Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit yang di sebabkan oleh cacing sering kali dianggap masalah biasa,
Sebenarnya hal ini sangat beralasan karena pada umumnya penyakit ini bersifat
kronis sehingga secara klinis tidak tampak begitu nyata. Karakteristik fisik wilayah
tropik seperti Indonesia merupakan surga bagi kelangsungan hidup cacing parasitik
yang ditunjang oleh pola hidup kesehatan masyarakatnya (Edmundson &
Edmundson 1992). Sedangkan infeksi oleh cacing pita kebanyakan disebabkan
oleh cacing pita babi dan cacing pita sapi yang terjadi pada daerah-daerah tertentu
dengan kekhasan tipe budaya masyarakatnya antara lain pulau Samosir, pulau Bali
serta daerah migrannya di Lampung, dan Papua (Irian Jaya). Dalam hal ini tidak
dapat dipungkiri bahwa keeratan hubungan antara manusia dan ternak/hewan
kesayangan baik dalam bentuk rantai makanan maupun hubungan sosial dapat
mempertahankan kejadian penyakit yang bersifat zoonosis Margono, (1989).
Proses penularan penyakit parasit dari hewan ke manusia ataupun
sebaliknya, merupakan peristiwa yang lebih rumit dibandingkan dengan proses
penularan yang disebabkan mikroorganisme lainnya. Oleh karena itu, dalam usaha
pengendalian penyakit zoonosis parasit, pengetahuan mengenai habitat untuk
masing-masing fase infeksi dan perkembangannya perlu diketahui dengan baik.
Selain itu, untuk mengoptimalkan pengendalian, tentunya pengetahuan mengenai
parasitnya sendiri harus dikuasai pula (Yudhie, 2009). Taeniasis adalah infestasi
cacing pita Taenia sp. berasal dari sapi atau babi pada manusia. Manusia
merupakan induk semang definitife atau induk semang akhir (final host) cacing pita
pada sapi. Sedangkan cacing pita pada babi, manusia bertindak sebagai induk
semang antara (intermediate host) dan juga induk semang definitife Subahar,. dkk.
2005.
Penyakit zoonosis adalah penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke
manusia atau sebaliknya. Taeniasis satu contoh zoonosis berbahaya pada manusia
yang disebabkan oleh infeksi cacing pita dewasa maupun larvanya.

1|Taenia saginata
Khususnya pada Taenia saginata hal ini diperoleh dari sapi mencerna matang
yang encysted dengan tahap larva cacing pita dalam serat otot sapi, juga dikenal
sebagai sapi sangat sedikit Taeniasis lebih sering ditemukan di bagian dunia seperti
Ethiopia dan Argentina, karena di negara-negara itu adalah umum bagi orang untuk
makan kurang matang dan daging sapi mentah. Meskipun, secara umum saginata
Taenia adalah memiliki distribusi yang luas di dunia tergantung pada dua faktor:
seberapa sering adalah dimakan sapi dan miskin sanitasi.
Karena besarnya pengaruh cacing pita ini terhadap kesehatan manusia,maka
pada kesempatan ini penulis akan menjelaskan tentang spesies taeniasis
khususnya Taenia saginata

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian dan siklus hidup Taenia saginata?
2. Apa patologi dan gejala klinis Taenia saginata?
3. Apa diagnosis dan bagaimana pemeriksaan laboratorium?
4. Apa pengobatan dan pencegahan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Taenia saginata
2. Untuk mengetahui patologi dan gejala klinis pada Taenia saginata
3. Untuk mengetahui diagnosa dan pemeriksaan laboratorium
4. Untuk mengetahui pengobatan dan pencegahan

