MIKROBIOLOGI UMUM
Dosen :
Oleh :
NIM : 16620039
Kelas/ Kelompok : B/ 2B
JURUSAN BIOLOGI
MALANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup yang berukuran
mikroskopis. Diantara makhluk hidup yang berukuran mikro tersebut adalah bakteri, virus,
protozoa yangmana semuanya tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
Mikrobia (meliputi virus, archae, bakteri, jamur, dan protozoa, dapat dikatakan sebagai
makhluk tertua dengan diversitas terbanyak di planet bumi.Mikroorganisme atau mikrobia
adalah organisme yang berukuran sangat kecil sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat
bantuan, mikroorganisme disebut juga organisme mikroskopik. Mikroba memang dapat
bertahan pada berbagai kondisi lingkungan, ekstrim panas, ekstrim dingin, lingkungan yang
berkonsentrasi garam tinggi, asam, basa, tekanan tinggi, bahkan di daerah yang mendekati
kemustahilan untuk hidup makhluk hidup lain seperti lingkungan dengan radioaktivitas tinggi
(Adam, 2001).
Al-Qur’an surah An-Nahl ayat 8 yang artinya “ Dan Allah menciptakan apa yang
tidak kamu ketahui ” (Q.S. An- Nahl: 8).
Ayat diatas menjelaskan bahwa adanya makhluk ciptaan Allah yang tidak dapat
diketahui dengan mata telanjang, namun dapat dilihat dengan bantuan alat mikroskop.
Makhluk hidup tersebut juga membutuhkan tempat hidup dengan kondisi yang baik atau
memungkinkan dia agar tetap hidup. Tempat hidup mikroba disebut substrat atau medium,
yang mana didalamnya terdapat nutrisi yang bisa mendukung pertumbuhan mikroba tersebut.
Cara pengambilan dan penanaman (kultivasi) juga perlu diperhatikan, guna menjaga makhluk
hidup berukuran mikro (mikroba) tersebut dapat bertahan hidup saat menempati tempat
barunya. Pemurnian juga penting dilakukan dalam praktikum mikrobiologi agar mikroba atau
bakteri yang diamati tdak bias. Sehingga praktikum kali ini membahas tentang teknik
kultivasi (penanaman), pemurnian, dan perpisahan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.3 Manfaat
Manfaat yang didapat dalam prkatikum ini yaitu praktikan mampu mengetahui teknik
dan prosedur dari isolasi mikroba secara aseptis pada beberapa media, mengetahui karakter
morfologi koloni mikroba yang diamati, serta mengetahui cara perhitungan jumlah mikroba
menggunakan metode Total Plate Count.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengenceran
Pengenceran biasanya dilakukan secara desimal yaitu 1:10, 1:100, 1:1000 dan
seterusnya, atau 1:100, 1:10000, 1:1000000 dan seterusnya. Larutan yang digunakan untuk
pengenceran dapat berupa larutan NaCl 0.9% dan bufer fosfat. Jumlah koloni dalam contoh
yang dihitung atau koloni/ml yaitu jumlah koloni per cawan dikali faktor pengenceran
(Adiprabowo,2008)
Cara yang digunakan untuk bakteri, fungi, dan khamir dengan metode garis, metode
tuang, metode sebar, metode penuangan, serta micromanipulator. Dua diantaranya yang
paling sering banyak digunakan adalah teknik cawan tuang dan cawan gores. Kedua metode
ini didasarkan pada prinsip yang sama yaitu mengencerkan organisme sedemikian rupa
sehingga individu species dapat dipisahkan (pelczar, 1986).
