Anda di halaman 1dari 20

1.

Jelaskan prinsip kerja dari:


1) Cyclone;
2) Electrostatic Precipitator.
3) Scrubber;
4) Bag Filter;

Jawab:

1. Cyclone

1.1. Definisi Cyclone


Cyclone merupakan alat pengendalian partikulat yang sangat umum dan
banyak digunakan untuk berbagai aplikasi. Partikel yang dapat disisihkan adalah
partikel yang berukuran besar. Alat ini sangat tidak efisien jika digunakan untuk
menyisihkan partikel kecil karena partikel-partikel kecil mempunyai massa yang
kecil dan dapat menghasilkan gaya sentrifugal. Cyclone adalah alat sederhana
yang menggunakan gaya sentrifugal untuk memisahkan partikel dari aliran gas.
Pada umumnya cyclone terbentuk dari pelat logam, dan ada juga dari bahan lain.
Kelebihan cyclone dengan alat lainnya yaitu mempunyai biaya modal yang
rendah, ruang yang dibutuhkan kecil, dan tidak adanya bagian-bagian yang
bergerak. Tentu saja alat tambahan juga dibutuhkan, sebuah blower atau sumber
tekanan lain untuk menggerakkan aliran gas.
Cyclone mampu mengendalikan beban debu yang sangat besar, dan dapat
juga digunakan pada aliran gas yang sangat tinggi. Kadang-kadang
penggunaannya digabungkan dengan material tahan panas untuk mencegah abrasi
dan untuk mengisolasi material logam dari temperatur gas yang sangat tinggi.

1.2. Komponen dan Desain Cyclone


Cyclone terdiri dari beberapa komponen penting sebagai berikut:
1. Inlet dan outlet;
2. Vortex finder;
3. Body;
4. Cone atau Hopper.
Contoh dimensi Cyclone didesain sebagai berikut:
D = 5,000 m
De = 1,600 m
Dd = 0,500 m
H = 2,240 m
W = 1,250 m
S = 5,400 m
Lb = 5,500 m
Lb = 5,250 m

Gambar 1.1 Desain Cyclone

1.3. Prinsip Kerja Cyclone


Sebuah cyclone mempunyai satu inlet tangensial menuju badan silinder,
yang menyebabkan aliran gas menjadi berputar-putar. Partikel-partikel kemudian
terlempar menuju dinding pada badan cyclone. Ketika partikel mencapai lapisan
batas yang stagnan pada dinding, partikel-partikel tersebut meninggalkan arus
aliran gas dan akhirnya jatuh dari dinding. Walaupun beberapa partikel dapat
kembali lagi kedalam aliran gas dengan tiba-tiba. Seiring dengan kehilangan
energi pada gas di pusat pusaran, gas mulai berputar di dalam vortex dan keluar
pada bagian atas.
Tabung vortex finder tidak menciptakan aliran pusaran gas. Fungsinya
adalah untuk mencegah hubungan singkat dari inlet secara langsung ke outlet.
Cyclone akan tetap bekerja tanpa vortex finder, walaupun efisiensi yang
dihasilkan akan rendah.
Variabel operasi untuk melihat performa Cyclone adalah temperatur gas,
tekanan, komposisi, karakteristik debu, termasuk ukuran dan distribusi, bentuk,
densitas serta konsentrasi. Peningkatan temperatur gas akan menurunkan densitas
dan meningkatkan viskositas.
Gambar 1.2 Skema Prinsip Kerja Cyclone
Dampak langsung efisiensi dengan merubah densitas gas dapat diabaikan
jika densitas gas dibandingkan dengan densitas debu. Jika tekanan pengumpul
dipertahankan konstan, kapasitas tabung akan meningkat akibat densitas gas yang
rendah. Temperatur yang tinggi dapat meningkatkan kecepatan gas pada inlet, dan
ini meningkatkan kecepatan partikel menuju dinding. Seiring dengan kenaikan
temperatur, kenaikan viskositas cenderung menurunkan kecepatan partikel
menuju dinding.
Tipikal performa dari konvensional dan high efficiency cyclones
ditunjukkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Performa Cyclone Konvensional dan High Efficiency
Beberapa cara dapat dipakai untuk meningkatkan efisiensi.
Bagaimanapun, beberapa tes menunjukkan usaha untuk meningkatkan efisiensi ini
dengan blade, spiral duct, atau apapun peralatan dengan tujuan membuat
perputaran gas secara langsung menjadi sia-sia, ini hanya menghasilkan
perputaran bebas gas pada badan cyclone. Perputaran ini menyebabkan pemisahan
debu, kemudian menuju hopper atau dust bunker.
Sebuah cyclone dengan dust bunker atau hopper yang besar akan memiliki
efisiensi yang lebih tinggi daripada cyclone yang dust outlet-nya ditutup dengan
rotating valve. Dengan cara yang sama, penempatan vanes pada pipa gas keluar
dengan tujuan untuk menurunkan kehilangan tekanan pada cyclone akan
mempengaruhi efisiensi (menurunkannya). Ini sangat diperlukan, oleh karena itu
cyclone dilengkapi dengan dust hopper, dan outlet vortex tube dimana gas dapat
meneruskan perputarannya.
Gambar 1.3 Dimensi Cyclone: (a) End Elevation; (b) Side Elevation
Bentuk sebuah cyclone ditentukan oleh dimensi-dimensi utama berikut
(lihat Gambar 2.3). (1) sudut masuknya gas; (2) diameter cyclone, D; (3) diameter
exhaust gas; (4) panjang pipa vortex, S; (5) tinggi badan cyclone, h; (6) tinggi
cyclone keseluruhan, H; dan (7) area inlet gas, A x B. Dengan merubah dimensi-
dimensi tadi akan berpengaruh terhadap efisiensi cyclone. Contoh, memasukkan
sedikit gas ke bagian yang rumit pada cyclone sangat penting untuk
mempertahankan efisiensi yang sesuai. Hasil yang paling baik akan dipertahankan
ketika sudut 1800. Peningkatan lebih lanjut dari sudut inlet tidak akan
meningkatkan efisiensi dan biasanya membuat harganya menjadi lebih mahal.
1.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Cyclone
Beberapa faktor yang mempengaruhi efisiensi pengumpulan partikel oleh
cyclone dapat ditentukan. Meningkatkan kecepatan di inlet akan meningkatkan
gaya sentrifugal dan juga efisiensi. Tetapi ini juga akan meningkatkan kehilangan
tekanan. Mengurangi diameter cyclone juga akan meningkatkan gaya sentrifugal,
efisiensi, dan kehilangan tekanan. Meningkatkan laju aliran gas terhadap cyclone
yang diberikan mempunyai dampak efisiensi seperti yang ditunjukkan pada
persamaan berikut:
0,5
Pt 2  Q1 
 
Pt1  Q2 

Dimana: Pt = penetration (Pt = 1 -η )


η = efisiensi penyisihan partikel
Q = volume aliran gas

2. Electrostatic Presipitator
2.1. Definisi Electrostatic Presipitator
Electrostatic Precipitator (ESP) adalah salah satu alternatif penangkap
debu dengan effisiensi tinggi (mencapai diatas 90%) dan rentang partikel yang
didapat cukup besar. Dengan menggunakan electro static precipitator (ESP) ini,
jumlah limbah debu yang keluar dari cerobong diharapkan hanya sekitar 0,16 %
(efektifitas penangkapan debu mencapai 99,84%).
Salah satu komponen terpenting dalam proses produksi di Pabrik Gula dan
PLTU adalah boiler. Fungsinya adalah sebagai tempat untuk memanaskan air,
sehingga menghasilkan uap yang nantinya akan digunakan untuk proses
selanjutnya. Pada PLTU, uap ini digunakan untuk memutar turbin uap sebagai
penggerak generator. Untuk melakukan kerjanya, boiler membutuhkan adanya
panas yang digunakan untuk memanaskan air. Panas ini disuplai dari bagian yang
disebut dengan ruang bakar atau furnace, dimana pada ruang bakar ini dilengkapi
dengan alat pembakaran atau burner. Hasil pembakaran di ruang bakar tersebut
mengandung banyak debu mengingat bahan bakar yang digunakan adalah
batubara, dan debu tersebut akan terbawa bersama gas buang menuju cerobong.
Sebelum gas buang tersebut keluar melalui cerobong, maka gas buang tersebut
akan melewati kisi-kisi suatu electrostatic precipitator (ESP).
Electrostatic precipitator merupakan salah satu cara agar Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU) ataupun industri lainnya yang berpotensi
menghasilkan limbah debu menjadi ramah lingkungan, setidaknya dapat
mengurangi kandungan polutan yang dibuang melalui cerobong.
Gambar 1.4. Electrostatic Precipitator Overview

Gambar 1.5. Persentase Penangkapan Partikel Debu pada ESP.

