Anda di halaman 1dari 5

Analisis air dan

mineral
ujian Kompetesi Keahlian
Monday, March 2, 2015

Penetapan Asiditas dan Alkalinitas dalam sampel air


I. Sub Judul
Penetapan Asiditas dan Alkalinitas dalam sampel air

II. Tujuan
Siswa dapat melakukan analisis air dan mineral dengan parameter asiditas dan alkalinitas

III. Dasar Teori


A. Alkalinitas
Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa menurunkan pH
larutan. Alkalinitas terdiri dari ion-ion bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO3-) dan hidroksida
(OH-) yang merupakan buffer terhadap pengaruh pengasaman. Alkalinitas diperlukan untuk
mencegah terjadinya fluktuasi pH yang besar, selain itu juga merupakan sumber CO2 untuk
proses fotosintesis fitoplankton. Nilai alkalinitas akan menurun jika aktifitas fotosintesis naik,
sedangkan ketersediaan CO2 yang dibutuhkan untuk fotosintesis tidak memadai. Sumber
alkalinitas air tambak berasal dari proses difusi CO2 di udara ke dalam air, proses dekomposisi
atau perombakan bahan organik oleh bakteri yang m enghasilkan CO2, juga secara kimiawi
dapat dilakukan dengan pengapuran secara merata di seluruh dasar tambak atau permukaan air
.Jenis kapur yang biasa digunakan adalah CaCO3 (kalsium karbonat), CaMg(CO3)2 (dolomit),
CaO (kalsium oksida), atau Ca(OH)2(kalsium hidroksida). Alkalinitas dinyatakan dalam mg
CaCO3/liter air (ppm).
Alkalinitas berperan dalam menentukan kemampuan air untuk mendukung pertumbuhan
alga dan kehidupan air lainnya, hal ini dikarenakan :
a. Pengaruh sistem buffer dari alkalinitas;
b. Alkalinitas berfungsi sebagai reservoir untuk karbon organik. Sehingga alkalinitas diukur
sebagai factor kesuburan air.
Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang mampu
menetralisir kemasamaan dalam air. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran
yang menunjukkan kapasitas pem-buffer-an dari ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion
karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion
hidrogen sehingga menurunkan kemasaman dan menaikan pH. Alkalinitas biasanya dinyatakan
dalam satuan ppm (mg/L) kalsium karbonat (CaCO3). Air dengan kandungan kalsium karbonat
lebih dari 100 ppm disebut sebagai alkalin, sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100
ppm disebut sebagai lunak atau tingkat alkalinitas sedang. Pada umumnya lingkungan yang
baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai alkalinitas diatas 20 ppm (Dewi, 2007).
Alkalinitas diukur dengan cara titrasi dengan asam yang distandarisasi sampai titik akhir
methyl orange (MO) pada sekitar pH 4.3 dan dicerminkan sebagai mg/L sebagai CaCO3.
Sebagian besar air beralkalinitas tinggi juga mempunyai pH alkalin (pH >7) dan konsentrasi
TDS yang tinggi .
Asiditas adalah hasil dari adanya asam lemah seperti H2PO4-, CO2, H2S, asam-asam
lemak, dan ion-ion logam asam, terutama Fe3+. Asiditas lebih sukar ditentukan daripada
alkalinitas, karena dua contributor utamanya adalah CO2 dan H2S merupakan larutan volatile
yang segera hilang dari sample.(Syafila, Mindriany)
Untuk asam kuat seperti H2SO4 dan HCl dalam air dikenal dengan istilah “asam mineral
bebas” (free mineral acid). “Acid Mineral Water” mengandung asam mineral bebas dalam
konsentrasi yang harus diperhitungkan. (Manahan,Stanley).
Prinsip Alkalinitas
Alkalinitas adalah banyaknya asam diperlukan untuk menretralkan basa dalam air. Pada
umumnya yang menyebabkan air bersifat basa ialah bikarbonat (HCO3), karbonat (CO3-),
hidroksida (OH-) dan senyawa lain yang menyebabkan air bersifat basa tetapi hanya sedikit
terdapat dalam air sehingga dapat diabaikan.

B. Asiditas
Asiditas pada sistem air alami adalah kapasitas air untuk menetralisir OH-,Air asam
biasanya tidak diperhitungkan, kecuali untuk kasus polusi berat. Asiditas merupakan hasil dari
adanya asam lemah seperti H2PO4-, CO2, H2S, protein, asam-asam lemak dan ion-ion logam
asam, terutama Fe3+. Asiditas lebih sukar ditentukan daripada alkalinitas, karena dua
kontributor utama, CO2 dan H2S, merupakan larutan volatil yang segera hilang dari sampel
(Annonymous,2013)
Prinsip Asiditas
CO2 asam mineral dan asam harus dalam air dinetralkan oleh larutan standar basa dan
asam dengan indicator fenolptalein dan metil jingga.
Asiditas dalam air disebabkan oleh karbondioksida (CO2) asam mineral. Adanya asiditas
dalam air ditunjukkan oleh PH air tersebut dibawah 8,5. Air yang dengan PH <4,5 hanya
mengandung asam mineral (kuat).
IV. Alat dan Bahan
Alat
No Nama alat Spesifikasi Jumlah
1 Beaker gelas 100 mL 2
2 Beaker gelas 250 mL 2
3 Beaker gelas 600 mL 1
4 Pipet tetes - 2
5 Gelas ukur 100 mL 2
6 Corong Kaca 2
7 Kertas saring - Secukupya
8 Buret 50 mL 2
9 Klem & Statif Besi 2 pasang
10 Erlenmeyer 250 mL 2
11 Pipet ukur 25 mL 1

Bahan
No Nama bahan Spesifikasi Jumlah
1 NaOH 0,1 N Secukupnya
2 HCl 0,1 N Secukupnya
3 Sampel air Air sumur Secukupnya
4 Indikator PP Secukupnya
5 Indikator MO Secukupnya

V. Prosedur Kerja
A. Prosedur kerja Asiditas
1. Ambil 100 mL sampel air, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL
2. Tambahkan 5 tetes indikator phenolphthalein
3. Titrasi dengan larutan standar NaOH 0,1 N sampai berwarna rose, catat volume pemakaian
NaOH, misalnya p mL.
4. Lalu tambahkan 5 tetes indikator metil jingga.
5. Titrasi kembali dengan larutan standar HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna menjadi
jingga merah. Catat volume pemakaian HCl, misalnya q mL.

B. Prosedur kerja Alkalinitas


1. Titrasi dengan indikator phenolphthalein
2. Sampel diambil 100 ml lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml.
3. Kemudian ditambahkan 2-3 tetes indikator phenolphtalein.
4. Jika setelah ditambah indikator, larutan tidak berwarna maka kadar OH- dan CO32- kecil sekali
atau nilai P=0.
5. Jika setelah ditambah indikator larutan menjadi berwarna merah lembayung maka larutan
dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N hingga larutan menjadi tidak berwarna dan dicatat volume
titrasi.

VI. Data Pengamatan

Volume NaOH Volume HCl


No. Sampel Rata- Rata-
I II I II
rata rata
2,8 2,8 2,8 7,5 7,7 7,6
1 Air sumur Sekambing
mL mL mL mL mL mL
2,5 2,3 2,4 6,5 6,3 6,4
2 Air sumur Loktuan
mL mL mL mL mL mL

N NaOH = 0,0804 N
N HCl = 0,0962 N

VII. Perhitungan
Air sumur Sekambing :

CO2 (mg/L) = 1000/100 x p x N NaOH x BE CO2


= 1000/100 x 2,8 mL x 0,0962 N x 22
= 59,2595 mg/L

HCO3- (mg/L) = 1000/100 x [(q x N HCl) – (p x N NaOH)] x BE HCO3-


= 1000/100 x [(7,6 mL x 0,0804) – (2,8 x 0,0962) x 61
= 10 x (0,61104 – 0,26936) x 61
= 208,43 mg/L
Air sumur Loktuan :

CO2 (mg/L) = 1000/100 x p x N NaOH x BE CO2


= 1000/100 x 2,4 mL x 0,0962 N x 22
= 50,7936 mg/L

HCO3- (mg/L) = 1000/100 x [(q x N HCl) – (p x N NaOH)] x BE HCO3-


= 1000/100 x [(6,4 mL x 0,0804) – (2,4 x 0,0962) x 61
= 10 x (0,51456 – 0,23088) x 61
= 173,05 mg/L

VIII. Pembahasan
Asiditas adalah hasil dari adanya asam lemah seperti H2PO4-, CO2, H2S, asam-asam lemak,
dan ion-ion logam asam, terutama Fe3+. Asiditas lebih sukar ditentukan daripada alkalinitas,
karena dua kontributor utamanya adalah CO2 dan H2S merupakan larutan volatile yang segera
hilang dari sample.(Syafila, Mindriany)
Asam kuat seperti H2SO4 dan HCl dalam air dikenal dengan istilah “asam mineral bebas”
(free mineral acid). “Acid Mineral Water” mengandung asam mineral bebas dalam konsentrasi
yang harus diperhitungkan. (Manahan,Stanley).
Reaksi-reaksi yang terjadi :
Asiditas H+ + OH-  H2O
CO2 + OH-  HCO3-
HCO3- + H+  H2O + CO2
Alkalinitas OH- + H+  H2O
CO32- + H+  HCO3-
HCO3- + H+  H2O + CO2
Pengukuran nilai asiditas dan alkalinitas sebaiknya dilakukan maksimal 14 hari dari
pengambilan sampel karena adanya gas H2S dan CO2 yang mudah menguap dan segera hilang
dari sampel
CO2 + OH- ⟶ HCO3-
H2S + OH- ⟶ HS +H2O
Sampel air Loktuan Disaring, penyaringan ini dilakukan untuk menghilangkan zat-zat
padat yang terdapat pada sampel air. Dimasukkan 100 ml sampel ke dalam erlenmeyer.
Ditambahkan indikator PP sebanyak 5 tetes, pada penambahan indikator PP pada sampel air
sumur Loktuan ini tidak terjadi perubahan warna, hal ini menunjukkan alkalinitasnya negatif
sehingga dilakukan pengujian asiditas saja. Maka dilakukan peniteran dengan NaOH 0,1 N
sampai warna sampel berubah menjadi warna lembanyung, volume NaOH yang diperlukan
untuk mencapai titik akhir yaitu 2,5 mL pada peniteran pertama dan 2,3 mL pada peniteran

kedua. Semakin banyak volume NaOH yang digunakan untuk mencapai titik akhir semakin
tinggi pula kadar CO2 dalam sampel tersebut. Setelah melakukan titrasi dengan NaOH, sampel
ditambahkan indikator MO dan dilanjutkan untuk peniteran kedua dengan larutan HCl 0,1 N.
Pada penambahan indikator MO warna larutan menjadi warna orange kemudian dilakukan
peniteran dengan larutan HCl 0,1 N sampai warna menjadi merah muda, pada peniteran volume
HCl yang diperlukan untuk mencapai titik akhir yaitu 6,5 mL pada peniteran pertama dan 6,3
mL pada peniteran kedua.
Air sumur Loktuan memiliki kadar CO2 sebesar 50,7936 mg/L dan kadar HCO3- sebesar
173,05 mg/L. Kadar CO2 air sumur Loktuan ini melebihi ambang batas yaitu 20 mg/L
sedangkan kadar HCO3- masih dalam keadaan normal atau tidak melebihi ambang batas yaitu
500 mg/L.
Pengamatan sampel air sumur Loktuan dan Air sumur Sekambing sama, hanya saja
volume titrasi yang berbeda pada peniteran dengan larutan NaOH 0,1 N didapatkan volume
NaOH pada peniteran pertama sebanyak 2,8 mL dan juga 2,8 mL pada peniteran kedua.
Peniteran dengan larutan HCl 0,1 N diperoleh volume HCl pada peniteran pertama sebanyak
7,5 mL dan 7,7 mL pada peniteran kedua.
Air sumur Sekambing memiliki kadar CO2 sebesar 59,2595 mg/L dan kadar HCO3-sebesar
208,43 mg/L. Kadar CO2 air sumur Sekambing ini melebihi ambang batas yaitu 20 mg/L
sedangkan kadar HCO3- masih dalam keadaan normal atau tidak melebihi ambang batas yaitu
500 mg/L.
Air sumur Loktuan maupun Sekambing masih bisa dikomsumsi dengan melakukan
pemanasan terlebih dahulu untuk menghilngkan kadar CO2 yang tinggi

IX. Kesimpulan
1. Kadar CO2 pada air sumur Sekambing sebesar 59,2595 mg/L.
2. Kadar HCO3- pada air sumur Sekambing sebesar 208,43 mg/L.
3. Kadar CO2 pada air sumur Loktuan sebesar 50,7936 mg/L.
4. Kadar HCO3- pada air sumur Loktuan sebesar 173,05 mg/L.

Anda mungkin juga menyukai