DI SUSUN OLEH :
Ratna Rosanti
Repa Ayu Amelia
Rifka Humaidah Dewi
Rinani
Riska Mauli
Robaini
Rosa Cahyani Alfiah
Sarah Rahmawati K.E
BANDAR LAMPUNG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Sejarah dirintisnya metode investigasi wabah imulai dengan adanya penemuan kuman cholera
olh jhon snow sehingga ia terkenal dengan metode investigasi wabah cholera di london
(1854).
Wabah adalah suatu keadaan ketika dimana kasus penyakit atau peristiwa yang lebih banyak
dari pada yang diperkirakan salam suatu periode waktu tertentu di area tertentu atau di antara
kelompok tertentu. Disebuah fasilitas pelayanan kesehatan dugaan terhadap suatu wabah
mungkin muncul ketika aktivitas surveilans rutin mendeteksi adanya suatu isolate mecrobial
atau kluster kasus yang tidak bisa atau terjadunya peningkatan jumlah kasus yang signifikan
dari jumlah biasanya.
Ketika dokter mendiagnosa suatu penyakit yang tidak biasa, ketika dokter, perawat atau
petugas labiratorium yang menyadari terjadinya serangkaian klutser kasus. Klutser kasus
adalah kelompok kasus penyakit atau peristiwa kesehatan lain yang terjadi dalam rentang
waktu dan tempat yang berdekatan. Dalam suatu klutser banyaknya kasus yang dapat atu
tidak dapat melebihi jumlah yang diperkirakan, umumnya jumlah yang diperkirakan ketika
diketahui. Karena rate endemik penyakit nosokomial, cedera dan kejadian yang merugikan
lainnya berbeda untuk masing-masing fasilitas pelayanan kesehatan, hanya ada sedikit kriteria
pasti untuk menentukan kepada yang diperlukan upaya evaluasi pada suatu masalah yang
potensial atau melalui investigasi.
1.3 Tujuan
Berdasarkan kamus besar bahasa indonesia 1989 wabah berarti penyakit menular yang
berjangkit dengan cepat, menyerang sejumlah besar orang di daerah yang luas. Menurut
departemen kesehatan RI Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan Lingkungan Pemukiman 1981 mengatakan bahwa wabah adalah peningkatan
kejadian kesakitan atau kematian yang telah meluas secara cepat, baik jumlah kasusnya
maupun daerah terjangkitya.
Wabah adalah suatu peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang telah meluas
secara cepat, baik jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit (Dep Kes DirJen PPM dan PLP
th 1981). Sedangkan menurut (UU No 4 th. 1984, Bab I, Pasal 1) mengatakan bahwa wabah
penyakit menular adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat
yang julah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada
waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
Dengan pengertian diatas dikehendaki agar wabah dapat segera ditetapkan apabila
ditemukan suatu penyakit yang dapat menimbulkan wabah, walaupun penyakit tersebut belum
menjalar dan belum menimbulkan malapetaka yang besar dalam masyarakat.
Adanya suatu kasus tunggal penyakut menular yang sudah lama tidak ditemukan atau
adanya penyakit baru yang belum diketahui sebelumnya di suatu daerah memerlukan laporan
secepatnya disertai dengan penyelidikan epidemiologis. Apabila ditemukan penderita kedua
untuk jenis penyakit yang sama dan diperkirakan penyakit ini dapat menimbulkan
malapetaka, keadaan ini sudah cukup merupakan indikasi untuk menetapkan daerah tersebut
sebagai daerah wabah.
Daftar penyakit yang dapat menimbulkan wabah di indonesia menurut undang-undang
dan peraturan pemerintah yang berlaku diperlihatkan pada tabel di bawah ini.
1 Kolera 10 Pertusis
2 Pes 11 Rabies
3 Demam Kuning 12 Malaria
4 Demam Bolak-balik 13 Influensa
5 Tifus bercak wabah 14 Hepatitis
6 Demam Berdarah Dengue 15 Tifus Perut
7 Campak 16 Meningitis
8 Polio 17 Ensedalitis
9 Difteri 18 Antraks
19 Penyakit lain yang akan ditetapkan kemudian
Seperti yang telah dijelaskan diatas pengertian wabah dalam epidemiologi moderen pada saat
ini lebih ditekankan pada konsep prevalesni yang berlebihan dan tidak selalu menyangkut
penyakit menular, walaupun demikian sesuai dengan prioritas permasalahan kesehatan di
Indonesia, yang dimaksud dengan wabah dalam pengertian oleh Departemen Kesehatan RI
hampir selalu adalah wabah penyakit menular.
Adalah suatu wabah penyakit yang disebabkan oleh terpaparnya sejumlah orang dalam suatu
kelompok secara menyeluruh dan terjadi dalam waktu yang reatif singkat. Adapun common
source epidemic itu berupa keterpaparan umum, biasa pada letusan keracunan makanan,
polusi kimia di udara terbuka, menggambarkan satu puncak epidemi, jarak antara satu kasus
dengan kasus, selanjutnya hanya dalam hitungan jam, tidak ada angka serangan kedua.
Jika keterpaparan kelompok serta penularan penyakit berlangsung sangat cepat dalam
waktu yang singkat (point source of epiemic), maka resultan dari semua kasus/ kejadian
berkembang hanya dalam satu masa tunas saja Point source epidemic dapat pula terjadi pada
penyakit oleh faktor penyebab bukan infeksi yang menimbulkan keterpaparan umum seperti
adanya zat beracun polusi zat kimia yang beracun di udara terbuka.
Bentuk epidemik dengan penularan dari orang ke orang sehingga waktu lebih lama dan masa
tunas yang lebih lama pula. Propagated / progresif epidemik terjadi karena adanya penularan
dari orang ke orang baik langsung maupun melalui vektor, relatif lama waktunya dan lama
masa tunas, dipengaruhi oleh kepadatan penduduk serta penyebaran anggota masyarakat yang
rentan serta morbilitas dari penduduk setempat, masa epidemi cukup lama dengan situasi
peningkatan jumlah penderita dari waktu ke waktu sampai pada batas minimal anggota
masyarakat yang rentan, lebih memperlihatkan penyebaran geografis yang sesuai dengan
urutan generasi kasus.
Masa tuntas penyakit tersebut diatas adalah sekitar satu bulan sehingga tampak bahwa
masa epidemi cukup lama dengan situasi peningkatan jumlah penderita dari waktu ke waktu
sampai pada saat di mana jumlah masyarakat yang rentan mencapai batas yang minimal.
Contohnya, kejadian wabah demam berdarah di suatu tempat yang dalam penyebarannya
memerlukan waktu yang lama, dimana wabah ini memerlukan masa inkubasi. Selain itu
penularan wabah demam berdarah ini, melalui vector yang berupa nyamuk Aides Aigepty.
2) Wabah dengan penjalaran oleh transfer serial dari pejamu ke pejamu (epidemics
propagated by serial transfer from host to host), yaitu :
a. Penjalaran melalui rute pernafasan (campak), rute anal-oral (shigellosis), rute genitalia
(sifilis), dan sebagainya.
· OUTBREAK : Suatu episode dimana terjadi dua atau lebih penderita suatu penyakit
yang sama dimana penderita tersebut mempunyai hubungan satu sama lain.
kebal lagi, atau antara yang kebal dan tidak mengelompok tersendiri.
2. Patogenesiti
Kepala wilayah / daerah setempat yang mengetahui adanya tersangka wabah (KJB penyakit
menular) diwilayahnya atau tersangka penderita penyakit yang dapat menimbulkan wabah,
wajib segera melakukan tindakan – tindakan penanggulangan seperlunya, dengan bantuan unit
kesehatan setempat, agar tidak berkembang menjadi wabah (UU No. 4 dan PerMenKes 560/
MenKes/ Per/ VIII/ 1989).
Suatu kejadian penyakit atau keracunan dapat dikatakan KLB apabila memenuhi kriteria
sebagai berikut :
1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/ tidak dikenal.
2. Peningkatan kejadian penyakit/ kematian terus – menerus selama tiga kurun waktu berturut
– turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu).
3. Peningkatan kejadian penyakit/ kematian, dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya (jam, minggu, bulan, tahun).
4. Jumlah penderita baru dalam suatu bulan menunjukan kenaikan dua kali atau lebih
dibandingkan dengan angka rata – rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
5. Angka rata – rata perbulan selama satu tahun menunjukan kenaikan dua kali lipat atau lebih
dibandingkan dengan angka rata – rata perbulan dari tahun sebelumnya.
6. Case fatality rate ( CFR ) suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukan
kenaikan 50% atau lebih, dibandingkan dengan CFR dari periode sebelumnya.
7. Proportional rate ( PR ) penderita dari suatu periode tertentu menunjukan kenaikan dua kali
atau lebih dibandingkan periode,
9. Beberapa penyakit khusus menetapkan kriteria khusus : cholera dean demam berdarah
dengue.
· Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode empat minggu
10.Beberapa penyakit seperti keracunan, menetapkan satu kasus atau lebih sebagai KLB.
· Keracunan makanan
· Keracunan pestisida
11.Satu kenaikan yang kecil dapat saja merupakan KLB yang perlu ditangani seperti penyakit
poliomylitis dan tetanus neonatorum kasus dianggap KLB dan perlu penanganan khusus.
Peningkatan jumlah kasus atau penderita yang dilaporkan belum tentu suatu wabah (pseudo
epidemik) karena peningkatan penderita tersebut bisa karena :
Cara-cara yang digunakan untuk mencapai tujuan penyelidikan antara lain sebagai berikut :
· Desai penyelidikan, apabila terdapat beberapa sasaran dan beberapa desai penyelidikan
perlu dijelaskan dengan sistematis.
Tujuan utama investigasi wabah (Weber,dkk dalam Thomas dan Weber, 2001; CDC, 1992) :
a) Upayapenanggulangandanpencegahan
c) Penelitian
d) Pelatihan
e) Menjawabkeingintahuanmasyarakat
f) Pertimbangan program
g) Kepentinganpolitikdan hokum
h) Kesadaranmasyarakat
a) Memastikan diagnose
c) Mengidentifikasipenyebab KLB
d) Mengidentifikasisumberpenyebab
e) Rekomendasi :cepatdantepat
5. Tinjau (review) yang kritis dan hati-hati harus dilakukan berdasarkan keputusan ilmiah
yang relevan
a. Dengan membandingkan jumlah yang ada saat itu dengan jumlah beberapa minggu atau
bulan sebelumnya.
b. Menentukan apakah jumlah kasus yang ada sudah melampaui jumlah yang diharapkan.
· Catatan keluar dari rumah sakit, statistic kematian, register, dan lain-lain.
· Bila data local tidak ada, dapat digunakan rate dari wilayah di dekatnya atau
· data nasional.
d. Pseudo endemik (jumlah kasus yang dilaporkan belum tentu suatu wabah):
3. Pemastian Diagnosis
Semua temuan secara klinis harus dapat memastikan diagnosis wabah, hal yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut :
Pembuatan definisi kasus adalah seperangkat criteria untuk menentukan apakah seseorang
harus dapat diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu, tempat, dan
orang. Penyelidikan sering membagi kasus menjadi pasti ( compirmed), mungkin ( probable),
meragukan ( possible ), sensivitasdan spefsifitas.
c. Data klinis
f. umpan balik
6. Epidemiologi Deskriptif
1) Memberi informasi samapai dimana proses wabah itu dan bagaimana kemungkinan
kelanjutannya.
2) Menentukan puncak wabah atau kasus mediannya, dan menghitung mundur satu masa
inkubasi rata-rata
3) Dari kasus paling awal kejadian wabah, dihitung mundur masa inkubasi terpendek, Masa
inkubasi penyakit adalah waktu antara masuknya agens penyakit sampai timbulnya gejala
pertama. Informasi tentang masa inkubasi bermanfaat billa penyakit belum diketahui sehingga
mempersempit diagnosis diferensial dam memperikan periode pemaparan. Cara menghitung
median masa inkubasi :
berbentuk Spot map. Grafik ini menunjukkan kejadian dengan titik/symbol tempat tertentu
yang menggambarkan distribusi geografi suatu kejadian menurut golongan atau jenis kejadian
namun mengabaikan populasi.
Variable orang dalam epidemiologi adalah karakteristik individu yang ada hubungannya
dengan keterpajanan atau kerentanan terhadapa suatu penyakit.Misalnya karakteristik inang (
umur, jenis kelamin, ras/suku, status kesehatan) atau berdasarkan pemaparan ( pekerjaan,
penggunaan obat-obatan)
d. Pembuatan Hipotesis
6) Epidemiologi diskriptif
e. Penilaian Hipotesis
Dalam penyelidikan lapangan, hipotesis dapat dinilai dengan salah satu dari dua cara, yaitu:
Dalam hal ini penelitian tambahan akan mengikuti hal dibawah ini
1) Laporan harus jelas, meyakinkan, disertai rekomendasi yang tepat dan beralasan.
2) Sampaikan hal-hal yang sudah dikerjakan secara ilmiah; kesimpulan dan saran harus
dapat dipertahankan secara ilmiah
3) Laporan lisan harus dilengkapi dengan laporan tertulis, bentuknya sesuai dengan tulisan
ilmiah (pendahuluan, latar belakang, metodologi, hasil, diskusi, kesimpulan, dan saran
5) Merupakan catatan dari pekerjaan, dokumen dari isu legal, dan merupakan bahan
rujukan apabila terjadi hal yang sama di masa datang .
· Pendahuluan
· Latar Belakang
· Hasil penelitian
· Tindakan penanggulangan
· Dampak-dampak penting
· Saran rekomendasi
a. Memberikan pertolongan medis kepada penderita agar sembuh dan mencegah agar
mereka tidak menjadi sumber penularan.
b. Menemukan dan mengobati orang yang tampaknya sehat, tetapi mengandung penyebab
penyakit sehingga secara potensial dapat menularkan penyakit (carrier).
a. Bibit penyakit/kuman
Pemusnahan harus dilakukan dengan cara tanpa merusak lingkungan hidup dan tidak
menyebabkan tersebarnya wabah peyakit.
5. Penanganan jenaza akibat wabah. Penanganan jenazah yang kematiannya disebabkan
oleh penyakit yang menimbulkan wabah atau jenazah yang merupakan sumber penyakit yang
dapat menibulkan wabah harus dilakukan secara khusus menurut jenis penyakitnya tanpa
meninggalkan norma agama serta harkatnya sebagai manusia. Penanganan secara khusus
tersebut meliputi :
b. Perlakukan terhadap jenazah dan sterilisasi bahan-bahan dan alat yang digunakan dalam
penanganan jenazah diawasi oleh pejabat kesehatan.
2. Membatasi penularan dan penyebaran penyakit agar penderita tidak bertambah banyak,
dan wabah tidak meluas ke daerah lain.
Masalahwabah dan penanggulangannya tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian dari
upaya kesehatan nasional yang berkaitandengan sektor non-kesehatan secara tidak lepas dari
keterpaduan pembangunan nasional.
Petugas yang bertanggung jawab dalam lingkungan tertentu yang mengetahui adanya
penderita/tersangka penderita penyakityang dapat menimbulkan wabah wajib melaporkan
kepada kelapa Desa/Lurah/Kepala Unit Kesehatan terdekat harus segera meneruskan laporan
tersebut kepada atasan langsungnya dan instansi lain yang berkepentingan. Kepala
Wilayah/Daerah setempat mengetahui adanya tersangka penderita penyakit menular yang
dapat menimbulkan wabah, wajib segera melakukan tindakan-tindakan penanggulangan
seperlunya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Wabah adalah suatu keadaan ketika dimana kasus penyakit atau peristiwa yang lebih banyak
dari pada yang diperkirakan dalam suatu periode waktu tertentu di area tertentu atau diantara
kelompok tertentu. Dan dugaan terhadap suatu wabah mungkin muncul ketika aktivitas
surveilans rutin mendeteksi adanya suatu kluster kasus yang tidak biasa atau terjadi
peningkata jumlah kasus yang signifikan dari jumlah biasanya dan diperlukan upaya evaluasi
pada suatu masalah yang potensila atau memulai investigasi. Faktor yang mempengruhi
penyebaran wabah yaitu herd immunity yang rendah, patogenesitas, dan lingkungan yang
buruk.
Penanggulan agar dilakukan melalui kegiatan yang secara terpadu oleh pemerintah,
pemerintah daerah dan masyarakat, meliputi: (1) penyelidikan epidemilogis, (2) pemeriksaan,
pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita termasuk tindakan karantina, (3) pencegahan
dan pengendalian, (4) pemusnahan penyebab penyakit, (5) penanganan jenazah akibat wabah,
(6) penyuluhan kepada masyarakat, (7) upaya penanggulangan lainnya.
3.2 Saran
Investigasi wabah adalah peristiwa yang lebih banyak dari biasanya, misalnya wabah DBD.
Mencegah lebih baik dari pada mengobati, maka dari itu investigasi wabah dilakukan untuk
mencegah KLB yang bisa saja terjadi di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA