Anda di halaman 1dari 14

FRAUD

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Latar belakang terjadinya fraud.
Latar belakang terjadinya fraud di perbankan.
Mengapa membahas kasus fraud di perbankan khususnya BPR.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja kasus fraud yang terjadi pada bidang Perbankan?
2. Bagaimana analisis dan penyelesaian kasus fraud yang terjadi pada bidang
Perbankan, khususnya pada PT BPR XXX?
1.3 Maksud dan Tujuan
1. Untuk mengetahui kasus fraud yang dapat terjadi pada bidang Perbankan
2. Untuk mengetahui bagaimana analisis dan penyelesaian kasus fraud yang
terjadi pada bidang Perbankan?
1.4 Metode Penulisan
Metode penelitian dapat diartikan sebagai ilmu untuk mengungkapkan dan
menerangkan gejala-gejala alam atau gejala-gejala sosial dalam kehidupan
manusia, dengan mempergunaka prosedur kerja yang sistimatis, teratur dan
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, disebabkan penelitian ini bersifat
ilmiah (Hadari Nawawi, hal 9).
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode penelitian
kepustakaan atau Library Research, yaitu suatu metode pengumpulan data
yang diperoleh dari buku-buku, diktat-diktat, jurnal dan literature-literatur
serta informasi-informasi lainnya yang berhubungan dengan penulisan
makalah ini.

BAB II

TEORI DAN PEMBAHASAN

2
2.1 Teori
2.1.1 Pengertian Fraud
Menurut Wikipedia dan Ensiklopedia bebas, “Fraud is an
intentional deception made for personal gain or to damage another
individual”, “Fraud adalah suatu bentuk penipuan yang
disengaja/direncanakan demi keuntungan dan kemakmuran
pribadi/perseorangan atau untuk merusak/mengganggu kehidupan dan
kekayaan orang lain”.
Secara umum, Fraud adalah sebuah istilah umum dan luas, serta
mencakup semua bentuk kelicikan/tipu daya manusia , yang
dipaksakan oleh satu orang, untuk mendapatkan keuntungan lebih dari
yang lain dengan memberikan keterangan-keterangan palsu dan telah
dimanipulasi. Tidak ada ketentuan dan keharusan untuak
menyeragamkan definisi dari Fraud itu sendiri. Fraud juga
mengandung pengertian sebagai kejutan, tipuan,kelicikan, dan cara-
cara yang tidak sah terhadap pihak yang ditipu. Batasan pendefinisian
Fraud adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan ketidakjujuran
manusia.

2.1.2 Faktor Penyebab Terjadinya Fraud


1. Tekanan
Tekanan adalah situasi dimana seseorang meyakini bahwa
mereka merasa perlu untuk melakukan Fraud. Tekanan ini
misalnya karena kondisi kesulitan ekonomi seorang karyawan
yang mendorong karyawan melakukan fraud. Faktor kesejahteraan
karyawan harus menjadi perhatian penting dari manajemen untuk
mengikis dorongan atau motivasi karyawan untuk melakukan
fraud. Memang tidak ada jaminan bahwa seorang pekerja yang
sejahtera tidak akan melakukan tindak kecurangan, namun
diharapkan dengan adanya kesejahteraan yang diberikan pihak
manajemen kepada para karyawannya akan meningkatkan
motivasi mereka untuk memberikan hasil terbaik bagi perusahaan.

3
2. Peluang
Peluang adalah situasi dimana seseorang meyakini bahwa
adanya kesempatan atau kondisi yang menjanjikan keuntungan
jika melakukan tindakan kecurangan dan tidak akan terdeteksi
oleh korban. Peluang dapat mendorong kemungkinan seorang
karyawan melakukan fraud bahkan disaat karyawan tersebut tidak
memiliki tekanan sama sekali. Karna pada prinsipnya, kejahatan
terjadi tidak hanya karena niat dari pelakunya, akan tetapi karena
adanya peluang dan kesempatan untuk melakukan kejahatan
tersebut.
Sitem kerja, mekanisme kerja yang longgar, bahkan hubungan
kekeluargaan yang sangat akrab dalam satu perusahaan dapat
mendorong karyawan untuk berpikir bahwa ada peluang untuk
melakukan kecurangan tanpa terdeteksi oleh pihak manajemen.
Seringkali yang melakukan kecurangan adalah karyawan yang
paling dipercaya dan bekerja paling lama di perusahaan tersebut.
Hal ini dikarenakan mereka telah mengetahui alur kerja perusahan
dan celah-celah yang kemungkinan bisa dimanfaatkan untuk
melakukan kecurangan. Penipuan yang jarang terbongkar
merupakan penipuan yang dilakukan oleh orang yang paling kita
percaya.
3. Rasionalisasi
Rasionalisasi adalah suatu bentuk pemikiran yang menjadikan
seseorang melakukan fraud merasa bahwa sikap curang tersebut
dapat diterima. Hal yang seperti ini dapat terjadi jika tidak adanya
penegakan hukum yang tegas atau terjadi pembiaran dalam
melakukan fraud.

2.1.3 Langkah Pencegahan Fraud

Fraud harus dapat dikontrol dan dijaga, sehingga tidak


semakin berkembang dan merugikan organisasi atau perusahaan
tersebut. Berikut adalah beberapa langkah pencegahan fraud:

4
1. Know your customer & know your employee

Fraud sangat mungkin dilakukan atas adanya kerjasama


pelanggan dan karyawan. Karena hal itu, sangat penting bagi
perusahaan untuk menerapkan kebijakan “know your customer &
know your employee”. Hal ini dapat dilakukan dengan memiliki
database profil pelanggan dan karyawan dengan selengkap-
lengkapnya dan melakukan crosscheck. Dengan demikian, kita lebih
bisa mengetahui siapa pekerja dan pelanggan kita.

2. Melakukan mutasi dan rotasi karyawan

Potensi kecurangan yang dilakukan oleh karyawan yang sudah


terlalu lama berada dalam satu unit kerja tertentu dapat dikatakan
relatif tinggi. Hal ini bisa terjadi karena karyawan yang sudah lama
tersebut memiliki pengetahuan terhadap pola kerja, sistem kerja dan
celah-celah dari kebijakan dan sistem yang diterapkan. Ditambah lagi
kebiasaan para junior (karyawan baru) yang tidak berani untuk
menegur para senior yang melakukan kecurangan. Atas dasar inilah,
diperlukan adanya mutasi dan rotasi karyawan dalam suatu
perusahaan.

3. Memberikan reward & punishment yang tegas

Jika reward dan punishment tidak diterapkan dengan tegas,


potensi terjadinya kecurangan akan cukup besar. Jika reward tidak
secara adil diterapkan maka akan mendorong karyawan menjadi
demotivasi dan akan melakukan sejumlah pembenaran untuk
melakukan kecurangan. Dan jika punishment tidak diberikan secara
tegas, maka akan mendorong pembenaran bagi yang lain untuk
melakukan kecurangan.

4. Menjamin kesejahteraan bagi setiap karyawan

5
Motivasi untuk bekerja dengan baik dan jujur selalu berasal
dari imbalan yang setimpal. Oleh itu, perusahaan dituntut untuk
memberikan upah/gaji yang distandarkan pemerintah bahkan diatas
standar tersebut. Dengan demikian, diharapkan akan menciptakan
suasana kerja yang jujur dan kondusif dan memawinimalisir celah
kecurangan.

5. Meningkatkan pengendalian intern perusahaan.

Agar tidak dicurangi oleh para karyawan, perusahaan harus


mengendalikan total keseluruhan dalaman perusahaan. Mulai dari
siapa yang bekerja dan siapa yang memberikan pekerjaan. Penegakan
aturan dan kondisi karyawan harus selalu diperhatikan.

2.1.4 Jenis-Jenis Fraud

Tindak kecurangan atau fraud digolongkan ke dalam beberapa bagian,


yaitu:

1. Employee fraud (kecurangan pegawai)


Kecurangan yang dilakukan oleh pegawai/karyawan dalam
suatu organisasi kerja.
2. Management fraud (kecurangan manajemen)
Kecurangan yang dilakukan oleh pihak manajemen dengan
menggunakan laporan keuangan/transaksi keuangan sebagai
sarana kecurangan, biasanya dilakukan untuk mencurangi
pemegang kepentingan (stakeholders) yang terkait dengan
organisasinya.
3. Customer fraud (kecurangan pelanggan)
Kecurangan yang dilakukan oleh konsumen/pelanggan,
misalnya kecurangan oleh pihak kontraktor/konsultan terhadap
satuan kerja proyek.
4. E-commerce fraud (kecurangan melalui internet)
Kecurangan yang dilakukan akibat adanya transaksi melalui
internet, misalnya sistem jual beli online yang menjual barang
tidak sesuai dengan apa yang dipromosikan.

6
2.1.5 Fraud yang Terjadi di Perbankan Khusus di BPR
2.1.5.1 Sejarah BPR

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan bank perdesaan


yang lahir pada tanggal 16 Desember 1895 di Purwokerto.
Pada tahun 1988, Pemerintah melalui Paket Deregulasi
Perbankan 28 Oktober 1988 (PAKTO-88) memberikan kemudahan
pendirian BPR. Salah satunya berupa Keputusan Presiden No.38
Tahun 1988 tentang Bank Perkreditan Rakyat, yang menyatakan
bahwa guna memenuhi pelayanan jasa-jasa perbankan dan lebih
menunjang kegiatan perekonomian masyarakat dipandang perlu
menyediakan pelayanan jasa perbankan bagi masyarakat perdesaan.
Di dalam Keputusan Menteri Keuangan RI
No.1064/KMK.00/1988 tentang Pendirian dan Usaha Bank
Perkreditan Rakyat dinyatakan bahwa “tugas bank (BPR) diarahkan
untuk menunjang pertumbuhan dan modernisasi ekonomi pedesaan
serta untuk mengurangi praktek-praktek ijon para pelepas uang”.

