Anda di halaman 1dari 14

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Lengkap Fisiologi Tumbuhan dengan judul praktikum


“Mengukur Tingkat Transpirasi dari Pemotongan Tanaman dan
Menyelidiki Gravitropisme dengan Dandelion” yang disusun oleh:
nama : Musdalifa
NIM : 1614041012
kelas : Pendidikan Biologi B
kelompok : III (tiga)
telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten/Koordinator Asisten maka dinyatakan
diterima.

Makassar, April 2018


Koordinator Asisten Asisten

Ferry Irawan, S.Pd Ferry Irawan, S.Pd

Mengetahui,
Dosen Penanggung jawab

Dr. Ismail, M.S.


NIP. 19611231 198603 1 015
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tumbuhan merupakan salah satu makhluk hidup yang bergerak secara
pasif, berbeda dengan hewan dan manusia yang bergerak aktif. Meskipun
demikian, tumbuhan terdiri atas organ-organ yang sangat kompleks untuk
dipelajari sama seperti makhluk hidup lainnya. Tumbuhan memiliki organ-
organ seperti akar, batang, daun, bunga dan buah bagi tumuhan lengkap,
meskipun terdapat tumbuhan yang tidak memilki organ-organ tersebut.
Setiap tumbuhan pasti memiliki suatu jaringan yang terdapat pada
organnya untuk mengangkut berbagai jenis mineral dan hasil fotosintesis yang
kita kenal dengan xilem dan floem. Jaringan ini berperan untuk mengambil air
dari dalam tanah dan kemudian menyebarkannya ke seluruh tubuh tumbuhan
agar semua organ tadi mampu berkembang dengan baik. Selain mengambil air
dari dalam tanah, tumbuhan juga dapat mengeluarkan atau kehilangan air
dalam bentuk uap ke atmosfer. Adapun prosesnya disebut dengan transpirasi.
Transpirasi merupakan suatu proses pelepasan air pada tumbuhan dalam
bentuk uap air. Transpirasi biasanya banyak terjadi pada daun, hal ini
dikarenakan di daun terkandung stomata. Dengan adanya transpirasi, aliran air
yang diterima setiap organ tumbuhan dapat terjadi secara merata dari akar,
batang, dan daun. Seperti yang kita ketahui bahwa transpirasi ini merupakan
salah satu proses yang mengatur fisiologi pada tumbuhan yang berhubungan
dengan kondisi tubuh dan lingkungan sekitarnya.
Selain transpirasi, tumbuhan juga mengalami yang namanya
gravitropisme. Dimana gravitropisme merupakan gerak pertumbuhan ke arah
atau menjauhi tarikan gravitasi. Gravitropisme bersifat positif jika
pertumbuhan mengarah ke bawah dan bersifat negatif jika pertumbuhan
mengarah ke atas. Bagian tumbuhan yang dapat menerima rangsangan gravitasi
adalah tudung akar dan pucuk batang.
Dalam aktivitas hidup tumbuhan, transpirasi penting dalam hal membantu
meningkatkan laju angkutan air dan garam mineral, mengatur suhu tubuh agar
sel tetap dalam keadaan yang optimal, begitupun dengan gravitropisme yang
memiliki fungsinya sendiri. Mengingat akan pentingnya pemahaman tentang
proses transpirasi dan gravitropisme. Sehingga sebagai mahasiswa biologi,
selain mempelajarinya dalam ruang kelas, juga dirasa sangat penting untuk
melakukan praktikum yang berkaitan dengan transpirasi dan gravitropisme.
Dengan demikian pemahaman kita tentang transpirasi dan grvitropisme dapat
lebih luas.
B. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui tingkat transpirasi dari pemotongan tanaman
2. Untuk mengetahui pergerakan tanaman (gravitropisme) dengan dandelion.
C. Manfaat Praktikum
1. Setelah melakukan praktikum, mahasiswa dapat mengetahui bagaimana
tingkat transpirasi tanaman melalui pemotongan batang.
2. Setelah melakukan praktikum, mahasiswa dapat mengetahui cara
mengamati gravitropisme dengan menggunakan dandelion dan dapat
menegetahui faktor-faktor yang mempengaruhi gerak pada tumbuhan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Transpirasi
Transpirasi merupakan proses pergerakan air dalam tubuh tanaman dan
hilang menjadi uap air ke atmosfer. Proses transpirasi dimulai dari absorbsi air
tanah oleh akar tanaman yang kemudian ditransport melalui batang menuju daun
dan dilepaskan sebagai uap air ke atmosfer. Laju transpirasi dipengaruhi oleh
faktor karakter vegetasi, karakter tanah, lingkungan serta pola budidaya tanaman.
Laju transpirasi mempunyai relasi dengan jenis tanaman dan populasi tanaman.
Perbedaan jenis tanaman berpengaruh terhadap laju transpirasinya. Volume air
tanah yang mampu diserap oleh tanaman sangat bergantung pada pola perakaran,
