Anda di halaman 1dari 21

INVESTIGASI MASALAH (WABAH)

DI SUSUN OLEH :

 Ratna Rosanti
 Repa Ayu Amelia
 Rifka Humaidah Dewi
 Rinani
 Riska Mauli
 Robaini
 Rosa Cahyani Alfiah
 Sarah Rahmawati K.E

AKADEMI KEBIDANAN PANCA BHAKTI

BANDAR LAMPUNG

2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah dirintisnya metode investigasi wabah imulai dengan adanya penemuan kuman cholera
olh jhon snow sehingga ia terkenal dengan metode investigasi wabah cholera di london
(1854).

Wabah adalah suatu keadaan ketika dimana kasus penyakit atau peristiwa yang lebih banyak
dari pada yang diperkirakan salam suatu periode waktu tertentu di area tertentu atau di antara
kelompok tertentu. Disebuah fasilitas pelayanan kesehatan dugaan terhadap suatu wabah
mungkin muncul ketika aktivitas surveilans rutin mendeteksi adanya suatu isolate mecrobial
atau kluster kasus yang tidak bisa atau terjadunya peningkatan jumlah kasus yang signifikan
dari jumlah biasanya.

Ketika dokter mendiagnosa suatu penyakit yang tidak biasa, ketika dokter, perawat atau
petugas labiratorium yang menyadari terjadinya serangkaian klutser kasus. Klutser kasus
adalah kelompok kasus penyakit atau peristiwa kesehatan lain yang terjadi dalam rentang
waktu dan tempat yang berdekatan. Dalam suatu klutser banyaknya kasus yang dapat atu
tidak dapat melebihi jumlah yang diperkirakan, umumnya jumlah yang diperkirakan ketika
diketahui. Karena rate endemik penyakit nosokomial, cedera dan kejadian yang merugikan
lainnya berbeda untuk masing-masing fasilitas pelayanan kesehatan, hanya ada sedikit kriteria
pasti untuk menentukan kepada yang diperlukan upaya evaluasi pada suatu masalah yang
potensial atau melalui investigasi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian dari Wabah & investigasi wabah ?

2. Kriteria kerja wabah ?

3. Tujuan penyelidikan wabah ?

4. Prinsip-prinsip dalam Investigasi Wabah ?


5. Langkah-langkah dalam melakukan investigasi wabah ?

6. Penanggulangan Penyebaran Wabah ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui Pengertian dari Wabah & investigasi wabah.

2. Mengetahui Kriteria kerja wabah.

3. Mengetahui Tujuan penyelidikan wabah.

4. Mengetahui Prinsip-prinsip dalam melakukan investigasi wabah.

5. Mengetahui Langkah-langkah dalam melakukan investigasi wabah.

6. Mengetahui Penanggulangan penyebaran wabah.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dari Wabah & investigasi wabah

Berdasarkan kamus besar bahasa indonesia 1989 wabah berarti penyakit menular yang
berjangkit dengan cepat, menyerang sejumlah besar orang di daerah yang luas. Menurut
departemen kesehatan RI Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan Lingkungan Pemukiman 1981 mengatakan bahwa wabah adalah peningkatan
kejadian kesakitan atau kematian yang telah meluas secara cepat, baik jumlah kasusnya
maupun daerah terjangkitya.

Wabah adalah suatu peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang telah meluas
secara cepat, baik jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit (Dep Kes DirJen PPM dan PLP
th 1981). Sedangkan menurut (UU No 4 th. 1984, Bab I, Pasal 1) mengatakan bahwa wabah
penyakit menular adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat
yang julah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada
waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian


morbiditas/mortalitas yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam periode
tertentu. Apabila didapatkan penderita atau tersangka penderita kejadian Luar Biasa, Kepala
Wilayah/Daerah wajib segera melaksanakan tindaka penanggulangan seperlunya dengan
bantuan unit kesehatan setempat, agar tidak berkembang menjadi wabah.

Dengan pengertian diatas dikehendaki agar wabah dapat segera ditetapkan apabila
ditemukan suatu penyakit yang dapat menimbulkan wabah, walaupun penyakit tersebut belum
menjalar dan belum menimbulkan malapetaka yang besar dalam masyarakat.

