Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH

STASE KEPERAWATAN JIWA


SEMESTER II

OLEH:
AYU FEBRIANI
I4B017018

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
2018
A. PENGERTIAN
Harga diri rendah menurut Keliat (2006) digambarkan sebagai
perasaan yang negatif terhadap diri sendiri dan harga diri merasa gagal
mencapai keinginan. Selain itu juga Harga diri rendah adalah evaluasi dari
atau kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang
lam (Nanda 2005 dalam Direja, 2011).
Menurut Keliat (2010), Harga diri rendah adalah kondisi seseorang
yang menilai keberadaan dirinya lebih rendah dibandingkan orang lain
yang berpikir adalah hal negatif diri sendiri sebagai individu yang gagal,
tidak mampu, dan tidak berprestasi. Harga diri rendah adalah perasaan
seseorang bahwa dirinya tidak diterima dilingkungan dan gambaran-
gambaran negatif tentang dirinya (Barry, dalam Fitria 2009).
Berdasarkan tiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
gangguan harga diri rendah adalah gangguan konsep diri dimana harga diri
merasa gagal mencapai keinginan, perasaan tentang diri yang negatif dan
merasa dirinya lebih rendah dibandingan orang lain.
Harga diri rendah adalah penilaian subjektif individu terhadap dirinya;
perasaan sadar atau tidak sadar dan persepsi terhadap fungsi, peran, dan
tubuh (Kusumawati, 2010).
Menurut Fitria (2009) harga diri rendah dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Harga diri rendah situsional adalah keadaan dimana individu yang
sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif
mengenai diri dalam berespon terhadap suatu kejadian (Kehilangan,
perubahan)
b. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami
evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu
lama.
B. PENYEBAB
Menurut Stuart Gail (2007) :
a. Faktor predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri
Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis,
kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain, dan idealdiri yang tidak
realistis.
2) Faktor yang mempengaruhi peran
Dimasyarakat umumnya peran seseorang disesuai dengan
jenis kelaminnya. Misalnya seseorang wanita dianggap kurang
mampu, kurang mandiri, kurang obyektif dan rasional sedangkan pria
dianggap kurang sensitif, kurang hangat, kurang ekspresif dibandimg
wanita. Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita atau pria berperan
tidak sesuai lazimnya maka dapat menimbulkan konflik diri maupun
hubungan sosial. Misal: seorang istri yang berperan sebagai kepala
rumah tangga atau seorang suami yang mengerjakan pekerjaan rumah,
akan menimbulkan masalah. Konflik peran dan peran tidak sesuai
muncul dari faktor biologis dan harapan masyarakat terhadap wanita
atau pria. Peran yang berlebihan muncul pada wanita yang
mempunyai sejumlah peran.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas diri
Meliputi ketidakpercayaan, tekanan dari teman sebaya dan
perubahan struktur sosial. Orang tua yang selalu curiga pada anak akan
menyebabkan anak menjadi kurang percaya diri, ragu dalam mengambil
keputusan dan dihantui rasa bersalah ketika akan melakukan sesuatu.
Kontrol orang tua yang berat pada anak remaja akan menimbilkan
perasaan benci pada orang tua. Teman sebaya merupakan faktor lain
yang berpengaruh pada identitas. Remaja ingin diterima, dibutuhkan,
dan diakui oleh kelompoknya.
4) Faktor biologis
Adanya kondisi sakit fisik secara yang dapat mempengaruhi
kerja hormon secara umum, yang dapat pula berdampak pada
keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar serotonin yang
menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada
pasien depresi kecenderungan harga diri rendah kronis semakin besar
karena klien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak
berdaya.
b. Faktor presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap
situasi yang dihadapi individu dan ia tidak mampu menyesuaikan.
Situasi atas stresor dapat mempengaruhi komponen. Stresor yang dapat
mempengaruhi gambaran diri adalah hilangnya bagian tubuh, tindakan
operasi, proses patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh,
proses tumbuh kembang, prosedur tindakan dan pengobatan.
