Anda di halaman 1dari 10

A.

Pengertian Magma dan lava

Magma adalah cairan atau larutan silikat pejar yang terbentuk secara alamiah,
bersifat mudah bergerak (mobile), bersuhu antara 700-13000C (sekitar 1200-2400
derajat Fahrenheit) dan berasal atau terbentuk pada kerak bumi bagian bawah
hingga selubung bagian atas dan bersifat asam atau basa.Secara fisika, magma
merupakan sistem berkomponen ganda (multi compoent system) dengan fase cair
dan sejumlah kristal yang mengapung di dalamnya sebagai komponen utama, dan
pada keadaan tertentu juga berfase gas.

Lava merupakan suatu cairan larutan magma yang mengalir kearah luar dan
dalam perut bumi melalui kawah gunung berapi atau juga celah (patahan) yang
lalu membeku menjadi batuan yang bentuknya beraneka macam.Jika cairan itu
encer maka akan meleleh jatuh dari sumbernya dan membentuk aliran yang
menyerupai sungai melalui lembah serta membeku menjadi batuan seperti lava
blok (pada umumnya di Indonesia membentuk lava blok). JIka agak kental, akan
mengalir tidak jauh dari sumbernya membentuk kubah lava serta di bagian tepinya
membeku membentuk blok-blok lava namun suhunya masih tinggi, jika posisinya
tidak stabil akan mengalir membentuk awan panas gugutan dari lava.

Magma merupakan larutan silikat pijar yang panas mengandung sulfide,


oksida, dan volatile (gas), sumber magma terletak jauh di bawah bumi, pada
lapisan mantel, yaitu pada kedalaman 1200-2900 km, dari sumbernya itu
kemudian magma mengalir dan berkumpul pada suatu tempat yang dikenal
sebagai dapur magma, yang terletak pada kedalaman lebih dari 60 km. Suhu
magma berkisar antara 700 - 11000C, sifatnya yang sangat panas dan cair
menyebabkan magma memiliki tekanan hidrostatis yang sangat kuat sehingga
terus bergerak menerobos untuk berusaha ke luar ke atas permukaan bumi.

Magmatisma adalah peristiwa penerobosan magma melalui rekahan dan celah-


celah pada litosfer yang tidak sampai ke permukaan bumi, peristiwa ini
menyebabkan magma membeku di dalam bumi membenutuk batuan plutonik,
proses tesebut disebut intrusi, dan batuan yang terbentuk disebut batuan intrusi.
Apabila penerobosan magma sampai ke luar permukaan bumi, maka prosesnya
dinamakan ekstrusi, sedangkan cara keluar magma seperti ini dinamakan erupsi
dan pristiwanya dinamakan vulkanisma.

Para ahli berpendapat bahwa panas bumi berasal dari proses “pembusukan”
material-material radioaktif yang kemudian meluruh atau mengalami
disintegration menjadi unsur radioaktif dengan komposisi yang lebih stabil dan
pada saat meluruh akan mengeluarkan sejumlah energi (panas) yang kemudian
akan melelehkan batuan-batuan disekitarnya. Dimungkinkan
B. Komposisi Magma Komposisi kimiawi magma terdiri dari :

• Senyawa
-senyawa yang bersifat non volatile (senyawa yang tidak mudah menguap) dan
merupakan senyawa oksida dalam magma. Jumlahnya sekitar 99% dari seluruh isi
magma , sehingga merupakan mayor element, terdiri dari SiO2, Al2O3, Fe2O3,
FeO, MnO, CaO, Na2O, K2O, TiO2, P2O5.

• Senyawa volatil
(senyawa yang mudah menguap) yang banyak pengaruhnya terhadap magma,
terdiri dari fraksi-fraksi gas CH4, CO2, HCl, H2S, SO2 dsb.

• Unsur
-unsur lain yang disebut unsur jejak (trace element) dan merupakan minor element
seperti Rb, Ba, Sr, Ni, Li, Cr, S dan Pb. C.

C. Kristalisasi Magma Kristalisasi adalah proses pembentukan bahan padat dari


pengendapan larutan, melt (campuran leleh), atau lebih jarang pengendapan
langsung dari gas. Kristalisasi juga merupakan teknik pemisahan kimia antara
bahan padat-cair, di mana terjadi perpindahan massa dari suat zat terlarut (solute)
dari cairan larutan ke fase kristal padat.

