Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Selama ini kita menganggap bahwa teknologi memang sudah lama


menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Kita terbiasa dan cenderung
menganggap teknologi sebagai peralatan dan berkaitan dengan mesin, komputer,
dan serba elektronik. Padahal arti teknologi sangat luas dan tergantung peran
teknologi itu sendiri bagi manusia.
Konsep teknologi dapat diterapkan bagi berbagai disiplin ilmu.Untuk
kebutuhan dasar manusia, kita mengenal teknologi pangan dan teknologi
penyehatan lingkungan. Di bidang industri ada teknologi perkapalan, teknologi
industri itu sendiri, sedang pada ilmu murni kita mengenal bioteknologi, dan
istilah DNA. Dunia pendidikan juga mengenal dan menerapkan teknologi
pendidikan, Berbagai pandangan mengenai konsep definisi teknologi pendidikan
sudah diajukan para pakar.
Ilmu pendidikan berkembang dengan pesat. Kemajuan teknologi digital
berdampak besar terhadap segala bidang, termasuk pendidikan. Implementasi TIK
ini masih berjalan tersendat disebabkan oleh berbagai kendala teknis yang ada.
Fenomena menunjukkan adanya kesenjangan dan persepsi dan kemampuan dari
SDM pendidik dan tenaga kependidikan.Kendala persepsi adalah keraguan orang-
orang termasuk kelompok terpencil yang beranggapan teknologi adalah
berbahaya. Di pihak lain, sebagian masyarakat pengguna teknologi canggih hanya
terpaku dengan perangkat keras dan cenderung melupakan soft skill serta etika
sebagai aspek melekat dari TIK.
Untuk memaknai semua ini.Persepktif SDM tidak cukup hanya
memahami perangkat keras atau hardware saja. Teknologi pendidikan
mempersiapkan SDM yang menguasai belajar dan pembelajaran sebagai soft skill,
sekaligus mempersiapkan mereka untuk memiliki ilmu terkait dengan soft
technology.Teknologi pendidikan menjadi salah satu tenaga kependidikan yang

1
2

hadir untuk mendukung pendidik. Tentu saja disiplin teknologi pendidikan


menyiapkan SDM dengan keahlian khususnya.
Sebagai ilmu, teknologi pendidikan telah memenuhi persyaratan
keilmuan dengan peran kekhususannya. Adapun penelitian, merupakan upaya
teknologi pendidikan untuk tetap tampil dan berdiri kukuh karena landasan
ilmiah. Terkait dengan kekhasannya, teknologi pendidikan memerlukan
metodologi penelitian yang khusus, berbeda dibandingkan dengan disiplin ilmu
lain. Penelitian desain dan pengembangan menjadi wujud dari kekhususan
penelitian teknologi pendidikan terutama jika dikaitkan dengan potensi TIK untuk
pendidikan.Teknologi pendidikan telah memenuhi persyaratan untuk profesi.
Persyaratan tersebut adalah memiliki bidang garapan yang unik, mempunyai
komunikasi ilmiah serta standards dan kode etik.
Teknologi pendidikan adalah sebuah konsep yang sangat kompeks dan
memiliki definisi yang kompleks pula. Bagaimana kita berfikir tentang teknologi
pendidikan, kita dapat memikirkannya dalam tiga cara yaitu sebagi konstruksi
reoritik, sebagai bidang garapan dan sebagai profesi.
Salah satu yang menjadi pokok pembahasan pada makalah ini adalah
Teknologi Pendidikan dalam Profesi. Teknologi Pendidikan sebagai profesi
adalah suatu kelompok pelaksana yang diorganisasikan, memenuhi kriteria
tertentu, memiliki tugas tertentu, dan bergabung untuk membentuk bagian tertentu
dari bidang tersebut.
Posisi profesi teknologi pendidikan tidak jauh dari pendidikan itu sendiri.
Apabila kita kaitkan definisi teknologi pendidikan menurut AECT 1994 dengan
UU No. 20 Tahun 2003, maka tampak suatu hubungan yang jelas. Dalam AECT
1994 disebutkan bahwa “Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek dalam
desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan serta penilaian proses dan
sumber untuk belajar”. Ada beberapa kata dalam definisi di atas terdapat juga di
dalam UU No. 20 Tahun 2003 atau yang mempunyai makna yang sama, yaitu
pengelolaan, pengembangan dan pelayanan teknis dan semuanya itu tergolong
sebagai tenaga kependidikan.
3

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud Teknologi Pendidikan ?
2. Bagaimana Teknologi Pendidikan sebagai profesi ?
3. Bagaimana keterkaitan Teknologi Pendidikan sebagai Profesi dengan
Kawasan Teknologi Pendidikan ?

C. TUJUAN
1. Untuk memahami Konsep Teknologi Pendidikan
2. Untuk memahami Teknologi Pendidikan sebagai profesi
3. Untuk memahami keterkaitan Teknologi pendidikan sebagai profesi
terhadap kawasan teknologi pendidikan
4

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN


Teknologi pendidikan telah beberapa kali dirumuskan bersama oleh para
pakar yang tergabung dalam organisasi tertua teknologi pendidikan AECT.
Mereka terus berupaya untuk mengembangkan dan memperbaiki dalam kurun
waktu tertentu. Di samping itu, pakar lain juga berkesempatan untuk mengkaji
dan mengemukakan pendapat mereka mengenai teknologi pendidikan.
Januszewski (2001) mengungkapkan, bahwa Saettler sudah berupaya
menelusuri sebenarnya siapa yang pertama kali menamai disiplin teknologi
pendidikan. Ternyata hasilnya nihil, akan tetapi hal ini dinilai tidak berpengaruh
terhadap perkembangan ilmu teknologi pendidikan. Heinich, Molenda, dan Rusell
(1986) secara tegas menyatakan bahwa teknologi dalam konteks teknologi
pendidikan merupakan proses, produk, dan gabungan keduanya.
Pesatnya kemajuan teknologi serta perkembangan di lapangan berikut
peran dan profesi para praktisi, menyebabkan adanya evolusi pemikiran dari para
pakar teknologi pendidikan untuk menjawab kebutuhan dan tantangan zaman.
Menurut AECT tahun 1972 menyatakan bahwa teknologi pendidikan adalah
bidang garapan, atau profesi berkaitan dengan penyelenggaraan yang sistematis
dari suatu proses belajar, pada jenjang apapun juga.
Sebagai garapan, teknologi pendidikan menerapkan prinsip proses dalam
menganalisis dan memecahkan masalah belajar. Sebagai profesi, maka segala
upaya yang dilakukan teknologi pendidikan diwadahi dengan menerapkan teori,
teknik ilmiah, serta implementasi yang praktis bagi pemecahan masalah belajar
tersebut.

Dalam definisi teknologi pendidikan menurut Association for


Educational Communication and Technology (AECT) dari tahun ke tahun
mengalami berbagai macam perubahan pengertian secara luas, berikut penulis
akan memberikan konstruk teoritik teknologi pendidikan tersebut.

