculture practices have changed dramatically through their existence, the species domesticated have not varied much. Since the common carp’s first
application to aquaculture, species including mussels, shrimp, catfish, tilapia, salmon, trout, bass, and other fin fishes have made their names in the list of cultivable species (Rabanal 1988). All species have a
relative aquaculture weaknesses be it temperature or pH tolerance, feed to growth ratio, or even stress. Tilapia have been a top species choice for many aquaculturalists due to their hardiness, growth rate, and
stress tolerance, but the Barramundi (Lates calcarifer) has begun to shine where even the tilapia has not. Barramundi seem to have a positive reaction in every checklist aquaculturalists have for potential species.
They are hardy like the tilapia, taste like a cross between a snapper/grouper and halibut, contain optimum omega-3 levels with minimal negative omeg-6 levels, are omnivorous, can be raised without hormones,
and most of all has one of the quickest food to growth ratios of any domestic species (Briter 2014). The barramundi has taken off across the world as a premier species suited for aquaculture because of these
reasons and as scientists and farmers look to enhance the successful applications of this fish, developmental questions arise as to what farming strategies or even what environmental conditions when applied to
barramundi culture will produce the best quality sustainable fish.
Barramundi can be found in Southeast Asia down to Australia. They are oviparous fish
that will lay millions of small pink eggs, which hatch within 15 to 20 hours (Thorne 2011). All
barramundi start their lives male and in fresh water river systems, living there for a few breeding
seasons before venturing to brackish or saltwater. Females do not appear until around the age of
3 or 4 creating a rather unique social and reproductive system. They grow rapidly averaging
around the 1.5:1 kilogram of food to kilogram of weight growth in captivity (Thorne 2011).
Captive barramundi have been found to have higher omega-3 and better omega 3-6 ratios than
their wild counter part (Nichols et al 2014). These two attributes both create high demand from
consumers choosing the healthy fish and benefit farmers because they see faster money return
compared to other species. Barramundi demand a high protein diet for optimum growth,
although scientists are attempting to reduce the reliance on wild caught fish as food. Achieving a
truly sustainable farm requires research that can maintain high growth rates and taste, but not
exacerbate already diminished primary consumers of our oceans.
There are many aspects that have yet to be analyzed to increase the sustainable level of
farming this fish. Experiments are continuing to be funded for barramundi aquaculture research
regarding challenges of manufacturing the best feed or even what water salinity yields the best
tasting, growing, and healthiest fish. Australian Farmer Kel Gordon has designed an aquaculture
system that grows quality barramundi but also rids of time and money a farmer has to invest in
his system. His Pod system needs no pumps, is vertically integrated, overcomes cannibalism,
limits stress to a minimum, and has been proven to return 37% profit within second year (Gordon
1999). Engineering ingenuity that saves farmers money while at the same time builds off of the
ecological strengths of the barramundi is rapidly labeling fish farming as an efficient and
sustainable practice. This is crucial since farming fish relies completely on what consumers think
of every aspect of the system. Looking beyond aquaculture RAS techniques, barramundi are
now being trialed with past successful aquaponic plant species in fresh water systems. This
conflicts with farmers who prefer salt water to produce best barramundi flavors, since they will
not have the option of the highly desired freshwater plant species like tomatoes, lettuce, and
strawberries (Diver 2006). This has opened a window for marine vegetation such as kelp and
seaweed that has recently grown into a high demand international market. Establishing an
aquaponics system can be expensive therefore setting up an aquaponics system that utilizes
barramundi waste to produce additional profit is wise. Government subsidies are often provided
if certain standards are met and if alternative energy like solar or geothermal are used in the RAS
(Barclay 2015). In order to keep up with the increasing human population, it is of utmost
importance that farming becomes sustainable, utilizing every phase of the system while reducing
the amount of land needed. Although there is much research and technological advancements to
come, the barramundi seems to be the future of sustainable aquaponic farming.
BAB I
PENDAHULUAN
Pembenihan kakap putih telah dikenal sejak tahun 1970 di Thailand, dan
pengembangan secara missal menggunakan rekayasa teknologi berupa
pemakaian hormone mulai dilakukan tahun 1980-an. Hasil ini ternyata
mampu memberikan alternative yang baik untuk kegiatan pembenihan,
khusunya untuk penyediaan benih secara berkesinambungan.
Class : Pisces
Ordo : Perchomorphi
Family : Centropomidae
Genus : Lates
1.3 Reproduksi
Berdasarkan siklus reproduksinya ikan Kakap Putih merupakan
hermaprodit protandri, yaitu pada awal fase reproduksinya mempunyai
kelamin jantan kemudian berubah kelamin menjadi betina. Testis mulai
terbentuk pada ukuran panjang total antara 25-35 cm. pada daerah yang
dekat dengan garis equator pematangan seksual jantan terjadi lebih awal
dibandingkan berada jauh dari garis equator. Di Australia Utara dan
Indonesia pematangan kelamin jantan terjadi pada umur 1-2 tahun
(panjang total ± 29 cm), sedangkan di Queensland pada umur 3-5 tahun
atau pada saat panjang total mencapai 53-60 cm (Davis, 1986).
BAB II
PRODUKSI TELUR
2.1 Penyediaan Induk
Keberhasilan dalam pembenihan ikan terutama tergantung pada
ketersediaan induk matang telur dengan mutu yang baik, yang mampu
manghasilkan ikan yang cepat tumbuh dengan tingkat kelangsungan hidup
yang tinggi. Induk-induk dapat diperoleh baik dengan cara menangkapnya
dari alam atau memeliharanya dari ukuran benih yang ditebar di kolam
atau di karamba jarring apung.
Induk dari alam ini biasanya berasal dari tangkapan pada musim
pemijahan dengan menggunakan jaring insang bermata jaring 8-10 cm.
Induk kakap putih yang tertangkap kemudian dipelihara di karamba jaring
apung atau di bak pemeliharaan.
Induk-induk kakap putih dapat diperoleh dari hasil pembesaran benih yang
berasal dari unit pembenihan atau pengumpulan dari alam. Induk-induk
tersebut akan siap untuk pemijahan pada akhir taun ketiga pemeliharaan
ketika induk telah mencapai panjang total lebih dari 50 cm dengan berat
diatas 3 kg.
2.4 Pemijahan
Induk kakap putih dapat dirangsang untuk memijah di lingkungan
pemeliharaan dengan rangsangan hormone, manipulasi lingkungan atau
mijah secara alami. Sebulan sebelummusim pemijahan induk-induk ikan
dipindahkan kedalam bak pemijahan dengan kepadatan 2-5 kg/m dan 3
pemijahan tetap bermutu baik bila dilakukan pengaliran air terus menerus
sehingga dalam satu hari total penggantian air mencapai 200-300%.
Apabila mutu air dan lingkungan dalam bak pemijahan baik dan
pemberiann pakannya baik, induk-induk ikan betina secara bertahap akan
terlihat membengkak dibagian perutnya dan berenang secara perlahan.
Kira-kira 1-2 minggu sebelum memijah, induk-induk ikan betina
memisahkan diri dari gerombolannya dan kegiatan makannya berkurang,
sedangkan induk jantan bergerak aktif seperti biasanya.
Satu bulan sebelum musim pemijahan induk ikan yang sudah dipilih
dipindahkan ke bak pemijahan.Kepadatan induk sekitar 1-2
Kg/m .Salinitas awal dalam bak pemijahan harus disamakan dengan
3
pergantian air setiap hari.Kira kira 60% air diganti setiap hari sampai
mencapai 30-32 / .Perubahan salinitas merupakan rangsangan alami ikan
0 00
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kegiatan budidaya
organisme akuatik terutama budidaya ikan mulai beralih dari sistem tradisional ke
sistem intensif. Budidaya perikanan intensif yang menggunakan padat penebaran dan
dosis pakan yang tinggi, berakibat pada cepat menurunnya kualitas air budidaya karena
tingginya buangan metabolit dan sisa pakan. Dekomposisi metabolit dan sisa pakan
menghasilkan produk sampingan yang sangat toksik yaitu amoniak (Sidik, et al., 2012).
Menurut Hepher dan Pruginin (1981) dalam Effendie, et al(2006), peningkatan
kepadatan akan diikuti dengan penurunan pertumbuhan (critical standing crop) dan
pada kepadatan tertentu pertumbuhan akan berhenti (carrying capacity). Untuk
mencegah terjadinya hal tersebut, peningkatan kepadatan harus disesuaikan dengan
daya dukung (carrying capacity). Faktor-faktor yangmempengaruhi carrying
capacity antara lain adalah kualitas air, pakan dan ukuran ikan. Pada keadaan
lingkungan yang baik dan pakan yang mencukupi, peningkatan kepadatan akan disertai
dengan peningkatan hasil (produksi).
Kualitas suatu perairan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap
survival dan pertumbuhan makhluk hidup di perairan itu
sendiri. Lingkungan yang baik (hiegienis bagi
hewan diperlukan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya (Minggawati dan
Saptono, 2012).
1.2 Tujuan
1) Untuk mengetahui pengaruh ammoniak terhadap pertumbuhan dan perkembangan ikan
2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terdapatnya ammoniak dalam suatu
perairan
3) Untuk mengetahui dampak negatif dan positif terhadap keberadaan ammoniak di
perairan
4) Untuk mengetahui kisaran ammoniak yang baik untuk budidaya perairan
1.3 Manfaat
Manfaat dari makalah pengaruh Ammoniak terhadap Pertumbuhan ikan atau
udang yaitu untuk mengetahui dan memberikan informasi kepada masyarakat dan
lembaga terkait mengenai kadar optimum untuk pertumbuhan ikan dan udang, juga
manfaat dan kerugian terhadap keberadaan ammoniak dalam perairan.
2. TINJAUAN PUSTAKA
3. PEMBAHASAN
Kadar ammoniak dalam jumlah tertentu secara tidak langsung sangat dibutuhkan
oleh pertumbuhan ikan ataupun udang, karena ammoniak dalam bentuk ammonium
dimanfaatkan oleh tumbuhan air dengan proses asimilasi, yang nantinya tumbuhan air
tersebut akan menyumbangkan oksigen dalam proses fotosintesis. Kandungan
ammoniak juga menjadi sumber energi bagi mikroorganisme untuk melakukan proses
perombakan ammoniak menjadi nitrit dan merombak menjadi nitrat. Kandungan nitrat
tersebut dibutuhkan untuk menumbuhkan pakan alami, yang akan dimanfaatkan oleh
ikan atau udang untuk pertumbuhannya.
