Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TENTANG ANATOMI FISIOLOGI KULIT DAN

PATOFISIOLOGI LUKA BAKAR

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KGD

Dosen :

Nana Rohana, SKM, M.Kep

Semester Ganjil Jalur Transfer

Disusun oleh

1. Agnes risa
2. Alfonsus liguri
3. Arbain
4. Asyhuri
5. Bayu arif
6. Cristina W
7. Diyah S
8. Dwi Nur
9. Eka Nur F
10. Imam Arrahman

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kulit adalah lapisan tubuh yang paling luar dan cukup sensitif terhadap
berbagai macam benda asing yang datang dari luar tubuh, yang menyebabkan
penyakit. Penyakit kulit bisa disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya faktor
lingkungan dan pola tingkah laku sehari-hari. Lingkungan yang sehat dan bersih akan
membawa efek yang baik bagi kulit. Sebaliknya, lingkungan kotor yang tidak terjaga
kebersihannya bisa menjadi penyebab timbulnya berbagai macam penyakit (Faulkner,
2008).
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis
yang beratmemperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi
dibandingkan dengan cederaoleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal
untuk penanganannnya. Penyebab luka bakar selain karena api ( secara langsung
ataupun tidak langsung ), juga karena pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik
maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api (
misalnya tersiram panas ) banyak terjadi pada kecelakaan rumah
tangga.(Sjamsuhidajat, 2005)
Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama
terhadap kemungkinan lingkungan yang merugikan. Kulit melindungi tubuh terhadap
infeksi, mencegah kehilangan cairan tubuh, membantu mengontrol suhu tubuh,
berfungsi sebagai organ eksretoridan sensori, membantu dalam proses aktivasi
vitamin D, dan mempengaruhi citra tubuh. Luka bakar adalah hal yang umum, namun
merupakan bentuk cedera kulit yang sebagian besar dapat dicegah.( Horne dan
Swearingen, 2000)
Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di Amerika Serikat setiap
tahunnya. Dari kelompok ini 200 ribu pasien memerlukan penanganan rawat jalan dan
100 ribu pasien dirawat di rumah sakit. Sekitar 12 ribu orang meninggal setiap
tahunnya akibat luka bakar dan cedera inhalasi yang berhubungan dengan luka bakar
lebih separuh dari kasus luka bakar dirumah sakit seharusnya dapat dicegah. Perawat
dapat memainkan peranan yang aktif dalam pencegahan kebakaran dan luka bakar
dengan mengajarkan konsep pencegahan dan mempromosikan undang undang tentang
pengamanan kebakaran. Asuhan keperawatan komprehensif yang diberikan manakala
terjadi luka bakar adalah penting untuk pencegahan kematian dan kecacatan. Adalah
penting bagi perawat untuk memiliki pengertian yang jelas tentang perubahan yang
saling berhubungan pada semua sistem tubuh setelah cedera luka bakar juga
penghargaan terhadap dampak emosional dari cedera pada korban luka bakar dan
keluarganya. Hanya dengan dasar pengetahuan komprehensif perawat dapat
memberikan intervensi terapeutik yang diperlukan pada semua tahapan penyembuhan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kulit / integumen ?
2. Bagaimana anatomi kulit / integumen ?
3. Apa fungsi kulit / integumen ?
4. Bagaimana Patofisiologi luka bakar ?
5. Apa saja tipe luka bakar ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi dan Fisiologi Integumen


Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Kulit memiliki fungsi melindungi
bagian tubuh dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi
perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan
lapisan tanduk secara terus menerus keratinisasi dan pelepasan sel-sel kulit ari yang
sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat serta
pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultra violet
matahari

B. Lapisan Kulit
Kulit tersusun dari tiga lapisan, yaitu: epidermis, dermis, dan jaringan
subkutan.
1. Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel
berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel.
Fungsi epidermis adalah proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan
sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan
alergen (sel Langerhans). Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang
paling atas sampai yang terdalam) :
a. Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan
berganti.
b. Stratum Lusidum. Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal
telapak kaki dan telapak tangan.
c. Stratum Granulosum. Mengandung protein kaya akan histidin.
d. Stratum Spinosum. Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan
tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting
untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi.
e. Stratum Basale (Stratum Germinativum). Terdapat aktifitas mitosis yang
hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara
konstan. Pidermis diperbaharui setiap 28 hari. Merupakan satu lapis sel yang
mengandung melanosit.
2. Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai
“True Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan
menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Dermis terdiri dari dua lapisan,
yaitu lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang, dan lapisan retikuler;
tebal terdiri dari jaringan ikat padat. Fungsi dermis adalah struktur penunjang,
suplai nutrisi dan respon inflamasi.
3. Jaringan Subkutan
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan
lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara
longgar dengan jaringan di bawahnya. Berfungsi menunjang suplai darah ke
dermis untuk regenerasi. Fungsi Subkutis /hipodermis adalah melekat ke struktur
dasar, isolasi panas dan cadangan kalori.