Proses Kristalisasi Magma terjadi karena magma merupakan cairan yang


panas, maka ion-ion yang menyusun magma akan bergerak bebas tak beraturan.
Sebaliknya pada saat magma mengalami pendinginan, pergerakan ion-ion yang
tidak beraturan ini akan menurun, dan ion-ion akan mulai mengatur dirinya
menyusun bentuk yang teratur. Proses inilah yang disebut kristalisasi.

Pada proses ini yang merupakan kebalikan dari proses pencairan, ion-ion
akan saling mengikat satu dengan yang lainnya dan melepaskan kebebasan untuk
bergerak. Ion-ion tersebut akan membentuk ikatan kimia dan membentuk kristal
yang teratur. Pada umumnya material yang menyusun magma tidak membeku
pada waktu yang bersamaan.Kecepatan pendinginan magma akan sangat
berpengaruh terhadap proses kristalisasi, terutama pada ukuran kristal.

Apabila pendinginan magma berlangsung dengan lambat, ion-ion mempunyai


kesempatan untuk mengembangkan dirinya, sehingga akan menghasilkan bentuk
kristal yang besar. Sebaliknya pada pendinginan yang cepat, ion-ion tersebut tidak
mempunyai kesempatan bagi ion untuk membentuk kristal, sehingga hasil
pembekuannya akan menghasilkan atom yang tidak beraturan (hablur), yang
dinamakan dengan mineral gelas (glass).

Pada saat magma mengalami pendinginan, atom-atom oksigen dan silikon


akan saling mengikat pertama kali untuk membentuk tetrahedra oksigen-silikon.
Kemudian tetahedra-tetahedra oksigen-silikon tersebut akan saling bergabung
dengan ion-ion lainnya dan akan membentuk inti kristal dan bermacam mineral
silikat. Tiap inti kristal akan tumbuh dan membentuk jaringan kristalin yang tidak
berubah. Mineral yang menyusun magma tidak terbentuk pada waktu yang
bersamaan atau pada kondisi yang sama. Mineral tertentu akan mengkristal pada
temperatur yang lebih tinggi dari mineral lainnya, sehingga kadang-kadang
magma mengandung kristal-kristal padat yang dikelilingi oleh material yang
masih cair. Komposisi dari magma dan jumlah kandungan bahan volatil juga
mempengaruhi proses kristalisasi.

Karena magma dibedakan dari faktor-faktor tersebut, maka penampakan


fisik dan komposisi mineral batuan beku sangat bervariasi. Dari hal tersebut,
maka penggolongan (klasifikasi) batuan beku dapat didasarkan pada faktor-faktor
tersebut di atas. Kondisi lingkungan pada saat kristalisasi dapat diperkirakan dari
sifat dan susunan dari butiran mineral yang biasa disebut sebagai tekstur. Jadi
klasifikasi batuan beku sering didasarkan pada tekstur dan komposisi mineralnya.
Kristalisasi dapat dibagi menjadi 3 proses utama :

1. Kristalisasi dari larutan ( solution ) : merupakan proses kristalisasi yang


umum dijumpai di bidang Teknik Kimia : pembuatan produk-produk
kristal senyawa anorganik maupun organic seperti urea, gula pasir, sodium
glutamat, asam sitrat, garam dapur, tawas, fero sulfat dll.
2.
Kristalisasi dari lelehan ( melt ) : dikembangkan khususnya untuk
pembuatan silicon single kristal yang selanjutnya dibuat silicon waver
yang merupakan bahan dasar pembutan chip-chip integrated circuit ( IC ).
Proses Prilling ataupun granulasi sering dimasukkan dalam tipe kristalisasi
ini.
3 Kristalisasi dari fasa Uap : adalah proses sublimasi-desublimasi dimana
suatu senyawa dalam fasa uap disublimasikan membentuk kristal. Dalam
industri prosesnya bisa meliputi beberapa tahapan untuk.