Nitrosomonas
NH3 NO2-
Nitrobacter
NO2- NO3-
Ammoniak dalam suatu perairan dalam jumlah yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan rusaknya sistem pernapasan dan toksik bagi ikan ataupun udang,
sehingga menyebabkan nafsu makan ikan atau udang turun dan dapat menyebabkan
kematian. Maka dari itu, perlu dilakukan pergantian air yang teratur
Penggunaan kolam intensif sekarang banyak digunakan oleh petambak karena
tidak adanya lahan untuk budidaya dan juga meningkatkan produktivitas. Akan tetapi,
budidaya di kolam intensif dapat dengan cepat menurunkan kualitas perairan karena
dalam budidaya intensif padat penebaran tinggi dan pemberian makanan tambahan
juga tinggi karena pakan alami yang ada di perairan tersebut tidak dapat mencukupi
sehingga banyak sisa pakan dan feses yang menyebabkan timbulnya ammoniak dalam
suatu perairan. Apabila kualitas perairan tidak dikontrol maka pertumbuhan udang atau
ikan akan terganggu.
Dari grafik di atas, bahwa jika padat penebaran tinggi makan konsentrasi
ammoniak juga semakin tinggi, hal ini disebabkan karena banyaknya buangan metabolit
seperti feses maupun sisa pakan. Menurut Hirayama 1970; Spotte 1979 dalam Sidik, et
al., 2002, padat penebaran berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap laju oksidasi
amoniak, laju oksidasi nitrit dan laju nitrifikasi. Baik laju oksidasi amoniak, laju oksidasi
nitrit, maupun laju nitrifikasi meningkat dengan meningkatnya padat penebaran yang
secara tidak langsung berkaitan dengan makin meningkatnya buangan metabolit dan
sisa pakan di dalam sistem budidaya. Dekomposisi metabolit dan sisa pakan yang
meningkat akan meningkatkan konsentrasi amoniak di dalam sistem.
Padat penebaran yang tinggi akan mengakibatkan penurunan pertumbuhan ikan
dalam budidaya, karena terbatasnya ruang gerak ikan dan juga persaingan dalam
memperebutkan makanan dan oksigen dalam perairan. Kualitas perairan dalam suatu
perairan harus dikontrol terutama keberadaan ammoniak karena akan mempengaruhi
pertumbuhan ikan, karena keberadaan ammoniak yang tinggi akan dapat menimbulkan
tumbuhnya penyakit dan tentunya akan menghambat pertumbuhan ikan atau udang.
Menurut Sutomo (1989), efek subletal ammonia terhadap ikan adalah terjadinya
penyempitan permukaan insang, akibatnya kecepatan proses pertukaran gas dalam
insang menjadi menurun. Selain itu efek lainnya adalah terjadinya penurunan jumlah
sel darah, penurunan kadar oksigen dalam darah, mengurangi ketahanan fisik dan daya
tahan terhadap penyakit, serta kerusakan struktural berbagai jenis organ tubuh
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Amonia merupakan hasil katabolisme protein yangdiekskresikan oleh organisme d
an merupakan salah satu hasil dari penguraian zat organik oleh bakteri.
Faktor terdapatnya amoniak di perairan disebabkan oleh feses ikan, sisa pakan, dan
bahan organik yang tersuspensi.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan adalah faktor internal (keturunan, usia,
jenis kelamin, kemampuan mencerna makanan, kekebalan tubuh) dan faktor eksternal
(kualitas fisika dan kimia air, ruang gerak, ketersediaan nutrien dan penyakit).
Nilai amoniak yang optimum untuk pertumbuhan ikan adalah 0,1 mg/l
Amonia dalam bentuk amonium dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan air melalui proses
asimilasi dan energi untuk mikroorganisme dalam merombak amoniak menjadi nitrit
dan nitrat, akan tetapi apabila berlebihan dapat menjadi toksik yang dapat
menyebabkan proses pernapasan terganggu dan menyebabkan kematian
Keberadaan amonia juga disebabkan oleh padat penebaran, semakin tinggi padat
penebaran maka kadar amonia dalam suatu perairan juga semakin tinggi.
4.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis mempunyai banyak kekurangan sehingga
kami mengharapkan penulisan yang lebih baik untuk karya ilmiah selanjutnya. Dan para
pembaca khususnya dosen pengajar untuk memberikan bimbingan agar tidak terjadi
kesalahan dalam penulisan karya ilmiah selanjutnya
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch) merupakan komoditas perikanan yang
mempunyai nilai ekonomis tinggi. Ikan ini banyak digemari baik untuk di konsumsi
masyarakat atau sebagai komoditi ekspor. Beberapa negara Asia Pasifik yang telah
Produksi ikan kakap putih di Indonesia sebagian besar masih dihasilkan dari
penangkapan laut dan hanya beberapa saja diantaranya yang telah dihasilkan dari hasil
budidaya akan tetapi, permintaan ikan kakap putih, baik untuk kebutuhan dalam negeri
dalam ukuran yang dapat mengikuti perkembangan pasar maka upaya memproduksi
karena di dukung oleh potensi perairan kita yang cukup luas baik perairan laut, payau,
maupun perairan tawar. Adapun sifat-sifat biologi yang dimiliki ikan kakap putih
perubahan salinitas (euryhaline), selain itu ikan ini mampu tumbuh dan berkembang
dengan baik dan cepat apabila dipelihara dalam lingkungan yang cocok.
Dalam usaha budidaya ikan kakap putih salah satu faktor yang mendukung
dalam keberhasilan adalah ketersediaan benih ikan dalam jumlah yang cukup,
usaha peningkatan produksi benih ikan kakap putih untuk menunjang kebutuhan
benihnya. Salah satu upaya tersebut ialah dengan melakukan perekayasaan produksi
benih ikan kakap putih. Perekayasaan produksi benih ikan kakap putih diharapkan
dapat mengurangi ketergantungan kebutuhan benih ikan kakap putih dari alam. Dengan
demikian, produksi benih ikan kakap putih dapat berjalan dengan ekonomis, dan dapat
komoditas perikanan laut yang bernilai ekonomis penting. Untuk komoditas kakap putih,
perbenihannya telah berhasil dilakukan sejak bulan April 1987, dengan rangsangan
hormonal dan perbenihan secara massal telah berhasil dilakukan pada tahun 1988
dengan rangsangan manipulasi lingkungan. Sifat-sifat ikan kakap putih dengan metode
ikan tersebut.
c. Mengetahui teknik perbenihan ikan kakap putih yang diterapkan di Balai Besar
Pengembangan Budidaya Laut Lampung mulai dari teknik pemeliharaan induk, teknik
c. Sebagai bahan masukan untuk peningkatan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi di bidang budidaya pada umumnya, dan perbenihan ikan kakap putih pada
khususnya.
Alasan penyusun memilih judul Perbenihan Ikan Kakap Putih karena ikan ini
merupakan ikan yang ekonomis tinggi, nilai jual cukup mahal dipasaran, mudah dalam
perbenihannya karena ikan ini mampu hidup pada perairan tawar, payau, dan laut dan
penyelesaian laporan. Metode perbenihan ikan kakap putih sangat penting untuk
diketahui dan dipelajari menunjang prospek pengembangan ikan kakap putih di masa
BAB II
A. Keadaan Lokasi
Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung, terletak di kawasan Teluk
Propinsi Lampung yang merupakan bagian dari teluk lampung, dengan posisi 105 °
Jarak Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung dengan desa Hanura
surat melalui kotak pos 74 Teluk Betung, Bandar Lampung 35401. Telepon (0721)
B. Sejarah Singkat
yang di rintis pada awal tahun 1982/1983 dalam bentuk Proyek Pengembangan Teknis
UNDP melalui Seafarming Project INS/81/008 mulai tahun 1983-1989. Proyek ini
Selanjutnya sejak tanggal 1 Januari 2006 Balai Budidaya laut berubah menjadi
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.07/MEN/2006 tentang organisasi dan tata
Sampai saat ini BBPBL Lampung telah mengalami 6 (enam) kali pergantian
organisasi dan tata kerja Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut lampung,
Bagian TU
Sie Standarisasi
Sie. informasi
Bid. Pelayanan Teknis
Sie.Sarana Lab
Sie. Sarana Lapang
Kelompok Jabatan Fungsional ( Perekayasa/Litkayasa/ Pengawas/ PHPI/
Analisis Kepegawaian / Pranata Humas/ Pustakawan
SuBag Keuangan
SuBag Umum
Gambar 1. Struktur Organisasi BBPBL Lampung
Ruang Golongan
No Status Jumlah
IV III II I
1. PNS 13 69 37 5 124
2. CPNS - 1 - - 1
3. Tenaga Kontrak - - 7 2 12
Jumlah 137
Keterangan: Tenaga kontrak 12, Satpam 5, Pengemudi 1, Tenaga Teknis 3, Tenaga Kebersihan 3
F. Fasilitas di BBPBL
berbagai sarana dan prasarana. Sarana dan Prasarana yang dimiliki BBPBL meliputi:
1. Hatchery
laut dan perekayasaan dilakukan di keramba jaring apung yang terdiri dari 2 divisi yaitu
divisi perbenihan dan divisi pembesaran yang terletak di Teluk Hurun, Desa Hanura,
3. Laboratorium
kegiatan analisa parameter kualitas air serta kegiatan kultur pakan alami, pembuatan
o Laboratorium fitoplankton
o Laboratorium zooplankton
4. Perpustakaan
dapat menyediakan kajian dan analisis tentang perekayasaan yang telah dilakukan di
BBPBL Lampung. Perpustakaan ini juga dilengkapi dengan jaringan WiFi yang dapat di
BBPBL Lampung juga memiliki asrama 3 buah yaitu asrama kerapu yang
berfungsi sebagai tempat tinggal sementara untuk para tamu, mahasiswa yang
sebagai tempat tinggal karyawan laki-laki yang belum berkeluarga. Asrama Kakap yang
berfungsi sebagai tempat tinggal sementara untuk para pelajar yang sedang melakukan
6. Ruang Pertemuan
kunjungan resmi atau untuk memberikan pengarahan kepada peserta magang dan
PKL.
7. Jaringan Listrik
Sumber daya listrik berasal dari jaringan PLN distribusi Lampung dengan daya
terpasang sebesar 200 KVA untuk lokasi di BBPBL sedangkan untuk menanggulangi
KVA sebanyak 1unit, 100 KVA sebanyak 2 unit dan 50 KVA 1 unit.