4
5

Menurut Comission on Instructional Technology, 1970 teknologi


pendidikan adalah suatu cara yang sistematis dalam mendesain, melaksanakan,
dan mengevaluasi proses keseluruhan dari belajar dan pembelajaran dalam bentuk
tujuan pembelajaran yang spesifik, berdasarkan penelitian dalam teori belajar dan
komunikasi pada manusia dan menggunakan kombinasi sumber-sumber belajar
dari manusia maupun non-manusia untuk membuat pembelajaran lebih efektif.
AECT (1972), teknologi pendidikan adalah satu bidang/disiplin dalam
memfasilitasi belajar manusia melalui identifikasi, pengembangan,
pengeorgnasiasian dan pemanfaatan secara sistematis seluruh sumber belajar dan
melalui pengelolaan proses kesemuanya itu
AECT (1977), teknologi pendidikan adalah proses kompleks yang
terintegrasi meliputi orang, prosedur, gagasan, sarana dan organisasi untuk
menganalisis masalah dan merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola
pemecahan masalah dalam segala aspek belajar manusia
AECT (1994), teknologi instruksional adalah teori dan praktek dalam
mendesain, mengembangkan, memanfaatkan, mengelola, dan menilai proses-
proses maupun sumber-sumber belajar. Definisi ini menegaskan adanya lima
domain (kawasan) teknologi pembelajaran, yaitu kawasan desain, kawasan
pengembangan, kawasan pemanfaatan, kawasan pengelolaan, dan kawasan
penilaian baik untuk proses maupun sumber belajar.
Sementara itu, Tom Cutchall (1999) mengatakan bahwa teknologi
pembelajaran merupakan penelitian dan aplikasi ilmu prilaku dan teori belajar
dengan menggunakan pendekatan sistem untuk melakukan analisis, desain,
pengembangan, implementasi, evaluasi dan pengelolaan penggunaan teknologi
untuk membantu memecahkan masalah belajar dan kinerja. Tujuan utamanya
adalah pemanfaatan teknologi (soft-technology maupun hard-technology) untuk
membantu memecahkan masalah belajar dan kinerja manusia.
6

AECT (2004), teknologi pendidikan adalah studi dan praktek etis dalam
upaya memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan
caramenciptakan, menggunakan/memanfaatkan, dan mengelola proses dan
sumber-sumber teknologi yang tepat.
Menurut Council for Educational Technology (CET) for the UK, yang
menjabarkan Teknologi Pendidikan sebagai pengembangan, penerapan dan
evaluasi atas sistem, tehnik, serta alat bantu untuk meningkatkan proses belajar
(manusia). Selain definisi ini, mereka juga mencantumkan definisi yang berasal
dari National Centre for Programmed Learning (NCPL), UK (Prawidilaga.
2012:37). Definisi tersebut berbunyi antara lain:

“Teknologi Pendidikan adalah penerapan pengetahuan ilmiah


mengenai belajar dan kondisi belajar untuk meningkatkan
keefektifan dan efisiensi pengajaran dan pelatihan. Jika tidak ada
temuan atau prinsip ilmiah, maka teknologi pendidikan
menggunakan tehnik teruji secara empirik untuk meningkatkan
proses belajar”.

Menurut pakar yang lain seperti MacKenzie dan Eraut (Seels. 1994:20)
mendeskripsikan bahwa “Teknologi Pendidikan merupakan studi sistematik
mengenai cara bagaimana tujuan pendidikan dapat dicapai”. Sedangkan Ely 1973
(Seels. 1994:20) teknologi pendidikan mengandung tiga tema utama, dengan
mengetengahkan bahwa Teknologi Pendidikan, merupakan:
a. Pendekatan Sistematik
b. Pengkajian sarana atau cara dan
c. Suatu bidang yang diarahkan untuk tujuan tertentu.
Dari berbagai perkembangan makna tentang teknologi pendidikan di atas
dapat disimpulkan bahwa teknologi pendidikan adalah kajian dan praktik untuk
membantu proses belajar dan meningkatkan kinerja dengan membuat,
menggunakan, dan mengelola proses dan sumber teknologi yang memadai.
Teknologi pendidikan dapat dipandang dari berbagai sisi. Cara pandang
tersebut melandasi langkah gerak teknologi pendidikan dalam dunia pendidikan.
7

Teknologi pendidikan dapat dipandang sebagai suatu disiplin ilmu, bidang


garapan, dan profesi.
Peningkatan teknologi pendidikan sebagai ilmu dan profesi ditentukan
oleh kawasan dan bidang garapan. Teori berfungsi sebagai pemandu jalur arah
perkembangan teknologi pendidikan agar benar. Bidang garapan
mengembangkan, menerapkan, membuktikan, dan memperbaiki teori berdasarkan
masukan dari lapangan.

B. TEKNOLOGI PENDIDIKAN SEBAGAI PROFESI.


1. Pengertian Teknologi Pendidikan Sebagai Profesi
Teknologi pendidikan adalah sebuah konsep yang sangat kompeks dan
memiliki definisi yang kompleks pula. Bagaimana kita berfikir tentang teknologi
pendidikan, kita dapat memikirkannya dalam tiga cara yaitu sebagi konstruksi
reoritik, sebagi bidang garapan dan sebagai profesi.
Definisi awal teknologi pendidikan hanya sebatas audio visual saja
(tahun 1963) namun konsep tersebut berkembangan menuju kesempurnaan seperti
di atas. Semula teknologi pendidikan hanya sebatas alat namun berkembang ke
sistem yang lebih luas. Dari praktek menuju teori dan praktek dan dari produk
menuju ke proses dan produk dan dalam perjalanannya teknologi pendidikan
menjadi sebuah bidang ilmu dan profesi (Sudrajat, 2007:3).
Teknologi Pendidikan sebagai profesi adalah suatu kelompok pelaksana
yang diorganisasikan, memenuhi kriteria tertentu, memiliki tugas tertentu, dan
bergabung untuk membentuk bagian tertentu dari bidang tersebut.
Untuk mendefinisikan teknologi pendidikan sebagai profesi, terlebih dulu
harus dipenuhi syarat-syarat untuk mendefinisikan bangunan teoritik dan bidang
garapan. Selanjutnya definisi tersebut harus mencerminkan semua karakteristik
profesi lainnya.
Latihan dalam waktu yang lama diperlukan untuk mengembangkan
spesialisasi dan teknisi dalam profesi tersebut. Harus ada beberapa ketentuan
tentang sifat-sifat latihan, baik melalui peraturan pemerintah maupun melalui
suatu sistem akreditasi terhadap lembaga-lembaga latihan yang meliputi sifat dan
8

isi pendidikan profesional, standar sertifikasi, standar dan ketentuan penerimaan


calon peserta latihan, serta penempatan.
Perumusan etika menunjukkan bagaimana anggota profesi itu harus
bertingkah laku. Seperangkat standar memberikan petunjuk mengenai bahan,
peralatan, dan fasilitas yang digunakan oleh orang-orang dalam profesi tersebut.
Namum demikian, publikasi kode etik dan buku petunjuk tentang standar itu
sendiri tidaklah dapat memberi jaminan apa-apa. Profesionalisasi itu terjadi
bilamana dimungkinkan adanya pemaksaan yang kuat untuk melaksanakannya.
Kepemimpinan diperlukan untuk memanfaatkan setepat-tepatnya
penemuan - penemuan yang ada sekarang dan melihat kecenderungan di masa
mendatang. Namun demikian untuk menghindari keadaan banyaknya inovasi
yang ada sekarang yang membuat pusing karena desakan dari luar kita, maka
kepemimpinan ini harus datang dari profesi ini sendiri.
Organisasi profesi yang kuat diperlukan untuk mengembangkan dan
mengimplementasikan karakteristik lainnya terutama standar dan etika,
kepemimpinan dan latihan. Hanya organisasi yang kuat yang dapat memaksakan
dengan sungguh-sungguh aplikasi praktis, standar dan etika.
Anggota profesi harus mempercayai adanya profesi dan bahwa mereka
menjadi anggotanya. Eksistensi suatu profesi tidak dapat dipercayakan begitu saja
kepada para pelaksana. Mereka harus menginginkan berdirinya dan mengakui
pentingnya organisasi profesi. Mereka harus benar-benar menyadari akan
keanggotaanya dalam organisasi profesi tersebut. Kesadaran ini dimanifestasikan
dalam bentuk berdirinya asosiasi, terjelmanya ciri-ciri profesi lainnya dan
penghargaan masyarakat umum terhadap para pelaksana bahwa ada organisasi
profesi di mana mereka menjadi anggotanya.
Tidaklah cukup bahwa suatu profesi itu hanya sekedar menggunakan
teknik intelektual untuk diaplikasikan secara praktis. Profesi harus juga
mempertanggungjawabkan penggunaan teknik intelektual tersebut. Profesi harus
bertanggung jawab atas penggunaan teknik intelektual dalam bekerja di
masyarakat. Hendaknya senantiasa diadakan pengkajian tentang nilai
9