D. Seri Reaksi Bowen Deret Bowen

Seri Reaksi Bowen merupakan suatu skema yang menunjukan urutan


kristalisasi dari mineral pembentuk batuan beku yang terdiri dari dua bagian.
Mineral-mineral tersebut dapat digolongkan dalam dua golongan besar yaitu:
1. Golongan mineral berwarna gelap atau mineral mafik

2. Golongan mineral berwarna terang atau mineral felsik. Dalam proses


pendinginan magma dimana magma itu tidak langsung semuanya membeku,
tetapi mengalami penurunan temperatur secara perlahan bahkan mungkin cepat.
Penurunan tamperatur ini disertai mulainya pembentukan dan pengendapan
mineral-mineral tertentu yang sesuai dengan temperaturnya Pembentukan mineral
dalam magma karena penurunan temperatur telah disusun oleh Bowen.

Sebelah kiri mewakili mineral-mineral mafik , yang pertama kali terbentuk


dalam temperatur sangat tinggi adalah Olivin. Akan tetapi jika magma tersebut
jenuh oleh SiO2 maka Piroksenlah yang terbentuk pertama kali. Olivin dan
Piroksan merupakan pasangan”Incongruent Melting” dimana setelah
pembentukkannya Olivin akan bereaksi dengan larutan sisa membentuk Piroksen.
Temperatur menurun terus dan pembentukkan mineral berjalan sesuai dangan
temperaturnya. Mineral yang terakhir tarbentuk adalah Biotit, ia dibentuk dalam
temperatur yang rendah.

Mineral disebelah kanan diwakili oleh mineral kelompok Plagioklas, karena


mineral ini paling banyak terdapat dan tersebar luas. Anorthite adalah mineral
yang pertama kali terbentuk pada suhu yang tinggi dan banyak terdapat pada
batuan beku basa seperti Gabro atau Basalt. Andesin terbentuk peda suhu
menengah dan terdapat batuan beku Diorit atau Andesit. Sedangkan mineral yang
terbentuk pada suhu rendah adalah albit, mineral ini banyak tersebar pada batuan
asam seperti granit atau rhyolite. Reaksi berubahnya komposisiPlagioklas ini
merupakan deret : “Solid Solution” yang merupakan reaksi kontinue, artinya
kristalisasi Plagioklas Ca-Plagioklas Na, jika reaksi setimbang akan berjalan
menerus. Dalam hal ini Anorthite adalah jenis Plagioklas yang kaya Ca, sering
disebut Juga " C a l c i c P l a g i o k l a s " , sedangkan Albit adalah Plagioklas kaya
Na ( " S o d i c P l a g i o k l a s / A l k a l i P l a g i o k l a s " ).

Mineral sebelah kanan dan sebelah kiri bertemu pada mineral Potasium
Feldspar ke mineral Muscovit dan yang terakhir mineral Kwarsa, maka mineral
Kwarsa merupakan mineral yang paling stabil diantara seluruh mineral Felsik atau
mineral Mafik, dan sebaliknya mineral yang terbentuk pertama kali adalah
mineral yang sangat tidak stabil dan mudah sekali terubah menjadi mineral lain.

E.Evolusi Magma

Magma pada perjalanannya dapat mengalami perubahan atau disebut dengan


evolusi magma. Proses perubahan inilah yang menyebabkan magma berubah
menjadi magma yang bersifat lain oleh proses-proses sebagai berikut :
1. Hibridasi : Pembentukan magma baru karena pencampuran dua magma yang
berlainan jenisnya

2. Sinteksis : Pembentukan magma baru karena proses asimilasi dengan bantuan


samping

3. Anteksis : Proses pembentukan magma dari peleburan batuan pada kedalaman


yang sangat besar. Dari magma dengan kondisi tertentu ini selanjutnya mengalami
differensiasi magma. Diferensiasi magma ini meliputi semua proses yang
mengubah magma dari keadaan awal yang homogen dalam skala besar menjadi
masa batuan beku dengan komposisi yang bervariasi.

F.Golongan Magma (Diferensiasi Magma)

Penggolongan Magma (Diferensiasi magma) adalah suatu tahapan


pemisahan atau pengelompokan magma dimana material-material yang memiliki
kesamaan sifat fisika maupun kimia akan mengelompok dan membentuk suatu
kumpulan mineral tersendiri yang nantinya akan mengubah komposisi magma
sesuai penggolongannya berdasarkan kandungan magma. Proses ini dipengaruhi
banyak hal. Tekanan, suhu, kandungan gas serta komposisi kimia magma itu
sendiri dan kehadiran pencampuran magma lain atau batuan lain juga
mempengaruhi proses diferensiasi magma iniSecara umum, proses diferensiasi
magma terbagi menjadi :

a. Fraksinasi ( Fractional Crystallization)

Proses ini merupakan suatu proses pemisahan kristal-kristal dari larutan magma
karena proses kristalisasi perjalan tidak seimbang atau kristal-kristal tersebut pada
saat pendinginan tidak dapat mengubah perkembangan. Komposisi larutan
magma yang baru ini terjadi sebagai akibat dari adanya perubahan temperatur
dan tekanan yang mencolok serta tiba-tiba.

b. Crystal Settling/gravitational settling


Proses ini meliputi pengendapan kristal oleh gravitasi dari kristal-kristal berat
yang mengandung unsur Ca, Mg, Fe yang akan memperluas magma pada bagian
dasar
magma chamber . Disini, mineral-mineral silikat berat akan berada di bawah. Dan
akibat dari pengendapan ini, akan terbentuk suatu lapisan magma yang nantinya
akan menjadi tekstur kumulat atau tekstur berlapis pada batuan beku.

c. Liquid Immisbility
Larutan magma yang memiliki suhu rendah akan pecah menjadi larutan yang
masing-masing akan membentuk suatu bahan yang heterogen.
d. Crystal Flotation
Pengembangan kristal ringan dari sodium dan potassium akan naik ke bagian
atas magma karena memiliki densitas yang lebih rendah dari larutan kemudian
akan mengambang dan membentuk lapisan pada bagian atas magma.

e. Vesiculation
Vesiculation merupakan suatu proses dimana magma yang mengandung
komponen sepertiCO2, SO2, S2, Cl2, dan H2O sewaktu-waktu naik ke
permukaan sebagai gelembung-gelembung gas dan membawa komponen-
komponen sodium (Na) dan potassium (K). f. Asimilasi magma Proses ini dapat
terjadi pada saat terdapat material asing dalam tubuh magma seperti adanya
batuan disekitar magma yang kemudian bercampur, meleleh dan bereaksi dengan
magma induk dan kemudian akan mengubah komposisi magma.

G.Sifat-sifat Magma

1. Sifat-sifat Fisik Magma


a) Viskositas dan Densitas Magma Viskositas dan densitas magma adalah sifat
fisika magma dan sebagai parameter yang signifikan untuk memahami proses
aktivitas gunung api. Viskositas magma mengontrol mobilitas magma, densitas
mengontrol arah gerakan relatif antara magma dan material padat (batuan fragmen
dan kristal). Magma yang mempunyai viskositas rendah, seperti magma basalti,
dapat membentuk lava yang sangat panjang dengan aliran yang cepat. Sebaliknya,
magma riolitis yang cukup kental sangat terbatas mengalir. Karena kentalnya
magma riolitis, maka gelembung gas di perangkap oleh magma, mengalami
ekspansi, dan dapat menyebabkan erupsi yang eksplosif.

Viskositas merupakan sifat suatu cairan atau gas yang berhubungan dengan
hambatan alir gas/cairan itu sendiri akibat adanya gaya-gaya antar partikel yang
mengalir. Viskositas magma didefinisikan sebagai perbandingan antara shear
stress dan strain rate. Lava akan mengalir pada saat shear stress lebih besar dari
yield strength. Viskositas bergantung pada komposisi/kandungan kristal,
gelembung, gas (H2O), serta temperatur dan tekanan.