Metode Isolasi Mikroba yang hidup di alam terdapat sebagai populasi campuran dari
bebagai jenis mikrobia yang berbeda prinsip dari isolasi mikrobia dalam memisahkan satu
jenis mikroba dengan mikroba lainnya dari lingkungannya dialam dan ditumbuhkan dalam
medium buatan. Pertumbuhan mikroba dapat dilakukan dalam medium padat, karena dalam
medium padat sel-sel mikroba akan terbentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya, ada
beberapa teknik isolasi mikroba (Wati, 2013) antara lain:
1. Teknik streak plate (lempeng gores) adalah suatu teknik di dalam menumbuhkan
mikroorganisme di dalam media agar dengan cara menstreak (menggores) permukaan
agar dengan jarum ose yang telah diinokulasikan dengan kultur bakteri. Dengan teknik
ini mikroorganisme yang tumbuh akan tampak dalam goresan-goresan inokulum bekas
dari streak jarum enten. Cara ini dilakukan dengan membagi cawan petri menjadi 3-4
bagian.Ose steril yang telah disiapkan dilekatkan pada sumber isolat, kemudian
menggoreskan ose tersebut pada cawan berisi media steril. Goresan dapat dilakukan 3-4
kali membentuk garis horisontal di satu sisi cawan. Ose disterilkan lagi dengan api
bunsen, setelah kering ose tersebut digunakan untuk menggores goresan sebelumnya
pada sisi cawan kedua.Langkah ini dilanjutkan hingga keempat sisi cawan tergores. Pada
metode ini, goresan di sisi pertama diharapkan koloni tumbuh padat dan berhimpitan,
sedangkan pada goresan sisi kedua, koloni mulai tampak jarang dan begitu pula
selanjutnya, sehingga didapatkan koloni yang tampak tumbuh terpisah dengan koloni
lain. Seluruh tahap hendaknya dilakukan secara aseptik agar tak terjadi kontaminasi
(Suriawiria, 2005).
2. Metode tuang atau pour plate dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan mencampur
solate bakteri dengan medium agar pada suhu 50ºC kemudian menuangkannya pada
petridisk atau dengan menyemprotkan solate pada dasar petridisk, kemudian menuang
medium agar keatasnya dan diaduk. Setelah agar mengeras, bakteri akan berada pada
tempatnya masing-masing dan diharapkan bakteri tidak mengelompok sehingga
terbentuk koloni tunggali,( Wati, 2013).
3. Metode sebar atau spread plate dilakukan dengan menyemprotkan solate 7 ke atas
medium agar kemudian menyebarkannya secara merata dengan trigalski. Dengan ini
diharapkan bakteri terpisah secara individual, kemudian dapat tumbuh menjadi koloni
tunggal (Wati, 2013).
2.3 Perhitungan
Koloni bakteri adalah sekumpulan dari bakteri-bakteri yang sejenis dan mengelompok
menjadi satu dan membentuk suatu koloni-koloni, untuk mengetahui pertumbuhan suatu
bakteri dapat dilakukan dengan mengjitung jumlah koloni bakteri. Metode yang biasanya
digunakan adalah metode pour plate (hitung preparat) yangmana metode ini mengasumsikan
jumlah bakteri yang ditanam pada suatu preparat sama dengan jumlah koloni pada preparat
tersebut. Untuk memudahkan menghitung koloni yang berjumlah ratusan pada metode ini
perhitungan dapat dilakukan dengan cara menghitung seperempat pada bagian preparat
dengan hasil perhitungan jumlah tersebut dikalikan empat. Peritungan pada metode ini
dibantu dengan alat Colony counter. Alat Colony counter masih mengharuskan para peneliti
pada laboratorium menghitung koloni secara manual, yakni dengan metode hiyung cawan.
Metode hitungan cawan merupakan cara yang akurat untuk menentukan jumlah
mikrob karena hanya sel yang masih hidup yang dihitung. Selain itu, beberapa jenis mikrob
dapat dihitung sekaligus dan dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikrob. Bakteri
harus dapat tumbuh dalam medium padat dan membentuk koloni yang kompak dan jelas
(tidak menyebar) dan memerlukan persiapan waktu inkubasi relatif lama sehingga
pertumbuhan koloni dapat dihitung (Adiprabowo, 2008)
Prinsip dari metode hitung cawan ini adalah jika koloni tersebut masih renik atau
hidup, maka akan membentuk koloni dan dapat langsung dihitung menggunakan mata
telanjang. Metode hitung cawan dpat dibedakan menjadi dua yakni metode tuang (pour plate)
dan metode permukaan (surface/ permukaan). Dalam metode hitungan cawan, sampel dikira-
kirakan mengandung lebih dari 300 sel/ml dan memerlukan pengenceran sebelum tumbuh di
dalam cawan petri. Setelah dilakukan inkubasi biasanya akan terbentuk koloni dala cawan
tersebut dengan jumlah yang masih dapat dihitung, dimana jumlah terbaik adalah diantara 30-
300 koloni (Purwa,2012).