Sedangkan stresor yang dapat mempengaruhi harga diri dan ideal diri
adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan
orang yang berarti, pola asuh yang tidak tepat misalnya selalu dituntut,
dituruti, persaingan dengan sodara, kesalahan dan kegagalan berulang,
cita-cita tidak terpenuhi dan kegagalan bertanggung jawab sendiri.
Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal:
1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan.
2) Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi.
Ada tiga jenis transisi peran:
1) Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang
berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap
perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-
norma budaya, nilai-nilai, serta tekanan untuk menyesuaikan diri.
2) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
3) Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan
sehat ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh
kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan,
atau fungsi tubuh, perubahan fisik yang berhubungan
dengantumbuh kembang normal. Perubahan tubuh dapat
mempengaruhi semua komponen konsep diri yaitu gambaran diri,
identitas diri, peran dan harga diri.
C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Carpenito dalam Keliat (2011) perilaku yang berhubungan
dengan harga diri rendah antara lain :
a) Mengkritik diri sendiri
b) Menarik diri dari hubungan sosial
c) Pandangan hidup yang pesimis
d) Perasaan lemah dan takut
e) Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri
f) Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
g) Hidup yang berpolarisasi
h) Ketidakmampuan menentukan tujuan
i) Merasionalisasi penolakan
j) Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
k) Menunjukkan tanda depresi ( sukar tidur dan sukar makan )
Sedangkan menurut Stuart (2006) tanda-tanda klien dengan harga diri
rendah yaitu :
a) Perasaan malu terhadap diri sendiri adalah akibat penyakit dan akibat
tindakan terhadap penyakit
b) Rasa bersalah terhadap diri sendiri
c) Merendahkan martabat
d) Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri
e) Percaya diri kurang
f) Menciderai diri
D. RENTANG RESPON
1) Respon adaptif
Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapinya.
a) Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang
positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan
dapat diterima
b) Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman
yang positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif
maupun yang negatif dari dirinya.(Prabowo, 2014)
2) Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika dia
tidak mampu lagi menyelesaikan masalah yang dihadapi.
a) Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai
dirinya yang negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
b) Keracunan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas
sehingga tidak memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.
c) Depersonalisasi (tidak mengenal diri) tidak mengenal diri yaitu
mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu
berhubungan dengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa
percaya diri atau tidak dapat membina hubungan baik dengan orang
lain (Prabowo, 2014).
E. PROSES TERJADINYA MASALAH
Proses terjadinya masalah
1. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis menurut
Herman (2011) adalah penolakan orangtua yang tidak realistis,
kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
Faktor predisposisi citra tubuh adalah :
a. Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh
b. Perubahan ukuran,bentuk dan penampilan tubuh akibat penyakit
c. Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh
d. Proses pengobatan seperti radiasi dan kemoterapi. Faktor
predisposisi harga diri rendah adalah :
1) Penolakan
2) Kurang penghargaan, pola asuh overprotektif, otoriter,tidak
konsisten,terlalu dituruti,terlalu dituntut
3) Persaingan antar saudara
4) Kesalahan dan kegagalan berulang
5) Tidak mampu mencapai standar. Faktor predisposisi gangguan
peran adalah :
a) Stereotipik peran seks
b) Tuntutan peran kerja
c) Harapan peran kultural. Faktor predisposisi gangguan
Identitas adalah :
1) Ketidakpercayaan orang tua
2) Perubahan struktur sosial
(Herman,2011)
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya
sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh,
mengalami kegagalan, serta menurunnya produktivitas. Harga diri
kronis ini dapat terjadi secara situasional maupun kronik)
a. Trauma adalah masalah spesifik dengan konsep diri dimana
situasi yang membuat individu sulit menyesuaikan diri,
khususnya trauma emosi seperti penganiayaan seksual dan
phisikologis pada masa anak-anak atau merasa terancam atau
menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupannya.