Adanya suatu kasus tunggal penyakut menular yang sudah lama tidak ditemukan atau
adanya penyakit baru yang belum diketahui sebelumnya di suatu daerah memerlukan laporan
secepatnya disertai dengan penyelidikan epidemiologis. Apabila ditemukan penderita kedua
untuk jenis penyakit yang sama dan diperkirakan penyakit ini dapat menimbulkan
malapetaka, keadaan ini sudah cukup merupakan indikasi untuk menetapkan daerah tersebut
sebagai daerah wabah.
Daftar penyakit yang dapat menimbulkan wabah di indonesia menurut undang-undang
dan peraturan pemerintah yang berlaku diperlihatkan pada tabel di bawah ini.

Penyakit-penyakit tertentu yang dapat menimulkan wabah

1 Kolera 10 Pertusis
2 Pes 11 Rabies
3 Demam Kuning 12 Malaria
4 Demam Bolak-balik 13 Influensa
5 Tifus bercak wabah 14 Hepatitis
6 Demam Berdarah Dengue 15 Tifus Perut
7 Campak 16 Meningitis
8 Polio 17 Ensedalitis
9 Difteri 18 Antraks
19 Penyakit lain yang akan ditetapkan kemudian

2.1.1 Bentuk Wabah

Seperti yang telah dijelaskan diatas pengertian wabah dalam epidemiologi moderen pada saat
ini lebih ditekankan pada konsep prevalesni yang berlebihan dan tidak selalu menyangkut
penyakit menular, walaupun demikian sesuai dengan prioritas permasalahan kesehatan di
Indonesia, yang dimaksud dengan wabah dalam pengertian oleh Departemen Kesehatan RI
hampir selalu adalah wabah penyakit menular.

Dibawah ini pembagian wabah menurut sifatnya :

a). Common Source Epidemi (Sumber Wabah Umum)

Adalah suatu wabah penyakit yang disebabkan oleh terpaparnya sejumlah orang dalam suatu
kelompok secara menyeluruh dan terjadi dalam waktu yang reatif singkat. Adapun common
source epidemic itu berupa keterpaparan umum, biasa pada letusan keracunan makanan,
polusi kimia di udara terbuka, menggambarkan satu puncak epidemi, jarak antara satu kasus
dengan kasus, selanjutnya hanya dalam hitungan jam, tidak ada angka serangan kedua.

Jika keterpaparan kelompok serta penularan penyakit berlangsung sangat cepat dalam
waktu yang singkat (point source of epiemic), maka resultan dari semua kasus/ kejadian
berkembang hanya dalam satu masa tunas saja Point source epidemic dapat pula terjadi pada
penyakit oleh faktor penyebab bukan infeksi yang menimbulkan keterpaparan umum seperti
adanya zat beracun polusi zat kimia yang beracun di udara terbuka.

b) Propagated / Progresive Epidemic (Diperbanyak/Progresive Epidemi)

Bentuk epidemik dengan penularan dari orang ke orang sehingga waktu lebih lama dan masa
tunas yang lebih lama pula. Propagated / progresif epidemik terjadi karena adanya penularan
dari orang ke orang baik langsung maupun melalui vektor, relatif lama waktunya dan lama
masa tunas, dipengaruhi oleh kepadatan penduduk serta penyebaran anggota masyarakat yang
rentan serta morbilitas dari penduduk setempat, masa epidemi cukup lama dengan situasi
peningkatan jumlah penderita dari waktu ke waktu sampai pada batas minimal anggota
masyarakat yang rentan, lebih memperlihatkan penyebaran geografis yang sesuai dengan
urutan generasi kasus.

Masa tuntas penyakit tersebut diatas adalah sekitar satu bulan sehingga tampak bahwa
masa epidemi cukup lama dengan situasi peningkatan jumlah penderita dari waktu ke waktu
sampai pada saat di mana jumlah masyarakat yang rentan mencapai batas yang minimal.
Contohnya, kejadian wabah demam berdarah di suatu tempat yang dalam penyebarannya
memerlukan waktu yang lama, dimana wabah ini memerlukan masa inkubasi. Selain itu
penularan wabah demam berdarah ini, melalui vector yang berupa nyamuk Aides Aigepty.