Bakteri merupakan salah satu jenis mikroorganisme yang tidak bisa dilihat oleh mata
telanjang. Bakteri memiliki bentuk bermacam-macam yaitu, bulat, batang dan spiral (Pelczar,
1986). Menurut Pelczar pembagian bentuk koloni bakteri antara lain
Bakteri berbentuk bulat dikenal sebagai basil. Kata basil berasal dari bacillus yang berarti
batang. Bentuk basil dapat pula dibedakan atas:
1. Basil tunggal yaitu bakteri yang hanya berbentuk satu batang tunggal, misalnya
Salmonella typhi, penyebab penyakit tipus.
2. Diplobasil yaitu bakteri berbentuk batang yag bergandengan dua-dua.
3. Streptobasil yaitu bakteri berbentuk batang yang bergandengan memanjang
membentuk rantai misalnya Bacillus anthracis penyebab penyakit antraks.
Bakteri berbentuk bola dikenal sebagai coccus, bakteri ini juga dapat dibedakan atas:
1. Spiral, yaitu golongan bakteri yang bentuknya seperti spiral misalnya Spirillum.
2. Vibrio, ini dianggap sebagai bentuk spiral tak sempurna, misalnya Vibrio cholera
penyebab penyakit kolera.
3. Spiroseta yaitu golongan bakteri berbentuk spiral yang besifat lentur. Pada saat
bergerak, tubuhnya dapa memanjang dan mengerut.
Bakteri berbentuk spiral terutama dijumpai sebagai individu-individu sel yang tidak
saling melekat.Tercakup di dalam kelompok morfologis ini adalah spiroketa, beberapa
diantaranya menyebabkan penyakit yang berbahaya bagi manusia.Individu-individu sel dari
spesies yang berbeda-beda menunjukkan perbedaan-perbedaan yang mencolok dalam hal
panjang, jumlah, dan amplitudo spiralnya serta kekakuan dinding selnya. Sebagai contoh,
beberapa spirilum berukuran pendek, spiralnya berpilin ketat; yang lain sangat panjang dan
menunjukkan sederetan pelintiran dan lengkungan. Spiral yang pendek dan tidak lengkap
disebut sebagai bakteri koma, atau vibrio (Holt dan Bergey, 1994).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
2.bakteri secara aseptis kepermukaan media yang telah memadat dalam cawan petri
menggunakan pipet.
1. Diteteskan 1 ml suspensi sel kedalam cawan petri kosong yang telah steril secara
aseptis.
2. Dituangkan media agar yang hangat (suhu 45 – 50 °C) ke cawan yang telah berisi
suspensi bakteri tersebut dan ditutup.
4. Setelah agar memadat cawan petri diinkubasi dengan posisi terbalik pada suhu
kamar ataupun inkubator selama 24 jam. diamati pertumbuhannya.
2. Digunakan ose yang telah dingin untuk mengambil kultur murni bakteri (ambil
sebanyak 1 ose).
4. Setiap kali digoreskan ose untuk kuadran berikutnya, dipijarkan ose terlebih
dahulu dan biarkan dingin.
5. Diinkubasikan cawan petri berisi mikroba dengan posisi terbalik pada suhu
ruang atau pada suhu tertentu dalam incubator selama 24-48 jam dan amati
pertumbuhannya.
Langkah-langkah yang harus dilakukan pada praktikum ini adalah disentuhkan ujung
ose pada koloni dan digores secara kontinyu sampai setengah permukaan agar. Diputar
cawan 1800 dandilanjutkan digoresan sampai habis.
3.3.6. Goresan T
Langkah-langkah yang harus dilakukan pada praktikum ini adalah ditandai bagian
luar-bawah cawan petri dengan dibagi cawan menjadi 3 bagian menggunakan spidol
marker, diinokulasi daerah 1 dengan streak zig-zag. Dipanaskan jarum ose dan ditunggu
sampai dingin, kemudian dilanjutkan streak zig-zag pada daerah 2. Cawan diputar
untukmemperoleh goresan yang sempurna.
Langkah-langkah yang harus dilakukan pada praktikum ini adalah ditandai bagian
luar-bawah cawan petri dengan dibagi cawan menjadi 4 bagian menggunakan spidol
marker, dinokulasi daerah 1 dengan streak zig-zag/terputus. Dipanaskan jarum ose dan
tunggu dingin, kemudian dilanjutkan streak pada daerah 2. Cawan diputar untuk
memperoleh goresan yang sempurna. Dilakukan hal yang sama pada daerah 3 dan 4.
4. Diambil sampel mikroba pipet steril dari media cair secukupnya (0,1 - 0,5 ml) lalu
dimasukkan ke dalam parit-parit pada haemocytometer (jangan sampai berlebihan).
