Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS SEDERHANA BERBASIS KERUANGAN DENGAN

MENGGUNAKAN QUERY PROXIMITY ANALYSIST

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Geografis


(TKP350)

Dosen Pengampu:
Widjonarko, ST. MT

Disusun Oleh:
Nama : Annisa Sahira Firdaus
NIM :21040116120035
Kelas : B/PWK 2016

DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
I. PENDAHULUAN
Kecamatan Tugu merupakan salah satu dari 16 kecamatan yang ada di
Kota Semarang. Kecamatan Tugu memiliki luas wilayah sebesar 3.3306 Ha
yang terbagi kedalam tujuh kelurahan. Menurut data statistic daerah
Kecamatan Tugu tahun 2016, Kecamatan Tugu memiliki jumlah penduduk
sebanyak 32,041 jiwa dengan pertumbuhan penduduk sebesar 1,15%.
Sedangkan luas lahan yang dimiliki Kecamatan Tugu sebesar 32,28 km2
sehingga kepadatan penduduk pada tahun 2016 mencapai 993 jiwa/km2
dengan rata-rata anggota keluarga per rumah tangga yaitu 4 jiwa. Jumlah
penduduk yang demikian membutuhkan sarana kesehatan yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fasilitas adalah sarana
untuk melancarkan dan mempermudah pelaksanaan suatu fungsi. Fasilitas
dibagi menjadi dua menurut fungsinya, yaitu fasilitas umum dan fasilitas
sosial. Fasilitas sosial adalah fasilitas yang disediakan pemerintah atau swasta
untuk masyarakat, seperti sekolah, klinik dan tempat peribadatan. Sedangkan
fasilitas umum berupakan fasilitas yang disediakan untuk kepentingan umum
seperti jalan dan alat penerangan umum.
Menurut UU No. 23 Tahun 1992, sarana kesehatan adalah tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Salah satu di antaranya
adalah Pusat Kesehatan Masyarakat (PusKesMas). Pusat Kesehatan
Masyarakat adalah sarana unit fungsional kesehatan terdepan yang
memberikan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat.
Sarana yang baik adalah sarana yang dapat melayani kebutuhan
masyarakat sekitar dengan optimal. Optimal berarti dapat menjangkau
seluruh masyarakat sekitar dengan jarak radius tertentu yang ditetapkan
dalam SNI (Standar Nasional Indonesia). Dasar dari penyediaan sarana
kesehatan didasari oleh jumlah penduduk yang akan dilayani oleh sarana
kesehatan tersebut. Sedangkan dasar penempatan penyediaan fasilitas
kesehatan yang lainnya adalah pertimbangan jangkauan radius area layanan
terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani
area tertentu.
Menentukan suatu lokasi yang optimal untuk sarana kesehatan seperti
puskesmas memerlukan berbagai pertimbangan yang harus diperhatikan. Hal
tersebut menyesuaikan dengan keadaan yang ada di wilayah tersebut.
Pertimbangan yang harus dikonsiderasikan antara lain adalah kepadatan
penduduk, jangkauan sarana sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI),
tata guna lahan, aksesibilitas jalan, bahaya geologi seperti banjir, gerakan
tanah dan lain sebagainya.
II. RUMUSAN MASALAH
Suatu wilayah terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu
akibat pertumbuhan penduduk dan pembangunan yang terus menerus. Hal
tersebut menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan sarana kesehatan. Saat
ini di Kecamatan Tugu hanya memiliki 1 puskesmas lingkup kecamatan.
Bedasarkan SNI 01-1733-2004 tentang Tata cara perencanaan
lingkungan perumahan di perkotaan, jangkauan pelayanan puskesmas
pembantu adalah 1500m. Berdasarkan hasil analisis spasial, puskesmas yang
ada di Kecamatan Tugu tidak bisa menjangkau seluruh kecamatan yang
terbentang seluas 31 km2. Maka dari itu diperlukan analisis lebih lanjut
mengenai rekomendasi lokasi pembangunan puskesmas di Kecamatan Tugu.

III. DASAR ASUMSI


3.1 Standar Fasilitas Kesehatan
Menurut Badan Standar Nasional, sarana kesehatan berfungsi
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran yang
sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan
masyarakat sekaligus untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk. (SNI 03-
1733-2004). Tabel dibawah ini merupakan tabel kebutuhan sarana kesehatan.
Table 1. Tabel Kebutuhan Sarana Kesehatan
Kebutuhan Per
Kriteria
Jumlah Satuan Sarana
Jenis Penduduk Luas Luas Standar
Keterangan
Sarana Pendukung Lantai Lahan (m2/jiwa) Radius Lokasi dan
(Jiwa) Min. Min. Pencapaian Penyelesaian
(m2) (m2)
Posyandu 1.250 36 60 0,048 500 Ditengah Dapat ber-
kelompok gabung dengan
tetangga balai warga
tidak atau sarana
menyebrang hunian/rumah
jalan raya
Balai 2.500 150 300 0,12 1.000 m Ditengah Dapat
Pengobatan kelompok bergabung
warga tetangga dengan lokasi
tidak balai warga
menyebrang
jalan raya.
BKIA/ 30.000 1.500 3.000 0,1 4.000 m Dapat
Klinik dijangkau
Bersalin dengan
kendaraan
umum
Puskesmas 30.000 150 300 0,006 1.500 m - idem- Dapat
Pembantu bergabung
dan Balai dengan kantor
Pengobatan kelurahan
Lingkungan
Puskesmas 120.000 420 1.000 0,008 3.000 m - idem - Dapat
dan Balai bergabung
Pengobatan dalam lokasi
kantor
kecamatan
Tempat 5.000 18 - - 1.500 m - idem - Dapat
Praktek bergabung
Dokter dengan rumah
Apotik / 30.000 120 250 0,0025 1.500 m - idem - tinggal/tempat
Rumah usaha/apotik
Obat
Sumber: SNI 03-1733-2004, Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan

Dapat diketahui dari tabel diatas bahwa satu puskesmas pembantu


membutuhkan jumlah penduduk pedukung sektiar 30.000 jiwa dengan radius
pencapaian hinga 1.500 m.
3.2 Aksesibilitas
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014 tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat, fasilitas kesehatan harus diletakkan di lokasi
dimana aksesibilitasnya mudah, yaitu dapat dijangkau oleh kendaraan umum.
Berdasarkan keterangan dari Publikasi Kementrian PU, Pedoman
Perencanaan, Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan
Pejalan kaki di Kawasan Perkotaan, bahwa; cuaca yang buruk akan
mengurangi keinginan orang untuk berjalan. Di Indonesia, dengan cuaca yang
panas, orang hanya ingin menempuh maximal 400 meter dengan berjalan kaki.
3.3 Geografis
Berdasarkan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 Tahun 2014
tentang Kesehatan Masyarakat, lokasi puskesmas tidak didirikan di lokasi
berbahaya yaitu tidak didekat kaki gunung yang rawan terhadap longsor, tidak
dekat anak sungai, tidak di daerah rawan tsunami dan tidak didaerah rawan
banjir.
3.4 Tata Guna Lahan
Puskesmas lebih baik diletakkan di Kawasan budidaya untuk
mengurangi potensi bahaya geologi dan lainnya. Selain itu, perlu diperhatikan
peruntukan lahannya. Puskesmas lebih baik diletakkan di lahan yang di
peruntukkan untuk permukiman, bukan di Kawasan industry maupun
tambak.
IV. PEMBAHASAN
Dalam menyelesaikan tugas ini, penulis menggunakan model builder
pada arcgis untuk mempermudah pengerjaan tugas. Model builder adalah
suatu alat atau tool yang bersifat grafis untuk perancangan model, simulasi
dan analisis matematika yang terdiri dari sistem persamaan diferensial biasa.
Dengan menggunakan Model Builder direpresentaikan dalam bentuk aliran
atau flow chart yang memudahkan dalam memahami proses dari sebuah
model. Pada software Arcgis, model builder bisa langsung digunakan tanpa
memerlukan ekstensi khusus. Flowchart dibawah ini merupakan alur kerja
dari model builder di arcgis untuk menganalisis lokasi yang sesuai untuk direkomendasikan sebagai lokasi baru untuk
puskesmas.
Pada analisis kali ini, terdapat beberapa tahapan untuk mengolah data
vector secara sederhana. Tahapan tersebut adalah; Multiple Ring Buffer, Clip,
Union dan Query.
• Multiple Ring Buffer
Multiple ring buffer adalah fitur analisis untuk membuat beberapa buffer
pada jarak tertentu di sekitar fitur asli. Secara opsional, buffer ini dapat
digabung menggunakan nilai jarak buffer untuk membuat buffer yang tidak
tumpang tindih.

Sumber: help.arcgis.com
Gambar 1. Ilustrasi Multiple Ring Buffer
Pada analisis rekomendasi lokasi puskesmas, multiple ring buffer
digunakan untuk memberikan jarak jangkauan jalan dan jangkauan
puskesmas eksisting. Jangkauan jalan diberikan jarak 200 dan 400 m sesuai
dengan keterangan dari publikasi kementrian PU bahwa di Indonesia dengan
cuaca yang buruk, jarak maximal yang akan ditempuh oleh pejalan kaki sejauh
400 m. Selebih dari itu maka sarana tidak dapat di capai dengan berjalan kaki
dari akses jalan.
Sedangkan untuk jangkauan puskesmas eksisting, sesuai dengan SNI 03-
1733-2004, Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan
bahwa jangkauan puskesmas hanya sampai dengan 1.500 m. Maka pada fitur
multiple ring buffer ini, penulis mengklasifikasi menjadi 4 kelas yaitu jarak
dekat dengan puskesmas, jarak sedang dengan puskesmas, jarak jauh dengan
puskesmas dan tidak terjangkau puskesmas. Jarak yang ditentukan secara
berturut-turut adalah 500 m, 1000 m, 1.500 m dan >1.500 m.
• Clip
Di GIS, feature clip adalah untuk membuat SHP baru dengan
mempertahankan data yang ada. Batas-batas polygon kedua dikenakan pada
polygon pertama. Semua area lain dibuang dan tidak lagi menjadi bagian dari
fitur polygon pertama. Data yang terpotong menjadi fitur baru. Ini adalah
analogis terhadap “cookie cutter” yang digunakan untuk memotong area
spesifik dari peta untuk membuat peta baru yang lebih kecil.
Contohnya untuk analisis kali ini adalah clip Union Buffer Jalan dengan
batas kecamatan Tugu. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk
memotong bagian union buffer jalan diluar kecamatan tugu karena data diluar
kecamatan tugu tidak dibutuhkan. Ilustrasi dari fitur clip dapat dilihat
dibawah ini.

Sumber: help.arcgis.com
Gambar 2. Ilustrasi Clip

• Union
Union merupakan proses analisis untuk menggabungkan dua fiture dan
keseluruhan layer. Seluruh fitur akan dituangkan pada output feature class
dengan attribute dari input feature tersebut yang tumpang tindih. Gambar
dibawah ini merupakan ilustrasi dari union.

Sumber: help.arcgis.com
Gambar 3. Ilustrasi Union
Pada analisis rekomendasi puskesmas, fitur union digunakan untuk
beberapa tahap. Tahap pertama adalah untuk menggabungkan hasil clip
multiple ring buffer dengan SHP Kecamatan Tugu. Clip dari multiple ring buffer
tersebut berupa jangkauan aksesibilitas kecamatan tugu dan jangkauan
puskesmas eksisting. Hal tersebut dilakukan untuk menggabungkan antara
hasil clip multiple ring buffer dengan SHP Kecamatan Tugu. Tahap selanjutnya
yang menggunakan union adalah menggabungkan antara seluruh SHP hasil
olahan (jangkauan puskesmas, jangkauan aksesibilitas, SHP Jumlah Penduduk,
SHP Rawan Bencana dan SHP Tata Guna Lahan), hal tersebut dimaksudkan
untuk menggabungkan antara seluruh hasil olahan menjadi 1 output yang
kemudian dari hasil output tersebut di analisis query untuk menghasilkan peta
analisis rekomendasi lokasi puskesmas baru.
• Query (Select by Attribute)
Fungsi query digunakan untuk melakukan editing data, selain untuk
memilih data tertentu untuk kemudian di edit ataupun untuk
membuat/menjadikan hasil query menjadi data yang baru. Dalam analisis kali
ini, penulis menggunakan query untuk menentukan mana lokasi yang sesuai
dengan ketentuan yang telah ditentukan dan mana yang tidak. Dari ke 5
ketentuan untuk membangun puskesmas baru (tata guna lahan, jumlah
penduduk, jangkauan puskesmas eksisting, rawan bencana dan aksesibilitas)
maka dipilih dimana seluruh ketentuan tersebut terpenuhi.
Peta rekomendasi lokasi puskesmas baru dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.

Hasil: Analisis Penulis, 2018


Gambar 4. Peta Rekomendasi Lokasi Puskesmas Baru, Kecamatan Tugu

V. KESIMPULAN
Penentuan lokasi puskesmas ditentukan oleh banyak faktor untuk
mendapatkan lokasi yang tepat. Beberapa faktor diantaranya yaitu; tata guna
lahan, rawan bencana, aksesibilitas, jusmlah penduduk dan jangkauan
puskesmas eksisting. Dari berbagai faktor tersebut dapat di analisis
menggunakan ArcGIS dengan sederhana. Fitur-fitur yang digunakan untuk
menciptakan rekomendasi lokasi puskesmas baru dapat berupa clip, union,
multiple ring buffer dan query. Dari hasil analisis tersebut maka dapat dilihat
dimana saja lokasi-lokasi yang sesuai untuk pembangunan puskesmas baru di
Kecamatan Tugu.

Anda mungkin juga menyukai