Menurut Transmisinya, Wabah dibedakan atas :

1) Wabah dengan penyebaran melalui media umum (common vehicle epidemics),yaitu:

a. Ingesti bersama makanan atau minuman, misalnya Salmonellosis.

b. Inhalasi bersama udara pernafasan, misalnya demam Q (di laboratorium).

c. Inokulasi melalui intravena atau subkutan, misalnya hepatitis serum.

2) Wabah dengan penjalaran oleh transfer serial dari pejamu ke pejamu (epidemics
propagated by serial transfer from host to host), yaitu :

a. Penjalaran melalui rute pernafasan (campak), rute anal-oral (shigellosis), rute genitalia
(sifilis), dan sebagainya.

b. Penjalaran melalui debu.

c. Penjalaran melalui vektor (serangga dan arthropoda).


2.1.2 Ruang Lingkup Wabah

· OUTBREAK : Suatu episode dimana terjadi dua atau lebih penderita suatu penyakit
yang sama dimana penderita tersebut mempunyai hubungan satu sama lain.

· EPIDEMI : Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit ) yang


ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat frekuensinya meningkat.

· PANDEMI : Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit ),


frekuensinya pada wilayah tertentu menetap dalam waktu lama berkenan degan adanya
penyakit yang secara normal biasa timbul dalam suatu wilayah tertentu.

2.1.3 Faktor yang mempengaruhi timbulnya wabah

1. Herd Immunity yang rendah

Yang mempengaruhi rendahnya faktor itu, sebagian masyarakat sudah tidak

kebal lagi, atau antara yang kebal dan tidak mengelompok tersendiri.

2. Patogenesiti

Kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi pada pejamu

sehingga timbul sakit.

3. Lingkungan Yang Buruk

Seluruh kondisi yang terdapat di sekitar organisme tetapi mempengaruhi

kehidupan ataupun perkembangan organisme tersebut.

2.2 Kriteria Kerja Wabah

Kepala wilayah / daerah setempat yang mengetahui adanya tersangka wabah (KJB penyakit
menular) diwilayahnya atau tersangka penderita penyakit yang dapat menimbulkan wabah,
wajib segera melakukan tindakan – tindakan penanggulangan seperlunya, dengan bantuan unit
kesehatan setempat, agar tidak berkembang menjadi wabah (UU No. 4 dan PerMenKes 560/
MenKes/ Per/ VIII/ 1989).

Suatu kejadian penyakit atau keracunan dapat dikatakan KLB apabila memenuhi kriteria
sebagai berikut :

1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/ tidak dikenal.

2. Peningkatan kejadian penyakit/ kematian terus – menerus selama tiga kurun waktu berturut
– turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu).

3. Peningkatan kejadian penyakit/ kematian, dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya (jam, minggu, bulan, tahun).

4. Jumlah penderita baru dalam suatu bulan menunjukan kenaikan dua kali atau lebih
dibandingkan dengan angka rata – rata perbulan dalam tahun sebelumnya.

5. Angka rata – rata perbulan selama satu tahun menunjukan kenaikan dua kali lipat atau lebih
dibandingkan dengan angka rata – rata perbulan dari tahun sebelumnya.

6. Case fatality rate ( CFR ) suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukan
kenaikan 50% atau lebih, dibandingkan dengan CFR dari periode sebelumnya.

7. Proportional rate ( PR ) penderita dari suatu periode tertentu menunjukan kenaikan dua kali
atau lebih dibandingkan periode,

8. kurun waktu atau tahun sebelumnya.

9. Beberapa penyakit khusus menetapkan kriteria khusus : cholera dean demam berdarah
dengue.

· Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya ( pada daerah endemis).

· Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode empat minggu

· sebelumnya, daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.

10.Beberapa penyakit seperti keracunan, menetapkan satu kasus atau lebih sebagai KLB.