Dipdierhatikan / dicari kembali kotak-kotak pengamatan.
Jumlah sel/mL = Jumlah sel rata-rata tiap petak x 1000 x faktor pengenceran
1. Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni antara 30 –
300
2. Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu kumpulan koloni
yang besar dimana jumlah koloni diragukan, dapat dihitung sebagai satu koloni.
3. Dihitung Suatu deretan (rantai) yang terlihat sebagai suatu garis tebal sebagai satu
koloni.
4. Dilaporkan Data yang mengikuti peraturan yaitu hanya terdiri dari dua angka, yaitu
angka pertama di depan koma danangka ke dua dibelakang koma.
5. Dihitung Jika semua pengenceran menghasilkan angka kurang dari 30 koloni atau
yang terendah. Jikasemua pengenceran menghasilkan lebih dari 300 koloni pada cawan
Petri, hanya jumlah koloni pada pengenceran yang tertinggi yang dihitung.
6. Dihitung nilai rata-ratanya Jika terdapat lebih dari satu cawan yang mempunyai
jumlah koloni yang memenuhi syarat, maka.
2. Dicabuti rumput atau tanaman lain yang mungkin tumbuh di atas bagian lahan
yang akan diambil sampel tanahnya dan dipasang sarung tangan
3. Ditancapkan auger. Jika tidak ada auger, bisa dilakukan dengan sendok atau
spatula steril. Tanah yang diambil minimal 4 cm dari permukaan tanah.
Masukkan tanah ke dalam plastik klip steril, bawa ke laboratorium
5. Disiapkan tabung reaksi sebanyak 7 tabung berisi media NaCl steril untuk
proses dilusi (sipakan tabung berlabel 10-1 – 10-7), tiap tabung berisi 9 mL
NaCl steril.
9. Dihitung koloni yang tumbuh dengan metode hitung cawan dan diamati
karakter morfologinya .
10. Koloni yang tumbuh terpisah atau yang berbeda karakternya dipilih untuk
kemudian dipurifikasi menggunakan metode streak plate .
2. Dicabuti rumput atau tanaman lain yang mungkin tumbuh di atas bagian lahan yang
akan diambil sampel tanahnya
4. Ditancapkan auger. Jika tidak ada auger, bisa dilakukan dengan sendok atau spatula
steril. Tanah yang diambil minimal 4 cm dari permukaan tanah.
7. Disiapkan tabung reaksi sebanyak 7 tabung berisi media NaCl steril untuk proses
dilusi (sipakan tabung berlabel 10-1 – 10-7), tiap tabung berisi 9 mL NaCl steril.
8. Disiapkan media PDA pada cawan petri (tuang PDA hangat sebanyak 10-15 mL
dalam cawan petri secara aseptis, biarkan padat).
9. Dimasukkan tanah yang telah ditimbang ke dalam tabung pengenceran pertama 10-1
secara aseptis (dekat api)
12. Dihitung koloni yang tumbuh dengan metode hitung cawan untuk
kapang/jamur(Lihat prosedur hitung cawan) dan amati karakter
morfologinya.
13. Dipilih koloni yang tumbuh terpisah atau yang berbeda karakternya dipilih untuk
kemudian dipurifikasi dengan cara diambil potongan hifa menggunakan batang kawat
ujung lurus (jarum enten) dan dipindahkan ke medium baru secara aseptis.
4.1.4. Perhitungan
4.1.4.a. Perhitungan bakteri
No. Metode Pengenceran Jumlah perhitungan
1 Streak T 10-5 700 bakteri
2 Spread 10-7 10.006 . 106 bakteri
Streak T (10-5)
Jumlah koloni: 7
7 ml= 7 x 10-3 µl
7×10−3
Jumlah bakteri: = 700
10−5
Spread (10−7)
Jumlah koloni: 60 + 1010
6×102 107
Jumlah bakteri tiap koloni: + 10−7 = 6 × 109 + 1014 =
10−7
10.006 × 107
4.1.4.b. Perhitungan kapang
No. Metode Pengenceran Jumlah perhitungan
1. PDA 10-5 104
a. koloni
a
b. Pengenceran 10-6 spread plate
Foto Pengamatan Keterangan
Media rusak
b. NA instan (non-steril)
Foto Pengamatan Keterangan
1. Media Agar (NA)
2. Bakteri dan Koloni
b. Pengenceran 10-6
Foto Pengamatan Keterangan
Garis bersambung
c. Pengenceran 10-7
Foto Pengamatan Keterangan
Garis bersambung
(Dwyana,2012)
4.2.4.3. Kuadran
a. Kuadran A (pengenceran 10-5)
Foto Pengamatan Gambar Literatur
(Dwyana,2012)
Keterangan: terbagi menjadi empat wilayah, garis putus-putus
b. Kuadran B (pengenceran 10-6)
Foto Pengamatan Gambar Literatur
(Dwyana,2012)
4.3 Pembahasan
4.3.1. Pengenceran bertingkat
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum ini menggunakan teknik pengenceran
bertingkat yang bertujuan agar menghasilkan bakteri yang murni dan pada saat diamati tidak
bias. Proses pengenceran tersebut dimulai dari pengeceraran 10-1 yang merupakan
pengenceran dari sampel tanah dengan volume tabung yang memiliki perbandingan 1:9.
Kemudian dilanjutkan dengan proses homogen dan pengenceran sampai 10-7. Hadioetomo
(1996) menyatakan bahwa pengenceran berfungsi agar perhitungan koloni menjadi mudah
dan benar serta menghidari bias. Adiprabowo (2008) menambahkan bahwa pengenceran
dilakukan dengan larutan NaCl 0,9% yang dimasukkan dalam tabung flakon. Pengenceran
bisa dimulai secara desimal mulai dari 10 sampai sampai 10-7.
b. Pour Plate
Berdasarkan pengamatan praktikum isolasi bakteri dengan pour plate yaitu
dengan menyemprotkan bakteri terlebih dahulu pada cawan petri, kemudian
dituangkan media agar hangat ke cawan petri yang berisi bakteri tersebut. Kemudian
dihomogenkan dengan cara mnggoyangkan cawan membentuk angka delapan di atas
meja yang aseptis kemudian di keringkan dan dilakukan inkubasi. Sehingga
didapatkan koloni bakteri.
Pernyataan diatas sesuai dengan pendapat wati (2013) yang menyatakan bahwa
metode tuang dilakukan dengan menyemprotkan bakteri pada medium cawan petri.
Terdapat 2 macam cara untuk mengaplikasikan metode ini, yaitu dengan mencampur
solate bakteri dengan medium agar pada suhu 50ºC kemudian menuangkannya pada
petridisk atau dengan menyemprotkan solate pada dasar petridisk, kemudian menuang
medium agar keatasnya dan diaduk. Setelah agar mengeras, bakteri akan berada pada
tempatnya masing-masing dan diharapkan bakteri tidak mengelompok sehingga
terbentuk koloni tunggal.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
2. Pemindahan bakteri dapat dilakukan dengan swab (positif dan negatif) yakni dengan
menggunakan cotton bud yang dioleskan pada kulit.
3. Isolasi dan penanaman mikroba dengan beberapa teknik yaitu : teknik spread plate, pour
plate, dan streak plate.
4. Mikroba memiliki beberapa morfologi yakni berbentuk bulat (round), round with
scalleform, dan L.form
5. Metode yang digunakan dalam perhitungan kali ini adalah metode cawan, yangmana
perhitungan dilakukan secara manual dengan menghitung koloni yang terdapat pada cawan
petri.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan adalah agar pada setiap perlakuan dilakukan pengambilan
gambar dan dibuatkan laporan sementara sebagai data dari apa yang sudah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Gobel, Risco, B dkk. 2008. Mikrobiologi Umum Dalam Praktek. Makassar. Universitas
Hasanuddin.
Hadioetomo R. 1996. Mikrobiologi Dasar-Dasar Dalam Praktek. Jakarta: Gramedia.
Holt, et al. (1994). Bergey's Manual of Determinative Bacteriology 9th. Edition. USA:
Williams and Wilkins Baltimore. Kathleen.
Pelczar. J. Michael dan Chan E.C.S. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Purwa,N , et al., 2012. Karakteristik bakteri Caviar nilem dalam perendaman Campuran
Larutan Asam Asetat Dengan Larutan Garam Pada Penyimpanan Suhu Rendah (5-
10℃). Jurnal Perikanan dan Kelautan, Vol. 3, No.4.
Ramesh, H. P. dan Tharanathan R. N. 2003.Carbohydrates-The Renewable Raw Materils
of High Biotechnological Value. Critical Review in Biotechnology. 23 (2) : 149-173.