b. Ketegangan peran adalah rasa frustasi saat individu merasa tidak
mampu melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau
tidak merasa sesuai dalam melakukan perannya. Ketegangan
peran ini sering dijumpai saat terjadi konflik peran, keraguan
peran dan terlalu banyak peran. Konflik peran terjadi saat
individu menghadapi dua harapan peran yang bertentangan dan
tidak dapat dipenuhi. Keraguan peran terjadi bila individu tidak
mengetahui harapan peran yang spesifik atau bingung tentang
peran yang sesuai
a) Trauma peran perkembangan
b) Perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan
c) Transisi peran situasi
d) Perubahan jumlah anggota keluarga baik bertambah atau
berkurang
e) Transisi peran sehat-sakit
f) Pergeseran konsidi pasien yang menyebabkan kehilangan
bagian tubuh, perubahan bentuk , penampilana dan fungsi
tubuh, prosedur medis dan keperawatan ( Herman,2011)
3. Perilaku
a) Citra tubuh
Yaitu menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu,
menolak bercermin, tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau
cacat tubuh, menolak usaha rehabilitasi, usaha pengobatan ,mandiri
yang tidak tepat dan menyangkal cacat tubuh.
b) Harga diri rendah
Harga diri rendah diantaranya mengkritrik diri atau orang lain,
produkstivitas menurun, gangguan berhubungan ketengangan
peran, pesimis menghadapi hidup, keluhan fisik, penolakan
kemampuan diri, pandangan hidup bertentangan , distruktif kepada
diri, menarik diri secara sosial, khawatir, merasa diri paling
penting, distruksi pada orang lain, merasa tidak mampu, merasa
bersalah, mudah tersinggung/marah, perasaan negatif terhadap
tubuh.
c) Keracunan identitas diantaranya tidak ada kode moral, kepribadian
yang bertentangan, hubungan interpersonal yang ekploitatif,
perasaan hampa, perasaan mengambang tentang diri, kehancuran
gender, tingkat ansietas tinggi, tidak mampu empati pada orang
lain, masalah estimasi.
d) Depersonalisasi meliputi afektif, kehidupan identitas, perasaan
terpisah dari diri, perasaan tidak realistis, rasa terisolasi yang kuat,
kurang rasa berkesinambungan, tidak mampu mencari kesenangan.
Perseptual halusinasi dengar dan lihat, bingung tentang seksualitas
diri,sulit membedakan diri dari orang lain, gangguan citra tubuh,
dunia seperti dalam mimpi, kognitif bingung, disorientasi waktu,
gangguan berfikir, gangguan daya ingat, gangguan penilaian,
kepribadian ganda ( Herman,2011).
F. AKIBAT
Harga diri rendah dapat diakibatkan oleh rendahnya cita-cita
seseorang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam
mencapai tujuan. Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang
rendah. Selajutnya hal ini menyebutkan penampilan seseorang yang tidak
optimal. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung
mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuanya. Ketika seseorang
mengalami harga diri rendah,maka akan berdampak pada orang tersebut
mengisolasi diri dari kelompoknya. Dia akan cenderung menyendiri dan
menarik diri.( Eko P,2014)
Harga diri rendah dapat berisiko terjadi isolasi sosial yaitu menarik
diri. Isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak
fleksibel pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi
seseorang dalam hubungan sosial.(DEPKES,2003)
G. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka panjang pendek
atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk
melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan.
Pertaahanan tersebut mencakup berikut ini :
Jangka pendek :
a. Aktivitas yang memberikan pelarian semestara dari krisis identitas diri
( misalnya, konser musik, bekerja keras, menonton tv secara obsesif)
b. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti
semestara ( misalnya, ikut serta dalam klub sosial, agama, politik,
kelompok, gerakan, atau geng)
c. Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri
yang tidak menentu ( misalnya, olahraga yang kompetitif, prestasi
akademik, kontes untuk mendapatkan popularitas)
Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini :
a. Penutupan identitas : adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh
orang terdekat tanpa memerhatikan keinginan,aspirasi,atau potensi diri
individu
b. Identitas negatif : asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan
harapan yang diterima masyarakat.
Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi,
disosiasi,isolasi, proyeksi, pengalihan ( displacement, berbalik marah
terhadap diri sendiri, dan amuk )(Stuart,2006).