8. Sistem Pengadaan Air
a. Air laut
Air laut dipompa dengan menggunakan pompa sentrifugal 8 unit yang di lakukan
secara bergantian, 6 unit pompa di gunakan untuk kegiatan perbenihan dan 2 unit
pompa di gunakan untuk kegiatan budidaya. Ada 2 pompa sentrifugal yang juga
dipergunakan secara bergantian yang berfungsi untuk memompa air laut dari bak
tandon pada kegiatan budidaya ke bak-bak gelondongan benih khusus untuk kegiatan
budidaya.
Pompa tersebut mempunyai inlet dan outlet berupa pipa PVC berdiameter 4
inchi. Saluran inlet mempunyai panjang 300-600 m dari garis pantai yang setiap ujung
pipa disambung dengan pipa berdiameter 4 inchi dan saringan air yang terbuat dari
pipa PVC berdiameter 4 inchi yang di beri lubang pada sekeliling permukaannya.
sentrifugal yang di hubungkan dengan filter tank yang berbentuk bulat dan berisi pasir
kwarsa. Air laut yang disaring melalui filter tank di tampung dalam bak tandon utama
kemudian dialirkan secara gravitasi melalui jaringan distribusi air laut untuk memenuhi
b. Air Tawar
bersumber dari sumur bor dengan kedalaman 125 m yang terletak ±200 m. Air itu di
pompa di alirkan ke bak tandon tempat penampungan air tawar dan selanjutnya di
alirkan ke unit- unit perbenihan dan rumah karyawan melalui pipa distribusi air tawar.
Air tawar ini tidak layak untuk di konsumsi manusia karena mengandung kadar besi
Bak tandon yang digunakan sebagai penampungan air laut yang di pakai di Balai
m3 yang terbagi dalam 2 bagian, di mana 1 bak tandon mempunyai kapasitas sebesar
100 m3. Pada tiap tandon dilengkapi saluran inlet dan outlet yang tebuat dari pipa PVC
berukuran 3 inchi. Keseluruhan bak tandon di beri atap, yaitu asbes agar mengurangi
intensitas cahaya yang dapat masuk sehingga mengurangi pertumbuhan lumut. Serta
dengan adanya bak tandon dapat dihindari terbakarnya elektro motor pompa akibat
a. Filter Hisap
mencegah terhisapnya bagian kasar yang terdapat dalam sumber air. Filter ini juga di
kenal dengan nama Giant Filter.Filter ini memanfaatkan pasir dasar laut sebagai filter.
Bahan pembuat Giant Filter adalah pipa paralon yang di lubangi seluruh
permukaannya. Pipa paralon di bungkus dengan ijuk untuk mencegah agar pasir tidak
masuk ke dalam pipa. Agar ijuk tidak mudah lepas, maka di bungkus dengan
menggunakan kasa nyamuk. Setelah itu, pipa tersebut ditanam horisontal sedalam ± 1
terendahpipa tetap terendap air. Pipa dihubungkan dengan pompa yang terletak
didarat.
b. Filter Buang
Upwelling filter adalah saringan pasir yang di letakkan pada bagian outlet pipa.
Filter yang dugunakan ada dua tipe yaitu filter terbuka dan filter tertutup terbuat dari
bahan fiber glass. Bahan penyaringnya adalah pasir. Filter buang sistem tertutup
berukuran 1-2 m3 dan di gunakan untuk kultur plankton. Sedangkan filter terbuka di
11. Blower
jenis root blower dan vortex blower sebagai sumber aerasi yang digunakan selama 12
jam secara bergantian agar blower tidak cepat rusak. Ke 6 unit blower tersebut terbagi
dalam tiga tempat yaitu di bak aklimatisasi kakap putih (untuk memenuhi perbenihan
kakap ( untuk memenuhi kebutuhan laboratorium ikan hias) dan untuk kegiatan
budidaya.
besi yang di sambung dengan pipa PVC. Penggunaan pipa besi ini adalah untuk
mencegah kerusakan pipa karena pada awal udara mengalami peningkatan suhu.
banyak lilitan yang dapat mempengaruhi tekanan udara. Untuk mengatur besarnya
volume udara yang keluar dari saluran distribusi, digunakan regulator yang terbuat dari
plastic. Selanjutnya pada ujung selang aerasi menggunakan batu aerasi yang berfungsi
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan kakap putih pertama kali ditemukan di laut Jepang oleh Bloch dan di beri
Tiensongrusme, et, al., 1989 kakap putih ditemukan oleh Bloch dari pedagang belanda
Adapun taksonomi ikan kakap putih adalah sebagai berikut (Kunvankij, et, al.,
1986)
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Pencomorphi
Famili : Centropomidae
Genus : Lates
oleh Tiensorume et.al, 1989 dalam Widiastuti et,al.,1999). Bentuk ikan kakap putih
adalah pipih dan ramping dengan badan memanjang dan ekor melebar, kepala lancip
dengan bagian atas cekung dan menjadi cembung di depan sirip punggung. Mulutnya
lebar, gigi halus dan bagian bawah operculum berduri kuat. Operculum mempunyai duri
kecil dengan cuping bergerigi di atas pangkal gurat sisi. Sirip punggung berjari-jari
keras 7-9 dan 10-11 jari-jari lemah. Sirip dubur dan sirip ekor bulat, sirip dubur berjari-
jari keras 3 dan berjari lemah 7-8. Sirip dada pendek dan membulat. Sisisk ikan kakap
putih bertipe sisik besar. Tubuh berwarna dua tingkatan yaitu kecoklatan dengan bagian
sisi dan perut berwarna keperakan untuk ikan hidup di laut dan coklat keemasan pada
ikan yang hidup di perairan tawar. Ikan dewasa berwarna birukehijauan atau keabu-
B. Siklus Hidup
Ikan kakap putih bersifat euryhaline atau mampu hidup pada kisaran salinitas
yang cukup luas antara 0-35 ppt. Ikan ini merupakan salah satu ikan katadromus. Ikan
dewasa di temukan di muara sungai atau danau.Dimana, salinitas berkisar antara 30-32
ppt dan kedalaman berkisar antara 10-15 m untuk pematangan gonad dan kemudian
melakukan pemijahan. Pergerakan kearah pemijahan terjadi pada akhir musim panas
dan pemijahan terjadi pada musim penghujan. Pemijahan pada musim hujan terjadi
karena salinitas dan suhu merupakan faktor penting yang mempengaruhi siklus
pemijahan (Grey, 1987 dalam Widiastuti et, al, 1999). Larva yang baru menetas (umur
15-20 hari atau 0,4- 0,7 cm) tersebar antara garis pantai hingga payau, sedangkan
larva ukuran 1 cm dijumpai di bagian air payau seperti lading padi / sawah, danau
(Bhatia dan Kunvankij 1971 dalam FAO 2007). Di bawah kondisi alam, ikan kakap putih
tumbuh dalam air payau dan bermigrasi ke air laut untuk memijah.
Penyebaran ikan ini meliputi perairan tropis dan subtropics seperti India, Birma,
Australia. Di Indonesia, penyebaran ikan kakap putih merata hampir di seluruh perairan
Indonesia terutama yang mempunyai muara sungai besar (Mayunar dan Abdul, 2002).
Ikan ini bersifat hermaprodit protandri, yaitu mengalami perubahan kelamin dari
jantan ke betina. Pada waktu masih kecil berjenis kelamin jantan dan setelah usia
matang sekitar 4-5 tahun berganti jenis kelamin menjadi betina. Akan tetapi, tidak
semua induk betina berasal dari induk jantan dewasa mengalami perubahan.
matang gonad yang siap dipijahkan untuk menghasilkan telur (Anindiastuti, 2002).
Keberhasilan produksi telur sangat tergantung dari ketersediaan calon induk, baik
induk adalah yang berbentuk bulat bervolume 50 m 3dengan kedalaman 2,5 - 3,5 m.
Menurut Tiensongrusme dkk (1989) ukuran bak yang baik untuk pemeliharaan induk
yang di gunakan di Asia Tenggara adalah bak berukuran 75-100 m3 dengan kepadatan
1kg/m3 air. Mayunar dan Abdul (2002) menyatakan bahwa pemeliharaan induk
menggunakan sistem air mengalir dengan pergantian air sebanyak 150-200% perhari,
pemberian pakan yang bermutu sebanyak 2-4% dari bobot biomassa per hari dan
perlakuan hormon dengan tetap harus mempertimbangkan mutu, jumlah pakan serta
diameter telur saat pengecekan dan jenis hormone yang digunakan untuk perlakuan
lesitin dan asam lemak tak jenuh rantai panjang dalam jumlah yang memadai.
D. Seleksi Induk
Calon-calon induk harus diseleksi terlebih dahulu. Induk yang di pilih sebaiknya
adalah induk yang tidak cacat, sisiknya utuh, tanpa luka pada badan dan sirip. Induk
persatu ke dalam wadah yang berkapasitas 100 l yang di isi air laut dan di beri obat
bius seperti polietilen glikol monofenil eter atau minyak cengkeh sebanyak 1 sendok
(10-15 ppm) atau ekstrak biji karet 1-10 ppm atau pembius lainya (Kordi K,2008).
Ikan jantan memiliki tubuh yang lebih langsing dari pada induk betina.
Ikan betina lebih berat dari ikan jantan, walaupun ukurannya sama.
Sisik-sisik dekat lubang pembuangan pada induk jantan lebih tebal dari pada induk
Menurut Mayunar dan Abdul (2002). Perbedaan jantan dan betina dapat dilihat
dengan cara kanulasi untuk induk betina danstripping untuk induk jantan.Kanulasi untuk
induk betina dilakukan dengan cara memasukkan selang yang berdiameter ±1,2 mm
sedalam 6-7 cm ke dalam saluran telur.Telur yang telah matang umumnya berdiameter
0,45-0,65 mm, bentuk spherical dan terurai atau tidak saling menempel satu sama lain.
Untuk induk jantan, sperma yang di hasilkan berwarna putih dan tidak encer
(DEPTAN,2005).
E. Pemijahan
Pemijahan ikan kakap putih dapat di lakukan dengan 2 metode, yaitu pemijahan
1. Ransangan Hormonal
punggung sebanyak 1-2 kali dengan menggunakan HCG dan puberogen dengan dosis
masing-masing 250-500 IU dan 50-75 IU/ kg bobot induk. Biasanya 24 jam setelah
kedua dengan menggunakan hormone yang sama dengan dosis dua kali lipat.
Biasanya, pada sore atau malam harisetelah penyuntikan, induk akan memijah
(Mustamin,et,al., 1999). Pemijahan berlangsung pada malam hari (Kordi K,2008). Akan
pemijahan dengan ransangan hormonal tidak pernah di lakukan, Pemijahan induk yang
2. Manipulasi Lingkungan
pada perubahan suhu dan kadar garam. Pemijahan dilakukan dengan mengikuti siklus
peredaran bulan yang bisa terjadi dua kali dalam sebulan yaitu pada bulan gelap dan
Menurunkan tinggi air dan menambahkan secara tiba-tiba untuk memberi ransangan
F. Penetasan Telur
Telur ikan kakap putih hasil pemijahan di seleksi terlebih dahulu. Telur yang
dibuahi dan yang berkualitas baik akan mengapung di permukaan air, permukaanya
licin, transparan bagian dalam sedikit, berongga dengan diameter 0,69-0,80 mm.Telur
G. Pemeliharaan Larva
persiapan bak, pemberian pakan hidup maupun pakan buatan, dan pengelolaan
SNI (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan dan kelansungan hidup ikan kakap
putih sangat di pengaruhi oleh umur, ukuran, tempat pemeliharaan, lingkungan, pakan
fiberglass yang sebelumnya dicuci dan direndam dengan kaporit 25-100 ppm. Lama
perendaman minimal 12 jam (Mayunar dan Abdul, 2002). Larva di tebar ke dalam bak
larva kakap putih mulai di berikan pada saat larva berumur 2 hari (D2) sebanyak 3-5
ind/ml, umur D7-D20, pemberian di tingkatkan menjadi 10-20 ind/ml. Mulai D15,
ind/ml. Pada umur D25-D35, larva di beri pakan tambahan berupa pellet. Adapun jadwal
pemberian pakan larva berdasarkan umur seperti yang diterangkan oleh DEPTAN
0 3 10 20 30 40
Keterangan:
Rotifera
Artemia
Pellet
Pengelolaan air untuk pemeliharaan larva dilakukan dengan cara pergantian air.
dilakukan atau dilakukan dengan sistem air tenang. Pergantian air mulai dilakukan pada
saat larva berumur 7 hari (D7) sebanyak 5-10 % dari volume tergantung kondisi air dan
larva. Pergantian air dilakukan pada pagi hari dengan cara membuang air
menggunakan selang, pada ujungnya diberi saringan. Ketika mulai diberikan pakan
buatan, pergantian air dilakukan dengan sistem pengairan di ubah menjadi sistem air
mengalir. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan kualitas air akibat pakan buatan
yang tidak termakan. Jika dianggap perlu, untuk mempertahankan kualitas air, pada
bak pemeliharaan larva dimasukkan bakteri probiotik yang tidak berbahaya bagi larva.
Selain pergantian air, pada saat D25 ketika larva mulai diberikan pakan buatan
pemeliharaan larva adalah 29-33 ppt dengan temperature antara 27-31 °C. Menurut
Soetomo (1997) mengenai kisaran pH yang abik bagi pertumbuhan benih ikan kakap
putih adalah 7,8 -8,5, untuk pH di atas 9,5 akan dapat mengganggu pertumbuhan larva
dan untuk pH dibawah 4 atau di atas 11dapat menyebabkan kematian bagi larva yang
dipelihara.
H. Pendederan
dilakukan pada pagi atau sore hari untuk menghindari stress karena kondisi lingkungan
biarkan selama 15-30 menit. Hal ini terutama dimaksudkan untuk menjaga perubahan
suhu dan tekanan udara terhadap benih tidak berubah secara mendadak.
memangsa ikan yang lebih kecil tetapi tidak akan terjadi pada ikan yang ukurannya
lebih banyak terjadi pada waktu dini dan senja hari bila intensitas cahaya rendah dan
bila aliran air lambat. Untuk mengurangi sifat kanibalisme tersebut maka perlu dilakukan
1. Grading
dapat diperkecil karena pada umumnya benih yang berukuran lebih kecil akan kalah
(DEPTAN, 2001).
2. Pemberian Pakan
Pada awal tahap pendederan, benih kakap putih yang berumur 32 hari diberi
pakan pellet love larva no.2 dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari secara
adllibitum atau sampai kenyang. Hal ini sesuai dengan pendapat Anindiastuti (2002)
kegiatan pendederan karena benih akan makan terus menerus pagi dan sore hari.
Seiring bertambahnya umur dan ukuran ikan, maka pakan yang diberikan ukurannya
juga semakin besar. Selama pemeliharaan, pemberian pakan biasanya di tempat ikan
mengumpul. Apabila ikan mulai lapar, ikan kakap putih akan naik ke permukaan air
I. Pengepakan
transportasi benih ikan. Ada beberapa factor yang perlu di perhatikan dalam
1. Kondisi benih
Benih yang akan ditransportasikan harus dalam keadaan sehat dan sebelum
benih ikan tersebut diangkut harus dipuasakan terlebih dahulu sehingga hasil
metabolisme dapat ditekan agar tingkat mortalitas benih saat sampai di tempat tujuan
rendah.
2. Waktu Pengangkutan
dengan suhu media pengangkutan. Waktu pengangkutan benih ikan yang baik adalah
pagi hari atau sore hari dan selama pengangkutan di beri es batu agar suhu tetap stabil.
3. Kepadatan Ikan
Kepadatan yang terlalu tinggi untuk jarak yang cukup jauh akan mengakibatkan
METODE PELAKSANAAN
2012 sampai dengan tanggal 31 Mei 2012 bertempat di Balai Besar Pengembangan
Desa : Hanura
Kabupaten : Pesawaran
Propinsi : Lampung
B. Metode pelaksanaan
Metode kerja yang digunakan dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapang di Balai
a. Pengumpulan data primer, yaitu dengan melibatkan diri secara langsung untuk
mengikuti dan melakukan seluruh kegiatan perbenihan ikan kakap putih, wawancara
dalam bentuk tanya jawab bersama pimpinan operasional, teknisi lapangan, staff
Budidaya laut (BBPBL) Lampung terutama yang tidak diikuti oleh pelajar.
perbenihan ikan kakap putih atau dengan melakukan studi pustaka.Untuk mencari
BAB V
memudahkan dalam pengumpulan telur dan sirkulasi air media akan lebih sempurna.
Pada bibir bak pemijahan atau bak induk bagian bawah terdapat pipa PVC berukuran ¾
inci yang mengeliling bak dan berfungsi sebagai pipa aerasi dari blower ke dalam bak.
Pipa tersebut dilubangi sebanyak 7-8 buah dan di pasang selang yang terbuat dari
plastic dan karet sepanjang ±1,5 m yang di beri batu aerasi dan timah pemberat.
Pada bak induk juga dilengkapi pipa pembuangan yang terletak pada dasar
bagian tengah untuk mengeluarkan kotoran. Pengeringan dan pergantian air. Bak induk
matahari.
terbuat dari bahan asbes yang tidak tembus cahaya yang dikombinasikan dengan
beberapa atap transparan untuk pemasukan cahaya matahari. Hal ini disesuaikan
karena larva peka terhadap intensitas cahaya yang terlalu tinggi. Selain itu bak larva
juga ditutup dengan plastic atau terpal berwarna gelap. Penutupan bak juga berfungsi
penumpukan kotoran pada pori-pori atau sudut-sudut, maka permukaan bak dibuat
Bak larva juga dilengkapi dengan bak panen yang berada tepat dibagian pipa
C. Bak Pendederan
Bak pendederan atau bak pemeliharaan benih kakap putih terdiri dari 16 bak
beton dan 6 bak fiber yang berbentuk persegi 4 berkapasitas 4 m 3. Bak pendederan
dilengkapi dengan inlet, outlet dan masing-masing bak terdapat 2 titik aerasi. Bak ini
kultur ini berada pada bangsal pakan alami. Selanjutnya fitoplankton di kultur pada bak
kapasitas 100 ton. Bak kultur massal dilengkapi dengan saluran inlet yang
menggunakan pipa PVC berukuran 2 inch dan saluran outlet berukuran 3 inch. Saluran
aerasi menggunakan pipa PVC berukuran ¾ inch yang diberi lubang 1,5 m, serta diberi
pembuangan utama. Bak kultur fitoplankton terletak di luar ruangan yang berada di
Bak yang digunakan dalam kultur rotifer ( Brancionus sp.) di BBPBL, lampung
menggunakan bak beton berbentuk persegi panjang pada kultur secara massal. Ukuran
pipa PVC ukuran 2 inch dan pipa PVC ukuran 3 inch untuk saluran outlet. Sistem aerasi
yang digunakan sama dengan sistem aerasi pada bak pemeliharaan larva dan bak
pendederan benih.
Gambar 15. Bak Kultur Massal Zooplankton
Wadah yang digunakan untuk penetasan kista artemia adalah conical tank atau
bak penetasan yang berkapasitas 250 liter dengan tinggi 1 meter dan diameter 0,5 m.
Sebelum digunakan, wadah tersebut dibersihkan terlebih dahulu. Pada bagian tengah
terdapat outlet yang nantinya akan ditutup dengan pipa yang panjangnya sama dengan
ketinggian conical tank. Pada bagian bawah terdapat kran untuk pemanenan. Bagian
atas bak berwarna gelap sedangkan pada bagian bawahnya berwarna lebih terang. Hal
ini didasarkan pada sifat artemia yang menyukai cahaya sehingga memudahkan
pemanenan.
Untuk memudahkan dalam memanen telur ikan kakap putih maka perlu
dipersiapkan wadah berupa egg kolektor yang dilekakkan pada bak penampungan telur
I. Akuarium
J. Filter Air
Filter air yang digunakan di perbenihan Kakap putih berupa sand filter modern
yang penyaringannya disusun atas pasir kwarsa dan arang dari patok kelapa.
Berjumlah dua buah yang digunakan khusus untuk pemeliharaan larva yang dilengkapi
1. Kulkas
2. Lemari
3. Scopnet stainless
4. Scopnet induk
5. Alat sifon
6. Alat Grading
7. Screen net
11. Sikat
15. Gunting
16. Ember
17. Baskom
18. Gayung
19. Serokan
BAB VI
Berhasilnya suatu usaha perbenihan sangat tergantung pada ketersediaan induk yang
Induk kakap putih yang telah dapat dijadikan induk setelah berumur 4-5 dengan
berat rata-rata 4-6 kg.Induk hasil tangkapan tersebut berasal dari nelayan teluk
lampung. Pengangkutan induk hasil tangkapan dari alam dapat dilakukan melalui darat
1. Persiapan Wadah
pengangkutan induk ke bak penampungan sementara yang berupa bak fiber berbentuk
bulat yang bervolume 1 ton. Setelah induk diangkat, pipa outlet yang paling bawah
Setelah itu, bak tersebut disiram dengan larutan kaporit dengan dosis 100 ppm
secara merata. Kemudian bak didiamkan selama ±15 menit. Agar lumut yang melekat
pada permukaan dinding dan dasar bak mati, lalu permukaan bak di sikat dan di
pasangkan aerasi sebanyak 7-8 titik. Setelah itu, bak dibilas dengan air laut bersih dan
pipa outlet kembali di pasang. Bak yang telah bersih tersebut, di isi air laut kembali
sampai ketinggian semula. Bak ini akan digunakan untuk penebaran induk yang telah di
Induk kakap putih yang ada di BBPBL Lampung sebanyak 51 ekor. Banyaknya
penebaran untuk 2 bak masing-masing bak 26 dan 25 ekor. Dari jumlah tersebut pada
bak 5 terdiri dari 14 betina dan 12 jantan. Pada bak 6 terdiri dari 17 betina dan 8 jantan.
Induk jantan memiliki berat rata-rata 4,4 kg dan memiliki panjang rata-rata 61,3 cm.
Sedangkan induk betina memiliki berat rata-rata 5,4 kg dan memiliki panjang rata-rata
3. Seleksi Induk
Seleksi induk dilakukan untuk mengetahui kematangan gonad ikan. Metode yang
di lakukan adalah metode kanulasi untuk induk betina dan stripping ( pengurutan) untuk
induk jantan.
Sebelum diseleksi, induk diangkat terlebih dahulu dari bak induk dan
dipindahkan sementara ke dalam bak fiber yang bervolume 4 ton. Dan pada bak fiber
lain bervolume 1 ton dilarutkan obat bius dengan menggunakan larutan ethyleneglicol
dilakukan untuk mengurangi tingkat stress ikan pada saat diseleksi. Kemudian ikan
dimasukkan ke dalam bak fiber berisi obat bius satu per satu. Kegiatan selanjutnya
adalah pengamatan genital dan kematangan gonad, pengukuran tubuh induk yang
meliputi panjang dan berat serta memasukkan chip ke dalam tubuh induk.
Adapun ciri-ciri induk jantan adalah umumnya mempunyai bentuk tubuh lebih
kecil dan perut ramping, untuk induk betina ciri-cirinya adalah ukuran tubuh lebih besar
dan perutnya buncit. Untuk pengamatan genital, induk jantan memiliki 2 lubang yaitu
lubang anus dan lubang sperma, sedangkan induk betina memiliki 3 lubang yaitu
gonadnya, induk jantan yang matang gonad atau yang berisi apabila di stripping (diurut)
akan mengeluarkan cairan sperma yang berwarna putih agak kekuningan dan kental.
Sedangkan untuk induk betina dilakukan dengan memasukkan selang kanula ke dalam
saluran telur (oviduct) dengan kedalaman 5-6 cm, lalu dihisap. Apabila terdapat telur
pengukuran panjang dan berat induk. Untuk pengukuran panjang dilakukan dengan
bagian belakang sirip punggung dengan menggunakan alat suntik, kemudian dideteksi
dibersihkan dan diisi air laut dengan ketinggian minimal sudah mencapai 50 cm. Air
terus dialiri ke dalam bak dan diberi aerasi dan induk akan sadar beberapa saat
kemudian.
Adapun hasil seleksi induk yang di lakukan penyusun pada saat melaksanakan
Tabel 3. Hasil Seleksi Induk Kakap Putih Bak 5 Pada Tanggal 5 Maret 2012
No Berat (kg) Panjang (kg) Jenis Kelamin Nomor Chip
1 5 62 Betina 1318010131
2 5,4 55 Betina 1318010133
3 3,5 58 Jantan 1318010123
4 3,5 57 Jantan 1318010124
5 4,4 65 Betina 1318010122
6 4 61 Betina 1318010127
7 4,5 63 Betina 1318010126
8 5 63 Betina 1318010135
9 3,8 56 Betina 1318010130
10 4 62 Jantan 1318010134
11 4,5 61 Betina 1318010140
12 3,4 58 Jantan 1318010132
13 4,3 62 Jantan 1318010121
14 3,5 58 Betina 1318010138
15 4 60 Jantan 1318010137
16 4,5 64 Betina 1318010128
17 5,5 69 Betina 1318010125
18 4,8 64 Jantan 1318010129
19 5,5 69 Betina 1318010139
20 4,9 66 Jantan 1318010136
21 3,5 56 Jantan 1318010152
22 3,8 58 Betina 1318010160
23 4,4 63 Jantan 1318010154
24 4 60 Betina 1318010148
25 4,5 64 Jantan 1318010144
26 4 60 Jantan 131801159
Tabel 4. Hasil Seleksi Induk Kakap Putih Bak 6 Tanggal 12 Maret 2012
No Berat (kg) Panjang (cm) Jenis kelamin Nomor Chip
1 4,5 64 Jantan 1318010171
2 8,2 75 Betina 1318010167
3 3,5 60 Jantan 1318010168
4 9 79 Betina 1318010169
5 7,5 74 Betina 1318010164
6 5,5 68 Betina 1318010175
7 5 65 Jantan 1318010174
8 8,9 79 Betina 1318010173
9 4,9 64 Jantan 1318010200
10 4,9 65 Betina 1318010166
11 7 71 Betina 1318010165
12 6 71 Betina 1318010172
13 4,7 64 Jantan 1318010170
14 3,7 85 Betina 1318010178
15 3,8 56 Jantan 1318010162
16 5 65 Jantan 1318010179
17 5,8 65 Betina 1318010176
18 4,9 65 Jantan 1318010161
19 4,9 66 Betina 1318010177
20 7,6 64 Jantan 1318010163
21 4,5 73 Betina 1318010146
22 7,6 64 Jantan 1318010158
23 3,5 75 Betina 1318010153
24 4,5 57 Jantan 1318010142
25 7 63 Jantan 1318010156
4. Teknik Ransangan dan Pemijahan
dan saluran inlet tetap dialirkan selama 24 jam. Pada saat pagi hari sekitar pukul 08.00
WIB setelah pemberian pakan, air dalam bak induk di buang melalui saluran outlet
bagian bawah, sehingga ketinggian mencapai 0,5 m dari dasar bak dan dibiarkan
terkena sinar matahari sehingga terjadi peningkatan suhu air dalam bak tersebut
selama air diturunkan. Inlet tetap di buka, menjelang sore, tepatnya sekitar pukul 15.00
WIB outlet kembali di tutup sehingga air kembali naik memenuhi bak.
Manipulasi ini dilakukan bertujuan untuk membuat kondisi, agar seperti keadaan
di alam. Selain itu, pemberian pakan juga di perhatikan. Pakan yang diberikan
Dari hasil manipulasi lingkungan tersebut bahwa dalam satu bulan induk kakap
putih melakukan dua kali siklus pemijahan yaitu pada bulan gelap dan bulan terang.
Induk kakap putih memijah pada malam hari antara pukul 18.00-22.00 WIB.
Ketika pemijahan berlangsung, induk jantan dan betina akan berenang bersamaan dan
sering membalikkan tubuhnya. Induk betina akan mengeluarkan telur dan induk jantan
Telur-telur yang telah dibuahi akan melayang dan mengapung di permukaan air.
Telur tesebut akan terbawa oleh arus air yang mengalir melalui pipa saluran outlet bak
bagian atas yang berfungsi untuk menghubungkan antara bak induk dan bak
penampungan telur. Didalam bak penampungan telur telah di pasang dengan waring
kolektor telur. Kolektor telur tersebut di letakkan di bawah ujung pipa outlet. Bak
penampungan telur mempunyai saluran pembuangan yang terletak di dasar. Saluran ini
berfungsi sebagai limpasan air agar air pada kolektor telur tidak meluap sehingga telur
Telur-telur yang telah dibuahi akan berwarna bening transparan dan mengapung
di permukaan air, sedangkan telur yang tidak dibuahi akan berwarna putih keruh dan
tenggelam didasar bak. Pemanenan telur kakap putih dilakukan saat pagi hari.
Telur yang telah dihitung dan tertampung dalam kolektor telur diambil dengan
cara diserok lalu ditaruh ke dalam ember yang telah diisi air laut. Setelah itu telur di
menggunakan scoop netkemudian diletakkan sementara pada ember yang telah diisi air
laut lalu kemudian disaring kembali untuk membuang kotoran seperti lumut. Kemudian
dilakukan sebanyak lima titik yaitu pada sudut atas dan tengah kolektor telur. Tiap
sampel yang diambil dan dihitung dengan cara ditebarkan di screen net. Setelah setiap
6. Pemberian Pakan
Pakan merupakan salah satu factor yang sangat berpengaruh untuk kematangan
gonad ikan serta kualitas dan kuantitas telur yang dihasilkan. Pakan yang diberikan
untuk induk kakap putih adalah ikan rucah dan cumi-cumi yang berprotein tinggi dan
berkadar lemak rendah. Jenis ikan rucah yang diberikan berupa ikan kuniran. Pakan ini
dipasok dari tempat pelelangan ikan (TPI) Lempasing yang berjarak ± 4 km dari BBPBL
Lampung. Agar pakan tetap segar, pakan tersebut disimpan dalam freezer.
Gambar 25. Pakan Untuk Induk Kakap Putih
Induk diberi pakan 1 kali sehari yaitu hanya pada pagi hari,dengan prosentase
pemberian pakan 2-3% / Berat Induk. Pakan yang diberikan adalah ikan rucah
sedangkan cumi-cumi hanya diberikan 1 kali dalam seminggu biasanya diberikan setiap
hari sabtu. Sebelum diberikan, pakan rucah di bersihkan terlebih dahulu dengan cara
membuang kepala dan isi perut. Metode pemberian pakan untuk induk kakap putih
sekali dalam seminggu dengan cara memasukkan vit.E dan multivitamin yang
Kualitas air turut menentukan nafsu makan ikan dan proses pemijahan. Air laut
yang digunakan untuk pemeliharaan induk adalah air yang telah ditampung dalam bak
tandon dan telah disaring melalui sistem giant filter yang kemudian air tersebut
disalurkan ke bak-bak induk yang ada, termasuk untuk pemeliharaan induk kakap putih.
Metode pengairan yang dilakukan adalah dengan sistem sirkulasi atau air mengalir.
Air pemeliharaan yang sangat kotor dan berlumut dapat mengurangi nafsu
makan ikan. Oleh karena itu, pembersihan rutin harus dilakukan. Di BBPBL Lampung
pembersihan bak induk dilakukan setiap hari. Caranya adalah dengan menyikat dinding
bak dan mendorong kotoran didasar bak ke lubang pengeluaran yang terletak di tengah
bak. Penyikatan bak induk dilakukan pada pagi hari, setelah pemberian pakan yang
kemudian dinaikkan lagi sampai ketinggian semula pada saat menjelang sore hari.
Selama penyusun melakukan praktik kerja lapang di BBPBL, kondisi induk kakap
putih dalam keadaan sehat atau tidak ditemukan adanya tanda-tanda serangan
penyakit.
putih adalah dengan penyikatan bak induk, pergantian air setiap hari, dan pengaliran air
secara terus menerus. Selain itu, pemberian pakan dengan pakan yang berkualitas baik
yang ditambah dengan multivitamin dan vitamin E untuk meningkatkan daya tahan
tubuh ikan.
B. Pemeliharaan Larva
Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam pemeliharaan larva adalah persiapan
wadah, penebaran, pemberian pakan, pengelolaan kualitas air serta pencegahan dan
pengobatan penyakit.
1. Persiapan Wadah
Tahap pertama yang dilakukan adalah pencucian bak. Apabila bak sangat kotor,
menyiramkan larutan kaporit dengan dosis 100 ppm ke dinding bak bagian dalam dan
diamkan selama 1-2 jam agar lumut yang menempel mati dan untuk membunuh bibit
penyakit yang ada dalam bak. Setelah itu, permukaan bak disikat lalu dibilas dengan
air laut bersih. Setelah bersih bak tersebut di isi dengan air laut.
Sebelum digunakan, air laut untuk pemeliharaan larva harus melalui filterisasi
dengan menggunakan sand filter modern yang berisi pasir kwarsa dan arang patok
kelapa kemudian di salurkan melawati sinar ultraviolet dan di ozonisasi. Pengisian air
Bak pemeliharaan larva yang dilengkapi dengan selang aerasi sebanyak 21 titik
dengan jarak 5 cm dari dasar bak agar aerasi lebih merata dan untuk mencegah
2. Penebaran Larva
Penebaran larva dilakukan setelah telur menetas semua, yaitu pada siang hari
atau biasanya telur menetas selama 18 jam. Sebelum ditebar harus diaklimatisasikan
terlebih dahulu. Caranya adalah dengan meletakkan gayung diisi air, lalu masukkan air
yang ada dalam bak ke dalam gayung sampai penuh sehingga terjadi pencampuran.
larva lalu ditutup dengan plastic transparan untuk memepertahankan suhu air. Plastik
yang digunakan transparan agar sinar matahari masih bisa masuk sehingga
fitoplankton berfotosintesis.
Adapun data penebaran larva yang diperoleh penyusun selama melaksanakan
praktik kerja lapang di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung :
Tabel 6. Data Penebaran Larva
Waktu Penebaran Padat Penebaran Jumlah Bak
3. Pemberian pakan
Pemberian pakan pada stadia larva ini sangat penting karena merupakan masa-
masa kritis dimana survival ratenya sangat rendah. Pemberian pakan untuk larva di
diberikan dengan frekuensi satu kali sehari dan larva masih menyimpan cadangan
makanan berupa kuning telur. Mulai dari D3 larva mulai diberikan rotifer bersamaan
dengannannochloropsis sp., dengan frekuensi 1-2 kali dalam sehari. Frekuensi ini
didasarkan pada kepadatan rotifer yang dilakukan dengan pengecekan dalam bak
larva. Dan begitu pula pada hari selanjutnya apabila dalam bak larva rotifer rmasih
padat maka rotifer tidak ditambahkan karena dapat menyebabkan blooming yang
menyebabkan kematian larva. Bila dalam bak rotifernya sedikit atau habis maka
ditambahkan sebanyak satu ember. Pemberian rotifer ini dilakukan sampai larva
berukuran D20. Pada saat larva berumur D15, selain rotifer larva mulai diberikan artemia
Untuk larva yang telah mencapai umur 20 hari, pakan buatan berupa pellet mulai
diberikan secara bertahap. Untuk memudahkan pemberian pakan pellet maka artemia
diberikan dengan sistem infuse. Sehingga larva berkumpul pada satu titik.
digunakan pula sebagai makanan untuk pembiakan rotifer, juga untuk mempertahankan
kemudian di ambil sesuai dengan kebutuhan. Pemberian rotifer diberikan pada larva
karena memiliki nutrisi yang cukup tinggi dan ukurannya yang sesuai dengan bukaan
mulut larva.
lain yaitu memiliki ukuran yang sesuai dengan bukaan mulut larva ikan dari naupli
hingga artemia dewasa. Mudah di tangani, dapat hidup dengan kepadatan tinggi,
mudah beradaptasi dalam berbagai kondisi lingkungan serta mempunyai nutrisi yang
tinggi. Untuk penetasan kista artemia atau kultur artemia yang dilakukan yaitu, pertama
adalah dengan mengisi conical tank dengan air laut sebanyak ¾ bagian. Kemudian
kista artemia dimasukkan sebanyak 1 gelas ukur yang berukuran 200 ml atau
disesuaikan dengan kebutuhan dan di beri aerasi kuat. Kista akan menetas menjadi
Pemanenan dilakukan pada pagi hari dengan mengangkat selang aerasi dan
pipa tengah bak terlebih dahulu. Lalu bagian atas bak ditutup dan dibiarkan selama ±
meletakkan scopnet berukuran 200 mesh. Naupli artemia yang telah tertampung
dimasukkan dalam baskom dan diisi air kemudian dibiarkan selama ± 5 menit. Setelah
dengan meletakkan ujung selang sifon di tengah antara dasar dan permukaan air
sehingga kotoran dan cangkang tidak ikut terambil. Artemia yang telah di panen
Artemia yang digunakan di unit perbenihan ikan kakap putih sebagai pakan larva
adalah hasil penetasan dari kista kalengan. Kista kalengan yang dipakai adalah merk
Kecepatan aerasi diatur pada setiap umur. D0-D2 aerasi agak kuat untuk
sampai kecepatan sedang agar larva dapat memangsa rotifer, selanjutnya pada D 11-
D25 kecepatan aerasi sedikit ditambah agar tidak bergerombol aerasi pada salah satu
permukaan dan setelah berumur D25 larva telah berenang aktif dan bergerombol, aerasi
sistem. Fitoplankton yang digunakan adalah alga hijau dari jenis nannochloropsis. Alga
ini berfungsi sebagai pakan untuk rotifer dan juga stabilisator kualitas air. Pemberian
alga ini dilakukan mulai dari larva berumur D1-D20. Pengisiannya ke dalam bak
pemeliharaan larva dilakukan sekali dalam sehari, yaitu pada pagi hari. Ketika
pergantian air telah dilakukan, pengisian air kembali dilakukan dengan menggunakan
pergantian air. Pergantian air untuk pemeliharaan larva kakap putih dilakukan mulai
dari larva berumur 10 hari (D10) sebanyak 10%. Pergantian ini akan di tingkatkan seiring
dengan pertambahan umur larva. Data pergantian air adalah seperti yang tertera dalam
sistem sirkulasi secara terus menerus. Selain itu juga dilakukan penyiponan untuk
membersihkan dasar bak dari endapan plankton dan pakan yang tidak termakan.
Penyiponan dilakukan dengan meletakkan saringan dan baskom pada ujung selang
C. Pendederan
Pendederan sudah bisa dilakukan saat larva kakap putih berumur 31 – 33 hari
(D31-D33) tergantung dari pertumbuhannya. Hal yang paling penting selama pendederan
adalah pemberian pakan yang rutin dan grading. Pada tahap ini, kanibalisme pada ikan
kakap putih sangat tinggi. Pemberian pakan harus sasuai baik dari jenis, ukuran, dan
jumlahnya. Selain itu, Grading juga bertujuan untuk menyeleksi ikan yang sehat dengan
yang cacat.
1. Grading
seragam untuk mengurangi sifat kanibal. Oleh karena itu, grading dilakukan bila
didapatkan ukuran benih tidak seragan untuk menghindari kanibalisme diantara benih
sehingga presentasi kematian dapat diperkecil. Alat-alat yang digunakan untuk greding
Sebelum melakukan grading, hal yang pertama dilakukan adalah menurunkan air
menggunakan scopnet lalu disimpan ke dalam waskom lalu dimasukkan ke dalam alat
Grading yang di simpan pada bak lain yang berisi air penuh. Ikan-ikan yang berukuran
kecil akan lolos melalui lubang. Tetapi ikan yang berukuran besar akan tertahan.
Selanjutnya ikan-ikan tersebut disimpan dalam bak sesuai dengan ukuran yang telah di
grading. Cara penyortiran menggunakan alat ini mempunyai kekurangan yaitu akan
Pemberian pakan untuk benih berupa pellet dilakukan rutin 3 kali sehari secara
adlibitum. Ada dua jenis yang diberikan adalah merk yang berbeda yaitu love larva dan
otohime. Pemberian pakan ini bisa ditingkatkan disesuaikan dengan bukaan mulut ikan.
Setelah pemberian pakan selesai, dilakukan penyiponan. Lalu pipa outlet yang
terletak di tengah pipa outlet utama diangkat untuk pengurangan air sampai ketinggian
10-15 cm yang kemudian ditutup untuk pengisian air kembali. Pada pendederan,
adanya penyakit yang menyerang larva. Begitu juga dengan benih tidak ditemukan
adanya indikasi terserang penyakit. Hal ini dibuktikan dengan melakukan pengecekan
langsung pada laboratorium kesehatan ikan dan lingkungan, dengan melakukan uji
parasit menggunakan mikroskop dengan mengambil lendir dan insang benih ikan kakap
putih.dan uji mikrobiologi dengan melakukan pengujian TSA dan TCBS menggunakan
media agar, dengan mengambil hati, limpah, dan ginjal menggunakan jarum osil yang
telah dipanaskan menggunakan lampu punsen kemudian digoreskan pada media agar,
Uji kualitas air dilakukan pada laboratorium penguji kualitas air . Terkhusus untuk
ikan kakap putih parameter yang di uji adalah pH, DO, Suhu, Salinitas, Nitrat (NO3),
dalam beaker glass 50 ml yang sebelumnya telah disaring dengan kertas whatman
paper no. 42 dan ditambahkan 1 tetes sodium arsenit + 0,25 brucine + 5 ml asam sulfat
(SO4). Setelah itu diaduk secara perlahan dan diamkan selama 10 menit. Selanjutnya di
dengan kertas whatman paper no.42 ke dalam erlemeyer 100 ml, sebanyak 25 ml.