2|Taenia saginata
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 Cestoda

Cestoda adalah salah satu klass dari phyllum Plathyehelminthes, yang


merupakan salah satu kelompok parasit pada ikan dan juga pada manusia. Parasit
ini menyebabkan kerugian secara ekonomi terutama pada penurunan kualitas
hasil perikanan, dan dapat merugikan kesehatan manusia. Studi tentang parasit
cestoda pada ikan yang berhubungan dengan siklus hidupnya dan kesehatan
manusia telah banyak dilakukan di negara maju yang berada di daerah sub tropis.
Taenia saginata atau cacing pita sapi baru dapat teridentifikasi secara jelas
setelah pada tahun 1782 berkat Goeze dan Leuckart. Pada saat itu diketahui
adanya hubungan antara infeksi cacing Taenia saginata dengan larva Sistisercus
bovis yang ditemukan pada daging babi dan daging sapi. Hospes definitive dari
cacing pita Taenia saginata adalah manusia, sedangkan hewan memamah biak
dari keluarga Bovidae, seperti sapi dan kerbau adalah hospes perantaranya.
Nama penyakitnya disebut Taeniasis saginata. T.saginata bersifat kosmopolit.
Paling banyak terdapat di daerah Afrika, Timur Tengah, Eropa Barat, Meksiko dan
Amerika Selatan .
Ukuran cacing ini tergolong dalam kategori besar. Ukuran tubuhnya yang
panjang dapat mencapai 4 sampai dengan 12 meter. Terdiri dari kepala yang
disebut skoleks, leher dan strobila yang merupakan rangkaian ruas-ruas proglotid
sebanyak 1000 sampai dengan 2000 buah. Skoleks hanya berukuran 1 sampai
dengan 2 ml, mempunyai empat batil isap dengan otot-otot yang kuat tanpa kait-
kait. Bentuk leher sempit, ruas-ruas tidak jelas dan di dalamnya tidak terlihat
struktur tertentu. Strobilus terdiri rangkaian proglotid yang teribagi menjadi tiga
bagian, proglotid yang belum dewasa (immature), dewasa (mature) dan yang
mengandung telur (gravid). Cacing pita termasuk sub kelas Cestoda, kelas
Cestoidean, filum Platyhelminthes. Cacing dewasanya menempati saluran usus
vertebrata dan larvanya hidup di jaringan vertebrata dan invertebrate. Bentuk
badan cacing dewasa memanjang menyerupai pita. Bentuknya pipih dorsoventral,

3|Taenia saginata
tidak mempunyai alat cerna atau saluran askular dan biasanya terbagi menjadi
segmen-segmen yang disebut proglotid yang apabila dewasa nanti, akan berisi
alat-alat reproduksi baik jantan maupun betina. Ujung-ujung bagian anterior
berubah menjadi sebuah alat pelekat, disebut skoleks. Skoleks dilengkapi dengan
alat penghisap dan kait-kait. Skoleks yaitu kepala yang merupakan alat untuk
melekatkan, dilengkapi dengan batil isap atau dengan lekuk isap. Leher yaitu
tempat pertumbuhan badan. Dan strobila merupakan badan yang terdiri atass
segmen-segmen yang disebut proglotid. Tiap proglotid dewasa mempunyai
susunan alat kelamin jantan dan betina yang lengkap, keadaan ini disebut
hermafrodit.
Cacing pita adalah parasit pada manusia maupun hewan ternak. Ada dua
jenis cacing pita yang menjadikan manusia sebagai inang antara maupun inang
permanen:
Taenia saginata (cacing pita sapi)

Gambar 2.1 cacing dewaa (kiri) Gambar 2.2 tampakan makroskopik

Taenia saginata adalah raksasa di antara semua cacing parasit. Panjang


taenia saginata bisa mencapai 8 meter, hampir sepanjang saluran pencernaan
manusia dewasa. Cacing pita ini berwarna putih pucat, tanpa mulut, tanpa anus
dan tanpa saluran pencernaan. Badannya tidak berongga dan terdiri dari segmen-
segmen berukuran 1x1,5 cm. Taenia saginata bisa hidup sampai 25 tahun di
dalam usus inangnya.

4|Taenia saginata
2.2 Siklus hidup Taenia Saginata:

Cacing pita sapi memiliki siklus yang rumit dan berakhir pada manusia
sebagai inang tetapnya. Cacing pita dewasa melepaskan telur-telurnya bersama
segmen badannya. Segmen ini bila mengering di udara luar akan melepaskan telur-
telur cacing yang dapat termakan oleh sapi saat merumput. Enzim pencernaan sapi
membuat telur menetas dan melepaskan zigot yang kemudian menembus lapisan
mukosa saluran pencernaan untuk memasuki sirkulasi darah. Dari pembuluh darah,
zigot akan menetap di otot membentuk kista, seperti pada cacing cambuk. Bila
daging sapi berisi kista tersebut dimakan manusia dalam keadaaan mentah atau
setengah matang, enzim-enzim pencernaan akan memecah kista dan melepaskan
larva cacing. Selanjutnya, larva cacing yang menempel di usus kecil akan
berkembang hingga mencapai 5 meter dalam waktu tiga bulan.
Selain masalah gizi, kehadiran cacing pita umumnya menyebabkan gejala
perut ringan sampai sedang (mual, sakit, dll).
Sebuah proglotid gravid berisi kira-kira 100.000 buah telur. Pada saat
proglotid terlepas dari rangkaiannya dan menjadi koyak, terdapat cairan putih susu
yang mengandung banyak telur mengalir keluar dari sisi anterior proglotid tersebut,
terutama jika proglotid berkontraksi pada saat bergerak. Telur-telur ini akan melekat
pada rumput bersama dengan tinja, bila orang berdefekasi di padang rumput atau
karena tinja yang hanyut dari sungai pada saat banjir. Ternak yang makan rumput
ini akan terkontaminasi dan dihinggapi cacing gelembung, karena telur yang
tertelan bersama rumput tersebut akan dicerna dan embrio heksakan akan menetas
di dalam tubuh ternak. Embrio heksakan yang menetas di saluran pencernaan
ternak akan menembus dinding usus, masuk ke saluran getah bening atau darah

5|Taenia saginata
dan ikut dengan aliran darah ke jaringan ikat di sela-sela otot untuk tumbuh menjadi
cacing gelembung yang disebut sistiserkus bovis, yaitu larva Taenia saginata yang
terbentuk setelah 12 sampai dengan 15 minggu.

Bila cacing gelembung yang ada di otot hewan ini termakan oleh manusia,
karena proses pemasakan yang tidak atau kurang matang, maka skoleknya akan
keluar dari cacing gelembung dengan cara evaginasi. Skolek akan melekat pada
mukosa usus halus seperti jejunum. Cacing Taenia saginata dalam waktu 8 sampai
10 minggu akan menjadi dewasa.
Telur dilepaskan bersama proglotid atau tersendiri melalui lubang uterus.
Embrio di dalam telur disebut onkosfer berupa embrio heksakan yang tumbuh
menjadi bentuk infektif dalam hospes perantara. Infeksi terjadi jika menelan larva
bentuk infektif atau menelan telur. Pada Cestoda dikenal dua ordo, yang pertama
Pseudophyllidea dan yang kedua adalah Cyclopyllidea.

2.3 Patologi dan Gejala Klinis


Infeksi oleh cacing pita genus Taenia di dalam usus biasanya disebut
Taeniasis. Ada dua spesies yang sering sebagai penyebabnya, yaitu Taenia solium
dan Taenia saginata. Menurut penelitian di beberapa desa di Indonesia, angka
infeksi taenia tercatat 0,8–23%., frekuensinya tidak begitu tinggi. Namun demikian,
cara penanganannya perlu mendapat perhatian, terutama kasus-kasus taeniasis
Taenia solium yang sering menyebabkan komplikasi sistiserkosis.
Cara infeksinya melalui oral karena memakan daging babi atau sapi yang
mentah atau setengah matang dan me-ngandung larva cysticercus. Di dalam usus
halus, larva itu menjadi dewasa dan dapat menyebabkan gejala gastero- intestinal
seperti rasa mual, nyeri di daerah epigastrium, napsu makan menurun atau
meningkat, diare atau kadang-kadang konstipasi. Selain itu, gizi penderita bisa
menjadi buruk se-hingga terjadi anemia malnutrisi. Pada pemeriksaan darah tepi
didapatkan eosinofilia. Semua gejala tersebut tidak spesifik bahkan sebagian besar
kasus taeniasis tidak menunjukkan gejala (asimtomatik).
Cacing dewasa Taenia saginata (cacing pita sapi) biasanya menyebabkan
gejala klinis yang ringan, seperti sakit ulu hati, perut merasa tidak enak, mual,

6|Taenia saginata
muntah, mencret, pusing atau gugup. Gejala-gejala tersebut disertai dengan
ditemukannya proglotid cacing yang bergerak-gerak lewat dubur bersama dengan
atau tanpa tinja. Gejala yang lebih berat dapat terjadi, yaitu apabila proglotid
menyasar masuk apendiks, atau terdapat ileus yang disebabkan obstruksi usus
oleh strobilla cacing. Berat badan tidak jelas menurun. Eosinofilia dapat ditemukan
di darah tepi.
Meskipun infeksi ini biasanya tidak menimbulkan gejala, beberapa penderita
merasakan nyeri perut bagian atas, diare dan penurunan berat badan. Kadang-
kadang penderita bisa merasakan keluarnya cacing melalui duburnya.

2.4 Diagnosis dan Pemeriksaan Laboratorium


Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan ditemukannya cacing di dalam
tinja. Sepotong selotip ditempelkan di sekeliling lubang dubur, lalu dilepas dan
ditempelkan pada sebuah kaca obyek dan diperiksa dibawah mikroskop untuk
melihat adanya telur parasit. Melalui mikroskop memeriksa sample tinja apakah ada
telur cacing parasit, ookista protozoa dan takizoit.
Taenia saginata, proglotidnya keluar satu-satu bersama tinja dan bahkan
dapat bergerak sendiri secara aktif hingga keluar secara spontan.

Gambar 2.3 Sistiserkosis pada otak

7|Taenia saginata
Gambar 2.4 Taenia saginata pada usus buntu

Secara makroskopis (melihat tanpa menggunakan alat), yang diperhatikan


dalam hal ini adalah bentuk proglotidnya yang keluar bersama tinja. Bentuknya
cukup khas, yaitu segiempat panjang pipih dan berwarna putih keabu-abuan.

Pemeriksaan secara mikroskopis untuk mendeteksi telurnya dapat dikerjakan


dengan preparat tinja langsung (directsmear) memakai larutan eosin. Cara ini
paling mudah dan murah, tetapi derajat positivitasnya rendah. Untuk mendapatkan
hasil positivitas yang lebih tinggi, pemeriksaan dikerjakan dengan metoda
konsentras (centrifugal flotation) atau dengan cara perianal swab memakai
cellophane tape.
Jika hanya menemukan telur dalam tinja, tidak bisa dibedakan taeniasis
Taenia solium dan taeniasis Taenia saginata. Agar dapat membedakannya, perlu
mengadakan pemeriksaan scoleks dan proglotid gravidnya. Scoleks dan proglotid
gravid dibuat preparat permanen diwarnai dengan borax carmine atau trichrome,
kemudian dilihat di bawah mikroskop. Dengan memperhatikan adanya kait-kait
(hooklet) pada scolex dan jumlah percabangan lateral uterusnya, maka dapat
dibedakan spesies Taenia solium dan Taenia saginata. Pada scolex Taenia solium
terdapat rostellum dan hooklet, sedangkan pada Taenia saginata tidak terdapat.
Percabangan lateral uterus Taenia solium jumlahnya 7–12 buah pada satu sisi, dan
Taenia saginata 15-30 buah.
Ada cara yang lebih sederhana untuk memeriksa proglotid gravid, yaitu
dengan memasukkan proglotid itu ke dalam larutan carbolxylol 75%. Dalam waktu
satu jam, proglotid menjadi jernih dan percabangan uterusnya tampak jelas. Cara
lainnya yang paling sederhana dan gampang dikerjakan ialah dengan menjepitkan

8|Taenia saginata
proglotid yang masih segar di antara dua objek gelas secara pelan dan hati-hati.
Proglotid akan tampak jernih dan percabangan uterusnya yang penuh berisi telur
tampak keruh. Pemeriksaan bisa gagal apabila percabang- an uterusnya robek dan
semua telurnya keluar.9
Cacing pita Taenia dapat menimbulkan penyakit yang disebut taeniasis dan
sistiserkosis. Gejala klinis terbanyak yang dikeluhkan adalah:

1) Pengeluaran segmen tubuh cacing dalam fesesnya (95%)


2) Gatal-gatal pada anus (77%)
3) Mual (46%)
4) Pusing (42%)
5) Peningkatan nafsu makan (30%)
6) Sakitkepala (26%)
7) Diare (18%)
8) Lemah (17%)
9) Merasa lapar (16%)
10) Sembelit (11%)
11) Penurunan berat badan (6%)
12) Rasa tidak enak di lambung (5%)
13) Letih (4%)
14) Muntah (4%)
15) Tidak ada selera makan saat lapar (1%)
16) Pegal-pegal pada otot (1%)
17) Nyeri di perut, mengantuk, serta kejang-kejang, gelisah, gatal-gatal di kulit
18) Gangguan pernapasan (masing-masing <1%).

