Analisis Air Dan Mineral Reference
Analisis Air Dan Mineral Reference
mineral
ujian Kompetesi Keahlian
Monday, March 2, 2015
II. Tujuan
Siswa dapat melakukan analisis air dan mineral dengan parameter asiditas dan alkalinitas
B. Asiditas
Asiditas pada sistem air alami adalah kapasitas air untuk menetralisir OH-,Air asam
biasanya tidak diperhitungkan, kecuali untuk kasus polusi berat. Asiditas merupakan hasil dari
adanya asam lemah seperti H2PO4-, CO2, H2S, protein, asam-asam lemak dan ion-ion logam
asam, terutama Fe3+. Asiditas lebih sukar ditentukan daripada alkalinitas, karena dua
kontributor utama, CO2 dan H2S, merupakan larutan volatil yang segera hilang dari sampel
(Annonymous,2013)
Prinsip Asiditas
CO2 asam mineral dan asam harus dalam air dinetralkan oleh larutan standar basa dan
asam dengan indicator fenolptalein dan metil jingga.
Asiditas dalam air disebabkan oleh karbondioksida (CO2) asam mineral. Adanya asiditas
dalam air ditunjukkan oleh PH air tersebut dibawah 8,5. Air yang dengan PH <4,5 hanya
mengandung asam mineral (kuat).
IV. Alat dan Bahan
Alat
No Nama alat Spesifikasi Jumlah
1 Beaker gelas 100 mL 2
2 Beaker gelas 250 mL 2
3 Beaker gelas 600 mL 1
4 Pipet tetes - 2
5 Gelas ukur 100 mL 2
6 Corong Kaca 2
7 Kertas saring - Secukupya
8 Buret 50 mL 2
9 Klem & Statif Besi 2 pasang
10 Erlenmeyer 250 mL 2
11 Pipet ukur 25 mL 1
Bahan
No Nama bahan Spesifikasi Jumlah
1 NaOH 0,1 N Secukupnya
2 HCl 0,1 N Secukupnya
3 Sampel air Air sumur Secukupnya
4 Indikator PP Secukupnya
5 Indikator MO Secukupnya
V. Prosedur Kerja
A. Prosedur kerja Asiditas
1. Ambil 100 mL sampel air, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL
2. Tambahkan 5 tetes indikator phenolphthalein
3. Titrasi dengan larutan standar NaOH 0,1 N sampai berwarna rose, catat volume pemakaian
NaOH, misalnya p mL.
4. Lalu tambahkan 5 tetes indikator metil jingga.
5. Titrasi kembali dengan larutan standar HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna menjadi
jingga merah. Catat volume pemakaian HCl, misalnya q mL.
N NaOH = 0,0804 N
N HCl = 0,0962 N
VII. Perhitungan
Air sumur Sekambing :
VIII. Pembahasan
Asiditas adalah hasil dari adanya asam lemah seperti H2PO4-, CO2, H2S, asam-asam lemak,
dan ion-ion logam asam, terutama Fe3+. Asiditas lebih sukar ditentukan daripada alkalinitas,
karena dua kontributor utamanya adalah CO2 dan H2S merupakan larutan volatile yang segera
hilang dari sample.(Syafila, Mindriany)
Asam kuat seperti H2SO4 dan HCl dalam air dikenal dengan istilah “asam mineral bebas”
(free mineral acid). “Acid Mineral Water” mengandung asam mineral bebas dalam konsentrasi
yang harus diperhitungkan. (Manahan,Stanley).
Reaksi-reaksi yang terjadi :
Asiditas H+ + OH- H2O
CO2 + OH- HCO3-
HCO3- + H+ H2O + CO2
Alkalinitas OH- + H+ H2O
CO32- + H+ HCO3-
HCO3- + H+ H2O + CO2
Pengukuran nilai asiditas dan alkalinitas sebaiknya dilakukan maksimal 14 hari dari
pengambilan sampel karena adanya gas H2S dan CO2 yang mudah menguap dan segera hilang
dari sampel
CO2 + OH- ⟶ HCO3-
H2S + OH- ⟶ HS +H2O
Sampel air Loktuan Disaring, penyaringan ini dilakukan untuk menghilangkan zat-zat
padat yang terdapat pada sampel air. Dimasukkan 100 ml sampel ke dalam erlenmeyer.
Ditambahkan indikator PP sebanyak 5 tetes, pada penambahan indikator PP pada sampel air
sumur Loktuan ini tidak terjadi perubahan warna, hal ini menunjukkan alkalinitasnya negatif
sehingga dilakukan pengujian asiditas saja. Maka dilakukan peniteran dengan NaOH 0,1 N
sampai warna sampel berubah menjadi warna lembanyung, volume NaOH yang diperlukan
untuk mencapai titik akhir yaitu 2,5 mL pada peniteran pertama dan 2,3 mL pada peniteran
kedua. Semakin banyak volume NaOH yang digunakan untuk mencapai titik akhir semakin
tinggi pula kadar CO2 dalam sampel tersebut. Setelah melakukan titrasi dengan NaOH, sampel
ditambahkan indikator MO dan dilanjutkan untuk peniteran kedua dengan larutan HCl 0,1 N.
Pada penambahan indikator MO warna larutan menjadi warna orange kemudian dilakukan
peniteran dengan larutan HCl 0,1 N sampai warna menjadi merah muda, pada peniteran volume
HCl yang diperlukan untuk mencapai titik akhir yaitu 6,5 mL pada peniteran pertama dan 6,3
mL pada peniteran kedua.
Air sumur Loktuan memiliki kadar CO2 sebesar 50,7936 mg/L dan kadar HCO3- sebesar
173,05 mg/L. Kadar CO2 air sumur Loktuan ini melebihi ambang batas yaitu 20 mg/L
sedangkan kadar HCO3- masih dalam keadaan normal atau tidak melebihi ambang batas yaitu
500 mg/L.
Pengamatan sampel air sumur Loktuan dan Air sumur Sekambing sama, hanya saja
volume titrasi yang berbeda pada peniteran dengan larutan NaOH 0,1 N didapatkan volume
NaOH pada peniteran pertama sebanyak 2,8 mL dan juga 2,8 mL pada peniteran kedua.
Peniteran dengan larutan HCl 0,1 N diperoleh volume HCl pada peniteran pertama sebanyak
7,5 mL dan 7,7 mL pada peniteran kedua.
Air sumur Sekambing memiliki kadar CO2 sebesar 59,2595 mg/L dan kadar HCO3-sebesar
208,43 mg/L. Kadar CO2 air sumur Sekambing ini melebihi ambang batas yaitu 20 mg/L
sedangkan kadar HCO3- masih dalam keadaan normal atau tidak melebihi ambang batas yaitu
500 mg/L.
Air sumur Loktuan maupun Sekambing masih bisa dikomsumsi dengan melakukan
pemanasan terlebih dahulu untuk menghilngkan kadar CO2 yang tinggi
IX. Kesimpulan
1. Kadar CO2 pada air sumur Sekambing sebesar 59,2595 mg/L.
2. Kadar HCO3- pada air sumur Sekambing sebesar 208,43 mg/L.
3. Kadar CO2 pada air sumur Loktuan sebesar 50,7936 mg/L.
4. Kadar HCO3- pada air sumur Loktuan sebesar 173,05 mg/L.