Anda di halaman 1dari 15

1

GASTRITIS

Disusun Oleh:
dr. Lupita Putri

Pembimbing:
dr. Fitriani

Dokter Internsip (angkatan BELUMTAU) Tahun 2018


Puskesmas Dempo Palembang
2018
BAB I
PENDAHULUAN

Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut,


kronik difus, atau lokal dengan karakteristik anoreksia, rasa penuh, tidak enak pada
epigastrium, mual dan muntah. Secara sederhana gastritis berarti proses inflamasi
pada mukosa dan submukosa lambung. Gastritis merupakan gangguan kesehatan
yang sampai saat ini masih sering dijumpai.3
Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan saluran pencernaan yang
paling sering terjadi. Sekitar 10% orang yang datang ke unit gawat darurat pada
pemeriksaan fisik ditemukan adanya nyeri tekan di daerah epigastrium. Hal ini
mengarahkan para dokter kepada suatu diagnosa gastritis, dimana untuk
memastikannya dibutuhkan suatu pemeriksaan penunjang lainnya seperti endoskopi.
Penyakit gastritis yang terjadi di negara maju sebagian besar mengenai usia tua. Hal
ini berbeda dengan di negara berkembang yang banyak mengenai usia dini.
Penyakit gastritis sering terjadi pada remaja, orang-orang yang stres, karena
stres dapat meningkatkan produksi asam lambung, mengkonsumsi alkohol dan obat-
obatan anti inflamasi non steroid. Gejala yang timbul pada penyakit gastritis adalah
rasa tidak enak pada perut, perut kembung, sakit kepala, mual, lidah berlapis.
Penyakit gastritis sangat menganggu aktifitas sehari -hari, karena penderita akan
merasa nyeri dan rasa sakit tidak enak pada perut. Selain dapat menyebabkan rasa
tidak enak, juga menyebabkan peredaran saluran cerna atas, ulkus, anemia kerena
gangguan absorbsi vitamin B12 .

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan fisiologi

Lambung berbentuk seperti huruf J dan merupakan pembesaran dari saluran


pencernaan. Lambung terletak tepat dibawah diafragma pada daerah epigastrik,
umbilikal, dan hipokardiak kiri di perut. Bagian superior lambung merupakan
kelanjutan dari esofagus. Bagian inferior berdekatan dengan duodenum yang
merupakan bagian awal dari usus halus. Pada setiap individu, posisi dan ukuran
lambung bervariasi. Sebagai contoh, diafragma mendorong lambung ke bawah pada
setiap inspirasi dan menariknya kembali pada setiap ekspirasi. Jika lambung berada
dalam keadaan kosong bentuknya menyerupai sosis yang besar, tetapi lambung dapat
meregang untuk menampung makanan dalam jumlah yang sangat besar. Kapasitas
normal lambung 1 sampai 2 liter. 1

2.2 Fisiologi Lambung


 Fungsi motorik lambung terdiri atas :

3
a. Menampung, menyimpan makanan sampai makanan tersebut sedikit demi
sedikit dicerna dan bergerak pada saluran cerna. Menyesuaikan
peningkatan volume tanpa menambah tekanan dengan relaksasi reseptif
otot polos, diperantarai oleh nervus vagus dan dirangsang oleh gastrin.
b. Mencampur, memecahkan makanan menjadi partikel – partikel kecil dan
mencampurnya dengan getah lambung melalui kontraksi otot yang
mengelilingi lambung. Kontraksi peristaltik diatur oleh suatu irama listrik
intrinsik dasar.
c. Pengosongan lambung, diatur oleh pembukaan spinter pilorus yang
dipengaruhi oleh viskositas, volume, keasaman, aktivitas osmotik, keadaan
fisik, serta oleh emosi, obat – obatan, dan olah raga.
 Fungsi pencernaan dan sekresi
a. Pencernaan protein oleh pepsin dan HCl dimulai di sini; pencernaan
karbohidrat dan lemak oleh amilase dan lipase dalam lambung kecil
peranannya.
a. Sintetis dari pelepasan gastrin dipengaruhi oleh protein yang dimakan,
peregangan antrum, alkalinisasi, dan rangsangan vagus.
b. Sekresi faktor intrinsik
c. Sekresi mukus, membentuk selubung yang melindungi lambung serta
berfungsi sebagai pelumas sehingga makanan lebih mudah diangkut.
d. Sekresi bikarbonat, bersama dengan sekresi gel mukus, tampaknya
berperan sebagai barier dan asam lumen dan pepsin. 2