kegunaannya dan jika mungkin mengambil sikap yang pasti terhadap masalah-
masalah sosial yang dipengaruhi oleh hasil pekerjaan profesi tersebut.
Mungkin saja terdapat lebih dari satu profesi yang bekerja dalam bidang
garapan teknologi pendidikan ini. Masing-masing profesi ini satu sama lain saling
berhubungan baik secara eksplisit maupun implisit dalam beroperasi di bidang
garapan tersebut. Hubungan ini harus diketahui, diidentifikasi, dan dikembangkan.
Miarso (2004:96) mengartikan tenaga profesi teknologi pendidikan
sebagai tenaga ahli dan atau mahir dalam membelajarkan peserta didik dengan
memadukan secara sistemik komponen sarana belajar meliputi orang, isi ajaran,
media atau bahan ajaran, peralatan, teknik, dan lingkungan. Apa yang
dikemukakan Miarso tersebut apabila dihubungkan dengan definisi teknologi
pendidikan yang dikemukakan oleh AECT 1994 sangat relevan. Dalam AECT
1994 telah dirumuskan definisi teknologi pendidikan seperti telah disebutkan
dalam Latar Belakang di atas bahwa: “Teknologi pembelajaran adalah teori dan
praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan serta penilaian
proses dan sumber untuk belajar”. Dari kedua definisi itu maka pengertian profesi
teknologi penddidikan adalah tenaga ahli yang melakukan teori dan praktek dalam
mendesain, mengembangkan, memanfaatkan serta menilai proses dan sumber
untuk membelajarkan peserta didik.
Lebih lanjut Miarso mengemukakan bahwa ciri utama dalam profesi
teknologi pendidikan adalah adanya kode etik, pendidikan dan pelatihan yang
memadai, serta pengabdian yang terus menerus.
Kode etik profesi sebetulnya mempunyai tujuan melindungi dan
memperjuangkan kepentingan peserta didik; melindungi kepentingan masyarakat,
bangsa dan negara; melindungi dan membina diri serta sejawat profesi; dan
mengembangkan kawasan dan bidang kajian teknologi pendidikan (Kusuma,
2008:7).
Pendidikan dan pelatihan dimaksudkan untuk memberikan pembelajaran
mengenai teknologi pendidikan kepada mahasiswa atau mereka yang telah
menyelesaikan studi mereka di Program Studi Pendidikan. Dengan cara ini
mereka akan dapat bekerja lebih profesional. Sedangkan pengabdian yang terus
10

menerus merupakan bentuk karya nyata dari seorang yang berprofesi teknologi
pendidikan dalam membelajarkan peserta didik melalaui layanannya seperti
fasilitas dan sumber belajar.
Finn (1953) dalam Kusuma (2008:2) mengemukakan karakteristik profesi
adalah
a. Suatu teknik intelektual;
b. Aplikasi teknik tersebut yang terkait dengan urusan prektis manusia;
c. Pelatihan dengan priode waktu yang lama;
d. Suatu perkumpulan anggota profesi yang tergabung dalam sebuah badan
dengan suatu komunikasi bermutu tinggi agar anggota-anggotanya;
e. Satu rangkaian pernyataan kode etik dan standar yang disepakati;
f. Pengembangan teori intelektual dengan penelitian yang terorganisasi.
Dari uraian-uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa teknologi
pendidikan dapat digolongkan sebagai sebuah profesi. Karakteristik di atas dapat
dipenuhi oleh teknologi pendidikan yaitu adanya teknik intelektual, praktek
aplikasi, pelatihan dengan priode yang panjang, adanya asosiasi dan komunikasi
sesama anggota (organisasi profesi IPTI = Ikatan Profesi Teknologi Pendidikan
Indonesia), kode etik dan standar, teori intelektual dan penelitian.

2. Tugas pokok Profesi Teknologi Pendidikan


Berbicara tugas pokok profesi teknologi pendidikan ada kaitannya
dengan definisi teknologi pendidikan. Kita harus tahu terlebih dahulu definisi
teknologi pendidikan, dan selanjutnya membuat suatu rumusan lebih rinci masing-
masing kalimat, dengan demikian akan tergambar jelas pokok pokok tugas profesi
teknologi pendidikan. Definisi teknologi pendidikan menurut AECT tahun 1994
yang telah diadaptasi oleh Miarso (2004:64) adalah teori dan praktek dalam
desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, penilaian dan penelitian
proses, sumber dan sistem untuk belajar. Untuk lebih jelasnya definisi tersebut
dapat diuraikan dan dibuat suatu bagan seperti di bawah ini.
Teknologi pembelajaran adalah :
a. Teori dan praktek dalam desain proses, sumber dan sistem untuk belajar
11

b. Teori dan praktek dalam pengembangan proses, sumber dan sistem untuk
belajar
c. Teori dan praktek dalam pemanfaatan proses, sumber dan sistem untuk
belajar
d. Teori dan praktek dalam pengelolaan proses, sumber dan sistem untuk belajar
e. Teori dan praktek dalam penilaian proses, sumber dan sistem untuk belajar
f. Teori dan praktek dalam penelitian proses, sumber dan sistem untuk belajar.

Chaeruman (2008:2) mengatakan bahwa seorang sarjana teknologi


pendidikan dapat menjadi profesi:
a. Perancang proses dan sumber belajar dengan ruang lingkup pekerjaannya
seperti merancang sistem pembelajaran, desain pesan, strategi pembelajaran,
dan karakteristik pebelajar.
b. Pengembang proses dan sumber belajar dengan ruang lingkup pekerjaannya
seperti mengembangkan teknologi cetak, teknologi audiovisual, teknologi
berbantuan komputer, dan sebagainya
c. Pemanfaat atau pengguna proses dan sumber belajar dengan ruang
lingkuperjaannya seperti memanfaatkan media pembelajaran, difusi inovasi
pendidikan, implementasi dan institusionaliasasi model inovasi pendidikan,
serta penerapan kebijakan dan regulasi pendidikan.
d. Pengelola proses dan sumber belajar dengan ruang lingkup pekerjaaannya
seperti mengelola proyek, mengelola aneka sumber belajar, mengelola sistem
penyampaian, dan mengelola sistem informasi pendidikan
12

e. Pengevaluasi (evaluator) atau peneliti proses dan sumber belajar dengan


ruang lingkup pekerjaannya seperti melakukan analisis masalah, mengukur
acuan patokan, evaluasi formatif, evaluasi sumatif dan meneliti kawasan
pendidikan.

Pendapat lain yang hampir sama dengan di atas disampaikan oleh


Kusuma (2008:5) bahwa tugas pokok ahli teknologi pendidikan adalah sebagai
berikut.
a. Menyebarkan konsep dan aplikasi teknologi pendidikan, terutama untuk
mengatasi masalah belajar di mana saja.
b. Merancang program dan sistem instruksional.
c. Memproduksi media pendidikan.
d. Memilih dan memanfaatkan media pembelajaran.
e. Memilih dan memanfaatkan sumber belajar.
f. Mengelola kegiatan belajar dan instruksional yang kreatif
g. Memperhatikan perkembangan teknologi dan dampaknya dalam pendidikan.
h. Mengelola organisasi dan personel yang melaksanakan kegiatan
pengembangan dan pemanfaatan teknologi pendidikan.
i. Merencanakan, melaksanakan dan menafsirkan penelitian dalam bidangnya
dan dalam bidang lain yang berkaitan dengan teknologi pendidikan.
j. Penyusunan rumusan kebijakan dalam bidang teknologi pembelajaran.

