Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN LENGKAP PRATIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

Topik
“Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Amilase”

Oleh :

Nama : Rio Rajamia Harlinson


NIM : ACD 115 008
Kelas :A
Kelompok :3
Pratikum ke : VII ( Tujuh)
Tanggal Pratikum : 13 April 2018
Dosen Pengampu : Dr. Hj Siti Sunariyati, M.Si.
Asisten Pratikum : Masitah, S.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN
2018
I. TOPIK : Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Amilase

II. TUJUAN : Mengetahui Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Amilase


dalam penguraian amilum

III. DASAR TEORI


Enzim dalam aktifitasnya bekerja secara spesifik terhadap substrat yang
akan dikatalisisnya dengan begitu kita akan dapat mengetahui berapa besar aktivitas
yang dilakukan. Seperti contoh adalah enzim yang bekerja untuk mendegrasi amilum
adalah amilase. Enzim ini banyak terdapat pada saliva, sehingga makanan yang
dikunyah lama akan terasa manis karena senyawa polisakarid akan terurai menjadi
monosakarida. (Anonim, 2011)
Enzim memegang peranan penting dalam berbagai reaksi dalam sel.
Sebagai protein, enzim diproduksi dan digunakan oleh sel hidup untuk mengkatalisis
reaksi seperti konversi energi dan metabolisme pertahanan sel. Enzim amilase
memiliki kemampuan untuk memecah molekul-molekul pati dan glikogen. Molekul
pati yang merupakan polimer dari alfa-D-glikopiranosa akan dipecah oleh enzim pada
ikatan alfa-1,4- dan alfa-1,6-glikosida (Hart 2003).
Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa factor, terutama adalah substrat,
suhu, keasaman, kofaktor dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan suhu dan pH (tingkat
keasaman) optimum yang berbeda-beda karena enzim adalah protein yang dapat
mengalami perubahan bentuk jika suhu dan keasaman berubah, diluar suhu atau pH
yang sesuai, enzim tidak dapat bekerja secara optimal atau struktur akan mengalami
kerusakan. Hal ini akan menyebabkan enzim kehilangan fungsinya sama sekali. Kerja
enzim juga dipengaruhi oleh molekul lain. Inhibitor adalah molekul yang menurunkan
ativasi enzim, sedangkan activator adalah yang meningkatkan aktifitas enzim. Banya
obat dan racun adalah inhibitor enzim. ( Hafiz Soewoto, 2000)
Produksi enzim amilase dapat menggunakan berbagai sumber karbon.
Contoh-contoh sumber karbon yang murah adalah sekam, molase, tepung jagung,
jagung, limbah tapioka dan sebagainya. Jika digunakan limbah sebagai substrat, maka
limbah tadi dapat diperkaya nutrisinya untuk mengoptimalkan produksi enzim.
Sumber karbon yang dapat digunakan sebagai suplemen antara laian: pati, sukrosa,
laktosa, maltosa, dekstyrosa, fruktosa, dan glukosa. Sumber nitrogen sebagai
suplemen antara lain: pepton, tripton, ekstrak daging, ekstrak khamir, amonium sulfat,
tepung kedelai, urea dan natrium nitrat. (Pujiyanti, 2007 ).
Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu substrat tertentu. Kekhasan inilah cirri
suatu enzim. Ini sangat berbeda dengan katalis lain (bukan enzim) yang dapat bekerja
terhadap berbagai macam reaksi. Fungsi suatu enzim adalah sebagai katalis untuk
proses biokimia yang terjadi didalam sel maupun diluar sel. Suatu enzim dapat
mempercepat reaksi 108 sampai 1011 kali lebih cepat dari pada apabila reaksi tersebut
dilakukan tanpa katalis. Jadi enzim dapat berfungsi sebagai katlis yang sangat efisien
pada suhu ruang 25-300 C, disamping itu mempunyai derajar kekhasan yang tinggi.
Seperti juga katalis lainnya, maka enzim dapat menurunkan energy aktivitas suatu
reaksi kimia. Reaksi kimia ada yang membutuhkan energy (energi endorgani) dan ada
pula yang menghasilkan energy atau mengeluarkan energy (eksorgonik). (Poedjadi,
2005).
Dalam mempelajari mengenai enzim, dikenal beberapa istilah diantaranya
holoenzim, apoenzim, kofaktor, gugus prostetik, koenzim, dan substrat. Apoenzim
adalah suatu enzim yang seluruhnya terdiri dari protein, sedangkan holoenzim adalah
enzim yang mengandung gugus protein dan gugus non protein. Gugus yang bukan
protein tadi dikenal dengan istilah kofaktor. Pada kofaktor ada yang terikat kuat pada
protein dan sukar terurai dalam larutan yang disebut gugus prostetik dan adapula yang
tidak terikat kuat pada protein sehingga mudah terurai yang disebut koenzim. Baik
gugus prostetik maupun koenzim, keduanya merupakan bagian yang memungkinkan
enzim bekerja pada substrat. Substrat merupakan zat-zat yang diubah atau direaksikan
oleh enzim (Poedjadi, 2006).
Fungsi enzim sebagai katalis untuk reaksi kimia dapat terjadi baik didalam
maupun diluar sel. Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu substrat tertentu.
Enzim bekerja sebagai katalis dengan cara menurunkan energi aktifasi, sehingga laju
reaksi meningkat (Poedjadi, 2006).
IV. Alat dan Bahan
A. Alat
No Nama Alat Jumlah

1 Tabung reaksi 3 buah

2 Rak tabung reaksi 1 buah

3 Penjepit tabung reaksi 1 buah

4 Beaker glass 50 ml 1 buah

5 Pipet 1 buah

6 Mortar dan pestle 1 set

7 Lampu spiritus 1 buah

8 Termometer 1 buah

9 Sentrifuge 1 buah

10 Tabung sentrifuge 1 buah

11 Neraca analitik digital 1 buah

12 Beaker glass 500 ml 3 buah

13 Kamera Handphone 2 buah

B. Bahan
No Nama Bahan Jumlah

1 Kecambah Kacang hijau Secukupnya


(Vigna radiate )
2 Kain kasa Secukupnya

3 Aquades Secukupnya

4 Amilum Secukupnya
5 Benedict Secukupnya

6 Es batu Secukupnya

7 Tissue Secukupnya

8 Kertas label Secukupnya

V. Prosedur kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang telah akan dalam praktikum
2. Menimbang kecambah kacang hijau sebanyak 20 gram menggunakan neraca
analitik digital
3. Menghaluskan 20 gr kecambah kacang hijau menggunakan mortar dan pestle.
4. Menambahkan 25 ml akuades kedalam tumbukan kecambah tadi
5. Menyaring larutan tadi dengan kain kasa lalu mensentrifuge selama 15 menit
untuk membuat larutan supernatan
6. Membuat larutan amilum 0,5 %
7. Memberi label pada 3 tabung reaksi dengan label A, B dan C
8. Memasukkan 2 ml larutan amilum 0,5% pada masing-masing tabung reaksi
9. Pada tabung reaksi A
a. Meneteskan 10 tetes supernatan lalu menghomogenkannya.
b. Menambahkan 4 tetes larutan benedict lalu memfoto sebagai enzim sebelum
diberi perlakuan
c. Memanaskan tabung tadi pada lampu spiritus hingga warna larutan berubah
kemudia memfotonya sebagai enzim setelah diberi perlakuan
10. Pada tabung reaksi B
a. Meneteskan 10 tetes supernatan lalu menghomogenkannya.
b. Memasukkan tabung kedalam penangas air selama 10 menit pada suhu 80 o C.
c. Menambahkan 4 tetes larutan benedict lalu memfoto sebagai enzim sebelum
diberi perlakuan
d. Memanaskan beberapa saat lalu memfoto sebagai enzim setelah diberi
perlakuan
11. Pada tabung reaksi C
a. Meneteskan 10 tetes supernatan lalu menghomogenkannya.
b. Memasukkan tabung kedalam penangas air selama 10 menit pada suhu 80 o C.
c. Menambahkan 4 tetes larutan benedict lalu memfoto sebagai enzim sebelum
diberi perlakuan
d. Mendinginkan pada suhu 40C dengan menggunakan es batu selama 2 menit
lalu memfoto sebagai enzim setelah diberi perlakuan
12. Membersihkan alat dan bahan yang telah digunakan dalam praktikum
13. Membersihkan laboratorium setelah praktikum

VI. HASIL PENGAMATAN


Tabel berikut :

Larutan Warna sebelum Warna sesudah


A Biru Muda Kuning

B Biru Muda Terdapan endapan berwarna


kuning pekat

C Biru Muda Biru Muda

Warna larutan
Larutan
Sebelum Sesudah

Kuning
Biru muda
B

Biru muda Kuning

Biru muda Biru muda


VII. PEMBAHASAN
Beradasarkan hasil pengamatan, untuk dapat mengetahui pengaruh suhu
terhadp enzim amilase maka dilakukan percobaan pada tabung A, B, dan C. Pada
tabung A setelah diberi benedict larutan berwarna biru, dan setelah dipanaskan
beberapa saat kurang lebih 10 menit larutannya berubah menjadi warna kuning.
Hal ini membuktikan bahwa pada suhu ruang 25-300 C, enzim amilase dapat
bekerja dengan optimal dengan ditandai perubahan warna larutan dari biru
menjadi kuning yang berarti adanya penguraian amilum oleh panas.
Pada tabung B setelah diberi benedict larutan berwarna biru, dan setelah
dipanaskan beberapa saat kurang llebih 10 menit larutannya berubah menjadi
warna kuning. Hal ini membuktikan bahwa pada suhu 800 C, enzim amilase dapat
bekerja dengan optimal dengan ditandai perubahan warna larutan dari biru
menjadi kuning tetpi memiliki endapan –endapan yang berarti adanya penguraian
amilum oleh panas.
Pada tabung C setelah diberi benedict larutan berwarna biru, dan setelah
didinginkan selama 2 menit tidak terjadi perubahan pada larutan.hal ini
membuktikan bahwa dibawah suhu optimal 25-300 C bahkan minus 00 C enzim
amilase akan rusak dan tidak dapat bekerja secara optimal sehingga tidak ada
terjdi penguraian amilum.
VIII. Hasil Diskusi
1. Pada bagian manakah dari tumbuhan terdapat enzim amilase?
2. Jelaskan cara kerja enzim amilase
3. Pada suhu berapakah enzim amilase dapat bekerja secara optimum?
4. Jelaskan pengaruh penambahan dan penurunan suhu terhadap kerja enzim amilase
dalam percobaan ini?

Jawaban

1. Pada bagian biji atau buah dari suatu tumbuhan.


2. Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu substrat tertentu. Kekhasan inilah
cirri suatu enzim. Ini sangat berbeda dengan katalis lain (bukan enzim) yang dapat
bekerja terhadap berbagai macam reaksi. Fungsi suatu enzim adalah sebagai
katalis untuk proses biokimia yang terjadi didalam sel maupun diluar sel. Suatu
enzim dapat mempercepat reaksi 108 sampai 1011 kali lebih cepat dari pada
apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Jadi enzim dapat berfungsi sebagai
katlis yang sangat efisien, disamping itu mempunyai derajar kekhasan yang tinggi.
Seperti juga katalis lainnya, maka enzim dapat menurunkan energy aktivitas suatu
reaksi kimia. Reaksi kimia ada yang membutuhkan energy (energi endorgani) dan
ada pula yang menghasilkan energy atau mengeluarkan energy (eksorgonik).
reaksi kimia dapat terjadi baik didalam maupun diluar sel. Suatu enzim bekerja
secara khas terhadap suatu substrat tertentu. Suatu enzim dapat bekerja 108
sampai 1011 kali lebih cepat dibandingkan laju reaksi tanpa katalis. Enzim bekerja
sebagai katalis dengan cara menurunkan energi aktifasi, sehingga laju reaksi
meningkat
3. Pada suhu kamar yaitu antara 250 C – 300 C
4. Saat penambahan suhu (800 C) enzim amilase tetap bekerja yaitu mengurai
amilum dengan tanda warna larutan berubah dari biru menjadi warna kuning.
Enzim yang bekerja adalah enzim alpha-amilase yang bekerja pada kisaran suhu
25-950 C.
Saat pengurangan suhu (40 C) enzim amilase tidak dapat bekerja optimal dengan
tanda tidak ada perubahan warna larutan sebelum didinginkan atau setelah
didinginkan.
IX. KESIMPULAN
Dari praktikum yang dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa suhu sangat
mempengaruhi adanya kerja atau tidaknya,salah satunya dari praktikum yaitu enzim
amilase berpengaruh pada aktivitas kerja dalam mengurai amilum. Pada suhu ruang
(25-300 C) enzim amilase dapat bekerja optimal. Pada suhu 800 C enzim amilase dapat
bekerja. Pada suhu dibawah suhu optimal 25-300 C bahkan minus 00 C enzim amilase
tidak dapat bekerja secara optimal (rusak).

SARAN
Semoga di praktikm selanjutnya para praktikkan lebih efektif dan efisien
dalam praktikum agar hasil yang dicapai sesuai dengan teori yang ada dan
diminimalisir kesalahan yang ada sehingga hasil yang didapat dapat lebih akurat.
X. DAFTAR PUSTAKA

Patong, A. R., 2009, Penuntun Praktikum Biokimia, Laboratorium Biokimia Jurusan


Kimia FMIPA Universitas Hasanuddin, Makassar.

Pine, S.H., Hendrickson, J.B., Cram, D.J., dan Hammond, G.S., 1988, Kimia Organik
II, Penerbit ITB, Bandung.

Poedjiadi, A., 1994, Dasar-dasar Biokimia, UI-Press, Jakarta.

Salisbury, Frank B, dkk. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB Bandung.


Sunariyati, Siti dkk. 2017. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Palangkaraya :
Laboratorium Botani UPR.

Tim Dosen Kimia, 2007, Kimia Dasar II, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Anda mungkin juga menyukai