H. ASUHAN KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH
1. Pengkajian
Tahap pertama meliputi faktor predisposisi seperti : psikologis, tanda,
dan tingkah laku klien dan mekanisme koping klien (Damaiyanti,
2012).
Pengkajian menurut Deden (2013) melalui beberapa faktor, yaitu :
a. Faktor predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan
orang tua, harapan orang tua yang tidak realistik.
2) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran
yang sesuai dengan jenis kelamin, peran dalam pekerjaan dan
peran yang sesuai dengan kebudayaan.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu orang tua yang
tidak percaya pada anak, tekanan teman sebaya dan kultur
sosial yang berubah.
b. Faktor presipitasi
1) Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalamatau
faktor dari luar individu (internal or eksternal sources yang
dibagi 5 (lima) kategori :
a) Ketegangan peran adalah stress yang berhubungan dengan
frustasi yang dialami individu dalam peran atau posisi yang
diharapkan.
b) Konflik peran : ketidaksesuaian peran antara yang
dijalankan dengan yang diinginkan.
c) Peran yang tidak jelas : kurangnya pengetahuan individu
tentang peran yang dilakukannya.
d) Peran berlebihan : kurang sumber yang adekuat untuk
menampilkan seperangkat peran yang komleks.
e) Perkembangan transisi, yaitu perubahan norma yang
berkaitan dengan nilai untuk menyesuaikan diri.
2) Situasi transisi peran, adalah bertambah atau berkurangnya
orang penting dalam kehidupan individu melalui kelahiran atau
kematian orang yang berarti.
3) Transisi peran sehat-sakit, yaitu peran yang diakibatkan oleh
keadaan sehat atau keadaan sakit. Transisi ini dapat
disebabkan:
a) Kehilangan bagian tubuh.
b) Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi
tubuh.
c) Perubahan fisik yang berkaitan dengan pertumbuhan dan
perkembangan.
d) Prosedur pengobatan dan perawatan.
4) Ancaman fisik seperti pemakaian oksigen, kelelahan, ketidak
seimbangan bio-kimia, gangguan penggunaan obat, alkohol dan
zat.
c. Perilaku
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) perilaku yang berhubungan
dengan harga diri yang rendah yaitu identitas kacau dan
depersonalisasi seperti berikut (Deden, 2013):
1) Perilaku dengan harga diri yang rendah.
a) Mengkritik diri sendiri atau orang lain
b) Produktifitas menurun
c) Destruktif pada orang lain
d) Gangguan berhubungan
e) Merasa diri lebih penting
f) Merasa tidak layak
g) Rasa bersalah
h) Mudah marah dan tersinggung
i) Perasaan negative terhadap diri sendiri
j) Pandangan hidup yang pesimis
2) Perilaku dengan identitas kacau.
a) Tidak mengindahkan moral
b) Mengurahi hubungan interpersonal
c) Perasaan kosong
d) Perasaan yang berubah-ubah
e) Kekacauan identitas seksual
f) Kecemasan yang tinggi
g) Tidak mampu berempati
h) Kurang keyakinan diri
i) Mencitai diri sendiri
j) Masalah buhungan intim
k) Ideal diri tidak realistik
3) Perilaku dengan Depersonalisasi.
a) Afek : identitas hilang, asing dengan diri sendiri, perasaan
tidak aman, rendah diri, takut, malu, dan perasaan tidak
realistic, merasa sangat terisolasi.
b) Persepsi : Halusinasi pendengaran dan penglihatan, tidak
yakin akan jenis kelaminnya, sukar membeda kan diri
dengan orang orang lain.
c) Kognitif : Kacau, disorientasi waktu, penyimpangan
pikiran, daya ingat terganggu, dan daya penilaian
terganggu.
d) Perilaku: Afek tumpul, pasif dan tidak ada respon emosi,
komunikasi tidak selaras, tidak dapat mengontrol perasaan,
tidak ada inisiatif dan tidak mampu mengambil keputusan
menarik diri dari lingkungan, dan kurang bersemangat
d. Manifestasi klinis
Perilaku yang berhubungan dengan gangguan harga diri rendah
didapatkan dari data subjektif dan objektif yaitu :
1) Mengkritik diri sendiri ataupun orang lain.