Selain itu tugas profesi teknologi pendidikan dikemukakan oleh Miarso


(2004:70). Miarso menyebutnya sebagai tugas pokok teknolog pembelajaran atau
perekayasa pembelajaran dengan tugasnya sebagai berikut:
a. Pengembangan bidang kajian dan kawasan teknologi/rekayasa pembelajaran
b. Perancangan dan pengembangan proses, sumber dan sistem pembelajaran
c. Produksi bahan belajar
d. Penyediaan sarana dan prasarana belajar
e. Pemilihan dan penilaian sistem dan komponen sistem pembelajaran
f. Pemanfaatan proses dan sumber belajar
13

g. Penyebaran konsep dan temuan teknologi pendidikan


h. Pengelolaan kegiatan pengembangan dan pemanfaatan sumber belajar
i. Perumusan bahan kebijakan teknologi/ rekayasa pembelajaran.

C. KAWASAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN SEBAGAI PROFESI


1. Kawasan Desain
Kawasan desain kadang-kadang dikaburkan dengan pengembangan atau
bahkan dengan konsep yang lebih luas dari pembelajaran itu sendiri. Definisi ini
membatasi desain pada fungsi perencaan, baik pada tingkat mikro maupun tingkat
makro. Sebagai konsikuensinya, dasar pengetahuan kawasan tersebut menjadi
rumit serta memerlukan sederetan model-model prosedural, model-model
konseptual dan teori.
Hubungan yang erat antara desain pembelajaran dengan kawasan lain
dari Teknologi Pendidikan, landasan pengetahuan desain juga berubah untuk
menjaga konsistensi dengan kawasan pengemabngan, pemanfaatan, pengelolaan
dan penilaian.
Teori desain jauh lebih maju dibandingkan dengan bidang lain yang
mempunyai hubungan erat dengan tradisi praktek dalam membangun landasan
pengetahuan. Namun dalam hal penggunaan teknologi, penelitian dan teori desain
hamper selalu mengikuti eksplorasi kaum praktisi mengenai kemuskilan dan
kemampuan perangkat keras atau perangkat lunak yang baru.Terutama pada masa
sekarang ini. Tantangan untuk para akademisi dan para praktisi keduanya sama
yaitu melanjutkan untuk merumuskan dasar pengetahuan disamping menanggapi
tekanan dari tempat kerja.
Menurut Seels (1994: 32) “Desain adalah proses untuk menentukan
kondisi belajar”. Tujuan desain ialah untuk menciptakan strategi dan produk pada
tingkat makro, seperti program dan kurikulum, dan pada tingkat mikro seperti
pelajaran dan modul. Definisi ini sesuai dengan definisi desain sekarang yang
mengacu pada penentuan spesifikasi (Ellington dan Harris, 1986; Reigeluth, 1983;
Richley, 1986).Berbeda dengan definisi terdahulu definisi ini lebih menekankan
14

pada kondisi belajar bukannya pada komponen-komponen dalam suatu sistem


pembelajaran.
Kawasan desain paling tidak meliputi empat cakupan utama dari teori
dan praktek. Kawasan desain meliputi studi mengenai desain sistem
pembelajaran, desain pesan, strategi pembelajaran, dan karakteristik pebelajar.
Profesi pada kawasan desain biasanya disebut desainer atau perancang
memiliki tugas meliputi mendesain sistem pembelajaran, desain pesan, stratedi
pembelajaran, dan karakteristik pebelajar. Desain sistem pembelajaran adalah
prosedur yang terorganisasi yang meliputi langkah-langkah penganalisaan,
perancangan, pengembangan, pengaplikasian dan penilaian pembelajaran. Desain
pesan adalah perencanaan untuk merekayasa bentuk fisik dari pesan. Strategi
pembelajaran adalah spesifikasi untuk menyeleksi serta mengurutkan peristiwa
belajar atau kegiatan pembelajaran dalam suatu pelajaran. Karakteristik pebelajar
adalah segi-segi latar belakang pengalaman pebelajar yang berpengaruh terhadap
efektivitas proses belajarnya (Seels dan Richey, 1994:30).
Desainer bergantung pada penemuan penelitian yang memvalidasi
penggunaan metode-metode umum pembelajaran seperti ceramah dan diskusi,
tutorial atau interaksi kelompok kecil. Sebagai tambahan, terdapat sekumpulan
besar hasil penelitian tentang dampak dari efektifitas taktik pembelajaran tertentu
seperti umpan balik dan penguatan, latihan danpraktek atau permainan dan
simulasi.
Desainer atau perancang sangat penting untuk perancangan dan
pengembangan media, dan saat ini telah memberi dampak terhadap teknologi baru
dalam bidang-bidang desain layar, ”desktop publishing” dan desain pembelajaran
multimedia.

2. Kawasan Pengembangan
Kawasan pengembangan berakar pada produksi media. Melalui proses
yang bertahun-tahun perubahan dalam kemampuan media ini kemudian berakibat
pada perubahan dalam kawasan. Pengembangan adalah proses penterjemahan
15

spesifikasi desain ke dalam fisik. Kawasan pengembangan mencakup banyak


variasi teknologi yang digunakan dalam pembelajaran.
Walaupun demikian tidak berarti lepas dari teori dan praktek yang
berhubungan dengan belajar dan desain. Tidak pula kawasan tersebut berfungsi
bebas dari penilaian, pengelolaan atau pemanfaatan melainkan timbul karena
dorongan teori dan desain dan harus tanggap terhadap tuntutan penilaian formatif
dan praktek pemanfaatan serta kebutuhan pengelolaan.
Kawasan pengembangan dapat diorganisasikan dalam empat kategori:
teknologi cetak (yang menyediakan landasan untuk kategori yang lain), teknologi
audiovisual, teknologi berazaskan computer, dan teknologi Terpadu (Seels &
Richey, 1994:39).
Kawasan pengembangan mencakup fungsi-fungsi desain, produksi, dan
penyampaian maka suatu bahan dapat didesain dengan menggunakan satu jenis
teknologi, diproduksi dengan menggunakan yang lain, dan disampaikan dengan
menggunakan yang lain lagi.
Pengembang memiliki tugas untuk memproduksi media pembelajaran
yang kisi-kisinya modelnya dihasilkan dari kawasan desain. Arti pengembangan
yaitu proses penerjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik
(Prawiradilaga. 2012:50). Pengembangan meliputi produksi dan penyampaian
teknologi cetak, teknologi audio visual, teknologi berbasis komputer dan
teknologi terpadu. Contoh teknologi cetak adalah buku-buku, bahan-bahan visual
yang statis atau fotografis. Teknologi cetak ini ada dua jenis yaitu teks verbal dan
bahan visual.
Teknologi audio visual adalah teknologi yang berkaitan dengan mekanik
dan elektrik. Audio visual adalah gabungan dari audio (dengar) dan visual (lihat).
Ada kemungkinan alat tersebut hanya audio saja dan ada pula kemungkinan audio
visual. Sedangkan visual saja termasuk ke dalam teknologi cetak.
Teknologi berbasis komputer adalah teknologi yang memanfaatkan
komputer baik perangkat lunak maupun perangkat keras. Perangkat lunak berpa
program-program komputer yang dapat menampilkan tayangan-tayangan
16

pembelajaran. Sedangkan perangkat keras dapat berupa layar monitor, CPU,


LCD. In focus, dan sebagainya.
Dalam perkembangannya komputer merupakan alat untuk menampilkan
internet, e-mail, dan sebagainya. Teknologi terpadu adalah paduan beberapa jenis
media yang dikendalikan oleh komputer. Sebagai contohnya adalah video, filem,
telekomprens, dan sebagainya ( Seels dan Richey, 1994:30).