2.3 Definisi Gastritis


Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung.
Secara histopologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada
daerah tersebut.
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik
difus, atau lokal dengan karakteristik anoreksia, rasa penuh, tidak enak pada
epigastrium, mual dan muntah. Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau
perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal.
Secara sederhana gastritis berarti proses inflamasi pada mukosa dan submukosa
lambung. Gastritis merupakan gangguan kesehatan yang sampai saat ini masih sering
dijumpai.1,3

2.4 Etiologi
 Infeksi bakteri.

4
Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri Helicobacter pylori
yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung.
Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat
ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral
atau akibat memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh
bakteri ini. Infeksi Helicobacter pylori sering terjadi pada masa kanak - kanak
dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi
Helicobacter pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya
peptic ulcer dan penyebab tersering terjadinya gastritis. Infeksi Helicobacter
pylori dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan komplikasi lebih
lanjut. Selain Helicobacter pylori, H. heilmanii, Streptococci, Staphylococci,
Protecus species, Clostridium species, E.coli, Tuberculosis, dan secondary
syphilis maupun beberapa jenis parasit atau virus juga dapat mengakibatkan
infeksi.
 Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus.
Obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) seperti aspirin, ibuprofen, naproxen
dan piroxicam dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara
mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung. Jika
pemakaian obat - obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya
masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus
menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan
peptic ulcer. Beberapa penelitian juga telah dilakukan untuk melihat efek
samping dari penggunaan obat rematik antara lain pemeriksaan endoskopi
pada pasien yang telah menggunakan aspirin selama lebih dari 2 bulan.
Penelitian tersebut menunjukan bahwa terjadi kerusakan pada struktur saluran
cerna bagian atas yaitu 66,7% pasien, hampir 30 % pengguna aspirin tersebut
mengalami tukak pada saluran cerna bagian atas, dan yang menarik adalah 25
% pasien pengguna aspirin tersebut tidakmerasakan apa apa walaupun sudah
mengalami tukak pada lambung.
 Penggunaan alkohol dan kokain secara berlebihan.
Alkohol dan kokain dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding
lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung
walaupun pada kondisi normal sehingga dapat menyebabkan perdarahan.12
 Stres fisik.

5
Stres fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi
berat dapat menyebabkan gastritis, ulkus serta pendarahan pada lambung. Hal
ini disebabkan oleh penurunan aliran darah termasuk pada saluran pencernaan
sehingga menyebabkan gangguan pada produksi mukus dan fungsi sel epitel
lambung.
 Stres psikologis
Respon mual dan muntah yang dirasakan pada saat individu mengalami stres
menunjukan bahwa stres berefek pada saluran pencernaan. Wolf melakukan
penelitian mengenai efek stres pada saluran pencernaan antara lain
menurunkan saliva sehingga mulut menjadi kering; menyebabkan kontraksi
yang tidak terkontrol pada otot esophagus sehingga menyebabkan sulit untuk
menelan; peningkatan asam lambung, konstriksi pembuluh darah di saluran
pencernaan dan penurunan produksi mukus yang melindungi dinding saluran
pencernaan sehingga menyebabkan iritasi dan luka pada dinding lambung;
dan perubahan motilitas usus yang dapat meningkat sehingga menyebabkan
diare atau menurun sehingga menyebabkan konstipasi. Konstipasi biasanya
terjadi pada individu yang mengalami depresi sedangkan diare biasanya
terjadi pada kondisi panik. Hasil penelitian tersbut menunjukan bahwa stres
memiliki pengaruh yang negatif terhadap saluran pencernaan antara lain
dapat menyebabkan individu mengalami luka (ulcer) pada saluran
pencernaan termasuk pada lambung yang disebut dengan penyakit gastritis.4