C. Fungsi Kulit
1. Perlindungan
Kulit memberikan perlindungan invasi bakteri dan benda asing lainnya. Bagian
sternum korneum epidermis meripakan barrier yang paling efektif terhadap
berbagai faktor lingkungan, seperti zat-zat kimia, sinar matahari, virus, fungus,
gigitan serangga, luka karena gesekan angin, dan trauma. Lapisan dermis kulit
memberikan kekuatan mekanis dan keuletan lewat jaringan ikat fibrosa dan
serabut kolagennya. Serabut elastic dan kolagen yang saling berjalin dengan
epidermis memungkinkan kulit untuk berperilaku sebagai satu unit.
2. Sensibilitas
Fungsi utama reseptor pada kulit adalah untuk mengindera suhu, rasa nyeri,
sentuhan yang ringan dan tekanan. Berbagai ujung saraf bertanggung jawab untuk
bereaksi terhadap stimuli yang berbeda.
3. Keseimbangan Air
Stratum korneum memiliki kemampuan untuk menyerap air sehingga lapisan
tersebut dapat mencegah kehilangan air dan elektrolit yang berlebihan dari bagian
internal tubuh dan mempertahankan kelembaban dalam jaringan subkutan. Selain
itu, kulit juga akan mengalami evaporasi secara terus-menerus dari permukaan
kulit. Evaporasi ini yang dinamakan perspirasi tidak kasat mata (insensible
perspiration) berjumlah kurang-lebih 600 ml per hari untuk orang dewasa yang
normal. Pada penderita demam, kehilangan ini dapat meningkat. Ketika terendam
dalam air, kulit dapat menimbun air tiga sampai empat kali berat normalnya.
4. Pengatur Suhu
Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai proses metabolisme
makanan yang memproduksi energi. Tiga proses fisik yang penting terlibat dalam
kehilangan panas dari tubuh ke lingkungan, yaitu radiasi (perpindahan panas ke
banda lain yang suhunya lebih panas), konduksi (pemindahan panas dari tubh ke
benda lain yang lebih dingin), dan konveksi (pergerakkan massa molekul udara
hangat yang meninggalkan tubuh). Dalam kondisi normal, produk panas dari
metabolism akan diimbangi oleh kehilangan panas, dan suhu internal tubuh akan
dipertahankan agar tetap konstan pada suhu kurang-lebih 37Oc.
Pengeluaran keringat merupakan proses lainnya yang digunakan tubuh untuk
mengatur laju kehiangan panas. Pada hawa lingkungan yang sangat panas, laju
produksi keringat dapat setinggi 1 L/jam. Dalam keadaan tertentu, misalnya pada
stress emosional, perspirasi dapat terjadi secara refleks dan tidak ada
hubungannya dengan keharusan untuk menghilangkan panas dari tubuh.
5. ProduksiVitamin
Kulit yang terpajan sinar ultraviolet dapat mengubah substansi yang diperlukan
untuk mensintesis vitamin D. Vitamin D merupakan unsur esensial untuk
mencegah penyakit riketsia, suatu keadaan yang terjadi akibat defisiensi vitamin
D, kalsium serta fosfor dan yang menyebabkan deformitas tulang (Morton, 1993
dalam Brunner and Suddarth, 2002).
6. Fungsi Respons Imun
Hasil-hasil penelitian terakhir (Nicholoff, 1993 dalam Brunner dan Suddarth,
2002) menunjukkan bahwa beberapa sel dermal (sel-sel Langerhans, IL-1 yang
memproduksi keratinosit, dan sub kelompok limfosit-T) merupakan komponen
penting dalam sistem imun.
BAB III
PEMBAHASAN LUKA BAKAR

A. Pengertian

Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebebkan

kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.

(Musliha, 2010.

Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,

bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih

dalam.(Padila, 2012)

Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak

langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat

kimia (chemycal), atau radiasi (radiation). (Pamela, 2010). Luka bakar (Burn) adalah

kerusakan pada jaringan kulit dan tubuh karena nyala api, panas, dingin friksi, radiasi

(kulit menggelap terbakar matahari), bahan kimia, atau listrik. Luka bakar biasanya

terbagi menjadi tiga kategori, bergantung pada keparahannya. (Digiulio, 2014).

B. Fase Luka Bakar

Fase-fase luka bakar menurut Padila (2012) sebagai berikut :

1. Fase akut

Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan

mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme

bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi

segera atau beberapa saat terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran

pernafasan akibat cidera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi

adalah penyebabkematian utama penderita pada fase akut.


2. Fase sub akut

Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan

atau kehilangan jaringan akibat akibat kontak dengan sumber panas. Luka yang

terjadi menyebabkan :

a. Proses inflamasi dan infeksi.

b. Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak

berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ-organ fungsional.

c. Keadaan hipermetabolisme.

3. Fase lanjut

Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan

pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini

adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, keloid, gangguan pigmentasi,

deformitas dan kontraktur.

C. Klasifikasi Luka Bakar (musliha, 2010)

Klasifikasi menurut Musliha (2010) antara lain :

1. Menurut dalamnya luka bakar

a. Derajad 1

Pada derajad 1 luka bakar akan sembuh pada waktu yang singkat. Paling

lambat 1 minggu tanpa dilakukan pengobatan apapun, kecuali apabila pada

derajad satu ini penderita kesakitan, bisa diberikan analgesik tetapi analgesik

yang tidak dapat menurunkan suhu tubuh. Ciri luka bakar derajad satu adalah

kulit hanya tampak kemerahan tanpa ada kerusakan jaringan kulit.


b. Derajad 2

1. Derajad 2 dangkal (superficial)

Pada derajad dua ini kulit berwarna merah dan adanya bula (gelembung),

organ kulit seperti kelenjar sebasea, dan kelenjar kulit masih utuh, pada

luka bakar ini terjadi kerusakan epidermis yang ditandai dengan rasa nyeri

dan akan sembuh dalam waktu 10-14 hari, dapat bula diberikan

pengompresan dengan NaCl.

2. Derajad 2 dalam (deep)

Luka bakar derajad dua ini kulit kemerahan, dengan jaringan yang

terkelupas (kerusakan dermis dan epidermis). Organ-organ kulit seperti

kelenjar keringat, folikel rambut, kelenjar sebasea sebagian besar masih

utuh, proses penyembuhan pada darejad dua dalam ini biasanya

memerlukan waktu yang lama tergantung jaringan epitel yang masih

tersisa.
c. Derajad 3

Luka bakar derajad tiga ini ditandai dengan seluruh dermis dan epidermis

mengalami kerusakan. Tidak dijumpai rasa nyeri dan kehilangan sensasi, oleh

karena ujung-ujung saraf sensori mengalami kerusakan atau kematian, bahkan

bisa merusak kematian jaringan lemak maupun otot walaupun jaringan

tersebut tidak mengalami nekrosis. Penyembuhan terjadi lama karena tidak

terbentuk epitelisasi jaringan dari dasar luka yang spontan. Kulit yang terbakar

berwarna abu-abu dan pucat. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan

dermis yang dikenal sebagai eskar.

2. Menurut luas luka bakar

Wallance membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of

nine atau rules of wallance yaitu :


a. Kepala dan leher : 9%

b. Lengan masing-masing 9% : 18%

c. Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%

d. Tungkai masing-masing 18% : 36%

e. Genetalia atau perineum : 1%

Total keseluruhan : 100%

Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak

jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan

luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi, dan

rumus 10-15-20 untuk anak.


3. Berat ringannya luka bakar

a. Persentasi area (luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.

b. Kedalaman luka bakar

c. Anatomi lokasi luka bakar

d. Umur klien

e. Riwayat pengobatan yang lalu

f. Trauma yang menyertai atau bersamaan

American Collage of surgeon dalam Padila (2012) membagi dalam :

a. Parah Critical) :

1) Tingkat II : 30% atau lebih

2) Tingkat III : 10% atau lebih

3) Tingkat III : pada tangan, kaki, dan wajah

4) Dengan adanya komplikasi pernafasan, jantung, fraktur, soft tissue yang luas.

b. Sedang (moderate) :

1) Tingkat II : 15-30%

2) Tingkat III : 1-10%

c. Ringan (minor) :

1) Tingkat II : kurang dari 15%

2) Tingkat III : kurang dari 1%

D. Etiologi

Etioliogi menurut Musliha (2010) sebagai berikut :

1. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn)

Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan :

a. Gas
Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan oklusi

jalan nafas akibat edema.

b. Cairan

c. Bahan padat (solid)

2. Luka bakar bahan kimia (Hemical Burn)

Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam

atau basa kuat. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat-zat

pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat

kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer.

3. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)

Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi listrik

yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya

kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.

4. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)

Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini

seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber

radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar

matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar

radiasi.

F. Patofisiologi

Pada dasarnya luka bakar itu terjadi akibat paparan suhu yang tinggi, akibatnya akan

merusak kulit dan pembuluh darah tepi maupun pembuluh darah besar dan akibat dari

kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan plasma sel darah, protein dan albumin,

mengalami gangguan fisiologi. Akibatnya terjadilah kehilangan cairan yang massif,

terganggunya cairan di dalam lumen pembuluh darah. Suhu tinggi juga merusak pembuluh
darah yang mengakibatkan sumbatan pembuluh darah sehingga beberapa jam setelah reaksi

tersebut bisa mengakibatkan radang sistemik, maupun kerusakan jaringan lainnya. Dari

kilasan diatas maka pada luka bakar juga dapat terjadi syok hipovolemik atau burn shock.

Dalamnya luka bakar tergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamanya

kontak dengan agen tersebut. Sebagai conth, pada kasus luka bakar tersiram air panas pada

orang dewasa, kontak selama 1 detik dengan air yang panas dari shower dengan suhu 68,90C

dapat menimbulkan luka bakar yang merusak epidermis serta dermis sehingga terjadi cedera

derajat- tiga ( fullthickness injury ). Pajanan selama 15 menit dengan air panas yang suhunya

sebesar 56,10C mengakibatkan cedera full-thickness yang serupa. Suhu yang kurang dari

440C dapat ditoleransi dalam periode waktu yang lama tanpa menyebabkan luka bakar.

Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor inflamasi

yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen serum, gangguan fungsi

neutrofil, limfositopenia. Imunosupresi membuat pasien luka bakar bereisiko tinggi untuk

mengalmai sepsis. Hilangnya kulit menyebabkan ketidakmampuan pengaturan suhunya.

Beberapa jam pertama pasca luka bakar menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-

jam berikutnya menyebabkan hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme. (Musliha,

2010.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama

terhadapkemungkinan lingkungan yang merugikan. Kulit melindungi tubuh terhadap infeksi,

mencegahkehilangan cairan tubuh, membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai organ

eksretoridan sensori, membantu dalam proses aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi citra tubuh.

Luka bakar adalah hal yang umum, namun merupakan bentuk cedera kulit yang sebagian besar dapat

dicegah

Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang

beratmemperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan

cederaoleh sebab lain .Biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab

lukabakar selain karena api ( secara langsung ataupun tidak langsung ), juga karena pajanan

suhutinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat

tidak langsung dari api ( misalnya tersiram panas ) banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga.

Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak

dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ke tubuh (flash),

terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan

listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari.

B. Saran

a. Untuk mahasiswa sebaiknya dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien

dengan luka bakar diharapkan mampu memahami konsep dasar luka bakar serta

konsep asuhan keperawatan.

b. Untuk institusi pendidikan hendaknya lebih melengkapi literatur yang berkaitan

dengan penyakit ini.


c. Diharapkan seorang Perawat agar dapat lebih profesional dengan pengetahuan

dan ketrampilan yang dimiliki sehingga dapat melakuan penanganan luka bakar

dengan cepat dan tepat.


DAFTAR PUSTAKA

Davenport, Joan. Patient Assessment:Integumentary System Chapter 51.


http://connectiondev.lww.com/Products/morton/documents/pdfs/morton_ch51.pdf
Physical Assessment - Chapter 2 Integumentary System.
http://nursinglink.monster.com/training/articles/297-physical-assessment---chapter-2-
integumentary-system
http://smartanddelicious.blogspot.com/2010/11/pemeriksaan-fisik-sistem-integumen.html

Anda mungkin juga menyukai