Sistiserkosis menimbulkan gejala dan efek yang beragam sesuai dengan


lokasiparasit dalam tubuh. Manusia dapat terjangkit satu sampai ratusan sistiserkus
di jaringan tubuh yang berbeda-beda. Sistiserkus pada manusia paling sering
ditemukan di otak (disebut neurosistiserkosis), mata, otot dan lapisan bawah
kulit.Dampak kesehatan yang paling ditakuti dan berbahaya akibat larva cacing
Taenia yaitu Neurosistiserkosis yang dapat menimbulkan kematian.
Neurosistiserkosis adalah infeksi sistem saraf pusat akibat sistiserkus dari larva

9|Taenia saginata
Taenia solium. Neurosistiserkosis merupakan faktor risiko penyebab stroke baik
pada manusia yang muda maupun setengah baya, epilepsi dan kelainan pada
tengkorak. Sistiserkosis merupakan penyebab 1% kematian pada rumah sakit
umum di Meksiko City dan penyebab 25% tumor dalam otak.

2.5 Pengobatan
Cara pengobatan berbagai penyakit parasit usus berbeda, harus memakai
obat cacing menurut resep dokter. Obat-obat untuk memberantas cacing pita dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu taeniafuge dan taeniacide. Taeniafuge ialah
golongan obat yang menyebabkan relaksasi otot cacing sehingga cacing menjadi
lemas. Contohnya: kuinakrin hidroklorid (atabrin), bitionol dan aspidium oleoresin.
Pemakaian obat ini mutlak memerlukan purgativa untuk mengeluarkan cacingnya.
Sedangkan taeniacide adalah golongan obat yang dapat membunuh cacing.
Contohnya: niklosamid (yomesan), mebendazol dan diklorofen. Pemakaian obat ini
tidak mutlak memerlukan purgativa.
Tujuan pengobatan taeniasis ialah untuk mengeluarkan semua cacing
beserta scoleksnya dan juga mencegah terjadinya sistiserkosis, terutama pada
kasus taeniasis Taenia solium. Obat-obat yang kini lazim dipakai adalah niklosamid
dan mebendazol. Sedangkan kuinakrin hidroklorid dan aspidium oleoresin
walaupun cukup efektif, tetapi karena bersifat toksik maka sekarang jarang dipakai.
Selain itu, ada beberapa obat tradisional yang cukup ampuh buat membasmi cacing
pita, yaitu biji labu merah dan getah buah manggis muda.
Niklosamid hingga saat ini masih dianggap obat paling baik untuk taeniasis
dari segi efektivitasnya. Obat tersedia dalam bentuk tablet 500 miligram. Dosis dan
cara pemberian: 2 gram dibagi dua dosis dengan interval pemberian 1 jam. Obat
harus dikunyah sebelum diminum. Dua jam setelah pemberian obat, penderita
diberi minum purgativa magnesiumsulfat 30 gram untuk mencegah terjadinya
sistiserkosis. Keuntungan dari obat ini ialah tidak memerlukan persiapan diet
ataupun puasa, dan efek sampingnya juga ringan. Namun menurut pengalaman
penulis, efektivitas obat ini akan lebih baik apabila penderita dipuasakan sebelum
meminumnya. Angka kesembuhan tercatat 95% lebih. Kerugiannya: obat ini tidak

10|Taenia saginata
beredar resmi di pasaran sehingga sulit didapatkan. Di samping itu harganya pun
mahal.
Agaknya mebendazol merupakah salah satu taeniacide yang mempunyai
masa depan cerah dan kini masih dalam penyelidikan. Mebendazol adalah
anthelmintik berspektrum lebar. Dosisnya 300 miligram dua kali sehari selama tiga
hari berturut-turut. Dua hari setelah pengobatan, penderita diberi minum purgativa
magnesiumsulfat 30 gram, terutama pada kasus taeniasis Taenia solium untuk
mencegah terjadinya sistiserkosis. Menurut beberapa hasil penelitian, angka
kesembuhan tercatat 50 — 100%. Dilaporkan pula bahwa efek samping obat ini
sangat ringan. Untuk memperoleh hasil yang lebih baik, beberapa peneliti
menganjurkan dosis lebih tinggi (sampai 1200 miligram per hari selama lima hari).
Praktek pengobatan taeniasis dengan mebendazol cukup memuaskan. Namun
beberapa peneliti masih menyangsikan keampuhan mebendazol, bahkan ada yang
melaporkan gagal sama sekali. Dengan demikian, efektivitas mebendazol pada
taeniasis masih perlu diselidiki lebih lanjut (Ketut Ngurah, 1987). Tinja diperiksa
kembali setelah 3 dan 6 bulan untuk memastikan bahwa infeksi telah terobati.
Obat alternative untuk infeksi tenia ada yang dalam bentuk obat alami. Obat
alami atau obat tradisional ini antara lain dengan mengkonsumsi biji labu merah, biji
pinang dan lain-lain.