Densitas ukuran kepekatan atau kemampatan suatu zat merupakan


perbandingan antara massa dan volume zat itu sendiri. Magma terdiri atas cairan
si-lika, dan material lainnya, seperti kristal, gelembung gas, dan fragmen batuan.
Cairan silika mengandung rantai panjang dan cincin polimer Si-O tetrahedra,
bersama-sama kation (seperti Ca2+, Mg2+, Fe2+) dan anion (misal OH-, F-, Cl-,
S-) yang terletak secara acak, berada dalam tetrahedra (Gambar 3). Densitas
rangkaian Si-O, yang merupakan fungsi komposisi, tekanan, dan temperatur,
mengontrol sifat-sifat fisika cairan, seperti densitas dan viskositas. Densitas cair-
an silika berbeda dengan densitas magma, karena cairan silika tidak mengandung
kristal, gelembung, dan fragmen. Batuan ini akan memengaruhi densitas magma.
Densitas cairan silika mempunyai rentang antara 2850 kg/m3untuk basaltik
sampai 2350 kg/m3 untuk riolit

b) Suhu Magma
Suhu magma secara umum (seperti yang ada di luar inti bumi atau lapisan outer
core) yang mencapai 5000 derajat celcius, meski jika berada di udara terbuka,
suhunya bisa turun hingga 1300 derajat celcius Secara khusus suhu magma
berdasarkan jenisnya sebagai berikut :

1.Suhu magma Basaltik atau gabbroic - 1000-1200oC,


2. Andesitik atau dioritik - 800-1000oC,
3.Rhyolitic atau granit - 650-800oC,
4.Magma Jenis Batu Vulkanik Pemadatan Batu Komposisi Kimia Konten Suhu
Gas Basaltik Basalt Gabbro 45-55% SiO2, tinggi Fe, Mg, Ca, rendah K, Na 1000-
1200oC,
5RendahAndesit Diorit 55-65% SiO2, menengah di Fe, Mg, Ca, Na, K 800 -000
oC,
6.Menenga Rhyolite Granit 65-75% SiO2, rendah Fe, Mg, Ca, tinggi di K, Na
650-800 C.

2. Sifat Kimia Magma

A.Magma Asam Magma asam,


yaitu magma yang banyak mengandung silika (SiO2), biasanya berwarna terang,
seperti granit dan diorit. Magma yang bersifat asam biasanya lebih kental dan sulit
membeku, mengakibatkan terbentuknya batuan dengan komposisi kristal yang
perfect atau sempurna. Hal ini disebabkan karena pada saat terjadinya
pendinginan yang lambat maka kristalnya memiliki cukup waktu untuk
membentuk dirinya.

B. Magma Basa
Magma basa, yaitu magma yang sedikit mengandung Silika (SiO2) dan berwarna
lebih gelap karena mengandung mineral yang berwarna lebih tua, seperti gabro
dan basalt. Magma yang bersifat basa biasanya lebih encer dari pada magma
asam, hal ini disebabkan karena magma basa memiliki viskositas yang tinggi
sehingga proses pendinginannya atau pembekuannya lebih cepat dibandingkan
dengan magma asam. Dikarenakan proses pembekuannya yang begitu cepat maka
kristal yang terbentuk akan kecil – kecil bahkan ada juga yang tidak memiliki
kristal sama sekali.

H.Klasifikasi Magma
Magma secara umum dapat dibedakan menjadi tiga tipe magma, yaitu:

1.Magma Basa atau Magma Basaltik (Basaltic magma)

2.Magma Intermediet atau Magma Andesitik (Andesitic magma)


3.Magma Asam atau Magma Riolitik (Rhyolitic magma)

a) Berdasarkan Kandungan SiO2 atau derajat keasaman Magma dapat dibedakan


berdasarkan kandungan SiO2. Dikenal ada tiga tipe magma, yaitu:

1.M a g m a B a s a l t i k ( B a s a l t i c m a g m a ) – SiO2 45-55 % berat; kandungan


Fe dan Mg tinggi; kandungan K dan Na rendah.

2.M a g m a A n d e s i t i k ( A n d e s i t i c m a g m a ) – SiO2 55-65 % berat,


kandungan Fe, Mg, Ca, Na dan K menengah (intermediate).