2.1.5.2 Kegiatan Usaha BPR

Dilakukan:
 Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
berupa deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu.
 Memberikan kredit.
 Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasakan prinsip
bagi hasil, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam
Peraturan Pemerintah.

 Menempatkan dana dalam bentuk Sertifikat Bank


Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito,
dan/atau tabungan pada bank lain

7
Tidak Dilakukan:
 Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu
lintas pembayaran. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta
asing

 Melakukan penyertaan modal. Melakukan usaha


perasuransian.

 Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana


diuraikan pada huruf a. di atas.

2.1.5.3 Penghimpunan dan Penyaluran Dana BPR

 Dana masyarakat merupakan sumber dana utama bagi suatu


bank, mengingat dana masyarakat ini merupakan bagian
terbesar dari keseluruhan sumber dana yang diperoleh bank.
 Dana pihak ketiga BPR terdiri dari deposito berjangka dan
tabungan.
 Dana bank atau modal bank berasal dari para pemegang
saham.
 Fungsi modal adalah disamping untuk mengembangkan
usaha juga dimaksudkan untuk menutup risiko yang
mungkin terjadi.
 Dana bank lain pada umumnya bersifat pelengkap dan dana
tersebut digunakan antara lain untuk melancarkan likuiditas
atau mengembangkan usaha.
 Penyaluran dana kepada masyarakat disebut dengan
pemberian kredit oleh Bank Konvensional atau pembiayaan
oleh bank syariah (Bank berdasarkan prinsip Syariah).

8
 Pengelolaan kredit harus dilakukan berdasarkan prinsip
kehati-hatian, sehingga dapat memberikan kontribusi yang
optimal.
 Bank wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan debitur
untuk melunasi hutangnya dengan melakukan penilaian
terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek
usaha debitur. Penyaluran dana tidak boleh terpusat pada
peminjam tertentu (diatur dalam ketentuan BMPK).
Penyaluran dana antar bank dilakukan untuk berbagai
tujuan guna membantu kegiatan bank satu sama lain.

2.1.5.4 Penyimpangan di Bidang Perbankan

Penghimpunan Dana:

1. Pencatatan Tabungan, Deposito Fiktif


2. Tidak dicatat/sebagian adanya setoran dana utk Tabungan,
Deposito
3. Penarikan Tabungan oleh Oknum Pegawai Bank tanpa
sepengetahuan Nasabah
4. Penarikan dana dari Tabungan Pasif
5. Pencairan Deposito tanpa diketahui Nasabah
6. Pencairan Deposito Nasabah oleh Oknum bekerja sama
dengan oknum Pegawai Bank
7. Pembukaan rekening tanpa sepengetahuan Nasabah
8. Teller menarik dana Nasabah
9. Teller/CS meminta Nasabah untuk menandatangani slip
penarikan kosong
10. Teller/CS menerima titipan buku Tabungan
11. Bilyet Deposito Ganda

Penanaman Dana:

9
1. Kredit Fiktif/Topengan
2. Penempatan Deposito Antar Bank Fiktif
3. Jaminan tidak dikuasai oleh Bank
4. Penilaian Jaminan terlalu tinggi
5. Rekayasa Pemberian Kredit
6. Jaminan telah diserahkan kepada nasabah tetapi kredit
belum lunas
7. Setoran Angsuran kredit disalahgunakan oleh oknum
Pegawai
8. Pencairan Kredit tidak sesuai dengan Offering Letter
9. Oknum Pegawai Bank meminta Dana/Fee kepada Debitur
10. Double Pembiayaan
11. Usia Nasabah di mark up
12. Setiap pencairan kredit, Komut mengenakan Rp100 ribu
2.2 Analisa Kasus
2.2.1 Kategori
Kecurangan Pegawai / Employee Fraud di Bidang Perbankan karena
dilakukan oleh perseorangan yaitu direktur utama perusahaan.
2.2.2 Contoh Kasus
PT. BPR XXX (Nama Disamarkan)
VN Selaku Direktur Utama PT BPR XXX memerintahkan
pegawainya untuk mencairkan kredit baru dengan cara meminjam
nama yang berbeda (Rekayasa Kredit) dimana hasil pencairannya
tidak digunakan oleh debitur yang bersangkutan, akan tetapi
digunakan untuk pelunasan kredit yang melanggar batas maksimum
pemberian kredit dan kredit yang sebelumnya sudah bermasalah guna
memperbaiki Non Perfoming Loan.
Jadi, VN memerintahkan ke bawahannya untuk merekomendasi
sebuah pengajuan kredit dengan data yang didapat dari VN,
pengajuan kredit tersebut nantinya akan digunakan untuk menutup
kredit yang mengalami NPL (kredit macet) nasabah yang sudah ada.

2.2.3 Dasar Hukum

10
 Pasal 49 Ayat (1) UU Perbankan :
Anggota Dewan Komisaris, Direksi / pegawai bank yg dgn sengaja :
a. membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu ....;
b. menghilangkan atau tidak memasukkan atau menyebabkan tidak
dilakukannya pencatatan ...;
c. mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, menghapus, atau
menghilangkan adanya suatu pencatatan …, atau dengan sengaja
mengubah, mengaburkan, menghilangkan, menyembunyikan /
merusak catatan pembukuan tersebut, dlm pembukuan, laporan,
dokumen, laporan kegiatan usaha, lap transaksi, rekening suatu
bank,
diancam dengan ancaman dengan pidana penjara sekurang-
kurangnya 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun
serta denda sekurang Kurangnya Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
milyar rupiah) & paling banyak Rp200.000.000.000,00 (dua ratus
milyar rupiah)

 Pasal 49 Ayat (2) huruf a Anggota Dewan Komisaris,


Direksi/pegawai bank yang dengan sengaja :
•Meminta atau menerima, mengizinkan atau menyetujui utk
menerima suatu imbalan, komisi, uang tambahan, pelayanan, uang
atau barang berharga,
•Utk keuntungan pribadinya atau utk keuntungan keluarganya, dlm
rangka mendapatkan atau berusaha mendapatkan bagi org lain dlm
memperoleh uang muka, bank garansi, atau fasilitas kredit dari bank,
•Atau dlm rangka pembelian atau pendiskontoan oleh bank atas
surat-surat wesel, surat promes, cek, & kertas dagang atau bukti
kewajiban lainnya

11
•Ataupun dlm rangka memberikan persetujuan bagi org lain utk
melaksanakan penarikan dana yg melebihi batas kreditnya pada
bank; Pasal 49 ayat (2) huruf b
•Tidak melaksanakan langkah-langkah yg diperlukan utk memastikan
ketaatan bank thd ketentuan dlm UU ini & ketentuan peraturan
perundang-undangan lainnya yang berlaku bagi bank;
Diancam pidana penjara sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dan
paling lama 8 (delapan) thn serta denda sekurang-kurangnya Rp
5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) & paling banyak
Rp100.000.000.000,00 (seratus milyar rupiah).

2.2.4 Penyelesaian

Kini Direktur Utama PT BPR XXX, VN telah resmi ditahan di


lapas cebongan dengan hukuman pidana lima tahun penjara, dan
mengembalikan dana tersebut sebanyak dana yang dipergunakan.

Press Release terkait penyelesaian kasus fraud ini

Kejari Sleman Tangani Kasus OJK

26 Oktober 2017 - Berita

Tepatnya hari Senin (23 Agustus 2017), Kejari Sleman menerima


tahap 2 dari Kejaksaan Agung atas berkas perkara dari penyidik
Otoritas Jasa Keuangan an terdakwa VN. Perkara ini berawal tahun
2011 s.d. 2012 bahwa Tersangka VN Selaku Direktur Utama PT BPR
XXX memerintahkan pegawainya untuk mencairkan kredit baru
dengan cara meminjam nama yang berbeda (Rekayasa Kredit) dimana
hasil pencairannya tidak digunakan oleh debitur yang bersangkutan,
akan tetapi digunakan untuk pelunasan kredit yang melanggar batas
maksimum pemberian kredit dan kredit yang sebelumnya sudah
bermasalah guna memperbaiki Non Perfoming Loan. Tersangka
disangka melanggar pasal 49 ayat (1) huruf A atau pasal 49 ayat (2)

12
Huruf B Undang – Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992
Tentang Perbankan Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang –
Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang –
Undang RI No 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Jo Pasal 64 KUHP.

Tanggal 6 September 2017 berkas telah dilimpahkan ke Pengadilan


Negeri Sleman. Saat ini sedang berjalan proses persidangan
pemeriksaan sanksi yang dihadirkan oleh pihak Jaksa Penuntut
Umum. OSR

- OSR - (#265 views)

http://www.kejari-
sleman.go.id/kejari_sleman_tangani_kasus_ojk_berita321.html?
38355

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

13
DAFTAR PUSTAKA

H. Hadari Nawawi, Tanpa Tahun, Penelitian Terapan, Gajah Mada University


Press, Yogyakarta, hal. 9
LAMPIRAN-LAMPIRAN

14

Anda mungkin juga menyukai