2.6 Pencegahan

Cara untuk mencegah agar tidak menderita gangguan yang disebabkan oleh
Taenia saginata antara lain sebagai berikut :
1) Tidak makan makanan mentah (sayuran,daging babi, daging sapi dan dagiikan),
buah dan melon dikonsumsi setelah dicuci bersih dengan air.
2) Minum air yang sudah dimasak mendidih baru aman.
3) Menjaga kebersihan diri, sering gunting kuku, membiasakan cuci tangan
menjelang makan atau sesudah buang air besar.
4) Tidak boleh buang air kecil/besar di sembarang tempat, tidak menjadikan tinja
segar sebagai pupuk; tinja harus dikelola dengan tangki septik, agar tidak
mencemari sumber air.

11|Taenia saginata
5) Di Taman Kanak Kanak dan Sekolah Dasar harus secara rutin diadakan
pemeriksaan parasit, sedini mungkin menemukan anak yang terinfeksi parasit
dan mengobatinya dengan obat cacing.
6) Bila muncul serupa gejala infeksi parasit usus, segera periksa dan berobat ke
rumah sakit.
7) Meski kebanyakan penderita parasit usus ringan tidak ada gejala sama sekali,
tetapi mereka tetap bisa menularkannya kepada orang lain, dan telur cacing
akan secara sporadik keluar dari tubuh bersama tinja, hanya diperiksa sekali
mungkin tidak ketahuan, maka sebaiknya secara teratur memeriksa dan
mengobatinya.

12|Taenia saginata
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Taenia merupakan salah satu margacacing pita yang termasuk dalam
Kerajaan Animalia, FilumPlatyhelminthes, KelasCestoda, BangsaCyclophyllidea,
SukuTaeniidae. Anggota-anggotanya dikenal sebagai parasitvertebrata penting
yang menginfeksi manusia, babi, sapi, dan kerbau.
Cestoda atau cacing pita kebanyakan darinya adalah parasit. Hampir semua
merupakan endoparasit dengan hidup dalam sistem pencernaan pada vertebrata
dan larvanya ada di dalam jaringan vertebrata dan invertebrata. Salah satu jenisnya
ialah taenia saginata. Taenia saginata atau cacing pita sapi baru dapat
teridentifikasi secara jelas setelah pada tahun 1782 berkat Goeze dan Leuckart.
Pada saat itu diketahui adanya hubungan antara infeksi cacing Taenia saginata
dengan larva Sistisercus bovis yang ditemukan pada daging babi dan daging sapi.
Hospes definitive dari cacing pita Taenia saginata adalah manusia, sedangkan
hewan memamah biak dari keluarga Bovidae, seperti sapi dan kerbau adalah
hospes perantaranya.

3.2 Saran
Melakukan pencegahan melalui makanan, dengan konsumsi makanan
yang matang dan melakukan memasak daging hingga matang sebelum
dikonsumsi.

13|Taenia saginata
DAFTAR PUSTAKA

1. [CDC] Center for Disease and Prevention. 2013. Taeniasis.


[www.cdc.gov/parasite/taeniasis]
2. European Commite. 2000. The control of taeniosis/cycticercosis in man and
animals. [www.ec.europa.eu]
3. Triyaunic. 2013. Identifikasi Telur, Skoleks dan Proglotid Cacing Kelas Cestoda
(Genus Taenia). (https://triyaniuc.wordpress.com/2013/06/02/identifikasi-telur-
skoleks-dan-proglotid-cacing-kelas-cestoda-genus-taenia/, diakses pada tanggal
28, Desember 2017)
4. DEA LUDJEN . 2017. Okta Taenia Saginata.
(https://www.scribd.com/document/362257298/Okta-Taenia-Saginata/, diakses
pada tanggal 28, Desember 2017)
5. diparayogagalih .2015. 76057346 Taenia Saginata Paper.
(https://www.scribd.com/document/266970871/76057346-Taenia-Saginata-
Paper/, diakses pada tanggal 28, Desember 2017)

14|Taenia saginata

Anda mungkin juga menyukai