2) Merasa diri tidak mampu dan tidak layak.
3) Merasa bersalah.
4) Mudah marah dan tersinggung
5) Perasaan negatif terhadap dirinya sendiri.
6) Ketegangan peran.
7) Pandangan hidup psimis.
8) Keluhan fisik.
9) Pandangan hidup bertentangan.
10) Penolakan terhadap kemampuan pribadi dekstrutif terhadap diri
sendiri.
11) Menarik diri secara sosial dan menarik diri secara realistis.
(Suliswati, 2005).
e. Sumber koping
Menurut Stuart (2006) semua orang tanpa memperhatikan
gangguan perilakunya, mempunyai beberapa bidang kelebihan
personal meliputi :
1) Hobi dan kerajinan tangan
2) Pendidikan atau pelatihan
3) Pekerjaan, vokasi atau posisi
4) Aktivitas olah raga dan aktivitas diluar rumah
5) Seni yang ekspresif
6) Kesehatan dan perawatan diri
f. Manifestasi koping
Mekanisme koping menurut Deden (2013) :
Jangka pendek :
1) Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis :
pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonoton tv terus menerus.
2) Kegiatan mengganti identitas sementara : (ikut kelompok
sosial, keagamaan, politik)
3) Kegiatan yang memberi dukungan sementara : (kompetisi olah
raga kontes popularitas).
4) Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara :
(penyalahgunaan obat-obatan).
Jangka Panjang :
1) Menutup identitas : terlalu cepat mengadopsi identitas yang
disenangi dari orang-orang yang berarti, tanpa mengindahkan
hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri.
2) Identitas negatif : asumsi yang pertentangan dengan
nilai dan harapan masyarakat.
Mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah : fantasi,
disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri
sendiri dan orang lain
g. Penatalaksanaan
Menurut Eko, 2014 terapi pada gangguan jiwa skizofrenia sudah
dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi
bahkan metodenya lebih manusiawi dari pada masa sebelumnya.
Terapi yang dimaksud meliputi :
1) Psikofarmako, berbagai obat psikofarmako yang hanya
diperolehdengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu
golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical).
Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya
chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL, dan Haloperridol. Obat yang
termasuk generasi kedua misalnya : Risperidone, Olozapine,
Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan Ariprprazole.
2) Psikoterapi, terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita
bergaul lagi engan orang lain, pasien lain, perawat dan dokter.
Maksudnya supaya pasien tidak mengasingkan diri lagi karena jika
pasien menarik diri dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik.
Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama.
3) Terapi kejang listrik (Elektro Convulsive therapy), adalah pengobatan
untuk menimbulkan kejang
granmall secara artifical dengan melewatkan aliran listrik melalui
elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang listrik
diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi
neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi listrik 5-5
joule/ detik.
4) Terapi modalitas, merupakan rencana pengobatan untuk skizofrenia
dan kekurangan pasien. Teknik perilaku menggunakan latihan
ketrampilan sosial
untuk meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri
sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Terapi
aktivitas kelompok dibagi 4 yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi
kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi
aktivitas kelompok stimulasi realita dan terapi aktivitas kelompok
sosialisasi.
5) Adapun tindakan terapi untuk pasien dengan harga diri rendah menurut
Kaplan & Saddock (2010) mengatakan, tindakan keperawatan yang
dibutuhkan pada pasien dengan harga diri rendah adalah terapi
kognitif, terapi interpersonal, terapi tingkah laku, dan terapi
keluarga.Tindakan keperawatan pada pasien dengan harga diri rendah
bisa secara individu, terapi keluarga, kelompok dan penanganan
dikomunikasi baik generalis keperawatan lanjutan. Terapi untuk
pasien dengan harga diri rendah yang efisian untuk meningkatkan rasa
percaya diri dalam berinteraksi dengan orang lain, sosial, dan
lingkungannya yaitu dengan menerapkan terapi kognitif pada pasien
dengan harga diri rendah.
2. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji menurut Kartika
(2015) :
a. Masalah utama
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Data subyektif :
1) Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya.
2) Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli.
3) Mengungkapkan tidak bisa apa-apa.
4) Mengungkapkan dirinya tidak berguna.
5) Mengkritik diri sendiri.
6) Perasaan tidak mampu.
Data obyektif :
1) Merusak diri sendiri.
2) Merusak orang lain.
3) Ekspresi malu.
4) Menarik diri dari hubungan sosial.
5) Tampak mudah tersinggung.
6) Tidak mau makan dan tidak tidur.
b. Masalah keperawatan
Penyebab tidak efektifan koping individu.
Data subyektif :
1) Mengungkapkan ketidakmampuan dan meminta bantuan orang
lain.
2) Mengungkapkan malu dan tidak bisa ketika diajak melakukan
sesuatu.
3) Mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup lagi
Data obyektif :
1) Tampak ketergantungan terhadap orang lain.
2) Tampak sedih dan tidak melakukan aktivitas yang seharusnya
dapat dilakukan.
3) Wajah tampak murung.
c. Masalah keperawatan
Akibat isolasi sosial menarik diri
Data subyektif :
1) Mengungkapkan enggan berbicara dengan orang lain
2) Klien mengatakan malu bertemu dan berhadapan dengan orang
lain
Data obyektif :
1) Ekspresi wajah kosong tidak ada kontak mata ketika diajak
bicara.
2) Suara pelan dan tidak jelas.
3) Hanya memberi jawaban singkat (ya atau tidak).
4) Menghindar ketika didekati.
3. Pohon Masalah
Pohon masalah yang muncul menurut Fajariyah (2012) :

4. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
2) Isolasi sosial : Menarik diri
3) Perubahan persepsi sensori : Halusinasi
5. Intervensi keperawatan untuk Harga Diri Rendah
Rencana tindakan keperawatan klien dengan gangguan konsep diri :
Harga diri rendah
1) Harga diri rendah
Tujuan Umum :
Pasien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap.
Tujuan Khusus 1 :
Pasien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria Evaluasi :
a) Pasien dapat mengungkapkan perasaannya
b) Ekspresi Wajah bersahabat.
c) Ada kontak mata
d) Menunjukkan rasa senang.
e) Mau berjabat tangan.
f) Mau menjawab salam
g) Pasien mau duduk berdampingan
h) Pasien mau mengutarakan masalah yang dihadapi
Intervensi :
1) Bina hubungan saling percaya
2) Sapa pasien dengan ramah, baik verbal maupun nonverbal
3) Perkenalkan diri dengan sopan
4) Tanya nama lengkap pasien dan nama panggilan yang disukai
pasien
5) Jelaskan tujuan pertemuan, jujur, dan menepati janji
6) Tunjukan sikap empati dan menerima pasien apa adanya
7) Beri perhatian pada pasien
8) Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan tentang penyakit
yang dideritanya
9) Sediakan waktu untuk mendengarkan pasien
10) Katakan pada pasien bahwa ia adalah seorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu mendorong dirinya sendiri.
Tujuan Khusus 2 :
Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
Kriteria Evaluasi :
Pasien mampu mempertahankan aspek yang positif
intervensi :
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
dan diberi pujian atas kemampuan mengungkapkan perasaannya
2) Saat bertemu pasien, hindarkan memberi penilaian negatif.
Utamakan memberi pujian yang realitis.
Tujuan Khusus 3 :
Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
Kriteria Evaluasi :
1) Kebutuhan pasien terpenuhi
2) Pasien dapat melakukan aktivitas terarah
Intervensi :
1) Diskusikan kemampuan pasien yang masih dapat digunakan
selama sakit.
2) Diskusikan juga kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan
di rumah sakit dan di rumah nanti.
DAFTAR PUSTAKA
Direja, A. H. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Fajariyah N. 2012. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Harga Diri Rendah.
Jakarta: Trans Info Media.
Fitria, N. 2010. Prinsip Dasar dan aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta:
Salemba Medika.
Herman, A. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha.
Medika
Keliat, D. B. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Kusumawati F & Hartono, Y, 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta :
Salemba Medika
Prabowo, Eko. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuhamedika.

Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai