Anda di halaman 1dari 29

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori dan Konsep

2.1.1 Pengertian Pajak

Sebagaimana yang berbunyi pada pasal 1 angka 1 UU KUP, Pajak

adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi

atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara

bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Menurut Soemitro (2011), Pajak

adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang

dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat imbalan jasa (Kontra-Prestasi) yang

langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar keperluan

umum. Pajak menurut Andriani dalam Suprianto (2011) menyatakan bahwa pajak

adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, yang tidak mendapatkan

prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk

membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara

yang menyelenggarakan pemerintahan.

Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur

sebagai berikut.

1. Iuran dari rakyat kepada negara

Iuran tersebut berupa uang dan hanya negara yang berhak memungut

pajak.

2. Berdasarkan Undang-Undang
13

Pemungutan pajak dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang mengaturnya.

3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara

langsung dapat ditunjuk.

4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

2.1.2 Wajib Pajak

Wajib Pajak adalah Orang Pribadi dan Badan, meliputi pembayar pajak,

pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban

perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

(UU No.28 Tahun 2007 Tentang KUP, UU No.36 Tahun 2008 Tentang PPh dan

UU No.42 Tahun 2009 Tentang PPN dan PPnBM serta peraturan

pelaksanaannya).

Menurut Wikipedia, Wajib Pajak sering disingkat dengan sebutan WP

adalah orang pribadi atau badan (subjek pajak) yang menurut ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan

kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu.

Wajib pajak bisa berupa wajib pajak orang pribadi atau wajib pajak badan.

Wajib pajak dibedakan menjadi dua yaitu wajib pajak orang pribadi dan

wajib pajak badan. Di Indonesia, setiap orang wajib mendaftarkan diri dan

mempunyai NPWP yang berguna untuk sarana dalam administrasi perpajakan,

tanda pengenal diri atau identitas WP dalam melaksanakan hak dan kewajiban

perpajakannya, untuk dicantumkan dalam setiap dokumen perpajakan, dan

menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan administrasi

perpajakan. Sehingga dalam rangka memberikan kepastian hukum kepada wajib

pajak dalam rangka melaksanakan kewajiban perpajakannya, undang-undang


14

mengatur secara tegas hak dan kewajiban wajib pajak dalam satu hukum pajak

formal. Jadi dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa wajib pajak, sering

disingkat dengan sebutan WP adalah orang wajib pajak dan atau badan yang

merupakan subjek pajak yang mana menurut ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan,

termasuk pemungutan pajak atau pemotongan pajak tertentu. Wajib pajak bisa

berupa wajib pajak orang pribadi atau wajib pajak badan.

Wajib Pajak Orang Pribadi

Wajib pajak orang pribadi adalah subjek pajak yang memiliki

penghasilan atas usaha sendiri atau memiliki pekerjaan tidak bebas

(karyawan) yang penghasilannya di atas pendapatan tidak kena pajak

(PTKP), yaitu Rp 15.840.000,00.

Setiap orang Wajib Pajak mendaftarkan diri dan mempunyai nomor pokok

wajib pajak (NPWP), kecuali ditentukan dalam Undang-Undang.

Syarat Subjektif dan Syarat Objektif Wajib Pajak

UU No.16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara

perpajakan (untuk selanjutnya disebut UU KUP) tepatnya dipenjelasan

Pasal 2 ayat (1) UU KUP, berikut definisinya :

1. Syarat subjektif adalah syarat yang sesuai dengan ketentuan

mengenai subjek pajak dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan

1984 dan perubahannya.

2. Syarat objektif adalah syarat bagi subjek pajak menerima atau

memperoleh penghasilan atau diwajibkan untuk melakukan

pemotongan atau pemungutan sesuai dengan Penghasilan 1984

dan perubahannya.
15

Wajib Pajak tidak mendapat imbalan secara langsung sesuai

penjelasan definisi pajak sebelumnya, namun wajib pajak tetap

memiliki hak maupun kewajiban, diantaranya :

1. Kewajiban Wajib Pajak :

a. Wajib untuk mendaftarkan dirinya sebagai wajib pajak.

b. Wajib melakukan pembayaran, pemotongan atau

pemungutan dan pelaporan pajak.

c. Wajib dalam hal pemeriksaan.

d. Wajib memberikan data.

2. Hak Wajib Pajak :

a. Berhak atas kelebihan pembayaran pajak.

b. Berhak dilakukan pemeriksaan.

c. Berhak untuk mengajukan keberatan, banding dan

peninjauan kembali.

d. Berhak mendapat jaminan kerahasiaan bagi wajib pajak.

e. Berhak untuk pengangsuran atau penundaan pembayaran.

f. Berhak untuk penundaan pelaporan SPT Tahunan.

g. Berhak untuk pengurangan PPh Pasal 25.

h. Berhak untuk pengurangan PBB.

i. Berhak untuk pembebasan pajak.

j. Berhak mendapat pengembalian pendahuluan kelebihan

pembayaran pajak.

k. Berhak untuk mendapatkan insentif perpajakan.

2.1.3 Fungsi Pajak


16

Menurut Mardiasmo (2011), ada dua fungsi pemungutan pajak,

diantaranya :

1. Fungsi Penerimaan (Budgetair)

Pajak sebagai sumber dana pemerintah untuk membiayai

pengeluaran-pengeluarannya.

2. Fungsi Mengatur (Regulered)

Pajak sebagai alat untuk mengukur atau melaksanakan

kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

2.1.4 Pengelompokan Pajak

Dalam buku Mardiasmo (2011), pajak dikelompokkan menjadi beberapa

diantaranya :

1. Pajak Menurut Golongannya

a. Pajak Langsung

Pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak

dapat dibebaskan atau dilimpahkan kepada orang lain.

b. Pajak Tidak Langsung

Pajak yang dapat dibebaskan atau dilimpahkan kepada

orang lain atau kebalikan dari pajak langsung.

2. Pajak Menurut Sifatnya

a. Pajak Subjektif

Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya.

Dalam artian memperhatikan keadaan wajib pajak

b. Pajak Objektif
17

Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya.

Dalam artian tanpa memperhatikan keadaan wajib pajak

atau kebalikan dari pajak subjektif.

3. Menurut Lembaga Pemungutnya

a. Pajak Pusat

Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan

untuk mebiayai rumah tangga negara.

b. Pajak Daerah

Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

2.1.5 Syarat Pemungutan Pajak

Menurut Mardiasmo (2011), agar pajak tidak menimbulkan hambatan terhadap

pelaksanaan pemungutannya, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat-

syarat dibawah ini :

1. Pemungutan pajak harus adil.

2. Pemungutan pajak harus sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

3. Tidak mengganggu jalannya perekonomian.

4. Pemungutan pajak harus efisien.

5. Pemungutan pajak harus sederhana.

2.1.6 Sanksi Perpajakan

Sanksi adalah suatu tindakan berupa hukuman yang diberikan kepada

orang yang melanggar peraturan. Peraturan atau Undang-Undang merupakan


18

rambu-rambu bagi seseorang untuk melakukan sesuatu mengenai apa yang

harus dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan. Sanksi diperlukan

agar peraturan atau Undang-Undang tidak dilanggar (Arum, 2012).

Sanksi dalam perpajakan menjadi penting karena pemerintah Indonesia

memilih menerapkan self assessment system dalam rangka pelaksanaan

pemungutan pajak. Pemerintah telah menyiapkan rambu-rambu yang diatur

dalam Undang-Undang Perpajakan yang berlaku agar pelaksanaan pemungutan

pajak dapat tertib dan sesuai dengan target yang diharapkan. Apabila kewajiban

perpajakan tidak dilaksanakan, maka ada konsekuensi hukum yang bisa terjadi

karena pajak mengandung unsur pemaksaan. Konsekuensi tersebut adalah

pengenaan sanksi-sanksi perpajakan.

Dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan

Umum Dan Tata Cara Perpajakan disebutkan bahwa ada dua macam

sanksi, yaitu :

1. Sanksi administrasi yang terdiri dari :

a. Sanksi administrasi berupa denda.

Sanksi denda adalah jenis sanksi yang paling banyak

ditemukan dalam UU perpajakan. Terkait besarannya

denda dapat ditetapkan sebesar jumlah tertentu,

persentase dari jumlah tertentu, atau suatu angka

perkalian dari jumlah tertentu. Pada sejumlah pelanggaran,

sanksi denda ini akan ditambah dengan sanksi pidana.

Pelanggaran yang juga dikenai sanksi pidana ini adalah

pelanggaran yang sifatnya disengaja.


19

Tabel 2.1
Sanksi Administrasi Berupa Denda

No Perilaku Sanksi Sumber


No Perilaku Sanksi Sumber
Hukum
Hukum
(UU PPN), selain:
1 SPT tidak disampaikan sesuai atas a. Rp500.000,- Pasal 7
a. identitas pembeli, dalam hak
waktu penyampaian atau batas waktu SPT Masa PPN ayat (1)
penyerahan dilakukan oleh PKP pada
perpanjangan penyampaian SPT UU
umumnya, dan
b. Rp100.000,- KUP
b. identitas pembeli serta nama dan
SPT Masa
tanda tangan, dalam hal penyerahan
Lainnya
5 PKP melaporkan faktur pajak tidak 2% dari dasar Pasal 4
c. Rp1.000.000,-
sesuai dengan masa penerbitan faktur pengenaan ayat (4)
SPT Tahunan
pajak pajak UU
PPh Wajib
KUP
Pajak Badan
6 Keberatan Wajib Pajak ditolak atau 50% dari jumlah
d. Rp100.000,- Pasal
dikabulkan sebagian pajak
SPT Tahunan 25 ayat
berdasarkan
PPh Wajib (9) UU
keputusan
Pajak Orang KUP
keberatan
Pribadi
2 Meskipun telah dilakukan pemeriksaan, dikurangi
150% dari Pasal 8
dengan pajak
tetapi belum dilakukan tindakan jumlah pajak ayat (3)
dengan yang telah
penyidikan, Wajib Pajak yang kurang UU
kemauan sendiri mengungkapkan dibayar
bayar sebelum KUP
ketidakbenaran tentang data yang mengajukan
Dilaporkan dengan SPT dan disertai keberatan.
dengan pelunasan kekurangan Sanksi
pembayaran jumlah pajak yang administrasi
berupa denda
sebenarnya
50% tersebut
3 Pengusaha yang telah dikukuhkan 2% dari dasar Pasal
tidak dikenakan
sebagai PKP, tetapi tidak membuat faktur pengenaan 14 ayat
dalam hal Wajib
pajak atau membuat faktur pajak, tetapi pajak (4) UU
Pajak
tidak tepat waktu KUP
mengajukan
banding
4 PKP tidak mengisi faktur pajak secara 2% dari dasar Pasal
lengkap sesuai dengan ketentuan Pasal pengenaan 14 ayat
13 ayat (5) UU Nomor 42 Tahun 2008 pajak (4) UU
7 Permohonan banding ditolak atau 100% dari Pasal
tentang Perubahan Ketiga atas UU KUP
dikabulkan sebagian jumlah pajak 21ayat
nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
berdasar hasil (5d) UU
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan
banding KUP
Pajak Penjualan atas Barang Mewah,
dikurangi
dengan
pembayaran
pajak yang telah
dibayar sebelum
mengajukan
keberatan.
20

Lanjutan Tabel 2.1

Lanjutan Tabel 2.1


No Perilaku Sanksi Sumber

Hukum
8 Setiap orang yang karena kealpaan: Didenda paling Pasal
a. tidak menyampaikan SPT, sedikit 1 (satu) 33 UU
b. menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak kali jumlah pajak KUP
benar atau tidak lengkap, atau terutang yang
melampirkan keterangan yang isinya tidak atau
tidak benar sehingga dapat menimbulkan kurang bayar
kerugian pada pendapatan negara dan dan paling
perbuatan tersebut merupakan banyak 2 (dua)
perbuatan setelah perbuatan yang kali jumlah pajak
pertama kali sebagaimana dimaksud terutang yang
dalam Pasal 13A UU KUP tidak atau
kurang bayar
atau dipidana
kurungan paling
singkat 3 (tiga)
bualan atau
paling lama 1
(satu) tahun

9 Setiap orang yang dengan sengaja: Didenda paling Pasal


a. tidak mendaftarkan diri untuk diberikan sedikit 2 (dua) 25 ayat
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau kali jumlah pajak (9) UU
tidak melaporkan usahanya untuk terutang yang KUP
dikukuhkan PKP tidak atau
b. menyalahgunakan atau menggunakan kurang dibayar
tanpa hak MPWP atau Nomor dan paling
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak banyak 4
c. tidak manyampaikan SPT (empat) kali
d. menyampaikan SPT dan atau jumlah pajak
keterangan yang isinya tidak benar atau terutang yang
tidak lengkap tidak atau
e. menolak untuk dilakukan pemeriksaan kurang dibayar,
f. memperlihatkan pembukuan, dan dipidana
pencatatan atau dokuman lain yang penjara paling
palsu atau dipalsukan seolah-olah benar, singkat 6
atau tidak menggambarkan keadaan (enam) bulan
yang sebenarnya dan paling lama
g. tidak menyelenggarakan pembukuan 6 (enam) tahun.
atau pencatatan di Indonesia, tidak pidana diatas
memperlihatkan atau meminjam buku, ditambahkan 1
catatan atau dokumen lain (satu) kali
h. tidak menyimpan buku, catatan atau menjadi 2 (dua)

Lanjutan Tabel 2.1


21

Lanjutan Tabel 2.1

Lanjutan Tabel 2.1


No
No Perilaku Sanksi Sumber

Hukum
dokumen lain pajak,
kali
restitusi sanksi
serta
yang
h. tidak menyimpan buku, catatan atau dimohonkan
pidana dengan
apabila
dan
dokumen yang menjadi dasar seseorang
atau
pidana penjara
pembukuan atau pencatatan dan melakukan
kompensasi
paling singkatlagi 2
dokumen lain termasuk hasil pengolahan tindak dan
atau
(dua) pidanapaling di
data dari pembukuan yang dikelola bidang
pengkreditan
lama 6 tahun.
12 secaraakuntan
Bank, elektronik ataunotaris,
publik, diselenggarakan
konsultan perpajakan
yang
Didenda dilakukan,
paling Pasal
secara kantor
pajak, program aplikasi online
administrasi, dan atau di sebelum
paling
banyak banyak
lewat 1 4 41A UU
Indonesia,
pihak atau
ketiga lainnya, yang mempunyai (satu)
(empat)
Rp25.000.000,- tahun,
kali KUP
i. tidak menyetorkan
hubungan dengan Wajib pajak Pajak
yang telah
yang terhitungdipidana
jumlah
dan restitusi
sejak
dipotongdiperiksa,
sedang atau dipungut,
ditagihsehingga
pajaknyadapat
dan selesainyapidana
yang
dengan
menimbulkan
disidik karenakerugian
adanyapada pendapatan
tindak pidanan menjalani paling
dimohonkan
kurungan dan
Negara
perpajakan dengan sengaja tidak pidana
atau penjara
lama 1 (satu)
memberi keterangan tau bukti, atau yang dijatuhkan
kompensasi
tahun
memberikan keterangan atau bukti yang atau
10 Setiapbenar
tidak Orang yang: pengkreditan
Didenda paling Pasal
13 a.
Setiap melakukan
orang yang denganPercobaan
sengaja yang
sedikit dilakukan,
Paling 2Banyak
(dua) 39 ayat
Pasal
menyalahgunakan
menghalangi atau
atau menggunakan
mempersulit dan
kali dipidana
Rp75.000.000,-jumlah (3)
41B UU
tanpa hak NPWP
penyidikan tindakatau pidana
pengukuhan PKP
dibidang penjara
rstitusi
dan paling
yang
pidana KUP
atau
perpajakan singkat
dimohonkan
penjara dan
paling 6
b. menyampaikan SPT dan atau (enam)
atau 3 bulan
lama (tiga)
keterangan yang isinya tidak benar atau dan paling
kompensasi
tahun
14 tidak lengkap,
Setiap dalam instansi
orang dalam rangka mengajukan
pemerintah, atau 2 paling
lama
Didenda (dua) Pasal
permohonan restitusi atau
lembaga, asosiasi, dan pihak lain, melkukan
yang pengkreditan
tahun
banyak 41C
11 kompensasi
dengan
Setiap sengaja
orang pajak
yang tidak atau
dengan pengkreditan
memberikan
sengaja: data yang dilakukan,
Rp1.000.000,-
Didenda paling ayat
Pasal(1)
pajak
dan
a. informasi yang
menerbitkan dan atauberkaitan dengan
menggunakan paling banyak
dan
sedikit dipidana
2 (dua) 4 UU
39A UU
perpajakan
faktur pajak,kepada Direktorat Jenderal
bukti pemungutan pajak, (empat)
dengan
kali jumlahpidana kali
pajak KUP
Pajak
bukti pemotongan pajak dan atau bukti jumlah
dalam restitusi
kurungan paling
faktur
setiran pajak yang tidak berdasarkan yang
lama
pajak, 1 (satu)
bukti
transaksi yang sebenarnya, atau dimohonkan
pemungutan dan
tahun
15 Setiap orang yang
b. menerbitkan fakturdengan
pajak sengaja
belum atau
Didenda
pajak, paling
bukti Pasal
menyebabkan
dikukuhkan sebagaitidak PKP terpenuhinya kompensasi
banyak
pemotongan 41C
kewajiban pejabat dan pihak lain di atau dan atau
Rp800.000,-
pajak, ayat (2)
instransi pemerintah, lembaga, asosiasi, pengkreditan
dan
bukti dipidana
setoran UU
dan lainnya yang
dengan dilakukan,
pajak danpidanapaling KUP
dan
banyak dipidana
kurungan paling 6
penjara paling
lama
(enam) 10
kali
singkat bulan
(sepuluh)
jumlah pajak6
(enam)
dalam bulan
faktur
dan
pajak,paling lama bukti
2 (dua)
pemungutantahun
Didenda
pajak, paling
bukti
sedikit
pemotongan(dua)
2
kali jumlah
pajak, dan atau
bukti setoran
22

Lanjutan Tabel 2.1

Sumber: Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Marjan, 2014)
No Perilaku Sanksi Sumber

Hukum

16 Setiap orang yang dengan sengaja tidak Didenda paling Pasal


menerikan data dan informasi yang banyak 41C
diminta oleh Direktur Jenderal Pajak Rp800.000,- ayat (3)
dan dipidana UU
dengan pidana KUP
kurungan paling
lama 10
(sepuluh) bulan
17 Setiap orang yang dengan sengaja Didenda paling Pasal
menyalahguinakan data dan informasi banyak 41C
perpajakan, sehingga menimbulkan Rp500.000,- ayat (4)
kerugian pada Negara dan dipidana UU
dengan pidana KUP
kurungan paling
lama 1 (satu)
tahun
18 Wajib Pajak yang sedang dilakukan Didenda 4 Pasal
tindakan penyidikan pajak namun (empat) kali 448 UU
kemudian memilih untuk melunasi utang jumlah pajak KUP
pajak yang tidak atau kurang dibayar yang tidak atau
atau tidak seharusnya dikembalikan kurang dibayar,
atau yang tidak
seharusnya
dikembalikan

b. Sanksi administrasi berupa bunga.

Sanksi administrasi berupa bunga dikenakan atas

pelanggaran yang menyebabkan utang pajak menjadi lebih

besar. Jumlah bunga dihitung berdasarkan persentase

tertentu dari suatu jumlah, mulai dari saat bunga itu

menjadi hak/kewajiban sampai dengan saat diterima

dibayarkan. Besarnya bunga akan dihitung secara tetap

dari pokok pajak yang tidak/kurang dibayar. Tetapi, dalam

hal wajib pajak hanya membayar sebagian atau tidak

membayar sanksi bunga yang terdapat dalam surat


23

ketetapan pajak yang telah diterbitkan, maka sanksi bunga

tersebut dapat ditagih kembali dengan disertai bunga lagi.

Tabel 2.2
Sanksi Administrasi Berupa Bunga

No Perilaku Sanksi Sumber

Hukum
1 Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT 2% perbulan Pasal 8
Pasal 8 ayat (2) UU KUP Tahunan yang atas jumlah ayat (2)
mengakibatkan utang pajak menjadi pajak yang UU
lebih besar . kurang dibayar, KUP
dihitung sejak
saat
penyampaian
SPT berakhir
sampai dengan
tanggal
pembayaran,
dan bagian dari
bulan dihitung
penuh 1 (satu)
bulan.

2 Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT 2% perbulan Pasal 8


Masa yang mengakibatkan utang pajak atas jumlah ayat
menjadi lebih besar. yang kurang (2a) UU
dibayar, dihitung KUP
sejak jatuh
tempo
pembayaran
sampai dengan
tanggal
pembayaran,
dan bagian dari
bulan dihitung.
Penuh 1 (satu)
bulan.
3 Pembayaran atau penyetoran Pasal 9 2%perbulan Pasal 9
ayat (2a) UU KUP pajak berdasarkan dihitung dari ayat
SPT Masa yang dilakukan setelah tanggal jatuh (2a) UU
Lanjutan Tabel 2.2

No Perilaku Sanksi Sumber

Hukum
tanggal jatuh tempo pembayaran atau tempo KUP
24

penyetoran pajak. pembayaran


sampai dengan
tanggal
pembayaran,
dan bagian dari
bulan dihitung
penuh 1 (satu)
bulan.
4 Pembayaran atau penyetoran pajak 2% perbulan Pasal 9
berdasarkan SPT Tahunan yang dihitung mulai ayat
dilakukan setelah tanggal jatuh tempo dari berakhirnya (2b) UU
penyampaian SPT Tahunan. batas waktu KUP
penyampaian
SPT Tahunan
sampai dengan
tanggal
pembayaran,
dan bagian dari
bulan dihitung
penuh 1(satu)
bulan.
5 Dari hasil pemeriksaan atau keterangan 2%perbulan dari Pasal
lain, pajak yang terutang tidak atau jumlah pajak 13 ayat
kurang dibayar. yang tidak atau (2) UU
kurang bayar, KUP
paling lama 24
(dua puluh
empat) bulan,
dihitung sejak
saat
terutangnya
pajak atau
berakhirnya
masa pajak,
bagian tahun
pajak atau tahun
pajak sampai
dengan
diterbitkannya
SKPKB.
6 Apabila Wajib Pajak diterbitkan NPWP 2%perbulan dari Pasal
dan atau dikukuhkan PKP secara jumlah pajak 13 ayat
jabatan. yang tidak atau (2) UU
kurang bayar, KUP
Lanjutan Tabel 2.2

No Perilaku Sanksi Sumber

Hukum
paling lama 24
(dua puluh
25

empat) bulan,
dihitung sejak
saat
terutangnya
pajak atau
berakhirnya
masa pajak,
bagian tahun
pajak atau tahun
pajak sampai
dengan
diterbitkannya
SKPKB.
7 SKPKB yang diterbitkan setelah 48% dari jumlah Pasal
melewati jangka waktu 5 (lima) tahun, pajak yang tidak 13 ayat
yang diterima oleh Wajib Pajak yang atau kurang (5) UU
dipidana karena melakukan tindak dibayar. KUP
pidana di bidang perpajakan atau tindak
pidana lainnya yang dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara
berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
8 Dari penelitian rutin: 2%perbulan Pasal
a. PPh dalam tahun berjalan tidak atau untuk selama- 14 ayat
kurang dibayar. lamanya 24 (3) UU
b. SPT salah tulis/salah hitung sehingga (dua puluh KUP
terdapat kekurangan pembayaran pajak. empat) bulan
dihitung sejak
saat
terutangnya
pajak atau
bagian tahun
pajak atau tahun
pajak sampai
diterbitkannya
STP.
9 Bagi PKP yang gagal berproduksi dan 2%perbulan dari Pasal
telah diberikan pembelian Pajak jumlah yang 14 ayat
Masukan. ditagih kembali, (5) UU
dihitung dari KUP
tanggal
penerbitan Surat
Keputusan
Pengembalian
Kelebihan
Pembayaran
Pajak sampai
dengan tanggal
penerbitan STP,
dan bagian dari
bulan dihitung
26

penuh 1(satu)
bulan.
Sumber: Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Marjan, 2014)

c. Sanksi administrasi berupa kenaikan.

Jika melihat bentuknya, bisa jadi sanksi administrasi

berupa kenaikan adalah sanksi yang paling ditakuti oleh

wajib pajak. Hal ini karena bila dikenakan sanksi tersebut,

jumlah pajak yang harus dibayar bisa menjadi berlipat

ganda. Sanksi berupa kenaikan pada dasarnya dihitung

dengan angka persentase tertentu dari jumlah pajak yang

tidak/kurang dibayar.

Tabel 2.3
Sanksi Administrasi Berupa Kenaikan

No Perilaku Sanksi Sumber

Hukum
1 Wajib Pajak mengungkapkan 50% dari pajak Pasal 8
ketidakbenaran pengisisn SPT setelah yang kurang ayat (5)
27

jangka waktu pembetulan SPT berakhir dibayar. UU


dan belum pernah diterbitkan surat KUP
ketetapan pajak, yang mengakibatkan
pajak kurang bayar.
2 SPT tidak disampaikan sesuai jangka a. 50% dari PPh Pasal
waktu penyampaian dan setelah ditegur yang tidak atau 13 ayat
secara tertulis SPT tetap tidak kurang bayar (1)
disampaikan pada waktunya dalam satu huruf b
sebagaimana ditentukan dalam Surat tahun pajak UU
Teguran. b. 100% dari KUP
PPh yang tidak
atau kurang
dipotong, tidak
atau kurang
dipungut tidak
atau kurang
disetor.
3 Berdasarkan hasil pemeriksaan atau 100% dari PPN Pasal
keterangan lain mengenai PPN dan PPn atas barang dan 13 ayat
BM, ternyata tidak seharusnya jasa dan Ph BM (1)
dikompensasikan selisih lebih pajak atau yang tidak atau huruf c
tidak seharusnya dikenakan tarif 0%. kurang dibayar. UU
KUP
4 Apabila Wajib Pajak tidak melakukan a. 50% dari PPh Pasal
pembukuan atau ketika diperiksa wajibyang tidak atau 13 ayat
pajak tidak: kurang bayar (3) UU
a. memperlihatkan dan ataudalam satu KUP
meminjamkan buku atau catatan, tahun pajak
dokumen yang menjadi dasarnya, dan b. 100% dari
dokumen lain yang berhubungan dengan PPh yang tidak
penghasilan yang diperoleh, kegiatan atau kurang
usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, dipotong, tidak
atau objek yang terutang pajak, atau kurang
b. memberikan kesempatan untuk dipungut tidak
memasuki tempat atau ruang yang atau kurang
dipandang perlu dan memberi bantuan disetor, dan
guna kelancaran pemeriksaan. dipotong atau
dipungut tetapi
tidak atau
kurang disetor.
5 Wajib Pajak yang karena kealpaannya sanksi Pasal
tidak menyampaikan SPT atau kenaikan 134 UU
Lanjutan Tabel 2.3

No Perilaku Sanksi Sumber

Hukum
Menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak sebesar 200% KUP
benar atau tidak lengkap, atau dari jumlah
melampirkan keterangan yang isinya tidak pajak yang
benar, sehingga dapat menimbulkan kurang dibayar
28

kerugian pada pendapatan negara. yang


Kealpaan yang dilakukan ini adalah ditetapkan
kealpaan yang pertama kali dilakukan oleh melalui
Wajib Pajak. penerbitan
SKPKB.
6 Diterbitkan SKPKBT, karena ditemukan 100% dari Pasal
data baru dan atau data yang semula jumlah 15 ayat
belum terungkap. kekurangan (2) UU
pajak. KUP
7 Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan 100% dari Pasal
terhadap Wajib Pajak dengan kriteria jumlah 17C
tertentu yang telah mendapat kekurangan ayat (5)
pengembalian pendahuluan kelebihan pajak. UU
pajak, diterbitkan SKPKB. KUP
Sumber: Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Marjan, 2014)

2. Sanksi pidana yang terdiri dari :

a. Pidana kurungan.

Sanksi ini biasa terjadi karena adanya tindak pidana yang

dilakukan karena kealpaan. Batas maksimum hukuman

kurungan ialah 1 (satu) tahun, pekerjaan yang harus

dilakukan oleh para tahanan kurungan biasanya lebih

sedikit dan lebih ringan, selain di penjara negara, dalam

kasus tertentu diizinkan menjalaninya di rumah sendiri

dengan pengawasan yang berwajib, kebebasan tahanan

kurungan lebih banyak, pada dasarnya tidak ada

pembagian atas kelas-kelas, dan dapat menjadi pengganti

hukuman denda.

b. Pidana penjara.

Sanksi ini biasa terjadi karena adanya tidak pidana yang

dilakukan dengan sengaja. Batas maksimum penjara ialah

seumur hidup, pekerjaan yang dilakukan oleh tahanan

penjara biasnya lebih banyak dan lebih berat, terhukum


29

menjalani di gedung atau di rumah penjara, kebebasan

para tahanan penjara amat terbatas, dibagi atas kelas-

kelas menurut kualitas dan kuantitas kejahatan dari yang

tergolong berat sampai dengan yang teringan, dan tidak

dapat menjadi pengganti hukuman denda.

Muliari dan Setiawan (2010) menjelaskan bahwa sanksi perpajakan

merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain

sanksi perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar

norma perpajakan. Pandangan tentang sanksi perpajakan tersebut diukur

dengan indikator sebagai berikut.

1. Sanksi pidana yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak cukup

berat.

2. Sanksi adminstrasi yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak

sangat ringan.

3. Pengenaan sanksi yang cukup berat merupakan salah satu

sarana mendidik wajib pajak.

4. Sanksi pajak harus dikenakan kepada pelanggarnya tanpa

toleransi.

5. Pengenaan sanksi atas pelanggaran pajak dapat dinegosiasikan.

Arum (2012) bahwa pemberian sanksi (law enforcement) tanpa pandang

bulu dan dilaksanakan secara konsekuen merupakan cara yang paling efektif

dari keempat hal di atas. Namun, sekarang ini banyak wajib pajak yang

menganggap remeh sanksi perpajakan. Wajib pajak berpikir bahwa sanksi

perpajakan yang dikenakan tidaklah menakutkan. Wajib pajak bahkan tidak


30

segan untuk menyuap aparat pajak agar dapat terbebas dari sanksi. Pengenaan

sanksi perpajakan bertujuan untuk menciptakan kepatuhan wajib pajak dalam

melaksanakan kewajiban perpajakannya. Beberapa hasil penelitian yang

dilakukan seperti Muliari dan Setiawan (2010) dan Arum (2012) mengenai sanksi

perpajakan menunjukkan bahwa sanksi perpajakan berpengaruh positif terhadap

kepatuhan wajib pajak. Semakin tinggi atau beratnya sanksi, maka akan semakin

merugikan wajib pajak. Oleh sebab itu, sanksi perpajakan diduga akan

berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak.

2.1.7 Tingkat Pendapatan

a. Pengertian Pendapatan

Dalam pemungutan pajak perlu memperhatikan kemampuan wajib pajak

dalam membayar pajak, kemampuan membayar itu sendiri dipengaruhi oleh

tingkat pendapatan, oleh karena itu pajak harus dipungut pada saat yang tepat,

yaitu pada saat wajib pajak mempunyai uang. Pendapatan menurut Lumbatoruan

dalam Hswidar (2016:18) adalah tanggung jumlah uang atau nilai yang selama

tahun takwin diperoleh seseorang dari.

a) Usaha dan tenaga;

b) Barang tak bergerak;

c) Harta bergerak;

d) Hak atas pembayaran berkala, dan;

e) Tambahan harta yang ternyata dalam tahun takwin kecuali jika hal

sebaliknya dibuktikan oleh wajib pajak.

Faktor ekonomi merupakan hal yang sangat fundamental dalam hal ini

melaksanakan kewajiban. Masyarakat yang miskin akan menemukan kesulitan

untuk membayar pajak. Kebanyakan mereka akan memenuhi kebutuhan hidup


31

terlebih dahulu sebelum membayar pajak. Karenanya, tingkat pendapatan

seseorang dapat memengaruhi bagaimana seseorang tersebut memiliki

kesadaran dan kepatuhan akan ketentuan hukum dan kewajibannya.

Kondisi keuangan adalah kemampuan keuangan individu dalam

memenuhi segala kebutuhannya. Apabila individu tersebut dapat memenuhi

semua kebutuhan tersebut, baik itu kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier

berdasarkan pendapatan yang dimiliki tanpa bantuan dari pihak luar berupa

pinjaman, dapat dikatakan bahwa kondisi keuangan individu tersebut sangat

baik. Akan tetapi, jika individu tersebut seringkali melakukan pinjaman dari pihak

luar yang biasa diperoleh dari keluarga, teman, maupun bank, dapat dikatakan

bahwa kondisi keuangan individu tersebut sangat buruk (Agustiantono dalam

Haswidar 2016:19).

b. Jenis-jenis dan Sumber Pendapatan

Menurut Gilarso dalam Haswidar (2016:19) jenis pendapatan yang

diperoleh seorang dikategorikan menjadi.

a) Pendapatan pokok, yaitu pendapatan yang diperoleh dari upah sebagai

kerja pokok;

b) Pendapatan tambahan yaitu pendapatan yang diperoleh dari luar

pendapatan pokok;

c) Pendapatan lain-lain yaitu pendapatan yang diperoleh dari luar

pendapatan pokok dan tambahan.

2.1.8 Kesadaran Wajib Pajak

Menurut Wikipedia, kesadaran adalah kesadaran akan perbuatan. Sadar

artinya merasa, tau atau ingat (kepada keadaan yang sebenarnya). Kesadaran

untuk mematuhi ketentuan (hukum pajak) yang berlaku tentu menyangkut faktor-
32

faktor apakah ketentuan tersebut telah diketahui, diakui, dihargai dan ditaati. Bila

seseorang hanya mengetahui berarti kesadaran wajib pajak tersebut masih

rendah. Kesadaran wajib pajak adalah pengetahuan wajib pajak bahwa perilaku

wajib pajak diatur oleh ketentuan dan peraturan perpajakan, sehingga ada

kecenderungan untuk sadar akan kewajibannya. Kesadaran wajib pajak adalah

suatu kondisi dimana wajib pajak mengetahui, memahami dan melaksanakan

ketentuan perpajakan dengan benar dan sukarela. Pengetahuan dan tentang

perpajakan sangat penting karena dapat membantu wajib pajak dalam mematuhi

aturan perpajakan serta dapat menyadari kewajibannya sebagai warga negara

yang melibatkan pajak dalam aturan pemerintahannya.

Menurut Ritongga (2011) kesadaran adalah perilaku atau sikap terhadap

suatu objek yang melibatkan anggapan dan perasaan serta kecenderungan

untuk bertindak sesuai objek tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak merupakan perilaku wajib pajak

berupa pandangan atau perasaan yang melibatkan pengetahuan, keyakinan dan

penalaran disertai kecenderungan yang diberikan oleh sistem dan ketentuan

pajak tersebut.

Wajib pajak harus melaksanakan aturan itu dengan benar dan sukarela.

Jadi dapat didefinisikan, kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimana

wajib pajak mengetahui, mengakui, menghargai dan menaati ketentuan

perpajakan yang berlaku serta memiliki kesungguhan dan keinginan untuk

memenuhi kewajiban pajaknya.

Wajib pajak dikatakan memiliki kesadaran apabila (Manik Asri, 2009) :

1. Mengetahui adanya Undang-Undang dan ketentuan perpajakan.

2. Mengetahui fungsi pajak untuk pembiayaan negara.


33

3. Memahami bahwa kewajiban perpajakan harus dilaksanakan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Memahami fungsi pajak untuk pembiayaan Negara.

5. Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan sukarela.

6. Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan benar.

2.1.9 Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989), berarti

tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Menurut Viqania dalam Irmawati

(2012), Kepatuhan adalah motivasi seseorang, kelompok atau organisasi untuk

berbuat atau tidak berbuat sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Jadi,

kepatuhan pajak merupakan kepatuhan wajib pajak terhadap peraturan

perpajakan.

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:138) mengatakan bahwa kepatuhan

wajib pajak dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak

memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.

Kepatuhan wajib pajak (Wahyu Santoso, 2008) adalah wajib pajak mempunyai

kesediaan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan

yang berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, investigasi seksama,

peringatan, penerapan sanksi hukum maupun administrasi.

Menurut Norman D. Nowak, kepatuhan wajib pajak adalah suatu iklim

kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercemin dalam

situasi dimana :

1. Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas.


34

3. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar.

4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.

Jadi dapat didefinisikan bahwa kepatuhan wajib pajak adalah rasa bersalah dan

rasa malu presepsi wajib pajak atas kewajaran dan keadilan beban pajak yang

wajib pajak tanggung dan berpengaruh kepuasan terhadap pelayanan

pemerintah.

Terdapat beberapa hal penting yang berkaitan dengan kepatuhan wajib

pajak yang mana hal ini memberikan dorongan bagi wajib pajak untuk menjadi

wajib pajak yang patuh, diantaranya :

1. Program pelayanan yang baik kepada wajib pajak.

2. Prosedur yang sederhana dan memudahkan wajib pajak.

3. Program pemantauan kepatuhan dan verifikasi yang efektif.

4. Pemantauan law enforcement secara tegas dan adil.

2.2 Penelitian Terdahulu

1. Penelitian yang dilakukan oleh Arum (2012) bertujuan untuk menganalisis

pengaruh kesadaran wajib pajak, pelayanan fiskus, dan sanksi pajak

terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan

usaha dan pekerjaan bebas. Penelitian ini menggunakan kesadaran wajib

pajak, pelayanan fiskus dan sanksi pajak sebagai variabel independen

dan kepatuhan wajib pajak sebagai variabel dependen. Teknik analisis

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi

berganda. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, penelitian Arum

(2012) menunjukkan bahwa kesadaran wajib pajak, pelayanan fiskus, dan


35

sanksi pajak memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

kepatuhan wajib pajak.

2. Penelitian Nugroho (2012) bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi kemauan untuk membayar pajak. Penelitian ini

menggunakan kesadaran wajib pajak, pelayanan fiskus, dan sanksi pajak

sebagai variabel independen dan kepatuhan wajib pajak sebagai variabel

dependen. Teknik analisis data yang digunakan dalam penellitian ini

adalah teknik analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil analisis yang

dilakukan, penelitian Nugroho (2012) menunjukkan bahwa pengetahuan

dan akan peraturan perpajakan, pelayanan fiskus yang berkualitas, dan

persepsi atas efektivitas sistem perpajakan berpengaruh positif terhadap

kesadaran membayar pajak, demikian pula dengan kesadaran membayar

pajak berpengaruh positif terhadap kemauan membayar pajak.

3. Haswidar (2016) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mencari

pengaruh tingkat pendapatan, pengetahuan dan kesadaran wajib pajak

terhadap kepatuhan membayar pajak bumi dan bangunan. Penelitian itu

dilakukan di Kecamatan Pammana, Kabupaten Wajo. Penelitian ini

menggunakan tingkat pendapatan, pengetahuan dan kesadaran wajib

pajak sebagai variabel independen sementara untuk variabel dependen

yaitu kepatuhan wajib pajak. Teknik analisis data yang digunakan dalam

penellitian ini adalah teknik analisis regresi linier berganda. Berdasarkan

hasil analisis yang dilakukan, penelitian Haswidar (2016) menunjukkan

bahwa tingkat pendapatan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib

pajak, tingkat pengetahuan dan kesadaran wajib pajak berpengaruh

positif terhadap kepatuhan wajib pajak.


36

4. Irmawati (2015) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mencari

pengaruh kesadaran wajib pajak, sanksi perpajakan dan pemahaman

perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian itu melibatkan

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cakung Satu. Penelitian ini

menggunakan kesadaran wajib pajak, sanksi perpajakan dan

pemahaman perpajakan sebagai variabel independen sementara untuk

variabel dependen yaitu kepatuhan wajib pajak. Teknik analisis data yang

digunakan dalam penellitian ini adalah teknik analisis regresi berganda.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, penelitian Irmawati (2015)

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara kesadaran wajib

pajak dengan kepatuhan wajib pajak dan pemahaman perpajakan dengan

kepatuhan wajib pajak, sementara terdapat pengaruh negatif antara

sanksi perpajakan dengan kepatuhan wajib pajak.

2.3 Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian mengenai pengaruh sanksi perpajakan, tingkat

pendapatan dan kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang

pribadi, dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1

Kerangka Penelitian

Sanksi

Perpajakan

(X1)
37

Tingkat Kepatuhan Wajib

Pendapatan Pajak Orang

(X2) Pribadi (Y)

Kesadaran Wajib

Pajak

(X3)

2.4 Pengembangan Hipotesis

2.4.1 Pengaruh Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang

Pribadi

Sanksi adalah suatu tindakan berupa hukuman yang diberikan kepada

orang yang melanggar peraturan. Peraturan atau Undang-Undang merupakan

rambu-rambu bagi seseorang untuk melakukan sesuatu mengenai apa yang

harus dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan. Sanksi pajak

merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain


38

sanksi perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar

norma perpajakan (Mardiasmo, 2006 dalam Muliari dan Setiawan, 2010).

Sanksi pajak dibuat dengan tujuan agar wajib pajak takut untuk

melanggar undang-undang Perpajakan. Wajib pajak akan mematuhi pembayaran

pajaknya bila memandang bahwa sanksi akan lebih banyak merugikannya

(Jatmiko, 2006).

Penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Pujiwidodo (2016)

menyimpulkan bahwa persepsi sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib

pajak orang pribadi pada KPP Pratama Tigaraksa memiliki pengaruh yang

signifikan. Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Pranata dan Setiawan (2015)

menyimpulkan bahwa sanksi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan

wajib pajak dalam membayar pajak restoran di Dinas Pendapatan Kota

Denpasar. Oleh sebab itu, pandangan wajib pajak mengenai sanksi perpajakan

diduga akan mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak.

Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan hipotesis yaitu sebagai berikut.

H1 : Sanksi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib

pajak orang pribadi

2.4.2 Pengaruh Tingkat Pendapatan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Orang Pribadi

Pendapatan wajib pajak adalah penghasilan yang diperoleh wajib pajak

dari bekerja dan akhir bulan mendapat gaji. Pendapatan merupakan tambahan

kekayaan atau harta yang diperoleh baik dalam maupun dari luar negara yang

dipungut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Wajib pajak akan lebih memilih

menggunakan pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dari pada

menggunakan untuk membayar pajak.


39

Kontribusi masyarakat bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi di

Indonesia salah satunya dengan memberikan kontribusi berupa pembayaran

pajak kepada negara (Putri dan Isgiyarta, 2013). Wajib pajak dapat melakukan

pembayaran pajak tersebut dengan menyisihkan sebagian pendapatan yang

diperolehnya. Apabila wajib pajak memiliki pendapatan yang cukup bahkan lebih

maka wajib pajak selain mampu untuk memenuhi kebutuhannya juga mampu

memenuhi kewajban perpajakannya.

Penelitian yang dilakukan oleh Putri (2016) mengatakan bahwa variabel

pendapatan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

membayar PBB sehingga peneliti menyimpulkan untuk merumuskan hipotesis

untuk variabel pendapatan sebagai berikut.

H2 : Tingkat pendapatan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak

orang pribadi

2.4.3 Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak Orang Pribadi

Kesadaran wajib pajak adalah kerelaan memenuhi kewajibannya,

termasuk rela memberikan kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi pemerintah

dengan cara membayar kewajiban pajaknya. Kesadaran perpajakan

berkonsekuensi logis untuk wajib pajak untuk wajib pajak, yaitu kerelaan wajib

pajak memberikan kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi perpajakan, dengan


40

cara membayar kewajiban pajaknya secara tepat waktu dan tepat jumlah

(Utomo, 2011).

Semakin tinggi tingkat kesadaran wajib pajak maka pamahaman dan

pelaksanaan kewajiban perpajakan semakin baik sehingga dapat meningkatkan

kepatuhan (Muliari dan Setiawan, 2010). Kesadaran wajib pajak atas fungsi

perpajakan sebagai pembiayaan negara sangat diperlukan untuk meningkatkan

kepatuhan wajib pajak (Jatmiko, 2006).

Wajib pajak yang menyadari akan pentingnya pajak bagi negara maka

akan membayar pajaknya secara tepat waktu maupun tepat jumlah. Kesadaran

perpajakan wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang

pribadi.

H3 : Kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib

pajak orang pribadi

Anda mungkin juga menyukai