2.5 Klasifikasi
Dua jenis gastritis yang paling sering terjadi adalah gastritis superficialis akut
dan gastritis atrofik kronis1
a. Gastritis Superficialis Akut
Gastritis akut biasanya bersifat jinak dan swasirna; merupakan respons
mukosa lambung terhadap berbagai iritan local. Endotoksin bakteri (setelah
manelan makanan terkontaminasi), kafein, alcohol, dan aspirin merupakan
agen pencetus yang lazim. Infeksi H.pylori lebih sering dianggap sebagai
penyebab gastritis akut. Organisme tersebut melekat pada epitel lambung dan
menghancurkan lapisan mukosa pelindung, meninggalkan daerah epitel yang
telah rusak. Penyebab penyakit ini adalah endotoksin bakteri, kafein, alkohol,
dan aspirin (OAINS). Destruksi sawar mukosa lambung diduga merupakan
mekanisme patogenik yang menyebabkan cedera.
6
Pada gastritis superficialis didapatkan gambaran mukosa tampak
memerah, edema, ditutupi oleh mukus yang melekat serta sering disertai erosi
kecil dan perdarahan. Manifestasi klinis gastritis akut dapat bervariasi dari
keluhan abdomen yang tidak jelas, seperti anoreksia, bersendawa, mual
sampai gejala yang lebih berat seperti nyeri epigastrium, muntah, perdarahan,
hematemesis. Pada beberapa kasus bila gejala menetap dan resisten terhadap
pengobatan, seperti endoskopi, biopsy mukosa, analisis cairan lambung untuk
memperjelas diagnosis.
b. Gastritis Atrofik Kronis
Gastritis atrofi kronis ditandai oleh atrofi epitel kelenjar disertai
kehilangan sel parietal dan chief cell. Dinding lambung menjadi tipis dan
permukaan mukosa menjadi rata. Ada dua jenis, pertama gastritis kronis tipe
A, merupakan penyakit autoimun yang disebabkan oleh autoantibodi terhadap
sel parietal kelenjar lambung dan faktor intrinsik. Tidak adanya sel parietal
dan chief cell dapat menurunkan sekresi asam dan meningkatnya kadar
gastrin. Kedua adalah gastritis kronik tipe B atau disebut juga gastritis antral
karena umumnya mengenai daerah antrum dan lebih sering terjadi
dibandingkan gastritis kronis tipe A. Penyebab utamanya adalah Helicobacter
pylori. Selain itu dapat juga disebabkan oleh alkohol, merokok, dan refluk
empedu dengan kofaktor H.pylori.
Gastritis atrofik kronik dapat mencetuskan terjadinya ulkus peptikum dan
karsinoma. Insidensi kanker lambung terutama tinggi pada penderita anemia
pernisiosa. Gejala gastritis atrofik kronis umumnya bervariasi dan tidak jelas
yaitu rasa penuh, anoreksia dan distress epigastrik yang tidak jelas.
Pada gastritis tipe ini juga didapatkan adanya tanda-tanda peradangan,
mukosa tampak kemerahan, edema, dan tampak sebukan sel-sel radang.
Sering pula terjadi erosi dan perdarahan. Faktor yang mempengaruhi
terjadinya gastritis dan tukak pada lambung adalah ketidakseimbangan antara
faktor agresif dan faktor defensif. Faktor agresif meliputi asam lambung,
pepsin, refluks asam empedu, nikotin, OAINS, kotikosteroid, dan kuman
Helicobacter pylori. Sedang yang dimaksud dengan faktor defensif yaitu
aliran darah mukosa, sel epitel permukaan, prostaglandin,
fosfolipid/surfaktan, musin, mukus, bikarbonat, motilitas, impermeabilitas
mukosa terhadap ion hidrogen, dan regulasi pH intrasel.5

7
2.6 Faktor resiko
 Lanjut usia
Lanjut usia meningkatkan resiko gastritis disebabkan karena dinding mukosa
lambung semakin menipis akibat usia tua dan pada usia tua lebih mudah
untuk terinfeksi Helicobacter pylori atau penyakit autoimun daripada usia
muda.
 Pola makan
Perubahan pola makan meliputi tidak teraturnya waktu makan, frekuensi
makan, jenis makanan dan porsi makanan yang dikonsumsi. Perubahan pola
makan lansia antara lain cepat merasa kenyang, makan menjadi malas dan
tidak teratur sehingga berisiko mengalami gangguan pada saluran pencernaan
khususnya gastritis. Perubahan pola makan pada lansia disebabkan oleh
proses degeneratif pada saluran pencernaan (penurunan sensitifitas rasa dan
penciuman, gangguan dan kehilangan gigi, penipisan mukosa lambung dan
atrofi sel epitelial, penurunan produksi saliva, perlambatan pengosongan
lambung sehingga cepat merasa kenyang) dan adanya faktor resiko yang
mempengaruhi pola makan.
 Gangguan fungsional dan proses penyakit
Penurunan kemampuan (fungsional) berhubungan erat dengan nutrisi yang
kurang dan kesulitan memproses makanan. Penyakit lain seperti demensia
dan stroke dapat menyebabkan terjadinya disfagia (kesulitan menelan)
sehingga mempengaruhi kemampuan fungsional.
 Efek obat-obatan
Obat-obatan dapat menjadi faktor risiko terjadinya kerusakan pada saluran
pencernaan dan mempengaruhi pemenuhan nutrisi akibat efeknya terhadap
proses pencernaan makanan, pola makan dan penyerapan makanan. Efek obat
obatan sering terjadi pada usia lanjut akibat peningkatan pemakaian jenis
obatan obatan yang dapat memiliki efek samping yang saling berlawanan.
 Gaya hidup
Gaya hidup seperti konsumsi alkohol merokok dan konsumsi kafein dapat
mempengaruhi terjadinya gastritis.
 Faktor psikososial
Faktor psikososial yang terjadi pada lansia antara lain kehilangan (pasangan,
teman, keluarga, pekerjaan, kegiatan, hubungan sosial), penyakit kronik yang
dialami, serta peningkatan ketergantungan pada orang lain dalam pemenuhan
kebutuhan hidup dapat merupakan sumber stres bagi lansia sehingga dapat
menyebabkan terjadinya gastritis.
 Faktor budaya dan sosial ekonomi

8
Latar belakang etnis, nilai nilai kepercayaan, dan faktor budaya lainnya
sangat mempengaruhi dalam memilih, menyiapkan dan mengkonsumsi
makanan dan minuman. Pada budaya tertentu menyukai jenis makanan yang
pedas atau asam sehingga menyebabkan peningkatan risiko terjadinya
gastritis. Faktor sosial ekonomi juga mempengaruhi pola makan dan
pemilihan makanan. Pada lansia penurunan pendapatan atau penghasilan
menyebabkan keterbatasan pada pemilihan dan penyediaan makanan
sehingga menyebabkan penurunan asupan nutrisi yang adekuat.
 Faktor lingkungan
Lingkungan rumah dapat mempengaruhi pola makan dan sekaligus dapat
menjadi sumber stres.
 Perilaku berhubungan dengan ketidakpahaman
Kurang pengetahuan tentang diet dan proses penyakit gastritis dapat
menyebabkan risiko terjadinya gastritis dan kekambuhan penyakit gastritis.
 Jenis kelamin
Penyakit gastritis lebih banyak terjadi pada perempuan dibanding laki laki.
jenis kelamin perempuan lebih banyak menderita gastritis karena perempuan
rentan secara psikologis untuk mengalami stres.6
2.7 Patofisiologi
Patofisiologi gastritis yaitu mukosa barier lambung umumnya melindungi
lambung dari pencernaan terhadap lambung itu sendiri, yang disebut proses
autodigesti acid, prostaglandin yang memberikan perlindungan ini. Ketika mukosa
barier ini rusak maka timbul gastritis. Setelah barier ini rusak terjadilah perlukaan
mukosa dan diperburuk oleh histamin dan stimulasi saraf colinergic. Kemudian
HCL dapat berdifusi balik kedalam mucus dan menyebabkan luka pada pembuluh
yang kecil, yang mengakibatkan tercadinya bengkak, perdarahan, dan erosi pada
lambung.2
Mukosa gaster terlindungi sangat baik dari infeksi bakteri, namun berbeda
dengan Helicobacter pylori yang merupakan bakteri:
 Gram negatif, berbentuk spiral ( huruf S atau C dengan kurva pendek ),
dengan lebar 0,5 – 1,0 mikrometer dan panjang 3 mikrometer, dan
mempunyai 4 – 6 flagella. Kadang – kadang berbentuk batang kecil atau
cocoid berkelompok.
 Bersifat microaerophilic, tumbuh baik dalam suasana lingkungan yang
mengandung 02 5%, CO2 5 – 10% pada temperatur 37ºC selama 16 – 19 hari
dalam media agar basa dengan kandungan 7% eritrosit kuda dan dengan pH
6,7 – 8 serta tahan beberapa saat dalam suasana sitotoksin seperti ph 1,5.

9
 Menghasilkan beberapa macam enzym yang bersifat sitotoksin seperti; urease
dalam jumlah yang berlebihan, 100x lebih aktif dari yang dihasilkanbakteri
proteus vulgaris dan bakteri penghasil urease yang lain, Protease yang
diperkirakan merusak lapisan mukus, Esterase, Pospolipase A dan C,
phospatase.
 Menghasilkan Vacuolating cytotoxin cell (VAC)
 Disamping itu juga mengandung protein somatik cytotoxin 120 – 130 kD
yang bersifat antigenik yang dapat merusak endotel dan merangsang imun
dalam pembentukan Imunoglobulin A, G ( G1, 2, 4 ) dan M.
 Mengeluarkan platelet activating factor dan chemotactic substance

2.8 Tanda dan Gejala Klinis


Gejala-gejala tersebut antara lain perih atau sakit seperti terbakar pada perut
bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika makan (abdominal
cramping and pain); mual (Nausea); muntah (vomiting); kehilangan selera (loss of
appetite); kembung (Belching or bloating); terasa penuh pada perut bagian atas
setelah makan; dan kehilangan berat badan (weight loss); sendawa; dan flatus.
Dapat terjadi ulserasi superficial dan mengarah pada hemoragi. Rasa tidak
nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, mual, dan anoreksia. Dapat terjadi kolik
dan diare jika makanan yang mengiritasi tidak dimuntahkan. Pasien biasanya pulih
kembali, meskipun napsu makan mungkin akan hilang selama beberapa hari.7
Episode berulang atau kekambuhan berulang gastritis akut dapat menyebabkan
gastritis berkembang menjadi gastritis kronik. Kekambuhan penyakit gastritis dapat
disebabkan karena kontak berulang atau peningkatan faktor ofensif atau faktor yang
menyebabkan kerusakan mukosa lambung yang terdiri dari asam lambung, pepsin,
asam empedu, enzim pankreas, infeksi Helicobacter pylori yang bersifat gram-
negatif, obat anti inflamasi non steroid (OAINS), alkohol, dan radikal bebas.
Episodik berulang atau kekambuhan berulang gastritis juga dapat disebabkan oleh
stres psikologi.3,7

10
2.9 Pemeriksaan penunjang
a. Oesophageal Maag Duodenal (OMD) kontras ganda
Pada tukak baik di lambung, maupun di duodenum akan terlihat gambar
yang disebut niche, yaitu suatu kawah dari tukak yang terisi kontras media.
b. Serologi Helicobacter pylori
Infeksi mukosa gaster oleh Helicobacter pylori akan menghasilkan respon
immun sistemik dan lokal, termasuk peningkatan kadar IgG dan IgA spesifik
dalam serum dan peningkatan kadar IgM dan IgA sekretori di lambung.
c. Urea breath test
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh urease
Helicobacter pylori dalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida
(CO2). CO2 cepat diabsorbsi melalui dinding lambung dan dapat terdeteksi
dalam udara ekspirasi.3
d. Endoskopi saluran cerna bagian atas.
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidak normalan pada saluran cerna
bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan
dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop)
melalui mulut dan masuk ke dalam esophagus, lambung dan bagian atas usus
kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi) sebelum
endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani
tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan,
dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel
itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan
waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung
disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari
anestesi menghilang, kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resiko
akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada
tenggorokan akibat menelan endoskop.
e. Ronsen saluran cerna bagian atas.
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan
lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu
sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan
terlihat lebih jelas ketika di ronsen. 4
2.10 Penatalaksanaan
Gastritis sangat bergantung pada penyebab spesifiknya dan mungkin
memerlukan perubahan dalam gaya hidup seperti diet makan pada penderita gastriris
adalah diet lambung yang bersifat ad libitum, yang artinya adalah diet lambung

11
dilaksanakan berdasarkan kehendak pasien. Prinsip diet diantaranya penderita
dianjurkan untuk makan secara teratur, tidak terlalu kenyang dan tidak berpuasa.
Makan yang dikonsumsi haruslah tinggi kalori tinggi protein (TKTP). Pengobatan
atau dalam kasus yang jarang dilakukan pembedahan untuk mengobatinya. Terapi
yang umumnya diberikan adalah terapi menurunkan asam lambung dan terapi
terhadap Helicobacter pylori.7
Asam lambung mengiritasi jaringan yang meradang dalam lambung dan
menyebabkan sakit dan peradangan yang lebih parah. Itulah sebabnya, bagi sebagian
besar tipe gastritis, terapinya melibatkan obat-obat yang mengurangi atau
menetralkan asam lambung seperti :
1) Antasida. Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau
tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis
ringan. Antasida menetralisir asam lambung dan dapat menghilangkan rasa
sakit akibat asam lambung dengan cepat.
2) Penghambat asam. Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa sakit
tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti cimetidin,
ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung
yang diproduksi.
3) Penghambat pompa proton. Cara yang lebih efektif untuk mengurangi asam
lambung adalah dengan cara menutup “pompa” asam dalam sel-sel lambung
penghasil asam. Penghambat pompa proton mengurangi asam dengan cara
menutup kerja dari “pompa-pompa” ini. Yang termasuk obat golongan ini
adalah omeprazole, lansoprazole, rabeprazole dan esomeprazole. Obat-obat
golongan ini juga menghambat kerja H. pylori.
4) Cytoprotective agents. Obat-obat golongan ini membantu untuk melindungi
jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil. Yang termasuk ke
dalamnya adalah sucraflate dan misoprostol. Jika meminum obat-obat AINS
secara teratur (karena suatu sebab), dokter biasanya menganjurkan untuk
meminum obat-obat golongan ini. Cytoprotective agents yang lainnya adalah
bismuth subsalicylate yang juga menghambat aktivitas H. pylori.8

Selain itu obat gastritis tertentu juga dapat berinteraksi dengan senyawa
logam lain yang terkandung pada makanan atau obat tertentu antara lain
antidepresan, antihistamin, isoniazid, penisilin, tetrasiklin, vitamin B 12 sehingga
antisipasinya adalah adanya jarak atau selang waktu minum obat 1-2 jam.

12
2.11 Komplikasi

Gastritis yang dibiarkan tidak terawat akan menyebabkan peptic ulcers dan
pendarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat meningkatkan
resiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus pada
dinding lambung dan perubahan pada sel-sel di dinding lambung. Kebanyakan
kanker lambung adalah adenocarcinomas, yang bermula pada sel-sel kelenjar dalam
mukosa. Adenocarcinomas tipe 1 biasanya terjadi akibat infeksi Helicobacter pylori.
Kanker jenis lain yang terkait dengan infeksi akibat Helicobacter pylori
adalah Mucosa Associated Lymphoid Tissue (MALT) lymphomas, kanker ini
berkembang secara perlahan pada jaringan sistem kekebalan pada dinding lambung.
Kanker jenis ini dapat disembuhkan bila ditemukan pada tahap awal. Pencegahan
komplikasi lebih lanjut adalah merupakan salah satu tugas dan tanggung jawab
perawat dalam merawat penderita gastritis.7,9

2.12 Pencegahan
 Makan secara benar. Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama
makanan yang pedas, asam, gorengan atau berlemak. Yang sama pentingnya
dengan pemilihan jenis makanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana
cara memakannya. Makanlah dengan jumlah yang cukup, pada waktunya dan
lakukan dengan santai. Makan dengan porsi sedikit tapi sering.
 Jika pasien merasa lapar, jangan langsung minum – minuman yang
mengandung kafein seperti teh, tapi digantikan dengan air putih hangat.
 Bila maag kambuh karena terlambat makan, jangan langsung makan –
makanan berat misalnya nasi, tapi digantikan dengan makanan ringan seperti
crackers.
 Jangan merokok. Merokok mengganggu kerja lapisan pelindung lambung,
membuat lambung lebih rentan terhadap gastritis dan borok. Merokok juga
meningkatkan asam lambung, sehingga menunda penyembuhan lambung dan
merupakan penyebab utama terjadinya kanker lambung. Tetapi, untuk dapat
berhenti merokok tidaklah mudah, terutama bagi perokok berat.
Konsultasikan dengan dokter mengenai metode yang dapat membantu untuk
berhenti merokok.
 Meminum obat sesuai dengan anjuran dokter.
 Lakukan olahraga secara teratur, misalnya senam aerobik. Senam aerobik
dapat meningkatkan kecepatan jantung dan pernafasan juga dapat

13
menstimulasi aktivitas otot usus sehingga membantu mengeluarkan makanan
dari usus secara lebih cepat.
 Menghindari pemakaian aspirin saat merasa tidak enak badan, digantikan
dengan istirahat yang cukup.
 Hindari stress yang berlebihan dan selalu memperhatikan pola makan
pasien.1,9

BAB III
KESIMPULAN

Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut,


kronik difus, atau lokal dengan karakteristik anoreksia, rasa penuh, tidak enak pada
epigastrium, mual dan muntah. Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau
perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal.
Salah satu penyebab dari gastritis adalah infeksi dari bakteri Helicobacter
pylori (H. pylori). Bakteri ini dapat menginfeksi lambung sejak anak-anak dan
menyebabkan penyakit lambung kronis.
Gejala-gejala pada gastritis yaitu perih atau sakit seperti terbakar pada perut
bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika makan (abdominal
cramping and pain); mual (Nausea); muntah (vomiting); kehilangan selera (loss of
appetite); kembung (Belching or bloating); terasa penuh pada perut bagian atas
setelah makan; dan kehilangan berat badan (weight loss); sendawa; dan flatus.
Pemberian terapi pada gastritis melibatkan obat-obat yang mengurangi atau
menetralkan asam lambung seperti antasida, Penghambat asam seperti cimetidin,

14
ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung yang
diproduksi, atau Penghambat pompa proton yang mengurangi asam dengan cara
menutup kerja dari “pompa-pompa” ini. Yang termasuk obat golongan ini adalah
omeprazole atau lansoprazole.
Cara untuk mencegah terjadinya gastritis dengan cara pola hidup sehat dan
hindari faktor resiko maupun pencetus kekambuhan.

15

Anda mungkin juga menyukai