1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
2
2.1 Teori
2.1.1 Pengertian Fraud
Menurut Wikipedia dan Ensiklopedia bebas, “Fraud is an
intentional deception made for personal gain or to damage another
individual”, “Fraud adalah suatu bentuk penipuan yang
disengaja/direncanakan demi keuntungan dan kemakmuran
pribadi/perseorangan atau untuk merusak/mengganggu kehidupan dan
kekayaan orang lain”.
Secara umum, Fraud adalah sebuah istilah umum dan luas, serta
mencakup semua bentuk kelicikan/tipu daya manusia , yang
dipaksakan oleh satu orang, untuk mendapatkan keuntungan lebih dari
yang lain dengan memberikan keterangan-keterangan palsu dan telah
dimanipulasi. Tidak ada ketentuan dan keharusan untuak
menyeragamkan definisi dari Fraud itu sendiri. Fraud juga
mengandung pengertian sebagai kejutan, tipuan,kelicikan, dan cara-
cara yang tidak sah terhadap pihak yang ditipu. Batasan pendefinisian
Fraud adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan ketidakjujuran
manusia.
3
2. Peluang
Peluang adalah situasi dimana seseorang meyakini bahwa
adanya kesempatan atau kondisi yang menjanjikan keuntungan
jika melakukan tindakan kecurangan dan tidak akan terdeteksi
oleh korban. Peluang dapat mendorong kemungkinan seorang
karyawan melakukan fraud bahkan disaat karyawan tersebut tidak
memiliki tekanan sama sekali. Karna pada prinsipnya, kejahatan
terjadi tidak hanya karena niat dari pelakunya, akan tetapi karena
adanya peluang dan kesempatan untuk melakukan kejahatan
tersebut.
Sitem kerja, mekanisme kerja yang longgar, bahkan hubungan
kekeluargaan yang sangat akrab dalam satu perusahaan dapat
mendorong karyawan untuk berpikir bahwa ada peluang untuk
melakukan kecurangan tanpa terdeteksi oleh pihak manajemen.
Seringkali yang melakukan kecurangan adalah karyawan yang
paling dipercaya dan bekerja paling lama di perusahaan tersebut.
Hal ini dikarenakan mereka telah mengetahui alur kerja perusahan
dan celah-celah yang kemungkinan bisa dimanfaatkan untuk
melakukan kecurangan. Penipuan yang jarang terbongkar
merupakan penipuan yang dilakukan oleh orang yang paling kita
percaya.
3. Rasionalisasi
Rasionalisasi adalah suatu bentuk pemikiran yang menjadikan
seseorang melakukan fraud merasa bahwa sikap curang tersebut
dapat diterima. Hal yang seperti ini dapat terjadi jika tidak adanya
penegakan hukum yang tegas atau terjadi pembiaran dalam
melakukan fraud.
4
1. Know your customer & know your employee
5
Motivasi untuk bekerja dengan baik dan jujur selalu berasal
dari imbalan yang setimpal. Oleh itu, perusahaan dituntut untuk
memberikan upah/gaji yang distandarkan pemerintah bahkan diatas
standar tersebut. Dengan demikian, diharapkan akan menciptakan
suasana kerja yang jujur dan kondusif dan memawinimalisir celah
kecurangan.
6
2.1.5 Fraud yang Terjadi di Perbankan Khusus di BPR
2.1.5.1 Sejarah BPR
Dilakukan:
Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
berupa deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Memberikan kredit.
Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasakan prinsip
bagi hasil, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam
Peraturan Pemerintah.
7
Tidak Dilakukan:
Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu
lintas pembayaran. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta
asing
8
Pengelolaan kredit harus dilakukan berdasarkan prinsip
kehati-hatian, sehingga dapat memberikan kontribusi yang
optimal.
Bank wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan debitur
untuk melunasi hutangnya dengan melakukan penilaian
terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek
usaha debitur. Penyaluran dana tidak boleh terpusat pada
peminjam tertentu (diatur dalam ketentuan BMPK).
Penyaluran dana antar bank dilakukan untuk berbagai
tujuan guna membantu kegiatan bank satu sama lain.
Penghimpunan Dana:
Penanaman Dana:
9
1. Kredit Fiktif/Topengan
2. Penempatan Deposito Antar Bank Fiktif
3. Jaminan tidak dikuasai oleh Bank
4. Penilaian Jaminan terlalu tinggi
5. Rekayasa Pemberian Kredit
6. Jaminan telah diserahkan kepada nasabah tetapi kredit
belum lunas
7. Setoran Angsuran kredit disalahgunakan oleh oknum
Pegawai
8. Pencairan Kredit tidak sesuai dengan Offering Letter
9. Oknum Pegawai Bank meminta Dana/Fee kepada Debitur
10. Double Pembiayaan
11. Usia Nasabah di mark up
12. Setiap pencairan kredit, Komut mengenakan Rp100 ribu
2.2 Analisa Kasus
2.2.1 Kategori
Kecurangan Pegawai / Employee Fraud di Bidang Perbankan karena
dilakukan oleh perseorangan yaitu direktur utama perusahaan.
2.2.2 Contoh Kasus
PT. BPR XXX (Nama Disamarkan)
VN Selaku Direktur Utama PT BPR XXX memerintahkan
pegawainya untuk mencairkan kredit baru dengan cara meminjam
nama yang berbeda (Rekayasa Kredit) dimana hasil pencairannya
tidak digunakan oleh debitur yang bersangkutan, akan tetapi
digunakan untuk pelunasan kredit yang melanggar batas maksimum
pemberian kredit dan kredit yang sebelumnya sudah bermasalah guna
memperbaiki Non Perfoming Loan.
Jadi, VN memerintahkan ke bawahannya untuk merekomendasi
sebuah pengajuan kredit dengan data yang didapat dari VN,
pengajuan kredit tersebut nantinya akan digunakan untuk menutup
kredit yang mengalami NPL (kredit macet) nasabah yang sudah ada.
10
Pasal 49 Ayat (1) UU Perbankan :
Anggota Dewan Komisaris, Direksi / pegawai bank yg dgn sengaja :
a. membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu ....;
b. menghilangkan atau tidak memasukkan atau menyebabkan tidak
dilakukannya pencatatan ...;
c. mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, menghapus, atau
menghilangkan adanya suatu pencatatan …, atau dengan sengaja
mengubah, mengaburkan, menghilangkan, menyembunyikan /
merusak catatan pembukuan tersebut, dlm pembukuan, laporan,
dokumen, laporan kegiatan usaha, lap transaksi, rekening suatu
bank,
diancam dengan ancaman dengan pidana penjara sekurang-
kurangnya 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun
serta denda sekurang Kurangnya Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
milyar rupiah) & paling banyak Rp200.000.000.000,00 (dua ratus
milyar rupiah)
11
•Ataupun dlm rangka memberikan persetujuan bagi org lain utk
melaksanakan penarikan dana yg melebihi batas kreditnya pada
bank; Pasal 49 ayat (2) huruf b
•Tidak melaksanakan langkah-langkah yg diperlukan utk memastikan
ketaatan bank thd ketentuan dlm UU ini & ketentuan peraturan
perundang-undangan lainnya yang berlaku bagi bank;
Diancam pidana penjara sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dan
paling lama 8 (delapan) thn serta denda sekurang-kurangnya Rp
5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) & paling banyak
Rp100.000.000.000,00 (seratus milyar rupiah).
2.2.4 Penyelesaian
12
Huruf B Undang – Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992
Tentang Perbankan Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang –
Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang –
Undang RI No 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Jo Pasal 64 KUHP.
http://www.kejari-
sleman.go.id/kejari_sleman_tangani_kasus_ojk_berita321.html?
38355
BAB III
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
14