3.M a g m a R i o l i t i k ( R h y o l i t i c m a g m a ) – SiO2 65-75 % berat,


kandungan Fe, Mg dan Ca rendah; kandungan K dan Na tinggi.

b) Berdasarkan Kandungan Gas Pada kedalaman di Bumi hampir semua magma


mengandung gas. Gas memberikan magma karakter eksplosif mereka, karena gas
mengembang menyebabkan tekanan berkurang, Kebanyakan H2O dengan
beberapa CO2
, Kecil jumlah Sulfur, Cl, dan F Penggolongan magma berdasarkan kandungan
gas adalah :

1.Magma dengan kandungan gas tinggi, yaitu magma Ryolitik atau Grani

2.Magma dengan kandungan gas menengah, yaitu magma Andesitik

3.Magma dengan kandungan gas rendah, yaitu magma Basaltik..

c) Berdasarkan kimiawi dan mineralogi


Magma Jenis Batu Vulkanik Pemadatan Pemadatan Batu Komposisi Kimia:
1.Basalt Gabbro SiO2.45-55 % berat; kandungan Fe dan Mg tinggi; kandungan K
dan Na rendah.

2.Andesit Diorit SiO2 55-65 % berat, kandungan Fe, Mg, Ca, Na dan K menengah
(intermediate).

3.Rhyolitic Rhyolite Granit SiO2 65-75 % berat, kandungan Fe, Mg dan Ca


rendah; kandungan K dan Na tinggi.
d) Berdasarkan % berat perbandingan alkali
Unsur alkali adalah golongan IA contohnya Na. untuk pengelompokan magma
berdasarkan perbandingan unsur alkali adalah sebagai beriku :

1.Magma dengan kandungan Na tinggi, contohnya: Rhyolite Granit

2.Magma dengan kandungan Na menengah, contohnya: Andesit, Diorit

3.Magma dengan kandungan Na rendah, contohnya: Basalt, Gabbro

e) Berdasarkan % berat oksida


1.Berat oksida 45-55 % berat adalah magma Basalt, Gabbro

2.Berat oksida 55-65 % berat adalah magma Andesit, Diorit

3.Berat oksida 65-75 % berat adalah magma Rhyolitic, Rhyolite, Granit

I.Intrusi dan Ekstrusi Magma

1.Intrusi Magma Intrusi magma adalah peristiwa menyusupnya magma di antara


lapisan batuan, tetapi tidak mencapai permukaan Bumi. Intrusi magma dapat
dibedakan atas sebagai berikut :
Intrusi datar (sill atau lempeng intrusi), yaitu magma menyusup di antara dua
lapisan batuan, mendatar, dan paralel dengan lapisan batuan tersebut.

Lakolit, yaitu magma yang menerobos di antara lapisan Bumi paling atas.
Bentuknya seperti lensa cembung atau kue serabi.

Gang (korok), yaitu batuan hasil intrusi magma yang menyusup dan membeku
di sela-sela lipatan (korok).

Diatermis, yaitu lubang (pipa) di antara dapur magma dan kepundan gunung
berapi. Bentuknya seperti silinder memanjang.

2.Ekstrusi Magma Ekstrusi magma adalah peristiwa penyusupan magma hingga


keluar ke permukaan Bumi dan membentuk gunung api. Hal ini terjadi apabila
tekanan gas cukup kuat dan ada retakan pada kulit Bumi sehingga menghasilkan
letusan yang sangat dahsyat. Ekstrusi magma inilah yang menyebabkan terjadinya
gunung api. Ekstrusi magma tidak hanya terjadi di daratan tetapi juga bisa terjadi
di lautan. Oleh karena itu gunung berapi bisa terjadi di dasar lautan. Secara umum
ekstrusi magma dibagi dalam tiga macam, yaitu:

1. Ekstrusi linear, terjadi jika magma keluar lewat celah-celah retakan atau
patahan memanjang sehingga membentuk deretan gunung berapi. Misalnya
Gunung Api Laki di Islandia, dan deretan gunung api di Jawa Tengah dan Jawa
Timur

2. Ekstrusi areal, terjadi apabila letak magma dekat dengan permukaan bumi,
sehingga magma keluar meleleh di beberapa tempat pada suatu areal tertentu.
Misalnya Yellow Stone National Park di Amerika Serikat yang luasnya mencapai
10.000 km2. 3. Ekstrusi sentral, terjadi magma keluar melalui sebuah lubang
(saluran magma) dan membentuk gunung-gunung yang terpisah. Misalnya
Gunung Krakatau, Gunung Vesucius, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai