BAB II
KONSEP DASAR PENDIDIKAN ISLAM
A. Pendahuluan. (h.11-15)
Islam sebagai agama menempatkan pendidikan dalam posisi yang sangat vital.
Pernyataan ini didukung dengan lima ayat pertama yang diwahyukan Allah SWT dalam Surat
Al ‘laq. Hal ini diakui Malik Fajar bahwa hubungan Islam dengan pendidikan bagaikan dua
keping mata sisi uang artinya, Islam dan pendidikan mempunyai hubungan filosofis yang
sangat mendasar, baik secara ontologism, efistimonologi maupun aksiologi (Fajar 1999:27).
Islam menganjurkan dan mendorong mencari ilmu bahkan dikatakan bahwa semua
hasil ilmu pengetahuan modern telah ada dalam al-Qur’an. Untuk membekali ilmu bagi umat
Islam yang efekif melalui pendidikan, baik formal maupun non formal (Isna 2001:64).
Kursyid Ahmad, dan Fazlur Rahman berpendapat bahwa pembaharuan dalam bentuk
apapun harus melalui pendidikan. Kita tidak bisa mencapai suatu cita-cita nasional kecuali
dengan pendidikan (Abidin 1991:17), hanya saja , pendidikan harus mampu mendorong
terciptanya daya pikir, sehingga melahirkan manusia yang dinamis. Karena itu, umat Islam
pada masa Klasik patut dijadikan motivasi untuk memberikan arah di bidang pendidikan
masa sekarang dan yang akan datang karena pendidikan di masa tersebut mampu
memberikan dorongan terwujudnya masa keemasan Islam (Sawito 1995:7).
Berdasarkan rujukan dari aspek tersebut, maka konsep tentang pendidikan dapat
disusun dengan hakikat pendidikan menurut ajaran Islam. Sebab keduanya tak mungkin dapat
dipisahkan. Untuk menggambarkan hal itu, berikut dijelaskan diskursus pendidikan Islam.
BAB III
GURU DAN SERTIFIKASI
A. Pendahuluan. (h.61-63)
Guru adalah actor utama dalam praksis pendidikan. Guru adalah salah satu komponen
dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya
manusia yang potensial di bidang pembangunan. Kenyataan yang terjadi dalam dunia
pendidikan adalah rendahnya kualitas dan kualifikasi guru dalam proses belajar mengajar, hal
ini terjadi pada pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Dalam menghadapi persaingan
globalisasi, guru dituntut bersaing dengan pekerja professional lainnya.
Problematika yang dihadapi pendidikan Islam saat ini adalah masih banyaknya para
guru yang mengajar di sekolah-sekolah tidak berdasarkan pada kualifikasi dan kompetensi
dasar, atau bidang keahlian pada mata pelajaran yang diajarkan, karena dalam proses
pembelajaran mereka hanya menekankan pada materi pelajaran sementara teknik dan metode
mengajar cenderung diabaikan, sehingga akhirnya kegiatan belajar mengajar menjadi vakum
dan monoton sehingga guru kehabisan bahan materi pelajaran dan siswa tidak memiliki
kemampuan atau keterampilan yang sangat diharapkan.
BAB IV
KURIKULUM ILMU PENDIDIKAN ISLAM
A. Pendahuluan. (h. 83-84)
Kurikulum merupakan inti dari sekolah yang ditawarkan pada public, dengan
dukungan sember daya manusianya. Kurikulum berfungsi sebagai alat untuk mencapai
pendidikannya, dalam kaitannya sebagai alat untuk mencapai tujuan, maka kurikulum harus
memiliki dua sifat, yaitu anticipatory dan refortorial. Hal ini berarti kurikulum harus dapat
meramalkan kejadian di masa mendatang. Bahkan kurikulum boleh dikata sebagai
jantungnya pendidikan, karena dengan kurikulum sekolah dapat menggambarkan dan
merumuskan kualifikasi dan kompetensi outcome dari program pendidikannya, dan dengan
kurikulum pulalah, sekolah merancang upaya-upaya untuk mencapai kompetensi.
BAB V
METODE PEMBELAJARAN ILMU PENDIDIKAN ISLAM
A. Pendahuluan. (h. 105-106)
Model pembelajaran yang semakin berkembang di abad 21 ini, khususnya di
Indonesia dengan penerapan kurikulum berbasis kompetensi, maka beragam model
pembelajaran yang diaplikasikan oleh guru sebuah keniscayaan. Hal ini bertujuan untuk
mempercepat penguasaan kompetensi oleh peserta didik setelah mempelajari suatu mata
pelajaran. Untuk itu diperlukan berbagai model pembelajaran yang memberikan kontribusi
penting bagi kurikulum berbasis kompetensi.
B. Pengertian Metode Pembelajaran. (h. 106-110)
Metologi berasal dari Bahasa Yunani; Metha (dibalik atau dibelakang). Hodos berarti
melalui, melewati atau berarti jalan. Cara atau (thariqoh, arab) dan logos yang berarti ilmu
atau science, sedang metodologi berarti ilmu mengenai berbagai cara atau jalan yang
BAB VI
EVALUASI DALAM PENDIDIKAN ISLAM
A. Pengertian Evaluasi. (H. 121-122)
Secara harfiyah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evalution; dalam bahasa
Arab : al-Tadir, dalam bahasa Indonesia: penilaian. Sedangkan akar katanya yaitu : value
dalam bahasa Arab al-Qimah; dalam bahasa Indonesia berarti nilai. Secara Harfiyah evaluasi
pendidikan dapat diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan. Adapun menurut Istilah
bahwa evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan sehingga
dapat diketahui mutu dan hasil-hasilnya (Sudijono 2006:1).
Untuk evaluasi pendidikan Islam Zuhairini dkk (1981:139) mengemukakan yaitu
suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu aktivitas di dalam pendidikan Islam.
PENUTUP
Buku ini tampil dengan sangat menarik disertai bahasanya yang mudah dipahami dan
mudah dicerna oleh semua kalangan khususnya para mahasiswa. Buku ini menerangkan
materi seputar Ilmu Pendidikan Islam. Dengan buku diharapkan sebagai calon guru atau
pendidik kita memahami apa sebenarnya pendidikan Islam sehingga saat kita sudah menjadi
pendidik kelak dapat mempraktekannya.
Buku ini tergolong buku yang baru terbit terbukti pada bulan Desember tahun 2011
sebagai cetakan yang kesatu. Buku ini harganya murah tetapi isinya sangat baik sehingga
para konsumen lebih condong memilih buku ini.
Terima kasih atas segala perhatian, kami menantikan saran dan kritik yang
membangun. Mohon maaf atas segala kekurangan.
DAFTAR PUSTAKA
Soleha dan Rada. Ilmu Pendidikan Islam.Alfabeta, Bandung 2011. Cetakan kesatu.