Anda di halaman 1dari 7

SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER 1

Tanggal Percobaan: 9 April 2018

1. Tujuan
a. Mengetahui pengaruh perubahan flowrate dari fluida panas dan dingin terhadap
∆Thot, ∆Tcold, Qe, Qa, dan efisiensi overall (η).
b. Menentukan Koefisien Perpindahan Panas Overall pada STHE dengan
menggunakan perhitungan ∆Tlm.
2. Dasar Teori
Dalam suatu shell and tube heat exchanger, fluida yang satu mengalir dalam pipa-
pipa kecil (tube) dan fluida yang lain mengalir melalui selongsong (shell). Perpindahan
panas dapat terjadi di antara kedua fluida, dimana panas akan mengalir dari fluida bersuhu
lebih tinggi ke fluida bersuhu lebih rendah. Umumnya, aliran fluida dalam shell and tube
heat exchanger adalah paralel atau berlawanan. Untuk membuat aliran fluida dalam shell-
and-tube heat exchanger menjadi cross flow biasanya ditambahkan penyekat atau baffle.
Aliran cross flow yang didapat dengan menambahkan baffle akan membuat luas
kontak fluida dalam shell dengan dinding tube makin besar, sehingga perpindahan panas
di antara kedua fluida meningkat. Selain untuk mengarahkan aliran agar menjadi cross
flow, baffle juga berguna untuk menjaga supaya tube tidak melengkung(berfungsi sebagai
penyangga) dan mengurangi kemungkinan adanya vibrasi atau getaran oleh aliran fluida.
Secara teoritis, baffle yang dipasang terlalu berdekatan akan meningkatkan perpindahan
panas yang terjadi di antara kedua fuida, namun hambatan yang terjadi pada aliran yang
melalui celah antar baffle menjadi besar sehingga penurunan tekanan menjadi besar.
Sedang jika baffle dipasang terlalu berjauhan penurunan tekanan yang terjadi akan kecil,
namun perpindahan panas yang terjadi kurang baik dan timbul bahaya kerusakan pipa-pipa
karena melengkung atau vibrasi. Hal ini menunjukkan bahwa jarak antar baffle tidak boleh
terlalu dekat ataupun terlalu jauh, ada jarak tertentu yang optimal untuk heat exchanger
tertentu.
Gambar 2.1 Bagian-bagian dalam Alat Shell and Tube Heat Exchanger

Pada alat penukar panas (STHE) terdapat dua aliran yang dapat dilakukan, yaitu
counter-current dan co-current. Untuk aliran countercurrent, fluida panas dan dingin
mengalir ke arah yang berlawanan melintasi permukaan perpindahan panas (dua aliran
fluida masuk ke heat exchanger pada ujung yang berlawanan). Fluida panas melewati
tujuh tube secara paralel, fluida dingin melewati tabung sebanyak tiga kali melalui
baffle di dalam shell. Untuk aliran cocurrent, fluida panas mengalir dengan arah yang
sama dengan fuida dingin melintasi permukaan perpindahan panas (dua aliran fluida
masuk ke heat exchanger pada ujung yang searah).

Gambar 2.2 (a) Shell and Tube Heat Exchanger dari Armfield Ltd.; (b) Skema

Aliran Suhu untuk counter-current flow


Gambar 2.3 Profil Suhu untuk countercurrent flow

Penurunan suhu pada fluida panas dirumuskan:

∆Thot = T1 – T2 (1)

Kenaikan suhu pada fluida dingin dirumuskan:

∆Tcold = T4 – T3 (2)

Besarnya heat power yang dilepaskan dari fluida panas, dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:

Qe = qmhot * Cphot *∆Thot (3)

Besarnya heat power yang diserap oleh fluida dingin, dihitung dengan persamaan:

Qa = qmcold * Cpcold *∆Tcold (4)

Besarnya heat power yang hilang atau bertambah, dirumuskan sebagai berikut:

Qf = Qe – Qa (W) (5)

Sehingga efisiensi overall:

𝑄ₐ
ƞ= × 100 (6)
𝑄ₑ
Secara teoritis, nilai Qe dan Qa harus sama. Namun pada kondisi
sebenarnya nilai Qe dan Qa tidak sama. Hal ini disebabkan oleh adanya
panas yang hilang atau bertambah ke/dari lingkungan.

Karena perbedaan suhu antara aliran fluida panas dan dingin


bervariasi sepanjang heat exchanger, maka perlu menurunkan perbedaan
suhu rata-rata (driving force) dimana perhitungan perpindahan panas
dilakukan. Perbedaan suhu rata-rata ini disebut dengan Logarithmic Mean
Temperature Difference (LMTD) yang dihitung dengan rumus di bawah ini:

(𝛥𝑇1 −𝛥𝑇2 )
𝛥𝑇𝑙𝑚 = 𝛥𝑇 (7)
𝑙𝑛=(𝛥𝑇2 )
1

dengan:

∆T1 = T2 – T3

∆T2 = T1 – T4

Luas transmisi panas pada heat exchanger harus dihitung dengan


menggunakan diameter rata-rata aritmetik dari inner tube, dengan persamaan
berikut:

𝑑𝑜 + 𝑑𝑖
𝑑𝑚 = (8)
2

Dengan outside diameter of tube adalah 6.35 mm dan wall thickness of tubesebesar
0.6 mm.

Luas transmisi panas dihitung dengan rumus:

A = π*dm*L (9)
dengan panjang transmisi panas dihitung dengan persamaan:
L = n*l (m) (10)

dimana n = jumlah tube (7 tube); l = panjang transmisi panas dari tiap


tube (0.144 m); dm dapat digunakan jika r2/r1< 1.5; jika sebaliknya maka
menggunakan logarithmic mean radius, dlm.

Overall Heat Transfer Coefficient dihitung dengan persamaan:

𝑄𝑒
𝑈 = (11)
A 𝛥𝑇𝑙𝑚

Dapus:

1. Handoyo, Ekadewi Anggraini. 2001. Pengaruh Penggunaan Baffle Pada Shell and Tube
Heat Exchanger, Surabaya: Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,
Universitas Kristen Petra.

2. Geankoplis Fourth Edition, 2003. Transport Processes and Separation Process Principles

Anda mungkin juga menyukai