PENDAHULUAN
Traumatic brain injury (TBI) adalah bentuk cedera otak yang disebabkan
olehkerusakan mendadak pada otak. Sifatnya nondegenerative dan noncongenital.
Kerusakan ini akibat dari adanya kekuatan mekanik eksternal mungkin
menyebabkan kerusakan sementara kognitif fisik, fungsi psikososial yang
berkaitan dengan berkurangnya kesadaran dari trauma, TBI terbagi menjadi yaitu
Open Head Injuries dan Closed Head Injuries.
a. Open Head Injuries disebut juga dengan penetrating Injuries. Cedera ini
terjadi ketika suatu objek (misalnya, peluru) memasuki otak dan
menyebabkan kerusakan pada bagian otak tertentu gejala bervariasi
tergantung pada bagian otak yang rusak.
b. Closed Head Injuries cedera ini akibat dari benturan dikepala.
TBI menghasilkan dua jenis kerusakan pada otak & primary brain damage
yang merupakan kerusakan yang terjadi pada saat dampak (misalnya patah tulang
tengkorak pendarahan gumpalan darah) dan secondary brain damage yang
merupakan kerusakan yang berkembang dari waktu ke waktu setelah trauma
(misalnya peningkatan tekanan darah di dalam tengkorak, kejang, pembengkakan
otak).
1
HALAMAN PENGESAHAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
(area motorik primer) dan terdapat area asosiasi motorik (area
premotor). Pada lobus ini terdapat daerah broca yang mengatur
ekspresi bicara, lobus ini juga mengatur gerakan sadar, perilaku sosial,
berbicara, motivasi dan inisiatif (Purves dkk, 2004).
b) Lobus temporalis
Lobus temporalis mencakup bagian korteks serebrum yang berjalan
ke bawah dari fisura laterali dan sebelah posterior dari fisura parieto-
oksipitalis (White, 2008). Lobus ini berfungsi untuk mengatur daya
ingat verbal, visual, pendengaran dan berperan dlm pembentukan dan
perkembangan emosi.
c) Lobus parietalis
Lobus Parietalis merupakan daerah pusat kesadaran sensorik di
gyrus postsentralis (area sensorik primer) untuk rasa raba dan
pendengaran (White, 2008).
d) Lobus oksipitalis
Lobus oksipitalis berfungsi untuk pusat penglihatan dan area
asosiasi penglihatan: menginterpretasi dan memproses rangsang
penglihatan dari nervus optikus dan mengasosiasikan rangsang ini
dengan informasi saraf lain & memori (White, 2008).
e) Lobus Limbik
Lobus limbik berfungsi untuk mengatur emosi manusia, memori
emosi dan bersama hipothalamus menimbulkan perubahan melalui
pengendalian atas susunan endokrin dan susunan otonom (White,
2008).
4
Gambar 2.1 Lobus dari cerebrum, dilihat dari atas dan smping.
(Sumber : White, 2008)
2) Cerebellum
Cerebellum adalah struktur kompleks yang mengandung lebih
banyak neuron dibandingkan otak secara keseluruhan. Memiliki peran
koordinasi yang penting dalam fungsi motorik yang didasarkan pada
informasi somatosensori yang diterima, inputnya 40 kali lebih banyak
dibandingkan output. Cerebellum terdiri dari tiga bagian fungsional yang
berbeda yang menerima dan menyampaikan informasi ke bagian lain dari
sistem saraf pusat. Cerebellum merupakan pusat koordinasi untuk
keseimbangan dan tonus otot. Mengendalikan kontraksi otot-otot volunter
secara optimal. Bagian-bagian dari cerebellum adalah lobus anterior, lobus
medialis dan lobus fluccolonodularis (Purves, 2004).
5
Gambar 2.2 Cerebellum, dilihat dari belakang atas.
(Sumber : Raine, 2009)
3) Brainstem
Brainstem adalah batang otak, berfungsi untuk mengatur seluruh
proses kehidupan yang mendasar. Berhubungan dengan diensefalon
diatasnya dan medulla spinalis dibawahnya. Strukturstruktur fungsional
batang otak yang penting adalah jaras asenden dan desenden traktus
longitudinalis antara medulla spinalis dan bagian-bagian otak, anyaman sel
saraf dan 12 pasang saraf cranial. Secara garis besar brainstem terdiri dari
tiga segmen, yaitu mesensefalon, pons dan medulla oblongata.
6
Gambar 2.3 Brainstem. (Sumber : White, 2008)
B. Patologi
1. Definisi
Traumatik Brain Injury (TBI) adalah bentuk cedera otak yang
disebabkan oleh kerusakan mendadak pada otak. Sifatnya nondegenerative
dan nongenital. Kerusakan ini akibat dari adanya kekuatan mekanik
eksternal mungkin menyebabkan kerusakan pada kognitif fisik dan fungsi
psikososial yang berkaitan dengan berkurangnya kesadaran.
2. Etiologi
Penyebab trauma kepala dapat meliputi:
7
Hilang kesadaran sementara, , 10-20 menit
Tanpa kerusakan otak permanen
Muncul gejala nyeri kepala, pusing, muntah
Sementara
Tidak ada gejala sisa
Tidak ada terapi khusus.
· Pada umumnya
Gangguan kesadaran
Konfusi
Abnormalitas pupil
Awitan tiba-tiba defisit neurologic
Perubahan tanda vital
Gangguan penglihatan dan pendengaran
Disfungsi sensory
Kejang otot
Sakit kepala
Vertigo
Gangguan pergerakan
Kejang
8
4. Proses Patologi Gangguan Gerak dan Fungsi
Pada cedera kepala, kerusakan otak dapat terjadi dalam dua tahap
yaitu cedera primer dan cedera sekunder. Cedera primer merupakan
cedera pada kepala sebagai akibat langsung dari suatu ruda paksa, dapat
disebabkan benturan langsung kepala dengan suatu benda keras maupun
oleh proses akselarasi-deselarasi gerakan kepala. Dalam mekanisme
cedera kepala dapat terjadi peristiwa coup dan contrecoup. Cedera primer
yang diakibatkan oleh adanya benturan pada tulang tengkorak dan daerah
sekitarnya disebut lesi coup. Pada daerah yang berlawanan dengan tempat
benturan akan terjadi lesi yang disebut contrecoup. Akselarasi-deselarasi
terjadi karena kepala bergerak dan berhenti secara mendadak dan kasar
saat terjadi trauma. Perbedaan densitas antara tulang tengkorak (substansi
solid) dan otak (substansi semisolid) menyebabkan tengkorak bergerak
lebih cepat dari muatan intrakranialnya. Bergeraknya isi dalam tengkorak
memaksa otak membentur permukaan dalam tengkorak pada tempat yang
berlawanan dari benturan (contrecoup).
Cedera sekunder merupakan cedera yang terjadi akibat berbagai
proses patologis yang timbul sebagai tahap lanjutan dari kerusakan otak
primer, berupa perdarahan, edema otak, kerusakan neuron berkelanjutan,
iskemia, peningkatan tekanan intrakranial dan perubahan neurokimiawi.
9
5. Latihan Berjalan
Tujuan : Untuk melatih berjalan
10
BAB III
PROSES FISIOTERAPI
STATUS KLINIK
B. Data-Data Medis
a. Diagnosa Medis : Trauma Brain Injury GCS 14 + Fraktur Depress
Frontal Dextra
b. No. Rekam Medik : 00838211
c. Ruang : Lontara 3 B. Saraf. R. HCU
C. Anamnesis Umum
a. Nama : Tn. Agus
b. Umur : 37 tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Tanggal Lahir : 11 Oktober 1980
f. Alamat : Libukang Pinrang
D. Anamnesis Khusus
a. Keluhan utama : Penurunan kesadaran
b. RPS : Penurunan kesadaran dialami sejak tanggal 29 Maret
2018 pukul 01.45, tepat 10 jam sebelum masuk
rumah sakit, akibat kecelakaan (jatuh dari motor).
Masuk di ruangan IGD, menjalani operasi
kemudian masuk di ruangan HCU Bedah Saraf
lontara 3. Tepat pada tanggal 4 April 2018 pindah
11
di kamar 5 bed 4. Sebelumnya, ada perewatan
RSUD Pinrang.
c. RPD : Tidak ada riwayat hipertensi dan diabetes melitus
F. Inspeksi
a. Statis
Pasien menggunakan alat bantu keteter. Tampak Oedema dan hematom
pada regio orbita bilateral. Tampak perban dikepala akibat luka jahitan
sepanjang 7 cm pada frontal sisi dextra serta kemampuan penglihatan
kurang.
a. Dinamis
Mata tidak fokus dengan spontan dan wajah tampak lemas.
G. Pemeriksaan Spesifik
a. Skala Glasgow Coma Scale
Skala Koma Glasgow
(Glasgow Coma Scale, GCS)
Pengukuran Respon Skor
Eye (Respon Spontan Membuka mata 4
membuka Membuka mata dengan perintah (suara, 3
mata) sentuhan)
Membuka mata dengan rangsang nyeri. 2
Tidak membuka mata dengan rangsang apapun 1
12
Verbal Berorientasi baik 5
(Respon Bingung , berbicara mengacau, disorientasi 4
verbal / tempat dan waktu)
bicara) Bisa membentuk kata tetapi tidak bisa 3
membentuk kalimat
Bisa mengeluarkan suara tanpa arti (mengerang) 2
Tidak bersuara 1
Nilai GCS = 14
b. Palpasi
Suhu : Hangat
Nyeri tekan : Ada
c. Tes Reflex
KPR dan APR
KPR : Pasien duduk di atas bed dengan kaki menggantung, ketuk tendon
patella dengan hammer reflex.
APR : Pasien berbaring diatas bed dengan tungkai difleksikan, pegang
ujung kaki dan ketuk tendon aschilles dengan hammer reflex..
Hasil : Positif
13
d. Tes Sensorik
Tes tajam/tumpul
Fisioterapi menyentuhkan benda tajam atau tumpul pada extremitas atas
dan bawah pasien.
Hasil extremitas atas
a. Tangan kanan : Terasa
b. Tangan kiri : Terasa
Hasil extremitas bawah
a. Kaki kanan : Terasa
b. Kaki kiri : Terasa
e. Tes Koordinasi
Finger to finger : Sedang
Pronasi Supinasi : Sedang
Heel to knee : Lambat
Heel to toe : Lambat
f. Tes Keseimbangan
Baring ke duduk : Relatif bisa
Duduk ke berdiri : Belum bisa
g. Pemeriksaan Kognitif
Pasien diajak berbicara dengan memberikan beberapa pertanyaan.
Hasil : Komunikasi kurang baik
h. MMT
Extremitas atas :5
Extremitas bawah :5
14
Nilai 0 : Otot benar-benar diam pada palpasi atau inspeksi visual ( tidak
ada kontraksi )
Nilai 1 : Otot ada kontraksi , baik dilihhat secara visual atau dengan
palpasi , ada kontraksi satu atau lebih dari satu otot.
Nilai 2 : Gerak pada posisi yang meminimalkan gaya gravitasi. Posisi ini
sering digambarkan sebagai bidang horizontal gerak tidak
Full ROM.
Nilai 3 : Gerakan melawan grafitasi dan full ROM
Nilai 4 : Resistance minimal ( tahanan minimal )
Nilai 5 : Resistance Maksimal ( tahanan Maksismal )
Bathing (Mandi)
a. Bergantung sepenuhnya 0
b. Dapat melakukan sendiri atau mandiri 5
Grooming (Dandan)
a. Membutuhkan bantuan perawatan personal 0
b. Mandiri (membersihkan wajah, merapikan rambut, menggosok gigi, 5
mencukur, dll)
15
Dressing (Berpakaian)
a. Bergantung sepenuhnya 0
b. Memerlukan bantuan, tapi tidak sepenuhnya 5
c. Mandiri (ternasuk mengancing baju, memakai ritsleting, mengikat 10
tali sepatu)
16
Walking (pada semua level permukaan)
a. Immobile atau <50 yard 0
b. Menggunakan kursi roda secara mandiri, termasuk mendatangi 5
orang >50 yard
c. Berjalan dengan bantuan seseorang (verbal atau fisik) > 50 yard 10
d. Mandiri sepenuhnya (tidak membutuhkan bantuan, termasuk 15
tongkat) >50 yard
j. Pemeriksaan penunjang
CT-SCAN kepala irisan axial tanpa kontras
17
Hasil :
a. Lesi hiperdens pada (58 HU) pada lobus frontalis bilateral disertai
perifocal edema
b. Sulci dan gyrl obliterasi
c. Tidak tampak midline shift
d. System vertikel dan ruang subarachnoid yang terscan dalam batas
normal
e. CPA, pons, dan cerebellum yang terscan dalam batas normal
Kedua bulbus oculi dan ruang retrobulber yang terscan dalam batas
normal
Foto Thorax AP
Hasil:
a. Corakan bronchovascular dalam batas normal
b. Tidak tampak proses spesifik, tanda-tanda pneumothorax,
pneumomediastinum dan kontusio pada kedua paru
c. Cor : kesan normal, aorta normal
d. Kedua sinus dan diafragma kesan baik
e. Tulang-tulang intak
f. Jaringan lunak sekitar kesan baik.
g.
18
Foto Cervical AP/Lateral (C1-C7)
Hasil :
Alignment cervical intak, tidak tampak listhesis
Tidak tampak fraktur dan destruksi tulang
Mineralisasi tulang baik
Discus intervertebralis kesan baik
Foto Pelvis
Hasil :
Alignment pelvis intak, tidak tampak dislokasi
Tidak tampak fraktur dan destruksi tulang
Mineralisasi tulang baik
Kedua SI dan hip joint baik
Jaringan lunak sekitar kesan baik
19
G. Diagnosa dan Problematik Fisioterapi (konsep ICF)
Kondisi/Penyakit :
Gangguan Keseimbangan dan Kognitif at cause Traumatic Brain
Injury With fraktur Depress Frontal Sisi Dextra
H. Tujuan
a. Jangka pendek
o Mencegah agar tidak menjadi tirah baring
o Mencegah agar tidak terjadi atropi dan kontraktur pada otot
b. Jangka panjang
o Meningkatkan kapasitas fisik dan fungsional pasien agar kedepannya
bias hidup secara mandiri dan tidak bergantung dengan orang lain.
20
K. Program Intervensi Fisioterapi
Komunikasi Terapeutik
Positioning
Strengthening
Latihan Transfer
Latihan Berjalan
2. Breathing exercise
Tujuan : Memelihara fungsi respirasi
Teknik : Posisi pasien duduk relaks, kedua tangan diletakkan dipaha.
Instruksikan pasien untuk menarik napas melalui hidung dan
hembuskan melalui mulut.
3. Strengthening
Tujuan : Untuk penguatan otot
Teknik : Posisi tidur terlentang, kemudian fisioterapi memposisikan tangan
pada bagian otot yang ingin diperkuat. Fisioterapis akan
menggerakkan persendian disekitar otot dengan pasien akan
menahan gerakan tersebut begitupula sebaliknya.
21
4. Latihan Transfer
Tujuan : Untuk melatih keseimbangan
Teknik : Posisi pasien tidur terlentang dengan salah satu kaki ditekuk,
kemudian miringkan pasien kearah kaki yang lurus. Turunkan
kedua kaki terjuntai ke lantai dan pasien bangun dengan
menggunakan bantuan tangan. Tunggu sampai keadaan pasien
normal kemudian pasien memegang pundak fisioterapi sambil
kedua kaki bertumpu dilantai.
5. Latihan Berjalan
Tujuan : Untuk melatih berjalan
Teknik : Fisioterapis berada dibelakang pasien dengan memegang bagian
pelvis yang diikuti dari belakang secara berirama dengan alat
bantu yang digunakan pasien.
M. Evaluasi Fisioterapi
Pasien mampu menggerakkan extremitas atas dan bawah, bisa duduk,
pernapasan teratur dan terkontrol.
22
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Traumatic brain injury (TBI) adalah bentuk cedera otak yang disebabkan
olehkerusakan mendadak pada otak. Sifatnya nondegenerative dan noncongenital.
Kerusakan ini akibat dari adanya kekuatan mekanik eksternal mungkin
menyebabkan kerusakan permanen atau sementara kognitif fisik dan psikososial
fungsi dan berkaitan dengan berkurang kesadaran.!ilihat dari sumber trauma, TBI
terbagi menjadi yaitu Open Head Injuries dan Closed Head Injuries.
TBI menghasilkan dua jenis kerusakan pada otak & primary brain damage
yang merupakan kerusakan yang terjadi pada saat dampak (misalnya patah tulang
tengkorak pendarahan gumpalan darah) dan secondary brain damage yang
merupakan kerusakan yang berkembang dari waktu ke waktu setelah trauma
(misalnya peningkatan tekanan darah di dalam tengkorak, kejang, pembengkakan
otak).
Rencana intervensi rencana fisioterapi yang diberikan:
a. Passive Exercise
b. Breathing exercise
c. Streghtening
d. Latihan Trasnfer
e. Latihan Berjalan
Peran fisioterpai dalam mengembalikan aktivitas fungsional seperti semula
dengan menerapkan intervensi yang efektif dan terapi latihan di berikan agar
gerak menjadi tidak terganggu dan mencegah timbulnya komplikasi.
23
DAFTAR PUSTAKA
24