semakin tinggi penetrasi akar pada tanah, semakin tinggi atau banyak air yang
mampu diserap oleh tanaman sehingga volume air yang mengalami transpirasi
juga semakin tinggi. Perbedaan struktur kanopi dapat dilihat dari perbedaan
struktur batang serta daun yaitu luas daun, dimana semakin tinngi indeks luas
daun tanaman maka semakin tinggi laju transpirasi tanaman. Transpiasi dikontrol
oleh perilaku membuka dan menutupnya stomata, dimana stomata bervariasi
menurut jenis tanamannya (Prijono, 2016).
Transpirasi merupakan proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan dalam
bentuk uap air. Sedangkan evaporasi adalah hilangnya air dalam bentuk uap dari
tumbuhan dan lingkungan ke atmosfer. Tumbuhan dalam aktivitas hidupnya,
mengeluarkan sejumlah besar air yang diserap (90%) ke atmosfer dalam bentuk
uap air, hanya 1 – 2% digunakan oleh tumbuhan dalam proses fotosintesis atau
didalam kegiatan metabolik sel-sel daunnya.Proses transpirasi terjadi melalui 2
tahapan, yaitu:
1. Evaporasi air dari dinding sel ke ruang antar sel yang ada dalam daun.
Proses ini akan terus berlangsung sampai rongga antar sel jenuh dengan uap
air. Sel-sel yang menguapkan air ke rongga antar sel akan kekurangan air
sehingga potensial airnya menurun. Pada tahap inilah air yang diserap oleh
akar akan dibawa naik melalui pembuluh xylem sampai bagian daun.
2. Difusi air dari ruang antar sel ke atmosfer melalui stomata, kutikula ataupun
lentisel.
Berdasarkan bagian tumbuhan yang dijadikan tempat transpirasi, maka
transpirasi dibedakan menjadi 3 yaitu: transpirasi stomata, transpirasi kutikula,
dan transpirasi lentisel (Isnaini dkk, 2016).
Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel-sel mesofil ke rongga
antar sel yang ada dalam daun. Penguapan air ke rongga antar sel akan terus
berlangsung selama rongga antar sel belum jenuh dengan uap air. Sel-sel yang
menguapkan airnya ke rongga antra sel akan mengalami kekurangan air sehingga
PAnya menurun. Kekurangan ini akan diisi oleh air yang berasal dari xilem tulang
daun, yang selanjutnya tulang daun akan menerima air dari batang dan batang
menerima dari akar dan seterusnya. Uap air yang terkumpul dalam rongga antar
sel akan tetap berada dalam rongga antar sel tersebut selama stomata pada
epidermis daun tidak membuka. Bila ada air yang keluar menembus epidermis
dan kutikula jumlahnya hanya sedikit dan dapat diabaikan (ismiai, 2016).
Dalam daur hidrologi, air presipitasi akan mengalami infiltrasi sebagai air
tanah, intersepsi dan sebagian lainnya hilang melalui limpasan permukaan.
Sebagian air presipitasi yang mengalami intersepsi oleh kanopi akan dievaporasi
ke atmosfer dan sebagian lainnya akan masuk ke dalam tanah melalui proses
infiltrasi menjadi air tanah. Proses kehilangan air tanah akan terjadi dari mintakat
perakaran melalui proses transpirasi dan proses evaporasi akan terjadi melalui
permukaan tanah pada lahan kosong. Kadar lengas tanah merupakan karakter
tanah yang diduga berpengaruh terhadap laju transpirasi, dimana semakin tinggi
kadar lengas tanah maka semakin besar volume air yang diabsorbs dan
ditranspirasi oleh tamanan. Pendapat ini didukung oleh pernyataan dimana lengas
tanah dan distribusi lengas tanah berpengaruh terhadap transpirasi. Pada saat
tanah mulai mengering maka laju transpirasi akan berkurang sebagai fungsi dari
lengas tanah Tingkat curah hujan dan temperature merupakan faktor lingkungan
yang berpengaruh terhadap laju transpirasi tanaman. Laju transpirasi tanaman
bergantung pada curah hujan dimana tingginya curah hujan diikuti oleh
peningkatan laju transpirasi tanaman. Dalam proses transpirasi, air bergerak dari
daun yang mempunyai tingkat kelembaban yang lebih tinggi menuju atmosfir
yang lebih kering sehingga temperature udara mempunyai pengaruh terhadap laju
transpirasi. Temperature tanah juga merupakan faktor pembatas transpirasi
dimana pada suhu dibawah +80 C conductance stomata rendah dan permeabilitas
akar menurun sehingga menghambat laju transpirasi tanaman (Prijono, 2016).
Penggunaan lahan berperan penting dalam mengontrol status lengas tanah
melalui pengaruhnya terhadap infiltrasi, limpasan permukaan dan
evapotranspirasi. Perubahan vegetasi dari pohon menjadi tanaman budidaya
maupun padang rumput dapat menurunkan laju transpirasi vegetasi. Perbedaan
laju transpirasi dari vegetasi merupakan pengaruh dari perubahan penggunaan
lahan. Penggunaan lahan dengan vegetasi yang berbeda berpengaruh terhadap
variasi pola lolos tajuk yang diakibatkan oleh perbedaan kanopi dan pola naungan
permukaan tanah dimana hal tersebut berpengaruh terhadap laju evaporasi dan
ekstraksing lengas untuk transpirasi dari profil tanah. Kebutuhan air tanaman di
hutan lebih besar apabila dibandingkan dengan padang rumput karena pada
penggunaan lahan hutan mempunyai laju transpirasi yang tinggi, periode proses
transpirasi yang panjang serta pola akar yang dalam sehingga tanaman mampu
menyerap lebih banyak air (Prijono, 2016).
Gravitropisme
Gravitropisme merupakan gerak pertumbuhan ke arah atau menjauhi
tarikan gravitasi. Gravitropisme bersifat positif jika pertumbuhan mengarah ke
bawah dan bersifat negatif jika pertumbuhan mengarah ke atas. Bagian tumbuhan
yang dapat menerima rangsangan gravitasi adalah tudung akar dan pucuk batang.
Batang dan tangkai bunga biasanya bersifat gravitropis negatif, namun responnya
sangat beragam. Batang utama akan tumbuh 180° dari arah gravitasi sedangkan
cabang, tangkai daun, rimpang dan stolon biasanya lebih mendatar. Berdasarkan
arah pertumbuhan terhadap gravitasi, gravitropisme terbagi menjadi
orthogravitropisme (pertumbuhan tegak lurus ke atas ataupun ke bawah),
diagravitropisme (pertumbuhan mendatar), plagiogravitropisme (pertumbuhan
membentuk sudut tertentu). Sedangkan organ yang tidak mendapat pengaruh
gravitasi disebut agravitropis (Harahap, 2012).
Rangsangan gravitasi diterima oleh sel melalui dua cara yaitu menerima
perbedaan tekanan pada sel sebagai akibat teijadinya distribusi partikel-partikel
ringan dan berat yang tidak merata di dalam sel. Kedua adalah timbulnya tekanan
sebagai akibat adanya fluktuasi perubahan status air dalam sel, akan menimbulkan
tekanan yang disebabkan kandungan sel. Pengaruh gravitasi diterima oleh tudung
akar maupun pucuk batang. Namun penerimaan rangsangan gravitasi oleh ujung
akar dan ujung batang tidak sama. Suatu rangsangan gravitasi diterima oleh
statolit Sel yang mengandung statolit disebut statosit. Statolit adalah badan-badan
kecil dengan berat jenis tinggi, yang mengendap ke dasar sel. Badan-badan yang
mengendap pada sitoplasma meliputi inti sel, diktiosom, mitokondria dan butir-
butir pati (amiloplas) (Harahap, 2012).
Di antara badan-badan sel menunjukkan bahwa amiloplas merupakan
statolit di dalam sel yang menerima rangsangan gravitasi, Beberapa bukti yang
menguatkan pernyataan ini adalah:
1. Adanya hubungan yang erat antara adanya amiloplas yang terendap dalam
organ dengan kemampuan organ untuk tanggap secara gravitropis.
2. Waktu yang diperlukan untuk respon gravitropik berhubungan erat dengan
laju pengendapan amiloplas
3. Jika akar atau koleoptil diberi giberelin dan kinetin pada suhu tinggi
menyebabkan amiloplas menghilang, demikian pula dengan respon terhadap
gravitasi.
4. Kepekaan gravitropik muncul kembali pada waktu yang bersamaan dengan
muncul kembali butir pati atau setelah tudung akar baru muncul.
Mekanisme respon terhadap gravitasi ini, percobaan F. Went menunjukkan
bahwa pertumbuhan dirangsang oleh auksin. Pembengkokkan batang terjadi
sebagai akibat adanya perbedaan kadar auksin antara satu sisi dengan sisi yang
lain. Pengaruh gravitasi dalam menunjang pembengkokkan ke atas pada pucuk,
disebabkan konsentrasi auksin pada bagian bawah menjadi bertambah.
Peningkatan kadar auksin pada bagian pucuk akan merangsang pertumbuhan lebih
cepat, sehingga pucuk akan membengkok ke atas. Pada akar, pengaruh gravitasi
sama yaitu akan menyebabkan distribusi zat pengatur tumbuh yang tidak merata.
Akar memiliki tudung yang mengandung asam absisat (ABA) yang bersifat
penghambat pertumbuhan. Gravitasi akan menyebabkan akumulasi asam ansisat
lebih banyak pada bagian bawah. Sehingga akan meningkatkan penghambatan
pertumbuhan. Akibatnya bagian atas yang kadar asam absisatnya lebih kecil, akan
tumbuhan lebih cepat dan akar akan membengkok ke bawah (Ismail, 2014).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1. Tingkat Transpirasi dari Pemotongan Tanaman

Massa H2O + Tanaman (gr)


Kelompok
0 jam 24 jam 120 jam

1. 34,438 37,293 36,285

2. 28,063 25,868 21,335

3. 29,473 27,911 26,159

4. 26,844 26,466 -

5. 29,178 28,114 26,760

2. Investigasi Gravitropisme dengan Dandelion

Proses Pergerakan Gravitropisme (cm)


kelompok
10 menit 20 menit 30 menit 40 menit 50 menit 60 menit

1 0,2 0,5 0,7 0,9 1 1,2


2 0,1 0,1 0,3 0,5 0,6 0,8
3 0 0 0 0 0 0
4 0,5 0,9 1 1,1 1,1 1,1
5 0 0 0 0,1 0,1 0,2

B. Pembahasan
1. Tingkat Transpirasi dari Pemotongan Tanaman
Pada kegiatan ini, disiapkan tanaman yang dimasukkan ke dalam
tabung. Sebelumya telah diberi perlakuan, yaitu mengisi minyak ke dalam
tabung yang berisi air kemudian ditimbang. Sebelumya, kita tahu bahwa
transpirasi merupakan proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan dalam
bentuk uap air Adapun hasil dari kegiatan ini yaitu, data setiap kelompok
terjadi perubahan berat pada H20 dan tanaman yang telah disimpan dan
diamati selama beberapa hari. Terlihat pada tanaman kelompok 2,3,4 dan 5
terjadi penurunan berat. Sedangkan tanaman pada kelompok 1, di hari 1 atau
jam ke 24 mengalami kenaikan yaitu dari 34,438 menjadi 37,293, dan pada
hari kelima atau jam ke-120 beratnya menurun. Adapun yang menyebabkan
berkurangnya berat dan tinggi air karena pada tanaman terjadi pelepasan
atau hilangnya air yang cukup besar serta panas yang tinggi sehingga daun
menjadi layu. Kehilangan atau pengurangan air pada percobaan terjadi
karena peristiwa transpirasi. Menurut Isnaini (2016) menyatakan bahwa
tumbuhan dalam aktivitas hidupnya, mengeluarkan sejumlah besar air yang
diserap (90%) ke atmosfer dalam bentuk uap air, hanya 1 – 2% digunakan
oleh tumbuhan dalam proses fotosintesis atau didalam kegiatan metabolik
sel-sel daunnya. Adapun penyebab perbedaan dari berat tanaman masing-
masing kelompok, karena setiap tanaman memiliki laju transpirasi yang
berebda-beda. Hal tersebut bisa terjadi karena jumlah stomata pada setiap
tanaman berbeda-beda. Pada saat melakukan kegiatan ini, mungkin salah
satu atau semua tanaman memiliki jumlah daun atau bunga serta tinggi
batang berbeda, menyebabkan ada tumbuhan yang bertranspirasi lebih
cepat.
Selain itu, transpirasi juga dipengaruhi oleh cahaya, dimana saat
tanaman mendapat cahaya yang banyak maka proses transpirasi akan
berlangsung cepat. Sebaliknya, jika tanaman kurang mendapat cahaya atau
berada di tempat gelap maka proses transpirasi juga akan berlangsung
secara lambat. Dan masih banyak lagi faktor yang mempengaruhi
transpirasi.
2. Investigasi Gravitropisme dengan Dandelion Menurut teori
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan pada tanaman dandelion
dengan menggunakan prinsip Gravitropisme, tanaman ini memperoleh
perlakuan yaitu dengan memetong bagian batang yang kemudian di
masukkan ke dalam sedotan plastik yang berisi air dan telah ditutup
celahnya dengan plastisn kemudian dibaringkan, maka tanaman ini
menunjukkan perubahan. Seperti yang terlihat pada data, bahwa potongan
batang dandelion kelompok 1,2,4 dan 5 mengalami pergerakan ke arah atas
dengan tinggi yang berbeda-beda. Sedangkan data kelompok 3 tidak
menunjukkan pergerakan. Pergerakan ke arah atas ini disebakan adanya
gaya gravitasi yang dikenal dengan gerak gravitropisme. Pada hasil
pengamatan, pergerakan batang ke arah atas menandakan bahwa gerak
gravitropisme yang tejadi pada batang dandelion merupakan gerak
gravitropisme negatif. Berdasarkan teori, mekanisme respon terhadap
gravitasi ini, menunjukkan bahwa pertumbuhan dirangsang oleh auksin.
Pembengkokkan batang terjadi sebagai akibat adanya perbedaan kadar
auksin antara satu sisi dengan sisi yang lain. Pengaruh gravitasi dalam
menunjang pembengkokkan ke atas pada pucuk, disebabkan konsentrasi
auksin pada bagian bawah menjadi bertambah. Peningkatan kadar auksin
pada bagian pucuk akan merangsang pertumbuhan lebih cepat, sehingga
pucuk akan membengkok ke atas. Pada akar, pengaruh gravitasi sama yaitu
akan menyebabkan distribusi zat pengatur tumbuh yang tidak merata. Akar
memiliki tudung yang mengandung asam absisat (ABA) yang bersifat
penghambat pertumbuhan. Gravitasi akan menyebabkan akumulasi asam
ansisat lebih banyak pada bagian bawah. Sehingga akan meningkatkan
penghambatan pertumbuhan. Akibatnya bagian atas yang kadar asam
absisatnya lebih kecil, akan tumbuhan lebih cepat dan akar akan
membengkok ke bawah (Ismail, 2014).
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum mengenai pengamatan tranpirasi dan
gravitropisme, saya dapat menyimpulkan bahwa:
1. Transpirasi
Transpirasi merupakan proses pergerakan air dalam tubuh tanaman dan
hilang menjadi uap air ke atmosfer. Proses transpirasi dimulai dari absorbsi
air tanah oleh akar tanaman yang kemudian ditransport melalui batang
menuju daun dan dilepaskan sebagai uap air ke atmosfer. Artinya bahwa
setiap tanaman mampu mengalami proses transpirasi. Dimana peristiwa
transpirasi ini sangat bergantung terhadap cahaya matahari. Adapun hasil
dari kegiatan ini menunjukkan
2. Gravitropisme
Gravitropisme merupakan gerak pertumbuhan ke arah atau menjauhi
tarikan gravitasi. Gravitropisme bersifat positif jika pertumbuhan mengarah
ke bawah dan bersifat negatif jika pertumbuhan mengarah ke atas. Bagian
tumbuhan yang dapat menerima rangsangan gravitasi adalah tudung akar
dan pucuk batang. Pada kegiatan menunjukkan pergerakan batang menuju
ke arah atas yang menandakan gerak gravitropisme yang terjadi merupakan
gerak gravitropisme negatif.
B. Saran
Sebelum melakukan praktikum, para praktikan harusnya mengetahui dan
memahami prosedur kerja pada buku penuntun agar tidak bingung pada saat
melakukan praktikum. Selain itu, diharapkan para praktikan agar lebih teliti
dan berhati-hati dalam pengambilan data praktikum sehingga hasil yang
diperoleh dapat maksimal. Dan pada saat praktikum berlangsung, sebaiknya
jangan terlalu ribut agar praktikum dapat berjalan lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Fauziyah. 2012. Fisiologi Tumbuhan: Sebagai Pengantar. Medan:


Universitas Negeri Medan.

Hartono, Ismail. 2014. Fisiologi Tumbuhan Bagian 1. Makassar: Universitas


Negeri Makassar.

Isnaini, dkk. 2016. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Medan: Universitas


Sumatera Utara.

Prijono, dkk. 2016. J-PAL. Studi Laju Transpirasi Peltophorum dassyrachis dan
Gliricidia sepium.Vol 7,No 1

Anda mungkin juga menyukai