3. Kawasan Pemanfaatan
Kawasan pemanfaatan sering terkena “imbas” kemajuan teknologi dan
kebijakannya. Banyak pihak yang memiliki gagasan untuk memanfaatkan apa pun
teknologi untuk dunia pendidikan. Padahal prosedur pemanfaatan merupakan
rangkaian kegiatan yang panjang, proses yang memerlukan kerja keras dan kerja
sama pihak terkait, guru, pemerintah, pelaksana di lapangan dan seterusnya.
Pemanfaatan adalah aktifitas menggunakan proses dan sumber untuk
belajar. Pemanfaat atau pengguna mempunyai tanggung jawan untuk
mencocokkan pebelajar dengan bahan dan aktifitas yang spesifik, menyiapkan
pebelajar agar dapat berinteraksi dengan bahan an aktifitas yang dipilih,
memberikan bimbingan selama kegiatan, memberikan penilaian atas hasil yang
dicapai pebelajar, serta memasukkannya ke dalam prosedur organisasi yang
berkelanjutan.
Dengan demikian pemanfaat dituntut adanya penggunaan deseminasi,
difusi, implementasi dan pelembagaan yang sistematis.Hal tersebut dihambat oleh
kebijakkan dan peraturan. Fungsi pemanfaatan penting karena fungsi ini
memperjelas hubungan pebelajar dengan bahan dan sistem pembelajaran
Kawasan pemanfaatan meliputi empat kategori dalam kawasan
pemanfaatan ialah: pemanfaatan media, difusi inovasi, implementasi dan
institusionalisasi (pelembagaan), serta kebijakan dan regulasi (Seels & Richey.
1994:50).
Tugas pemanfaat atau pengguna meliputi pemanfaatan media, difusi
inovasi, implementasi dan pelembagaan, dan kebijakan/regulasi.Pemanfaatan
media merupakan penggunaan yang sistematis dari sumber untuk belajar.Difusi
17

inovasi adalah proses berkomunikasi melalui strategi yang terencana dengan


tujuan untuk diadopsi.Implementasi adalah penggunaan bahan dan strategi
pembelajaran dalam keadaan yang sesungguhnya (bukan
tersimulasikan)sedangkan pelembagaan adalah penggunaan yang rutin dan
pelestarian dari inovasi pembelajaran dalam suatu struktur atau budaya organisasi
( Seels dan Richey, 1994:30).
Molenda berusaha memberkan sintesis tambahan dalam kerangka
intelektual tentang kawasan pemanfaatan dengna memberikan catatan bahwa
kepustakaan yang ada merefleksikan “persfektif pendorong (provider) yaitu orang
yang berusaha menyakinkan orang lain untuk menggunakan suatu inovasi, atau
persfektif pemakai yaitu orang yang potensial mengadopsi inovasi” (1993:13).
Dari persfektif pendorong yang menjadi perhatian adalah menseleksi
materi atau teknik yang paling memadai dan untuk menemukan cara-cara
menggunakannya sebaik mungkin.

4. Kawasan Pengelolaan
Pengelolaan adalah bagian integral dan sering dihadapi oleh para
teknolog pendidikan. Pengelola dituntut untuk dapat memberikan pelayanan
pengelolaan dalam berbagai latar.Seorang teknolog pendidikan mungkin terlibat
dalam usaha pengelolaan proyek, pengembangan pembelajaran, atau pengelolaan
pusat media sekolah. Tujuan sesungguhnya dari pengelolaan kasus demi kasus
dapat sangat bervariasi, namun keterampilan pengelolaan yang mendasarinya
relatif tetap sama apapun kasusnya.
Peran pengelola sering menghadapi sebagai pimpinan atau pejabat
lembaga atau organisasi, baik dalam suatu unit besar atau unit terkecil. Pusat
sumber belajar, Pimpinan SMP terbuka merupakan contoh peran teknolog
pendidikan sebagai pengelola.Prinsip pengelola ialah pengendalian teknologi
pembelajaran melalui perenacanaan, pengorganisasian, dan supervisi.
Banyak teknolog pendidikan memegang jabatan yang jelas-jelas
memerlukan fungsi pengelolaan.Misalnya, Direktur Pusat Sumber Belajar pada
sebuah universitas yang memiliki tanggung jawab atas keseluruhan program
18

sumber belajar termasuk tujuan, organisasi, staf, keuangan, fasilitas dan peralatan
dan memiliki tanggung jawab atas keseluruhan program pusat media.
Program – program yang dilakukan oleh mereka itu dapat sangat
berbeda, tetapi keterampilan dasar yang diperlukan untuk mengelola program
tersebut tetap sama. Keterampilan yang dimaksud meliputi pengorganisasian
program, supervise personil, perencanaan, pengadministrasi dana dan fasilitas
serta pelaksanaan perubahan.
Kawasan pengelolaan semula berasal dari administrasi pusat media,
progam medua dan pelayanan media.Pembauran perpustakaan dengan program
media membuahkan pusat dan ahli perpustakaan media sekolah.
Pengelolaan meliputi pengendalian teknologi pembelajaran melalui
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan supervise (Seels dan
Richley. 1994:54). Kerumitan dalam mengelola berbagai macam sumber,
personil, usaha desain maupun pengembangan akan semakin meningkat dengan
membesarnya usaha dari sekolah atau kantor yang menjadi kegiatan pembelajaran
berskala nasional atau menjadi perusahaan multi nasional dengan skala global.
Secara konseptual peranan mengelola para teknolog pendidikan di masa
mendatang, tidak hanya meliputi penggunaan teknologi tetapi juga akan
berkembang kea rah pengelolaan sumber daya manusia dan perencaan strategis.
Meskipun sebagian besar orientasi pengelolaan berasal dari perspektif
kerekayasaan, teori motivasi dan teori perubahan yang berfokus pada pendekatan
humanistic juga akan bertumbuh dan berkembang.
Terdapat empat kategori dalam kawasan pengelolaan yaitu pengelolaan
proyek, pengelolaan sumber, pengelolaan sistem penyampaian dan pengelolaan
informasi. Di dalam setiap subkategori tersebut ada seperangkat tugas yang sama
yang harus dilakukan. Organisasi harus dimantapkan, personil harus diangkat dan
disupervisi, dana harus direncanakan dan dipertanggungjawabkan, dan fasilitas
harus dikembangkan serta dipelihara. Disamping itu, harus perencanaan jangka
pendek dan jangka panjang.Untuk mengontrol organisasi, pengelola harus
menciptakan struktur yang membantu pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah.
19

Pengelola harus menjadi pemimpin yang dapat memberikan motivasi,


arahan, melatih, membina, memberi wewenang, dan mempunyai keterampilan
berkomunikasi (Prostano dan Prostano, 1987). Tugas dalam bidang personil
mencakup seleksi, pengangkatan, supervise dan penilaian. Tugas keuangan
mencakup perencanaan anggaran, justifikasi dan pemantauan,
pertanggungjawaban dan pembelian. Tanggung jawab fasilitas meliputi
perencanaan, bimbingan serta supervise. Pengelola bertanggungjawab membuat
rencana jangka panjang ( Caffrella, 1993).

5. Kawasan Evaluasi / Penilaian


Kawasan penilaian tumbuh bersamaan dengan berkembangnya bidang
penelitian dan metodologi. Penilaian adalah kegiatan untuk mengkaji serta
memperbaiki suatu produk atau program (Prawiradilaga. 2012:54). Perbaikan
dilakukan berdasarkan masukan atau informasi yang diterima. Masih banyak
pihak yang melakukan evaluasi belajar dengan membandingkan kemampuan
seorang peserta didik dengan temannya. Penilaian yang diharapkan adalah
merujuk pada tujuan pembelajaran.
Gronlund mengenalkan pula evaluasi untuk pengembangan produk,
yakni evaluasi formatif dan sumatif. Kawasan penilaian beranjak dari (1) Analisis
Masalah (2) pengukuran acuan patokan (3) evaluasi formatif yang bermanfaat
untuk pengembangan program dan produk pembelajaran, serta (4) evaluasi
sumatif.
Penilaian ialah proses penentuan memadai tidaknya pembelajaran dan
belajar. Penilaian mulai dengan analisis masalah, ini merupakan langkah awal
yang penting dalam pengembangan dan penilaian pembelajaran karena tujuan dan
hambatan dijelaskan pada langkah ini.
Menurut Worthen dan Sanders (1987) menyatakan bahwa: “Penilaian
merupakan penentuan nilai dari suatu barang. Dalam pendidikan, hal ini berarti
penentuan secara formal mengenai kualitas, efektifitas atau nilai suatu program,
produk, proyek, proses tujuan, atau kurikulum”.
20