· Keracunan makanan

· Keracunan pestisida
11.Satu kenaikan yang kecil dapat saja merupakan KLB yang perlu ditangani seperti penyakit
poliomylitis dan tetanus neonatorum kasus dianggap KLB dan perlu penanganan khusus.

Peningkatan jumlah kasus atau penderita yang dilaporkan belum tentu suatu wabah (pseudo
epidemik) karena peningkatan penderita tersebut bisa karena :

· Perubahan cara pencatatan

· Ada cara – cara dignosis baru

· Bertambahnya kesadaran penduduk untuk berobat

· Ada penyakit lain dengan gejala sama

· Jumlah penduduk bertambah

2.3 Tujuan Penyelidikan Wabah

Tujuan diadakannya penyelidikan wabah sesuai dengan kebutuhan penyelidikan wabah,


misalnya etiologinya sudah ditemukan, maka penyelidikan tidak diarahkan pada upaya
penegakan diagnosis tetapi lebih diarahkan untuk mnemukan sumber dan cara penyebarannya.
Lapora penyelidikan pertama selalu menjelaskan kapasitas adanya kejadian tersebut dan
penegakkan etiologinya serta besarnya masalah pada saat penyelidikan berlangsung.

Cara-cara yang digunakan untuk mencapai tujuan penyelidikan antara lain sebagai berikut :

· Desai penyelidikan, apabila terdapat beberapa sasaran dan beberapa desai penyelidikan
perlu dijelaskan dengan sistematis.

· Daerah penyelidikan, populasi, dan sampel penyelidikan.

· Cara mendapatkan dan mengolah data primer dan sekunder.

· Cara melakukan analisis.

Tujuan utama investigasi wabah (Weber,dkk dalam Thomas dan Weber, 2001; CDC, 1992) :

· Mengidentifikasi dengan cepat sumber dan reservoir dari wabah.

· Melaksanakan intervensi untuk menanggulangi dan mengeliminasi wabah.


· Mengembangkan kebijakan untuk mencegah wabah di masa mendatang.

1. Tujuanumumpenyelidikan KLB / wabah

a) Upayapenanggulangandanpencegahan

b) Surveilans( lokal, nasional, daninternasional )

c) Penelitian

d) Pelatihan

e) Menjawabkeingintahuanmasyarakat

f) Pertimbangan program

g) Kepentinganpolitikdan hokum

h) Kesadaranmasyarakat

2. Tujuankhususpenyelidikan KLB / wabah

a) Memastikan diagnose

b) Memastikanbahwaterjadi KLB/ wabah

c) Mengidentifikasipenyebab KLB

d) Mengidentifikasisumberpenyebab

e) Rekomendasi :cepatdantepat

f) Mengetahuijumlahkorbandanpopulasirentan, waktudanperiode KLB, sertatempatterjadinya


KLB ( variabel orang, waktudantempat )

2.4 Prinsip-prinsip dalam melakukan Investigasi Wabah

Prinsip-prinsip dasar investigasi wabah (Thomas dan Weber, 2001) :

1. Bersifat dinamis dan dapat dilaksanakan secara simultan

2. Komunikasi antara berbagai pihak


3. Penerapan prinsip-prinsip epidemiologi dan statistik

4. Data/informasi harus direkam/dicatat secara teliti dan hati-hati

5. Tinjau (review) yang kritis dan hati-hati harus dilakukan berdasarkan keputusan ilmiah
yang relevan

6. Berpikir terbuka terhadap berbagai kemungkinan sumber KLB/wabah yang belum


terungkap

2.5 Langkah-langkah dalam melakukan Investigasi Wabah

Langkah melakukan investigsi wabah dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang


sistemik yang terdiri dari :

1. Persiapan Investigasi di Lapangan

Persiapan dapat dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu:

a. Investigasi : pengetahuan ilmiah perlengkapan dan alat

b. Administrasi :prosedur administrasi termasuk izin dan pengaturan perjalanan

c. Konsultasi :peran masing – masing petugas yang turun kelapangan

2. Pemastian Adanya Wabah

Dalam menentukan apakah wabah, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Dengan membandingkan jumlah yang ada saat itu dengan jumlah beberapa minggu atau
bulan sebelumnya.

b. Menentukan apakah jumlah kasus yang ada sudah melampaui jumlah yang diharapkan.

c. Sumber informasi bervariasi bergantung pada situasinya

Catatan hasil surveilans

· Catatan keluar dari rumah sakit, statistic kematian, register, dan lain-lain.

· Bila data local tidak ada, dapat digunakan rate dari wilayah di dekatnya atau
· data nasional.

· Boleh juga dilaksanakan survey di masyarakat menentukan kondisi penyakit yang


biasanya ada.

d. Pseudo endemik (jumlah kasus yang dilaporkan belum tentu suatu wabah):

· Perubahan cara pencatatan dan pelaporan penderita

· Adanya cara diagnosis baru

· Bertambahnya kesadaran penduduk untuk berobat

· Adanya penyakit lain dengan gejala yang serupa

· Bertambahnya jumlah penduduk yang rentan

3. Pemastian Diagnosis

Semua temuan secara klinis harus dapat memastikan diagnosis wabah, hal yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut :

a. Untuk memastikan bahwa masalah tersebut telah didiagnosis dengan patut

b. Untuk menyingkirkan kesalahan laboraturium yang menyebabkan peningkatan kasus


yang dilaporkan

c. Semua temuan klinis harus disimpulakan dalam distribusi frekuensi

d. Kunjungan terhadap satu atau dua penderita

4. Pembuatan Definisi Kasus

Pembuatan definisi kasus adalah seperangkat criteria untuk menentukan apakah seseorang
harus dapat diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu, tempat, dan
orang. Penyelidikan sering membagi kasus menjadi pasti ( compirmed), mungkin ( probable),
meragukan ( possible ), sensivitasdan spefsifitas.

5. Penemuan dan Penghitungan Kasus


Metoda untuk menemukan kasus yang harus sesuai dengan penyakit dan kejadian yang diteliti
di fasilitas kesehatan yang mampu memberikan diagnosis. Informasi berikut ini
dikumpulakan dari setiap kasus :

a. Data identifikasi ( nama, alamat, nomor telepon )

b. Data demografi ( umur, jenis kelamin, ras, dan pekerjaan )

c. Data klinis

d. Faktor risiko, yang harus dibuat khusus untuk tiap penyakit

e. Informasi pelapor untuk mendapatkan informasi tambahan atau memberi

f. umpan balik

6. Epidemiologi Deskriptif

a. Gambaran waktu berdasarkan waktu

b. Perjalanan wabah berdasarkan waktu digamabarkan dengan grafik

histogram yang berbentuk kurva epidemic, gambaran ini membantu :

1) Memberi informasi samapai dimana proses wabah itu dan bagaimana kemungkinan
kelanjutannya.

2) Memperkirakan kapan pemaparan terjadi dan memusatkan penyelidikan pada periode


tersebut, bila telah diketahui penyakit dan masa inkubasinya.

3) Menarik kesimpulan tentang pola kejadian, dengan demikian mengetahui apakah


bersumber tunggal, ditularkan dari orang ke orang, atau campuran keduanya.

Kemungkinan periode pemaparan dapat dilakukan dengan :

1) Mencari masa inkubasi terpanjang, terpendek, dan rata-rata

2) Menentukan puncak wabah atau kasus mediannya, dan menghitung mundur satu masa
inkubasi rata-rata

3) Dari kasus paling awal kejadian wabah, dihitung mundur masa inkubasi terpendek, Masa
inkubasi penyakit adalah waktu antara masuknya agens penyakit sampai timbulnya gejala
pertama. Informasi tentang masa inkubasi bermanfaat billa penyakit belum diketahui sehingga
mempersempit diagnosis diferensial dam memperikan periode pemaparan. Cara menghitung
median masa inkubasi :

a) Susunan teratur ( array) berdasarkan waktu kejadiannya

b) Buat frekuensi kumulatifnya

c) Tentukan posisi kasus paling tengah

d) Tentukan kelas median

e) Median masa inkubasiditentukan dengan menghitung jarak antara

waktu pemaparan dan kasus median

b. Gambaran wabah berdasarkan tempat

Gambaran wabah berdasarkan tempat menggunakan gambaran grafik

berbentuk Spot map. Grafik ini menunjukkan kejadian dengan titik/symbol tempat tertentu
yang menggambarkan distribusi geografi suatu kejadian menurut golongan atau jenis kejadian
namun mengabaikan populasi.

c. Gambaran wabah berdasarkan ciri orang

Variable orang dalam epidemiologi adalah karakteristik individu yang ada hubungannya
dengan keterpajanan atau kerentanan terhadapa suatu penyakit.Misalnya karakteristik inang (
umur, jenis kelamin, ras/suku, status kesehatan) atau berdasarkan pemaparan ( pekerjaan,
penggunaan obat-obatan)

d. Pembuatan Hipotesis

Dalam pembuatan suatu hipotesis suatu wabah, hendaknya petugas memformulasikan


hipotesis meliputi sumber agens penyakit, cara penularan, dan pemaparan yang
mengakibatkan sakit.

1) Mempertimbangkan apa yang diketahui tentang penyakit itu:

· Apa reservoir utama agen penyakitnya?

· Bagaimana cara penularannya?


· Bahan apa yang biasanya menjadi alat penularan?

· Apa saja faktor yang meningkatkan risiko tertular?

2) Wawancara dengan beberapa penderita mencari kesamaan pemaparan.

3) Mengumpulkan beberapa penderita

4) Kunjungan rumah penderita

5) Wawancara dengan petugas kesehatan setempat

6) Epidemiologi diskriptif

e. Penilaian Hipotesis

Dalam penyelidikan lapangan, hipotesis dapat dinilai dengan salah satu dari dua cara, yaitu:

1) Dengan membandingkan hipotesis dengan fakta yang ada, atau

2) Dengan analisis epidemiologi untuk mengkuantifikasikan hubungan dan menyelidiki peran


kebetulan.

3) Uji kemaknaan statistik, Kai kuadrat.

f. Perbaikan hipotesis dan penelitian tambahan

Dalam hal ini penelitian tambahan akan mengikuti hal dibawah ini

1) Penelitian Epidemiologi ( epidemiologi analitik )

2) Penelitian Laboratorium ( pemeriksaan serum ) dan Lingkungan

(pemeriksaan tempat pembuangan tinja )

g. Pengendalian dan Pencegahan

Pengendalian seharusnya dilaksanakan secepat mungkin upaya penanggulangan biasanya


hanya dapat diterapkan setelah sumber wabah diketahui Pada umumnya, upaya pengendalian
diarahkan pada mata rantai yang terlemah dalam penularan penyakit. Upaya pengendalian
mungkin diarahkan pada agen penyakit, sumbernya, atau reservoirnya.

h. Penyampaian Hasil Penyelidikan


Penyampaian hasil dapat dilakukan dengan dua cara pertama Laporan lisan pada pejabat
setempat dilakukan di hadapan pejabat setempat dan mereka yang bertugas mengadakan
pengendalian dan pencegahan dan yang kedua laporan tertulis.Penyampaian penyelidikan
diantaranya:

1) Laporan harus jelas, meyakinkan, disertai rekomendasi yang tepat dan beralasan.

2) Sampaikan hal-hal yang sudah dikerjakan secara ilmiah; kesimpulan dan saran harus
dapat dipertahankan secara ilmiah

3) Laporan lisan harus dilengkapi dengan laporan tertulis, bentuknya sesuai dengan tulisan
ilmiah (pendahuluan, latar belakang, metodologi, hasil, diskusi, kesimpulan, dan saran

4) Merupakan cetak biru untuk mengambil tindakan

5) Merupakan catatan dari pekerjaan, dokumen dari isu legal, dan merupakan bahan
rujukan apabila terjadi hal yang sama di masa datang .

Susunan laporan lengkap tentang penyelidikan epidemiologi tersebut.

· Pendahuluan

· Latar Belakang

· Uraian tentang penelitian yang dilakukan

· Hasil penelitian

· Analisis data dan kesimpulan

· Tindakan penanggulangan

· Dampak-dampak penting

· Saran rekomendasi

2.6 Penanggulangan Wabah

Upaya penanggulangan wabah meliputi :

1. Peyelidikan epidemiologi dengan tujuan :


a. Ara penanggulangan Mengetahui sebab-sebab penyakit wabah

b. Menentukan faktor penyebab timbulnya wabah

c. Mengetahui kelompok masyarakat yang terancam terkena wabah

d. Menentukan cara penanggulangan

Penyelidikan epidemiologi dilaksanakan dengan kegiatan :

a. Pengumpulan data merbiditas dan mortalitas penduduk

b. Pemeriksaan klinis, fisik, laboratorium dan penegakan diagnosis

c. Pengamatan terhadap penduduk, pemeriksaan terhadap makhluk hidup dan benda-benda


yang ada di suatu wilayah yang diduga mengandung penyebab penyakit wabah.

2. Pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita, terasuk tindakan karantina,


dilakukan dengan tujuan :

a. Memberikan pertolongan medis kepada penderita agar sembuh dan mencegah agar
mereka tidak menjadi sumber penularan.

b. Menemukan dan mengobati orang yang tampaknya sehat, tetapi mengandung penyebab
penyakit sehingga secara potensial dapat menularkan penyakit (carrier).

Pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan karantina dilakukan di sarana pelayanan kesehatan


atau di tempat lain yang ditentukan.

3. Pencegahan dan pengebalan, yaitu tidakan-tindakan yang dilakukan untuk memberi


prlindungan kepada orang-orang yang belum sakit, tetapi mempunyai resiko terkena penyakit.

4. Pemusnahan penyebab penyakit, dilakukan terhadap :

a. Bibit penyakit/kuman

b. Hewan, tumbuh-tumbuhan dan benda yang mengandung penyebab penyakit

Pemusnahan harus dilakukan dengan cara tanpa merusak lingkungan hidup dan tidak
menyebabkan tersebarnya wabah peyakit.
5. Penanganan jenaza akibat wabah. Penanganan jenazah yang kematiannya disebabkan
oleh penyakit yang menimbulkan wabah atau jenazah yang merupakan sumber penyakit yang
dapat menibulkan wabah harus dilakukan secara khusus menurut jenis penyakitnya tanpa
meninggalkan norma agama serta harkatnya sebagai manusia. Penanganan secara khusus
tersebut meliputi :

a. Pemeriksaan jenazah oleh pejabat kesehatan.

b. Perlakukan terhadap jenazah dan sterilisasi bahan-bahan dan alat yang digunakan dalam
penanganan jenazah diawasi oleh pejabat kesehatan.

6. Penyuluhan kepada masyarakat, yaitu kegiatan komunikasi yang bersifat persuasif


tentang penyakit yang dapat menimbulkan wabah agar mereka mengerti sifat-sifat penyakit,
sehingga dapat melindungi diri dari penyakit tersebut dan apabila terkena, tidak menularkan
kepada orang lain.penyuluhan juga dilakukan agar masyarakat dapat berkontribusi secara aktif
dalam menanggulangi wabah.

7. Upaya penanggulangan lainya yaitu tindakan-tindakan khusus untuk masing-masing


penyakit, yang dilakukan dalam rangka penanggulangan wabah.

Upaya penanggulangan wabah diatas dilaksanakan dengan memperhatikan kelestarian


lingkungan hidup serta mengikutsertakan masyarakat secara aktif. Dalam upaya
penanggulangan wabah ini harus dipertimbangkan keadaan masyarakat setempat, antara lain
agama, adat, kebiasaan, tingkat pendidikan, sosial ekonomi, serta perkembangan masyarakat.
Dengan demikian diharapkan upaya penanggulangan wabah tidak mengalami hambatan dari
masyarakat, malah melalui penyuluhan yang intensif dan pendekatan persuasif edukatif,
masyarakat diharapkan akan memberikan bantuan dan ikut serta secara aktif.

Tujuan pokok penanggulangan wabah adalah :

1. Berusaha meperkecil angka kematian akibat wabah dengan pengobatan

2. Membatasi penularan dan penyebaran penyakit agar penderita tidak bertambah banyak,
dan wabah tidak meluas ke daerah lain.

Masalahwabah dan penanggulangannya tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian dari
upaya kesehatan nasional yang berkaitandengan sektor non-kesehatan secara tidak lepas dari
keterpaduan pembangunan nasional.
Petugas yang bertanggung jawab dalam lingkungan tertentu yang mengetahui adanya
penderita/tersangka penderita penyakityang dapat menimbulkan wabah wajib melaporkan
kepada kelapa Desa/Lurah/Kepala Unit Kesehatan terdekat harus segera meneruskan laporan
tersebut kepada atasan langsungnya dan instansi lain yang berkepentingan. Kepala
Wilayah/Daerah setempat mengetahui adanya tersangka penderita penyakit menular yang
dapat menimbulkan wabah, wajib segera melakukan tindakan-tindakan penanggulangan
seperlunya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Wabah adalah suatu keadaan ketika dimana kasus penyakit atau peristiwa yang lebih banyak
dari pada yang diperkirakan dalam suatu periode waktu tertentu di area tertentu atau diantara
kelompok tertentu. Dan dugaan terhadap suatu wabah mungkin muncul ketika aktivitas
surveilans rutin mendeteksi adanya suatu kluster kasus yang tidak biasa atau terjadi
peningkata jumlah kasus yang signifikan dari jumlah biasanya dan diperlukan upaya evaluasi
pada suatu masalah yang potensila atau memulai investigasi. Faktor yang mempengruhi
penyebaran wabah yaitu herd immunity yang rendah, patogenesitas, dan lingkungan yang
buruk.

Langkah-langkah yang harus dilalui pada penyelidikan KLB, adalah: (1)


mempersiapkan penelitian lapangan, (2) menetapkan apakah kejadian tersebut suatu KLB, (3)
memastikan diagnosa etiologis, (4) mengidentifikasikan dan menghitung kasus atau paparan,
(5) mendeskripsikan kasus berdasarkan orang, waktu, dan tempat; (6) membuat cara
penanggulangan sementara dengan segera (jika diperlukan), (7) mengidentifi kasus sumber
penularan dan keadaan penyebab KLB, (8) merencanakan penelitian lain yang sistematis, (9)
menetapkan saran cara pengendalian dan penanggulangan, (10) melaporkan hasil
penyelidikan kepada instansi kesehatan setempat dan kepada sistim pelayanan kesehatan yang
lebih tinggi.

Penanggulan agar dilakukan melalui kegiatan yang secara terpadu oleh pemerintah,
pemerintah daerah dan masyarakat, meliputi: (1) penyelidikan epidemilogis, (2) pemeriksaan,
pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita termasuk tindakan karantina, (3) pencegahan
dan pengendalian, (4) pemusnahan penyebab penyakit, (5) penanganan jenazah akibat wabah,
(6) penyuluhan kepada masyarakat, (7) upaya penanggulangan lainnya.

3.2 Saran

Investigasi wabah adalah peristiwa yang lebih banyak dari biasanya, misalnya wabah DBD.
Mencegah lebih baik dari pada mengobati, maka dari itu investigasi wabah dilakukan untuk
mencegah KLB yang bisa saja terjadi di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

Bustan, 2002. PengantarEpidemiologi. Jakarta: PT. RinekaCipta.

Chandra, Budiman. 2007. PengantarKesehatanLingkungan. Jakarta: BukuKedokteran EGC.

Effendi, Ferry. 2009. KeperawatanKesehatanKomunitas. Jakarta: SalembaMedika.

Maulani, Novie Sri. 2010. “KejadianLuarBiasa”, CatatanKuliah. Program Studi S1


KesehatanMasyarakat STIKES HAKLI Semarang.

MenteriKesehatanRepublik Indonesia. 2010. PeraturanMenteriKesehatanRepublik Indonesia


No. 1501/MENKES/PER/X/2010 tentangJenisPenyakitMenularTertentu yang Dapat
Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan. Jakarta: (tidakditerbitkan).

Anda mungkin juga menyukai