2.2. Cara Kerja ElectroStatic Precipitator


Cara kerja dari electro static precipitator (ESP) adalah sebagai berikut:
(1) melewatkan gas buang (flue gas) melalui suatu medan listrik yang terbentuk
antara discharge electrode dengan collector plate, flue gas yang mengandung
butiran debu pada awalnya bermuatan netral dan pada saat melewati medan
listrik, partikel debu tersebut akan terionisasi sehingga partikel debu tersebut
menjadi bermuatan negatif (-);
(2) Partikel debu yang sekarang bermuatan negatif (-) kemudian menempel pada
pelat-pelat pengumpul (collector plate), lihat gambar 4. Debu yang
dikumpulkan di collector plate dipindahkan kembali secara periodik dari
collector plate melalui suatu getaran (rapping). Debu ini kemudian jatuh ke
bak penampung (ash hopper), lihat gambar 1 dan 2, dan ditransport
(dipindahkan) ke flyash silo dengan cara di vakum atau dihembuskan.
Gambar 1.6. Bagian-bagian dari Electrostatic Precipitator.

Gambar 1.7. Proses Ionisasi.

2.3. Proses Pembentukan Medan Listrik pada Electrostatic Precipitator


Proses pembentukan medan listrik;
(1) Terdapat dua jenis electrode, yaitu discharge electrode yang bermuatan
negatif dan collector plate electrode bermuatan positif.
(2) Discharge electrode diletakkan diantara collector plate pada jarak tertentu
(memiliki jarak antara discharge electrode dengan collector plate).
(3) Discharge electrode diberi listrik arus searah (DC) dengan muatan minus
(lihat gambar 3), pada level tegangan antara 55 – 75 KvDC (sumber listrik
awalnya adalah 380 volt AC, kemudian dinaikkan oleh transformer
menjadi sekitar 55 – 75 Kv dan dirubah menjadi listrik DC oleh rectifier,
diambil hanya potensial negatifnya saja).
(4) Collector plate ditanahkan (di-grounding) agar bermuatan positif.
(5) Dengan demikian, pada saat discharge electrode diberi arus DC maka
medan listrik terbentuk pada ruang yang berisi tirai-tirai electrode tersebut
dan partikel-partikel debu akan tertarik pada pelat-pelat tersebut, Gas
bersih kemudian bergerak ke cerobong asap.

3. Scrubber
3.1. Definisi Scrubber
Scrubber merupakan suatu variasi peralatan yang besar untuk pemisahan
zat padat atau cairan dari gas dengan menggunakan air untuk menggosok partikel
dari gas itu. Scrubber dapat juga dikatakan berfungsi untuk mengurangi polutan
udara yang dihasilkan oleh gas buang suatu industri. Pengendalian pencemaran
udara dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu pengendalian pada sumber pencemar
dan pengenceran limbah gas. Pengendalian pada sumber pencemar merupakan
metode yang lebih efektif karena hal tersebut dapat mengurangi keseluruhan
limbah gas yang akan di proses dan yang pada akhirnya dibuang ke lingkungan.
Di dalam sebuah pabrik kimia, pengendalian pencemaran udara terdiri dari 2
bagian yaitu penanggulangan emisi debu dan penanggulangan emisi senyawa
pencemar.

3.2. Prinsip Kerja Scrubber


Berikut adalah tahapan prinsip kerja scrubber, antara lain sebagai berikut:
1. Impingement (pengontakan)
Suatu campuran gas – debu masuk dengan cepat melalui inlet lalu di
kontakkan dengan cairan yang ada di dalam scrubber sehingga partikel
debu akan tersangkut dalam cairan.
2. Difusi
Partikel – partikel debu tersebut di aliri oleh gas yang kemudian
menyebabkan partikel tersebut berupa tetesan – tetesan yang tersimpan
melalui proses difusi.
3. Humidifikasi
Tetesan debu tersebut lalu diflotasikan dengan cara humidifikasi, yaitu
mengubah permukaan tetesan – tetesan tersebut menjadi elektrostatis.
Lalu, memisahkan berdasarkan ukuran tetes ( besar dan kecil ) secara
mekanik. Cara seperti ini biasanya digunakan untuk debu berkonsentrat
tinggi dan tergantung pada kondisi spesifik debu dan gas – gas lain yang
terlibat.
4. Kondensasi
Apabila tetesan – tetesan itu telah mencapai dew point (titik embun), maka
akan terjadi peristiwa pengembunan ( yang mana tetesan – tetesan
berukuran kecil akan menjadi nukleus pengembunan ). Proses yang
dilakukan secara mekanik ini akan mengembunkan tetesan namun lebih
efektif dan ukurannya lebih seragam atau uniform. Mekanisme ini penting
untuk gas panas dengan konsentrasi debu yang kecil. Untuk konsentrasi
yang lebih besar, perlu di tambahkan dengan jumlah proses kondensasi
tersebut.
5. Wetting (pembasahan)
Proses ini sebenarnya tidak berperan penting dalam scrubber. Ini dilakukan
agar tidak terjadi naiknya partikel debu setelah menjadi tetesan ( proses
pembasahan dilakukan agar partikel – partikel yang yang telah menjadi
tetesan tidak ikut keluar bersama gas lagi ).
6. Partisi gas
Jika pada suatu gas di lewatkan cairan atau busa, gas akan di pecah
menjadi elemn – elemen yang kecil dimana jarak antara partikel yang
tersuspensi dan cairan yang melingkupinya relatif kecil. Dalam beberapa
proses terjadi pemisahan yang di akibatkan gaya gravitasi dan gerakan
brown dalam elemen, dalam hal ini cairan bertindak sebagai awal
pemisahan.
7. Dust disposal
Dalam beberapa scrubber, cairan tidak dipisahkan oleh gas tetapi mengalir
sebagai pengisi di atas permukaan. Terkecuali dari efek humidifikasi dan
wetting ( pembasahan ), kerja cairan yang demikian adalah untuk
membersihkan permukaan dan mencegah debu naik kembali ke atas, hasil
yang nyata terjadi juga karena melibatkan tindakan mekanik yang spesifik.
8. Elektronik precipitation
Faktor ini juga berperan dalam proses scrubbing, namun mekanismenya
sulit dipahami dan hanya untuk kondisi yang amat penting serta hanya
terjadi dalam beberapa proses.

Gambar 1.8. Prinsip Kerja Scrubber

3.3. Jenis – Jenis Scrubber


Di dalam industri, banyak dijumpai scrubber dengan berbagai macam
metode. Yang umum ialah scrubber yang mampu menghasilkan partikel dengan
ukuran 5µ diameter. Ada juga yang lebih spesifik yang mampu menghasilkan
partikel dengan ukuran 1 µ- 2 µ diameter. Berikut ini akan dijelaskan jenis atau
macam-macam dari scrubber antara lain:
a. Wet Scrubber
Wet Scrubber dapat d definisikan sebagai alat pemisahan suatu partikel solid (
debu ) yang ada di gas dalam udara dengan menggunakan cairan sebagai alat
bantu. Air adalah cairan yang pada umumnya digunakan dalam proses scrubbing,
meskipun dapat juga digunakan cairan lainnya ( seperti : asam sulfat, dll )
Wet Scrubber dapat mengurangi polutan udarayaitu penanggulangan emisi
debu dan penanggulangan emisi pencemar yang dihasilkan oleh gas buang suatu
industri dalam sekali proses. Pada umumnya, wet scrubber mampu menghasilkan
partikel dengan ukuran 1 µ - 2 µ diameter.
Beberapa keuntungan dari Wet Scrubber antara lain :
 Wet Scrubber mempunyai kemampuan untuk menangani embun dan
temperatur tinggi.
 Pintu masuk gas di dinginkan dan menghasilkan keseluruhan peralatan
lebih kecil.
 Wet Scrubber dapat memindahkan gas dan partikel keduanya.
 Wet Scrubber dapat menetralkan gas yang bersifat menghancurkan.

Beberapa Kerugian dari Wet Scrubber adalah :


 Mudah berkarat.
 Kebutuhan akan perawatan lebih sulit

b. Chamber Scrubber
Scrubber jenis ini memiliki pencuci udara yang konvensial dimana gas akan
di alirkan sampai ke tempat penyemprotan dengan arah aliran yang sejalan atau
berlawanan. Satu set eliminator yang dipasang zig zag diletakkan pada saluran
keluar, serta pelat-pelat dipasang dalam ruang penyemprot.
Proses pendingin gas terjadi saat gas melalui tangki silinder dengan
penyemprot pada bagian atas. Beberapa tangki atau menara juga memiliki sekat
pada sisi yang berlawanan yang juga berfungsi sebagai alat penyemprot. Pada
proses untuk memisahkan produk cair dan gas, pada saluran keluarnya terdapat
alat pembalik gas (gas reversal) dan juga suatu chamber (ruangan) khusus pada
saluran outlet. Biasanya bahan bakunya dari logam besi atau baja dengan ukuran 3
– 72 inch. Kapasitas untuk inlet 50.000 cu ft/min. Ada juga tipe lain dimana gas
akan dilewatkan melaliu kamar khusus penyemprot yang terdiri atas lorong
venturi dengan lobang penyemprot dengan konsumsi air 15 gal/min tiap 10 hp.
c. Venturi Scrubber
Satu pengembangan terbaru dalam bidang gosokan gas adalah venturi scrubber,
yang mana telah ditemukan bermanfaat untuk koleksi asam belerang berkabut.
Metode pemisahan venturi didasarkan atas kecepatan gas yang tinggi pada bagian
yang disempitkan dan kemudian gas akan bersentuhan dengan butir air yang
dimasukkan didaerah sempit tersebut.
Alat ini dapat memisahkan partikel hingga ukuran 0,1 mikron dan gas yang
larut di dalam air. Venturi scrubber menggunakan tekanan rendah ( sekitar 5 lb/sq.
In ) pada lorong venturi dengan kecepatan 200 – 300 ft/sec. Air, produk, dan gas
buang dikumpulkan dalam mesin pemisah ( separator ) dengan metode siklon
yang ada pada bgian lorong venturi itu. Pressure dropnya sebesar 15 inch. Wtr
dengan konsumsi air sebesar 3 gal/mnt tiap power 10 hp.

d. Cyclone Scrubber
Cyclone scrubber terdapat pada beberapa tipe scrubber yang menggunakan
metode siklon. Ada yang di dalam lubang vertical bagian tengahnya terdapat
bermacam – macam alat penyemprot cairan. Namun, ada juga terdapat pemisahan
cairan yang dilakukan melalui proses disentegrator ( penghancur ) dengan
mengalirkan gas melalui saluran tertentu. Beberapa unit cyclone scrubber
biasanya telah memiliki bagian disintegrator di dalamnya. Kecepatan gas dalam
tower (menara) anatara 4 – 8 ft/sec dan dengan pressure drop sebesar 2 – 8 inch.
Wtr dengan sirkulasi air sebesar 3 – 10 gal/min tiap 10 hp dari keseluruhan gas
yang digunakan.
Fungsi dari cyclone scrubber sangat efektif untuk menetralisir gas – gas
beracun seperti belerang, chlor, dsb. Ada juga yang mempunyai suhu di atas
180ºF sehingga fungsinya juga sebagai pendingin dari gas buang industri kimia.
Rentang ukuran debu yang dapat dipisahkan ialah antara 3 – 5 mikron.

e. Packed Scrubber
Merupakan jenis scrubber dengan menara yang terbuat dari keramik, namun
kurang efektif untuk partikel berukuran 5 µ diameter kecuali jika flokulasi debu
terjadi karena pengembunan (kondensasi). Yang diharapkan pada metode ini ialah
dengan menjaga debu tetap pada ukurannya serta mencegah debu naik kembali.
Kelemahan yang ada disini yaitu kemungkinan terjadi penyumbatan saluran
akibat debu.

4. Bag Filter
4.1. Definisi Bag Filter
Bag filter merupakan alat dedusting (pengumpul debu) yang sering
digunakan di pabrik semen. Bag filter merupakan alat dedusting yang paling
efektif dari beberapa jenis dust collector. Bag filter dapat menyaring 99% debu
halus yang bercampur udara panas. Efisiensi bag filter yang tinggi disebabkan
oleh media yang digunakan untuk menangkap debu. Bag filter menggunakan
Cloth Bag sebagai media penangkap debu. Udara yang tercampur debu
dimasukkan ke dalam bag house dengan memanfaat hisapan Fan. Udara akan
melewati Cloth bag, sedangkan debu yang terbawa udara akan tertahan oleh Cloth
Bag. Udara yang tertahan oleh cloth bag selanjutnya akan dijatuhkan dan akan
dimasukkan ke transport produk.
Seperti equipment-equipment yang lain, Bag filter memiliki kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan dari penggunaan bag filter adalah :
1. Efisiensi pengumpulan debu yang sangat tinggi, meski untuk partikulat debu
yang sangat kecil.
2. Dapat dioperasikan pada kondisi debu dan volume alir yang berbeda beda.
3. Tidak beresiko menimbulkan pencemaran air dan tanah.
4. Tidak membutuhkan tenaga listrik yang besar untuk mengoperasikan bag
filter. Tidak seperti Electrostatic Precipitator.
Sedangkan untuk kekurangan dari penggunaan bag filter yaitu :
1. Memerlukan area yang luas (relative).
2. Material kain akan dapat rusak akibat adanya temperature yang tinggi
ataupun korosi bahan kimia.
3. Tidak dapat beroperasi pada kondisi material basah.
4. Kain dapat lengket, dapat berpotensi menimbulkan kebakaran atau meledak.
5. Bag bekas yang sudah tidak terpakai akan menjadi sumber polusi yang lain.
4.2. Prinsip Kerja Bag Filter
Bag filter sistem atau Dust Collector system merupakan suatu kesatuan
yang terdiri dari ducting, bag filter dan blower. Fungsi blower adalah menghisap
partikel atau debu yang dihasilkan dari proses produksi. Partikel debu yang
terhisap kemudian disaring pada bag filter sehingga udara yang keluar menjadi
bersih. Partikel debu dihisap oleh blower yang berada di outlet ducting. Partikel
atau debu bergerak dari lubang hisap melalui line ducting – bagfilter – blower.
Debu dan partikel masuk kedalam ruang udara kotor dalam bagfilter.
Sebagian besar partikel akan jatuh dalam hopper dan sisanya yang halus akan
tersaring dan menempel pada dinding luar filter. Debu yang menempel pada bag
kemudian dibersihkan menggunakan Cleaning Sistem. Udara bersih keluar dari
filter menuju ruang udara bersih dihisap oleh blower dan dibuang ke udara bebas.
Bag filter ini dilengkapi dengan cleaning sistem, yaitu pembersih filter
yang memiliki jenis berbeda beda. Pada 566 BF 1 sistem pembersihan filter
menggunakan Pulse Jet Sistem. Udara dari compressor terkumpul di Header. Pada
saat pembersihan udara katup solenoid akan membuka mengalirkan udara
kompressi kedalam filter (untuk merontokkan lapisan debu pada dinding luar
filter.

Gambar 1.9. Prinsip Kerja Bag Filter


4.3. Jenis Bag Filter
Dalam perancangan bag filter terdapat beberapa desain Bag filter. Desain
ini dibedakan berdasarkan system pembersihan debu yang tertangkap oleh bag.
Antara lain :
a. Shaker Bag Filter.
Proses pembersihan debu dari bag menggunakan gaya guncang. Bag yang
dipasang pada shaft akan berguncang karena gerakan eksentrik dari shaft. Selain
memanfaatkan gerakan eksentrik shaft, ada juga yang menggunakan vibrator
untuk menggetarkan bag. Debu yang menempel akan terjatuh akibat getaran
vibrator tersebut. Pada desain bag filter ini terdapat pula system Rapping yang
menggunakan pelatuk sebagai pembersih debu. Rapping bergerak memutar secara
periodic memukul hanger bag. Akibat dari pukulan ini adalah rontoknya debu
yang menempel pada bag ke dalam Hopper.

Gambar 1.9. Shaker Bag Filter

b. Reverse Air Bag Filter.


Pada sistem reverse air, proses pembersihan debu hasil filtrasi menggunakan
udara bersih. Proses pembersihan terjadi karena adanya semburan dari fan
tambahan. Pada Bag Filter ini terdapat dua jenis damper, yaitu inlet damper dan
poppet damper. Pada saat proses filtrasi, inlet damper akan terbuka sehingga
udara kotor bisa masuk ke bag house. Selama proses filtrasi, poppet damper harus
tertutup agar aliran udara dari fan tambahan tidak bertabrakan dengan udara kotor.
Poppet damper akan terbuka ketika proses cleaning, sedangkan inlet damper
akan tertutup. Pada saat poppet damper terbuka, maka udara dari fan tambahan
akan mengalir berlawanan dengan arah aliran udara kotor. Dengan arah aliran
yang berlawanan ini, maka debu yang menempel di bag akan terjatuh kedalam
Hopper. Setelah proses pembersihan selesai, poppet damper akan tertutup dan
Inlet damper akan terbuka kembali.
.

Gambar 1.10. Reverse Air Bag Filter

c. Pulse Jet Bag Filter.


Proses pembersihan pada system Pulse Jet adalah dengan memanfaatkan
udara bertekanan yang disemburkan ke Bag Cloth. Dalam Pulse Jet Bag filter ini
terdapat 3 bagian utama, yaitu Clean Air Plenum, Filtration Housing & Hopper.
Clean Air plenum terletak di bagian atas sebagai tempat udara bersih hasil
penyaringan. Udara yang sudah tersaring akan dikeluarkan dengan memanfaatkan
hisapan fan. Clean Air Plenum terhubung langsung dengan Fan melalui outket
Ducting. Filtration Housing merupakan tempat terjadinya penyaringan udara
kotor. Pada Filtration Housing terdapat Cloth Bag sebagai media penyaring. Pada
bagia bawah, terdapat Hopper yang berfungsi sebagai tempat jatuhnya material
hasil penyaringan.

Gambar 1.11 Pulse Jet Bag Filter

2. Jelaskan penerapan aplikasi minimalisasi limbah di Pabrik Pupuk PT. Pusri!


Jawab:

Pengolahan air limbah di pabrik PT Pusri Palembang disempurnakan


dengan telah dioperasikannya pemakaian Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) dan Minimasi Pemisah Air Limbah (MPAL) yang memanfaatkan media
tanaman Eceng Gondok. Sebelumnya Pusri telah memiliki sistem IPAL yang
menggunakan bantuan mikrobiologi, namun seiring dengan perkembangan
teknologi maka dipandang perlu untuk di sempurnakan lagi.
:
Sistem pengolahan air limbah yang baru pertama di Indonesia ini, diyakini
dapat membantu meredam dan menurunkan beban limbah cair; seperti
kandungan:
 amoniak (NH3),
 Total Keydal Number (TKN),
 Chemical Oxygen Demand (COD),
 Total Suspend Solid (TSS)
 Minyak sisa.

Alasan dipilihnya tanaman enceng gondok sebagai media pada


penyempurnaan IPAL dan MPAL ini adalah untuk membantu mengatasi air
limbah dikarenakan tanaman itu memiliki kekuatan terhadap lingkungan yang
keras, baik asam maupun basa.
Hasil uji coba awal menunjukkan adanya penurunan beban limbah cair
dibanding dari sebelum dioperasikannya proyek ini. Hasil ini sangat
menggembirakan terlihat pada setiap parameter limbah cair seperti, kandungan
Amoniak, TKN (total keydal number), COD (Chemical Oxygen Demand), TSS
(total suspended solid), Minyak dan pH mengalami penurunan yang signifikan.
Biaya proyek IPAL dan MPAL ini hanya menelan biaya sebesar Rp
10.392.503.542,- dari anggaran yang disiapkan sebanyak Rp. 16.500.000.000,-
lebih jauh Sudadi merincikan

Proyek IPAL dan MPAL ini terdiri dari beberapa unit proses antara lain:
1. Kolam Emergency
2. Kolam Ekualisasi
3. Kolam / Tangki Net ralisasi
4. Scrubber
5. Kolam Wetland
6. Kolam Mikrobiologis
7. Bak Penampung di masing-masing pabrik atau MPAL
8. Serta unit-unit pendukungnya.
Tujuan proyek IPAL dan MPAL ini adalah mengembangkan metode
penanggulangan limbah cair dengan melakukan penyempurnaan instalasi
pengolahan air limbah yang ada di PT Pupuk Sriwidjaja. Hasil yang diharapkan
adalah kualitas limbah cair yang keluar dari system IPAL ini akan memenuhi
Baku Mutu Limbah cair yang telah ditetapkan oleh pemerintah sesuai dengan SK
Menteri Lingkungan Hidup No. 122 Tahun 2004 dan SK. Gubernur No. 18 tahun
2005.

Gambar 1.12. Diagram alur pengolahan limbah PT PUSRI

Anda mungkin juga menyukai