Kegiatan penilaian meliputi identifikasi kebutuhan, penentuan sejauh


mana masalahnya dapat diklarifikasikan sebagai pembelajaran, identifikasi
hambatan, sumber dan karakteristik pebelajar serta penentuan tujuan dan prioritas
(Seels dan Glasgow, 1990).
Teknologi baru telah menimbulkan permasalahan baru dalam kawasan
penilaian. Keadaan ini menuntut kebutuhan akan teknik dan metoda baru. Sebagai
contoh; perhatian perlu diarahkan pada perbaikan penilaian tentang proyek-proyek
belajar jarak jauh.
Peran evaluator mempertanyakkan data yang dikumpulkan melalui alat
pengelolaan informasi yang canggih.Duchastel (1987) menyarakan prosedur
triangulasi “checks and balance” sebagai alat pengontrol data yang dikumpulkan
untuk menilai perangkat lunak. Jadi reviu produk, prosedur daftar isian
(check-list), observasi terhadap pengguna dan penilaian data yang objektif
digunakan secara bersamaan untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap
tentang perangkat lunak tersebut.Pendekatan ini mendukung kecenderungan ke
arah kombinasi teknik pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif (Seels, 1993c).

D. JENJANG PROFESI DAN SERTIFIKASI MENURUT AECT


Teknologi pendidikan/pembelajaran sebagai suatu ilmu menyediakan
pendidikan berjenjang. Di Amerika Serikat dan Negara lain, pendidikan terkait
dengan teknologi pembelajaran disediakan untuk memperoleh gelar Master atau
S2 serta doctor, peneliti (Ph.D) dan profesi (Ed.D), di Indonesia jenjang
pendidikan formal dimulai dari sarjana pendidikan (S1), Magister (S2) dan doktor
(S3).
Jenjang pendidikan yang tersedia membantu profesi untuk menentukan
tanggung jawab dan kewenangan seseorang yang berprofesi dalam teknologi
pendidikan/pembelajaran. Kenaikan vertical memerlukan jenjang pendidikan lebih
tinggi, sedangkan perpindahan penugasan secara linear memerlukan pelatihan
terkait.
Tabel 2.1 Modifikasi Matriks Jenjang Pekerja dalam Teknologi Pendidikan/
Pembelajaran (Prawiradilaga. 2012:145)
21

Pemgembangan Pengembangan Pengelolaan


Bidang Keahlian
program Media Media
jenjang
pembelajaran Pembelajaran Pembelajaran
Spesialis,
bertanggung jawab
Jenjang pendidikan sangat mendalam dan khusus. Ia sudah
untuk
mendalami standard an prosedur, dengan bekal pendidikan
melaksanakan
yang lebih tinggi. Ia juga diposisikan untuk memimpin
kewajiban bersifat
dari mengelola fungsi dalam teknologi
umum, termasuk
pendidikan/pembelajaran.
menyelesaikan
masalah tertentu.
Jenjang pendidikan termasuk tinggi, dibina untuk
Teknisi,
membantu memecahkan masalah pembelajaran, ia perlu
bertanggung jawab
menguasai standard dan prosedur dalam teknologi
untuk
pendidikan/pembelajaran. Teknisi dapat memperoleh
melaksanakan
kenaikan jenjang pendidikan melalui pelatihan khusus
tugas tertentu
sesuai dengan kebutuhan jenjang pendidikan yang lebih
terkait produk dan
tinggi. Jadi, pergerakan seorang teknisi dapat dilakukan
jasa/layanan
secara linear atau vertical.

Jenjang pendidikan yang harus ditempuh adalah pelatihan


Petugas/pekerja tertentu. Petugas atau pekerja bergerak dalam bidang yang
bertugas untuk sangat khusus dalam lingkup sempit. Mobilitas yang dapat
menyelesaikan dilakukan oleh pekerja atau petugas ini bersifat linear,
pekerjaan yang mendatar, tidak ada kenaikan jenjang berarti, perpindahan
khusus dan sempit dapat dilakukan dengan pengayaan pelatihan terkait
bidang baru agar ia tidak mengalami kesulitan teknis.

E. JABATAN FUNGSONAL TEKNOLOG PENDIDIKAN


Legitimasi karya dan pengalaman masyarakat luas yang bergerak dalam
bidang teknologi pendidikan/pembelajaran, namun belum memiliki latar keilmuan
teknologi pendidikan/pembelajaran adalah bukti bahwa keberadaan ilmu ini
berkembang pesat di Indonesia. Pelurusan ruang gerak, karya serta pengakuan
atas karya dan pengalaman secara hokum harus diterima dengan baik.
Untuk itu, Pustekkom Kemendiknas berinisiatif mendorong pemerintah
merumuskan kompetensi, tanggung jawab, tugas, dan karya teknologi pendidikan/
pembelajaran dalam kerangka hukum kedua kerangka hokum tersebut adalah UU
No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS, Pasal 31 ayat 1, 2, dan 3 tentang PJJ
22

serta penjelasan untuk ayat 3 dan peraturan Bersama Mendiknas dan Ka BKN
No:01/V/PB/2010, No. 12 tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran dan Angka Kreditnya. Berikut
perincian payung hukum tadi.
1. Permen PAN No: PER/2/M. PAN/3/2009 tentang Jabatan Fungsional
Pengembang Teknologi Pembelajaran dan Angka Kreditnya.
Peraturan Menteri Penertiban Aparatur Negara ini berkaitan dengan
fungsi dan kewenangan seorang pengembang teknologi pembelajaran (PTP)
sebagai PNS, Secara perinci, seorang PTP memiliki kewenangan fungsional,
atau jabatan karir di instansi pemerintah.Jika dikaji melalui lingkup kawasan
dan definisi teknologi pendidikan/pembelajaran, seorang PTP bergerak dalam
kerangka seluruh kawasan. Untuk mempermudah ruang gerak pada PERMEN
PAN ini, jabatan fungsional (JF) PTP ini dibagi dalam tiga jenjang yaitu
pertama, muda, dan madya (Pasal 7 ayat 2). Setiap jenjang dilengkapi dengan
persyaratan yang harus dipenuhi oleh seorang PTP.
2. Peraturan Bersama Mendiknas dan Ka BKN No: 01/V/PB/2010, No. 12
Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan jabatan fungsional Pengembang
Teknologi Pembelajaran dan Angka Kreditnya.
Kedua produk hukum tadi terkait dengan aturan bagaimana seorang
PTP dapat dinilai dan apa yang harus dilakukannya agar ia benar-benar
melaksanakan JF-nya. Selain itu, Peraturan Bersama ini menjelaskan hak
sebagai pengakuan atas karyanya di bidang Teknologi Pembelajaran yang
diakui dan diterima oleh masyarakat.
23

F. KODE ETIK PROFESI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


Pada the American Heritage School Dictionary (1972) diuraikan
beberapa maknaetika. Kamus ini menganggap bahwa etika adalah bagian dari
falsafah mengenai norma atau aturan yang membahas perilaku benar dan salah.
Selain itu, etika berarti juga pembakuan norma yang berlaku untuk suatu profesi.
Dengan demikian, kode etik mengatur perilaku keprofesian dari setiap
individu.Dan individu itu harus mematuhinya selama dia berada dalam lingkup
profesi tadi.
Secara umum, teknologi pendidikan terikat oleh norma atau kode etik
akademik sebagaimana ilmu-ilmu lain. Kode etik mengatur perilaku semua pihak
yang terlibat di dalam disiplin ilmu dan profesi teknologi pendidikan. Sebagai
contoh, menghormati karya orang lain, tidak melakukan plagiat, dan tidak
melakukan pembajakan terhadap karya orang lain perlu diperhatikan oleh seluruh
anggota ikatan profesi. Contoh lain, seorang peneliti bidang teknologi pendidikan
tidak hanya terikat dengan kode etik keteknologi pendidikanan saja, melainkan ia
juga perlu mematuhi aturan penyelenggaraan penelitian umum yang berlaku bagi
seluruh bidang atau disiplin ilmu lain.
Davies, pernah mengkaitkan teknologi dengan etika dalam tulisannya
yang disunting oleh Ely & Plomp, 1996.Ia mengemukakan bahwa konsep
teknologi pendidikan tidak selalu mengacu sebagai peralatan atau perangkat
lunak, melainkan bisa merefleksikan moral manusia. Unsur moral berada dibalik
pemanfaatan teknologi dalam hidup sehari-hari. Usaha „memunculkan‟ moral,
mau tidak mau akhirnya mengingatkan manusia kepada etika, yaitu norma yang
harus dipatuhi dalam melaksanakan keilmuan dan profesi.
Teknologi pendidikan telah merumuskan norma yang berlaku dalam
bidang ini. IPTPI berhasil merumuskan satu kode etik untuk profesi teknologi
pendidikan. Berikut materi kode etik tersebut.
24

Kode Etik
Ikatan Teknologi Pendidikan Indonesia
(ITPI)
Mukadimah
Pada hakekatnya teknologi pendidikan serta kegiatan-kegiatannya adalah untuk
mengatasi masalah belajar pada manusia dengan menggunakan teknologi sebagai
proses maupun produk.

Profesi teknologi pendidikan bertekad mengemban dan melaksanakan Pancasila,


yang terdapat pada alinea 4 (empat) Pembukaan UUD 1945, khususnya agar tiap
warga negara mendapatkan pengajaran.Teknologi pendidikan berniat dan bersikap
agar pribadi mendapat kesempatan berkembang seoptimal mungkin melalui
pendidikan dengan mengembangkan dan menggunakan teknologi selaras dengan
kondisi lingkungan dan tujuan pembangunan, agar tecapai masyarakat yang
dinamik dan harmonis.

Agar niat dan sikap itu dapat direalisasikan dengan sebaik-baiknya, maka mereka
yang berprofesi teknologi pendidikan dan tergabung dalam ikatan profesi,
menyepakati suatu prinsip etik sebagai pegangan perorangan maupun pegangan
bersama dalam membina kegiatan profesi.

Bab I
Kewenangan dan Kewajiban
1. Mengamalkan keakhlian dan ketrampilan dalam bidang teknologi pendidikan
sesuai dengan kriteria keahlian yang dituntut untuk itu.
2. Mengembangkan konsep, prinsip dan prosedur dalam bidang profesi sesuai
dengan perkembangan ilmu, teknologi dan masyarakat.
3. Melaksanakan fungsi pengembangan dan pengelolaan sumber belajar untuk
kepentingan pembelajaran.
4. Memelihara dan mempertahankan martabat dan norma etik keahliannya.
5. Melaksanakan profesinya sesuai dengan etika dan nilai-nilai yang berlaku
dalam masyarakat, bangsa dan negara.
25

Bab II
Tanggung jawab kepada perorangan

Para anggota memenuhi tanggung jawabnya kepada perorangan dengan


ketentuan:
1. Menjaga kerahasiaan informasi pribadi peserta didik dalam melaksanakan
tugasnya.
2. Menjamin agar setiap pribadi peserta didik memperoleh kesempatan yang
sama dalam pembelajaran.

Bab III
Tanggung jawab kepada masyarakat

Para anggota melaksanakan tanggung jawab kepada masyarakat dengan


ketentuan:
1. Mengamalkan profesinya secara jujur dan wajar untuk kepentingan sesama,
masyarakat, bangsa dan negara.
2. Secara jujur mewakili lembaga tempatnya berkarya dan / atau organisasi
tempatnya bekerja, dengan mengutamakan kepentingan lembaga / organisasi
daripada kepentingan pribadi.
3. Menyatakan secara jujur dan obyektif fakta yang berhubungan dengan
masalah pendidikan dan teknologi kepada masyarakat langsung, maupun
tidak langsung.
4. Tidak menyalahgunakan kedudukannya dalam organisasi untuk kepentingan
pribadi.
5. Tidak menerima hadiah atau keuntungan yang dapat mempengaruhi atau
dapat diduga mempengaruhi pertimbangan profesionalnya, dan tidak
menjanjikan kemudahan, pelayanan khusus, atau sesuatu yang bernilai untuk
memperoleh keuntungan pribadi.
26

Bab IV
Tanggung jawab kepada Rekan Seprofesi

Para anggota melaksanakan tanggung jawabnya kepada rekan seprofesi, dengan


ketentuan :
1. Saling memelihara hubungan antar anggota seprofesi.
2. Saling menghargai dan menghormati hak, martabat dan pendapat rekan
seprofesi.
3. Saling membantu usaha peningkatan keahlian rekan seprofesi.
4. Saling mengingatkan dan menasehati dengan penuh kebijaksanaan, demi
kebenaran,kepentingan kepribadian, profesi dan masyarakat.
5. Saling menghargai dan bekerjasama dengan rekan seprofesi lain untuk
kepentinganumum.

Bab V
Tanggung jawab kepada Organisasi dan Profesi

Para anggota melaksanakan tanggung jawabnya kepada organisasi dan profesi


dengan ketentuan :
1. Menjadikan ikatan profesi teknologi pendidikan sebagai forum komunikasi
dankerjasama untuk meningkatkan kemampuan pengabdiannya.
2. Wajib memberikan sumbangan tenaga, pikiran, waktu dan dana untuk
kepentingan pengembangan organisasi dan profesi.
3. Menghindarkan diri dari sikap, perbuatan dan ucapan yang merugikan
organisasidan profesi.
4. Melakukan tindak profesinya menurut jalur dan ketentuan waktu yang
berlaku.
5. Melimpahkan tugas profesi hanya kepada orang-orang yang memenuhi
syarat,kompetensi professional, yaitu orang yang terdidik, terlatih, dan
trampil yangmenunjukkan kemampuan untuk melaksanakan tugas teknologi
pendidikan.
27

6. Bersedia memberikan pertimbangan profesi bilamana diminta oleh


lembagatempatnya berkarya, atau oleh organisasi lain.
7. Berusaha mengembangkan citra profesi teknologi pendidikan dengan
berpartisipasiaktif dan kreatif dalam kegiatan di bidang teknologi pendidikan
dan yang berkaitandengannya.
8. Selalu berusaha mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
profesionalnyadalam bidang teknologi pendidikan.

Bab VI
Lain-lain
1. Setiap anggota bertanggung jawab untuk melaksanakan dan menjunjung
tinggi kodeetik ini dengan sebaik-baiknya.
2. Setiap penyimpangan dari kode etik ini dapat dikenakan sanksi organisasi.
3. Jika diperlukan, kode etik masih akan disempurnakan.
4. Hal-hal yang belum tercakup akan diatur kemudian.

Kode Etik AECT


Mukadimah
1. Dengan kode etik berikut, dianggap dan dijadikan sebagai prinsip-prinsip
etika; prinsip-prinsip ini digunakan untuk memandu para anggota profesi baik
secara individu maupun secara kelompok dalam menerapkan dan
memperkokoh sikap dan perilaku profesi, dengan cara professional.
2. Komisi Etika Profesi akan menyusun dokumentasi pendapat (bersifat
interpretative atau penjabarannya dengan mendalam) berkaitan dengan
pernyataan etik khusus tersusun mulai dari sini.
3. Pendapat-pendapat yang dihasilkan / dirumuskan sebagai jawaban atas kasus
khusus sebelum (terbentuknya) Komisi Etika Profesi.
4. Uraian atau penjelasan prinsip etika dapat dihasilkan oleh Komisi ini sebagai
jawaban atas (terhadap) permohonan anggota.
28

Seksi 1
Tanggung jawab dan Kewajiban terhadap individu (anggota)

Dalam memenuhi kewajiban terhadap setiap individu, para anggota :


1. Selalu mendorong aksi mandiri bagi upaya individu untuk belajar dan
menciptakan berbagai kemudahan belajar atas berbagai pendapat.
2. Selalu melindungi dan menghormati hak individu atas kemudahan rujukan
atau materi dari berbagai pendapat.
3. Selalu menjamin masing-masing individu kesempatan untuk berperan serta
dalam program-program yang sesuai.
4. Selalu melaksanakan kegiatan secara professional, sebagaimana upaya untuk
melindungi kepentingan pribadi individu dan menjaga integritas pribadi.
5. Selalu mengikuti prosedur atau langkah kerja secara professional untuk
evaluasi dan pemilihan rujukan / materi dan perangkat keras.
6. Selalu menyusun dan melaksanakan usaha pragmatis untuk melindungi
individu dari situasi merusak menuju situasi sehat dan aman.
7. Selalu memasarkan / memperkenalkan terapan canggih dan terbaru dalam
penggunaan teknologi.
8. Selalu dalam rancangan dan pemilihan dari suatu program kependidikan atau
media mencari upaya untuk menghindari isis yang memperkokoh atau
meningkatkan/memperkenalkan model (stereotype) perbedaan jenis kelamin,
etnik, atau suku tertentu, ras, atau keagamaan. Selalu mencari /
mengupayakan untuk mendorong pengembangan program dan media yang
menekankan keragaman dari masyarakat (kita) sebagai suatu lingkungan
/komunitas multibudaya.

Seksi 2
Tanggung jawab dan Kewajiban terhada Masyarakat

Dalam melaksanakan kewajibannya terhadap masyarakat, para anggota :


1. Selalu, dengan jujur, mewakili lembaga atau organisasi dimana orang tersebut
terdaftar, dan selalu siap melaksanakan tindakan pencegahan untuk
29

membedakan kepentingan pribadi, dengan kepentingan lembaga atau


(pandangan) organisasi.
2. Selalu, secara tepat dan cepat, mewakili atau menyampaikan fakta
menyangkut kepentingan atau masalah kependidikan kepada publik, baik
secara langsung maupun tidak langsung.
3. Tidak akan memanfaatkan situasi kelembagaan atau sikap ikatan profesi
untuk keuntungan pribadi.
4. Tidak akan menerima berbagai bentuk ucapan atau ungkapan terima kasih
dalam bentuk apapun juga, seperti bingkisan, hadiah, yang dapat
melumpuhkan atau menyimpang dalam menentukan pertimbangan
keprofesian, atau memperoleh kepentingan atau keuntungan tertentu.
5. Selalu melaksanakan terapan secara adil dan sama dengan siapapun juga
dalam memberikan jasa atas / terhadap profesi.

Seksi 3
Tanggung jawab dan kewajiban terhadap Profesi

Dalam memenuhi kewajibannya terhadap profesi, anggota :


1. Selalu menyesuaikan dan memperlakukan sama terhadap semua anggota
profesi sehubungan dengan hak professional dan tanggung jawab.
2. Tidak pernah memanfaatkan cara coersive untuk memperkenalkan
perlakuankhusus untuk mempengaruhi keputusan professional atas rekanan.
3. Selalu menghidari eksploitatif profesi secara komersial atas keanggotaan
individuyang tergabung dalam organisasi profesi.
4. Selalu memperjuangkan upaya peningkatan keahlian dan pengetahuan
danmenyebarkannya kepada rekan seprofesi demi kemajuan profesi itu
sendiri.
5. Selalu memperlihatkan dan berlaku jujur sesuai persyaratan profesi, serta
memperhatikan rekan profesi.
30

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas pada bab terdahulu, maka diperoleh simpulan
sebagai berikut:
1. Teknologi Pendidikan adalah penerapan pengetahuan ilmiah mengenai
belajar dan kondisi belajar untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi
pengajaran dan pelatihan. Jika tidak ada temuan atau prinsip ilmiah, maka
teknologi pendidikan menggunakan tehnik teruji secara empirik untuk
meningkatkan proses belajar.
2. Teknologi pendidikan sebagai profesi,
Teknologi pendidikan ialah suatu profesi terdiri atas suatu usaha terognisir
guna melaksanakan teori, teknik intelektual dan penerapan praktis dari
teknologi pendidikan.

B. SARAN
1. Diharapkan kepada mahasiswa agar bisa memahami Teknologi Pendidikan
sebagai profesi.
2. Diharapkan kepada para pendidik agar lebih baik lagi menempatkan diri
dalam kegiatan pembelajaran.
3. Memperbanyak referensi sebagai bahan acuan bagi kita semua yang ingin
memperdalam konsep Teknologi Pendidikan sebagai profesi.

30
31

DAFTAR PUSTAKA

Chaeruman, Uwes Anis, 2008, Kompetensi Sarjana Teknologi Pendidikan,


Jakarta: http://www.fakultasluarkampus.net/Kencana Media Grup.

Kusuma, Wijaya, 2008, Profesi dan Pendidikan Keahlian Teknologi Pendidikan,


Jakarta: http://www.wijayalabs.wordpress.com/

Miarso, Yusufhadi, 2004, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta:

Prawiradilaga, 2012.Wawasan Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana

Prawiradilaga, Dewi Salma, 1999, Konsep Teknologi Pendidikan/Instruksional


Makalah Mk. Pengantar Teknologi Pendidikan (1), Jakarta:
http://www.teknologipendidikan.net/

Seels Barbara B., Rita C. Richey, (terjemahan Yusufhadi Miarso, dkk.), 1994,
Teknologi Pembelajaran Definisi dan Kawasannya, Jakarta: Unit
Percetakan Universitas Negeri Jakarta.

Siahaan, Sudirman, 2008, Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi


Pembelajaran: Bagaimana Perkembangannya ?, Jakarta:
http://www.e-dukasi.net/

Siahaan, Sudirman, 2008, Jabatan Funsional Teknologi Pendidikan, Jakarta:


http://www.teknologipendidikan_undiksha.com/

Siahaan, Sudirman, 2008, Menguak Konsep Jabatan Fungsional Pengembang


Teknologi Pendidikan, Jakarta: http://www.e-dukasi.net/

Sudrajat, Akhmad, 2008, Definisi Teknologi Pendidikan, Jakarta:


http://www.akhmadsudrajat.files.wordpress.com/

Surakhmad, Winarno, 1984, Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar Dasar dan


Teknik Metode Pembelajaran Edisi IV, Bandung: Tarsito.

Tim Redaksi Nuansa Aulia, 2006, Himpunan Perundang-Undangan Republik


Indonesia tentang Guru dan Dosen dan Sistem Pendidikan Nasional,
Bandung: Nuansa Aulia.

Tirtarahardja, Umar, SL. La Sulo, 2005, Pengantar Pendidikan Edisi Revisi,


Jakarta: PT. Asdi Mahastya.

31
32

DAFTAR ISI

Judul Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 4

A. Pengertian Teknologi Pendidikan ............................................................... 4

B. Teknologi Pendidikan Sebagai Profesi ........................................................ 7

C. Kawasan Teknologi Pendidikan Sebagai Profesi ........................................ 13

D. Jenjang Profesi Dan Sertifikasi Menurut AECT .......................................... 20

E. Jabatan Fungsonal Teknolog Pendidikan .................................................... 21

F. Kode Etik Profesi Teknologi Pendidikan .................................................... 23

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 30

A. Simpulan ..................................................................................................... 30

B. Saran ......................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA

iii
33

MAKALAH
TEKNOLOGI PENDIDIKAN SEBAGAI PROFESI

Oleh:
KELOMPOK C

HASNI
SOFYAN
SYAMSUNIR
SUKARNO HATTA RA.
HANDY FERDIANSYAH
MUHAMMAD ARDI SUNARTO

PPs Teknologi Pendidikan


Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar
2016/2017
34

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang Teknologi Pendidikan sebagai Profesi.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan atas kerja keras
rekan kelompok sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu
kami menyampaikan terima kasih kepada rekan kelompok yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang korelasi ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Makassar, 2 Juli 2017

Penyusun

ii

Anda mungkin juga menyukai