Kemudian tambahkan 1 ml larutan pewarna, kocok dan diamkan 10 menit hingga terjadi
menggunakanspectofotometer.
(B)
larutan Phenol, kocok. Kemudian tambahkan 1 ml larutan Natrium nitroprusid dan 2,5
Adapun hasil Uji Kualitas Air pada tanggal 10 Mei 2012 pada bak induk, larva,
Dilihat dari pengecekan tersebut, dapat diketahui bahwa nilai tersebut masih
masuk kisaran baku mutu yang telah ditetapkan untuk pemeliharaan kakap putih.
dipanen, benih tersebut telah dipuasakan selama 24 jam, sehingga ekskresi dari hasil
metabolisme yang dapat menurunkan kualitas air selama pengangkutan dapat ditekan
agar tingkat mortalitas benih saat sampai tujuan rendah. Cara panen diawali dengan
penurunan air bak, lalu benih tersebut diambil dan dipindahkan ke dalam tudung saji.
Selanjutnya benih tersebut dihitung secara manual sesuai dengan jumlah permintaan
pengikat, perekat (lakban), Styrofoam, air media pengangkutan, oksigen murni, es batu,
koran bekas.
pengemasan dilakukan pada pagi hari. Cara kerjanya yaitu : kantong plastic dibuat
menjadi dua lapis lalu diisi dengan air laut yang telah disaring menggunakan filter bag
sebanyak 12 liter. Lalu masukkan benih kakap putih ke dalam plastic dengan densitas
250 ekor per 12 liter. Kantung plastic yang telah diisi benih terlebih dahulu udaranya
dibuang, dengan cara mengempiskan kantung hingga permukaan air media. Oksigen
murni dimasukkan dengan selang sebanyak 2 bagian dari volume kantung, sehinggga
perbandingan antara air media dengan oksigen 1: 2. Setelah itu kantung plastic
disimpul dan diikat menggunakan karet gelang agar oksigen tidak cepat habis sebelum
melakukan praktik kerja lapang, dilakukan beberapa kali packing benih. Adapun
Tabel 10. Data Pengepakan Selama Penyusun Melaksanakan Praktik Kerja Lapang
Harga
No. Tanggal Ukuran Benih (cm) Jumlah Tujuan
(Rp)
1 Senin, 5/ 03/ 12 5-6 600 1500 Balik papan
7 400 2100
2 Rabu, 7/ 03/ 12 6 450 1800 Lampung
3 Senin, 12/ 03/ 12 4–5 750 1350 Bali
6 350 1800
7 100 2100
1. Kultur Fitoplankton
Makanan untuk pembiakan rotifer yang merupakan pakan bagi larva kakap putih.
Diberikan pada bak pemeliharaan larva untuk memperbaiki kualitas air dalam bak yang
dilakukan dalam tiga tahap yaitu, kultur skala laboratorium, kultur semi massal, kultur
secara massal.
dibedakan, hal ini bertujuan untuk menghindarkan dari kekeliruan yang dapat
menyebabkan kultur tersebut terkontaminasi. Botol labu yang telah berisi biakan
tersebut diletakkan dalam rak laboratorium ber AC serta diberikan cahaya dan diaerasi.
Awal pembiakan ini dilakukan dalam botol erlemeyer (botol labu) berkapasitas
0,5 L dengan inokulan yang digunakan sebanyak 200-300 ml/L air laut. Kultur ini
dilakukan 3-4 hari hingga dapat dipanen. Selanjutnya biakan diinokulasikan dari botol
0,5 L ke dalam botol berkapasitas 5 L. Kultur pada botol ini dilakukan selama 4-6 hari
hingga dapat di panen dan digunakan sebagai inokulan pada kultur skala semi massal.
L dengan menggunakan bibit inokulan kurang lebih 50-100 sel/ml dan diberi pupuk
Conway teknis 100 ml dan vitamin B12atau dengan dosis pemakaian 1 ml pupuk untuk 1
liter volume kultur.Adapun komposisi dalam pembuatan pupuk conwy teknis dapat
dilihat pada table. Air laut yang digunakan adalah air laut dari hasil penampungan dan
telah disterilisasikan dengan sinar ultraviolet. Setelah 4-6 hari kemudian dipindahkan ke
bak yang berkapasitas 1 ton dan diberi pupuk pertanian dengan komposisi pada table.
Sedangkan untuk kultur dibak-bak fiberglass dengan kapasitas lebih dari 1 ton
Pupuk Dosis
Setelah 4-6 hari, kepadatannya dalam bak fiber mencapai 10-20 juta sel/ml.
Kultur tersebut dipanen dan dipindahkan ke bak permanent yang tebuat dari bak beton
hari. Pemanenan dapat dilakukan dengan dua sistem yaitu, dengan panen total dan
panen harian. Pemanenan yang biasa dilakukan di BBPBL Lampung adalah panen
harian dengan memanen 50 - 75 % dari volume total. Kemudian dapat dilakukan kultur
2. Kultur Zooplankton
Zooplankton yang digunakan dalam kegiatan perbenihan ikan kakap putih adalah
rotifer jenis Branchionus sp. Kultur rotifera pada skala laboratorium di Balai Besar
hariBranchionus yang dikultur ditabung reaksi telah berkembang dan dipindahkan pada
wadah kultur yang lebih besar. Kultur dilakukan secara bertingkat, dari wadah kultur
yang volumenya lebih kecil sampai ke volume yang lebih besar. Dari volume 2000 ml,
3000 ml, 5000 ml. Media kultur dan kondisi lingkungan untuk kultur pada tahapan
berikutnya sama hanya perlu diberi aerasi (pengudaraan) yang tidak terlalu kuat, untuk
pemerataan penyebaran pakan (tidak mengendap) dan juga sebagai sumber oksigen.
Selama pemeliharaan tidak ada perlakuan ganti air, penambahan dilakukan setelah
jumlah pakan berkurang atau habis, hal ini dapat dilihat dari media kultur yang terlihat
menjadi bening.
100 ekor/ml dengan menggunakan plankton net atau memanen bersamaan dengan
media kulturnya. Hasil kultur pada skala laboratorium dimanfaatkan sebagai bibit pada
Teknik kultur semi massal tidak jauh berbeda dengan skala laboratorium yang
hanya membedakannya yaitu tempat kultur berupa akuarium yang berukuran 100L,
banyaknya pakan dan air laut. Akuarium yang telah disiapkan diisi air laut sebanyak 80
L, Lalu rotifera diambil menggunakan pipet tetes 10 ml, proses selanjutnya pemberian
pakan berupa fitoplankton jenis Nannochloropsis yang diberikan tiap hari. Setelah 4 hari
Teknik kultur rotifera pada skala massal ini tidak jauh berbeda dengan kultur
fitoplankton tersebut dari bak kultur massal ke bak kultur rotifera melalui pipa.
rotifer dimasukkan dengan kepadatan 50-100 ind/ml dan ditebar ke dalam bak kultur
nannochloropsis dilakukan lagi apbila air kultur sudah tidak lagi berwarna hijau yang
berarti ketersediaan pakan rotifer sudah habis yang bisa mengakibatkan kematian
rotifera.
atau biasanya setelah 3-4 hari. Pada saat panen, Branchionus dalam bak kultur tidak
dihabiskan namun disisakan sebagian atau maksimal 50 % dari total volume, sebagai
bibit untuk kultur selanjutnya. Kemudian bak kultur diisi kembali dengan fitoplankton
4-5 kali atau hingga bak kultur sudah terlihat kotor atau branchionus sudah
BAB VII
ANALISA USAHA
A. Investasi
Biaya investasi yaitu modal awal yang harus dikeluarkan untuk usaha
perbenihan ikan kakap putih, Biaya investasi ini mencakup barang-barang yang lebih
dari satu tahun penggunaannya. Biaya investasi yang dikeluarkan dalam usaha
perbenihan ikan kakap putih di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut, lampung
Adapun rincian baya invenstasi untuk usaha perbenihan ikan kakap putih
B. Biaya Penyusutan
Tabel 14. Biaya Penyusutan Perbenihan Ikan Kakap Putih
Total Harga Umur Penyusutan Penyusutan/
No Uraian Nilai Sisa
Teknis Tahun(Rp)
(Rp) /siklus (Rp)
1 Induk 12750000 1275000 5 382500 2295000
Bak
Induk 12 m3 60000000 6000000 10 900000 5400000
Larva 10 m3 30000000 3000000 10 450000 2700000
2 Pendederan 33000000 3300000 10 495000 2970000
Fitoplankton 60000000 6000000 10 900000 5400000
Zooplankton 10000000 1000000 10 150000 900000
Conicle tank 1600000 160000 10 24000 144000
3 Akuarium 300000 0 5 10000 60000
Peralatan
4 laboratorium 50000000 0 10 833334 5000000
Perbenihan 1500000 150000 5 75000 450000
5 Lab. Plankton 10000000 1000000 10 150000 900000
6 Kantor dan Gudang 42000000 4200000 10 630000 3780000
7 Rumah Pompa 1800000 180000 10 27000 162000
8 Rumah Blower 4500000 450000 10 67500 405000
9 Rumah Genset 4500000 450000 10 67500 405000
10 BangunanHatchery 100000000 10000000 10 1500000 9000000
11 Instalasi Air Laut 20000000 2000000 10 300000 1800000
12 Instalasi AirTawar 6000000 600000 10 90000 540000
13 Instalasi Aerasi 4500000 450000 10 67500 405000
14 Genset 15000000 1500000 10 22500 1350000
15 Vortex Blower 8000000 800000 5 240000 1440000
16 Pompa Air 6000000 600000 5 180000 1080000
17 Filter Air 4000000 400000 10 60000 360000
18 Filter Bag 200000 20000 10 3000 18000
19 Kulkas 2000000 200000 10 30000 180000
20 Instalasi Listrik 1000000 100000 10 15000 900000
Jumlah 7669834 48044000
C. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan tiap bulan namun di pengaruhi
kegiatan produksi. Biaya tetap yang dikeluarkan dalam perbenihan Ikan Kakap Putih di
Biaya tetap yang dikeluarkan dari perawatan, Izin usaha, gaji pegawai. Biaya
Lampung, dibayarkan 5 % dari biaya investasi. Komponen biaya tetap untuk kegiatan
Tabel 15. Biaya Tetap Perbenihan Ikan Kakap Putih di BBPBL, Lampung.
Biaya
Harga Biaya Tetap/
No Uraian Satuan Tetap/
Satuan (Rp) Tahun (Rp)
Siklus (Rp)
1 Penyusutan 7669834 48044000
2 Perawatan alat 5% 26967500
3 Izin usaha/ tahun 0.25% 1348375
4 Gaji teknisi 4 1200000 9600000 57600000
5 Pakan induk
a. Cumi-cumi 40 kg 14000 560000 3360000
b. ikan rucah 240 kg 4000 960000 5760000
Total 18789834 143079875
D. Biaya Variabel
Biaya variable adalah biaya yang berubah pengeluarannya dalam setiap siklus.
Biaya variable yang dikeluarkan untuk perbenihan kakap putih di BBPBL Lampung
adalah sebesar 62097000. Komponen biaya variable untuk kegiatan perbenihan, dapat
Tabel 16. Biaya Variabel Perbenihan Ikan Kakap Putih di BBPBL Lampung
Harga Biaya Variabel Biaya Variabel/
No Uraian Satuan
Satuan (Rp) / siklus (Rp) Tahun
1 Artemia 3 kaleng 400000 1200000 7200000
2 Pellet (love larva) 15 kg 500000 7500000 45000000
3 Multivitamin 480 g 300 144000 864000
4 Vitamin E 480 g 500 240000 1440000
5 Spirulina 480 g 350 168000 1008000
6 Kaporit 5 kg 7500 37500 225000
7 Pupuk
a. Urea 80 4000 320000 1920000
b. TSP 40 3000 120000 720000
c. ZA 40 3000 120000 720000
8 Listrik 500000 3000000
Total 10349500 62097000
produksi. Biaya produksi selama satu tahun didapat dengan menjumlahkan biaya tetap
dan biaya variable. Total biaya yang dikeluarkan selama 1 tahun sebesar
= Rp. 205.177.000
F. Penerimaan ( Output )
Penerimaan adalah jumlah yang diperoleh dari hasil penjualan ikan kakap putih
selama satu siklus. Jumlah benih yang ditebar 150.000 ekor dengan SR (Survival Rate)
40 % dengan size panen 5 cm/ ekor, dengan harga jual 300/cm (5 x 300 = 1500),- .
= 60.000 ekor
= 360.000 ekor
= 360.000 x 1.500
= Rp. 540.000.000,-
Keuntungan diperoleh jika selisih antara pendapatan dengan total biaya bernilai positif.
Adapun keuntungan yang didapat selama satu siklus Rp. 334.823.000,- dengan
= 540.000.000 – 205.177.000
= Rp. 334.823.000,-
yang digunakan untuk melihat pendapatan relative suatu usaha dalam 1 tahun terhadap
biaya yang dipakai dalam kegiatan usaha. Suatu usaha dinyatakan layak apabila R/C
Ratio lebih besar dari 1. Semakin tinggi R/C Ratio, tingkat keuntungan suatu usaha
Input 205.177.000
= 2,6
BEP merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengetahui batas nilai
produksi atau volume produksi suatu usaha untuk mencapai titik impas, yaitu tidak
untung atau tidak rugi. Usaha dinyatakan layak pabila nilai BEP produksi lebih besar
dari jumlah unit yang sedang diproduksi saat ini. Sementara itu, nilai BEP harga lebih
Jadi, kegiatan perbenihan ikan kakap putih akan mengalami titik impas pada
penjualan sebesar Rp. 159.000.000- atau jumlah hasil produksi sebanyak 107780,86
ekor/tahun.
pengembalian investasi yang telah ditanamkan pada suatu usaha. Investasi yang
sebagai berikut :
PP = Total Biaya Investasi
Keuntungan / Tahun
PP = Rp.539.350.000
Rp. 334.823.000
= 1,6 tahun
BAB VIII
A. Masalah
Adapun permasalahan yang didapatkan penyusun selama melaksanakan praktik
kerja lapang di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut, Lampung antara lain :
1. Apabila terjadi hujan, maka akan mempengaruhi kondisi perairan menjadi tidak baik. Air
yang dialirkan dari bak tandon ke bak-bak perbenihan kotor atau tidak layak digunakan.
2. Tidak melakukan perhitungan pakan yang di berikan setiap harinya pada benih ikan
kakap putih karena frekuensi pemberian pakan secara adlibitum dan pakan yang di
berikan setiap saat, atau selama ikan kakap putih masih makan.
3. Masalah yang didapatkan dalam pemeliharaan larva kakap putih, biasanya pada umur
40 hari atau panjangnya sekitar 1 cm, timbulnya stress pada ikan yang menyebabkan
ikan tersebut berwarna hitam dan pertumbuhannya lambat dibandingkan dengan ikan
B. Pemecahan
1. Air yang dialirkan dibuang terlebih dahulu untuk membersihkan pipa yang digunakan.
Apabila dianggap perlu, dilakukan penyaringan kembali pada hatchery kakap putih
menggunakan sand filter dan dilakukan pencucian filter secara rutin per siklus
2. Perhitungan pakan dilakukan setiap akhir siklus yaitu dengan menghitung berapa
banyak pakan yang dibeli dan dikurangi dengan pakan yang tersisa.
3. Penyebab timbulnya stress tersebut belum diketahui secara pasti akan tetapi dilakukan
pengendalian dengan memperbaiki kualitas air dan dilakukan pemberian pakan secara
optimal.
BAB IX
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil Praktik Kerja Lapang yang dilakukan di
1. Hal-hal yang mencakup perbenihan ikan kakap putih antara lain adalah pemeliharaan
2. Keberhasilan usaha perbenihan kakap putih dipengaruhi oleh kualitas pakan dan
multivitamin yang baik untuk induk, ukuran dan perbandingan induk jantan dan betina
B. Saran
1. Perlu dilakukan greding yang sesering mungkin untuk menekan tingkat kanibalisme
multivitamin yang sesuai dalam kegiatan perbenihan agar kualitas serta kuantitas ikan
kakap putih dapat terjaga dengan baik sehingga mencegah ikan kakap putih terserang
penyakit.
3. Penebaran ikan herbivora secara lepas seperti ikan grass carp yang dapat menjaga
keseimbangan ekosistem danau/waduk sehingga blooming akibat eutrofikasi dapat dicegah sedini
mungkin.
4. Meningkatkan kadar oksigen terlarut di perairan. Pasokan oksigen dalam pengelolaan KJA adalah
untuk respirasi biota, pembusukan feses ikan dan pembusukan sisa pakan ikan
Pemenuhan kebutuhan protein hewani dapat di peroleh dari hewan/ternak di daratan maupun
protein hewani yang berasal dari perairan. Seiring dengan meningkatnya pemahaman akan
kesehatan maka terjadi kecendrungan peralihan sumber protein asal ternak (berdaging merah)
menjadi protein hewani yang berasal dari ikan (berdaging putih). Selama ini, pemenuhan
kebutuhan terhadap protein asal ikan berasal dari usaha penangkapan di alam. Sebagaimana
diketahui, penangkapan yang dilakukan secara terus menerus akan berdampak terhadap
terancamnya kelestarian sumberdaya ikan.Salah satu upaya alternatif yang dapat dilakukan untuk
menekan upaya penangkapan dan memenuhi kebutuhan protein asal ikan adalah melalui upaya
budidaya.
Kegiatan budidaya bukan lantas memecahkan persoalan akan kebutuhan protein. Permasalahan
baru yang diakibatkan oleh kegiatan budidaya ikan adalah masalah pencemaran. Pencemaran
pada lingkungan perairan yang disebabkan oleh kegiatan budidaya bersumber dari buangan
pakan yang tidak terkonsumsi (Dias et al, 2012), bahan sisa metabolik /feces dan urin (Erlania,
2009), serta penggunaan bahan kontruksi yang tidak ramah lingkungan.
Teknologi budidaya ikan dengan sistem KJA telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia.
Budidaya dengan sistem keramba jaring apung tersebut mulai dikembangkan di perairan pesisir
dan perairan danau. Beberapa keunggulan ekonomis usaha budidaya ikan dalam keramba yaitu:
1) Menambah efisiensi penggunaan sumberdaya; 2) Prinsip kerja usaha keramba dengan
melakukan pengurungan pada suatu badan perairan dan memberi makan dapat meningkatkan
produksi ikan; 3) Memberikan pendapatan yang lebih teratur kepada nelayan dibandingkan
dengan hanya bergantung pada usaha penangkapan.
Yang menjadi permasalahan pada budidaya ikan di Keramba jaring apung adalah sisa pakan.
Sisa pakan yang tidak terkonsumsi dan metabolik berupa senyawa nitrogen dan fosfor, apabila
terbuang di kolom air dan tidak dimanfaatkan oleh organisme disekitar danau (ikan, organisme
bentik) maka akan menjadi partikel tersuspensi dalam bentuk partikel koloid di dasar perairan.
Partikel tersebut akan dimanfaatkan oleh mikroorganisme khususnya bakteri untuk pertumbuhan
dan perkembangbiakannya. Selain pencemaran akibar nitrogen dan fosfor, sisa pakan juga dapat
menyebabkan tingginya kekeruhan. Akibatnya, cahaya matahari akan susah menembus kolom
air.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak pencemaran akibat budidaya ikan sistem
Keramba Jaring Apung (KJA) antara lain: (1) Menggunakan dosis yang tepat dalam pemberian
pakan, (2) Menggunakan bahan pakan dengan tingkat kecernaan yang tinggi, (3) jika
memungkinkan maka dapat menggunakan bakteri probiotik untuk meningkatkan daya cerna, (4)
Menggunakan komposisi nutrisi yang sesuai dengan organisme yang dipelihara, (5)Dilakukan
treatmen terhadap limbah, (6)Perlu dilakukan analisa kesesuaian lahan sebelum dilakukan
kegiatan budidaya