Anda di halaman 1dari 76

DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS

SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

BAB 7

PENDEKATAN METODELOGI

Bab ini memberikan penjelasan mengenai tahapan kerja KONSULTAN dalam


melaksanakan pekerjaan. Tahapan tersebut tersusun dalam Pendekatan Teknis dan
Metodologi yang menjelaskan pemahaman konsultan terhadap tujuan
proyek/kegiatan, lingkup serta jasa konsultansi yang diperlukan, metodologi kerja
dan uraian detail mengenai keluaran, KONSULTAN harus menyoroti permasalahan
yang sedang dicarikan jalan keluarnya, dan menjelaskan pendekatan teknis yang
akan diadopsi untuk menyelesaikan permasalahan. KONSULTAN juga menjelaskan
metodologi yang diusulkan dan kesesuaian metodologi tersebut dengan pendekatan
yang digunakan. Disamping itu pada Bab ini akan diuraikan program kerja yang
menjelaskan tentang usulan Rencana Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja
Kontrak (RK3K), kegiatan utama dari pelaksanaan pekerjaan, substansinya dan
jangka waktu, pentahapan dan keterkaitannya, target, dan tanggal jatuh tempo
penyerahan laporan-laporan.

7.1 TAHAPAN PEKERJAAN

Tahapan pelaksanaan pekerjaan berdasarkan lingkup pekerjaan yang diuraikan


dalam Kerangka Acuan Kerja secara garis besar mencakup :
1. PERSIAPAN DAN PENGUMPULAN DATA
1. Persiapan Administrasi dan Teknis
2. Mobilisasi Personil dan Peralatan Kantor
6-1
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

3. Penyusunan Laporan Rencana Mutu Kontrak (RMK)


4. Survey Lapangan Pendahuluan
5. Pengumpulan Data Sekunder terkait yang diperlukan
6. Penyusunan Laporan Pendahuluan

2. SURVEY DAN IDENTIFIKASI LAPANGAN


1. Inventarisasi Lapangan dan Pengumpulan Data sekunder
2. Survey Topografi
3. penyelidikan Geoteknik dan Mekanika Tanah
4. Survey Hidrologi dan hidrolika

3. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA


1. Perhitungan Survey Topografi
2. Penggambaran dan Pemetaan Rencana Embung
3. Analisis Laboratorium Geologi dan Mekanika Tanah
4. Analisis Kajian Hidrologi
5. Analisis Hidrolika

4. MERENCANAKAN KONSEP DAN ALTERNATIF BANGUNAN EMBUNG


1. Penentuan Lokasi yang Layak Dibangun Embung
2. Menentukan Alternatif Tata Letak Embung dan Bangunan Penambil
3. Teknis dan Tahapan Pembangunan

5. KEGIATAN DETAIL DESAIN


1. Alternatif Bangunan Embung
2. Perhitungan Struktur Bangunan Embung
3. Perhitungan Stabilitas;
4. Penggambaran Topografi dan Detail Desain;
5. Perhitungan BOQ dan RAB;
6. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Fisik

6-2
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

6. PENYUSUNAN LAPORAN
1. Laporan Rencana Mutu Kontrak
2. Laporan Bulanan
3. Laporan Draft
- Laporan Antara
- Laporan Nota Desain
- Laporan Akhir
4. Laporan Final
- Laporan Pendahuluan
- Laporan Geoteknik/Mektan
- Laporan Hidrologi
- Laporan Antara
- Laporan Nota Desain
- Laporan BOQ, RAB, Spektek, Metode Kerja dan IRR
- Deskripsi BM & CP, Lap. Pengukuran Topografi
- Buku Data Ukur dan Hitungan
- Laporan Ringkas
- Laporan Akhir
5. Gambar Topografi dan Detail Desain ukuran A1
6. Gambar Topografi dan Detail Desain ukuran A3
7. Dokumentasi/Album Foto
8. Eksternal Memory 1 TB (Berisi Procecing data, peta, perancangan, foto-foto
dan seluruh laporan)

6-3
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

Gambar 7.1 : BAGAN ALIR PELAKSANAAN

START

Pekerjaan Persiapan
 Persiapan Administrasi dan Teknis
 Mobilisasi Personil dan Peralatan Kantor
 Penyusunan Laporan Rencana Mutu Kontrak (RMK)
 Survey Lapangan Pendahuluan
 Pengumpulan Data Sekunder terkait yang diperlukan
 Penyusunan Laporan Pendahuluan

Penyusunan Rencana Kerja & Draft Lap. Pendahuluan


Tidak

Diskusi

Y
a

Final Laporan Pendahuluan

Survey & Identifikasi Lapangan

 Inventarisasi Lapangan dan Pengumpulan


Data sekunder
 Survey Topografi
 Penyelidikan Geoteknik dan Mekanika
Tanah


6-4
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)


Pengolahan Dan Analisis Data

 Perhitungan Survey Topografi


 Penggambaran dan Pemetaan
 Analisis Laboratorium Geologi dan Mekanika Tanah
 Analisis Kajian Hidrologi
 Analisis Hidrolika

Konsep Laporan
Antara

Tidak

Diskusi

Ya

Laporan YAntara
a

Kegiatan Detail Desain

 Desain Alternatif Bangunan Embung dan Pelimpah


 Perhitungan Struktur Bangunan Embung
 Perhitungan Stabilitas;
 Penggambaran Topografi dan Detail Desain;
 Perhitungan BOQ dan RAB;
 Penyusunan Rencana Pelaksanaan Fisik


6-5
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)


Konsep Laporan
Akhir Tida
k

Disk
usiY
a
FINAL KONSEP
PERENCANAAN EMBUNG

SELESAI

6-6
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

7.2 METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

7.2.1 KEGIATAN PERSIAPAN

Kegiatan Persiapan dalam hal ini merupakan pekerjaan pengumpulan data sekunder
yang meliputi data klimatologi, hidrologi/hidrometri, studi terdahulu, peta-peta
(topografi, geologi) dan lain-lain. Serta juga termasuk pekerjaan persiapan survey
yang meliputi penyusunan program kerja, pembuatan peta kerja, pemeriksaan
peralatan survey, penyiapan perlengkapan survey, penyiapan surat ijin survey, dan
lain-lain.

Evaluasi dan identifikasi terhadap data-data yang sudah ada (terkumpul),


berdasarkan hasil evaluasi data-data inilah Konsultan kemudian menyusun laporan
pendahuluan.

7.2.2.11 Pengumpulan Data Sekunder Dan Program Kerja

1) Pengumpulan data sekunder dan program kerja ini diusahakan semaksimal


mungkin didapat guna menunjang kelancaran pelaksanaan pekerjaan, yang
meliputi:
 Peta DAS
 Peta RBI sebagai acuan peta Lokasi;
 Peta Tata Guna Lahan
 Pengkajian data hidrologi dan ketersediaan air
 Penyiapan program kerja
 Data rencana tata ruang, studi terdahulu, Data sosek, statistik, daftar
harga bahan dan upah, dan lain sebagainya yang diperlukan untuk
perencanaan.

Melakukan Orientasi lapangan berdasarkan hasil pengumpulan data dan peta


terdahulu yang diperoleh dan setelah mendapat arahan dari Direksi
Pekerjaan. Beberapa kegiatan persiapan administrasi dan teknis yang harus
segara dilakukan yaitu :

6-7
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

 Mobilisasi sumber daya yang meliputi, kegiatan mobilisasi personil,


peralatan dan mempersiapkan kebutuhan operasional lapangan.
 Persiapan pekerjaan survei serta Laporan Pendahuluan

2) Pengumpulan data, laporan dan informasi-informasi lain yang diperkirakan


akan mendukung pekerjaan, baik yang terdapat di kantor-kantor pemerintah
maupun pada instansi lainnya akan dilaksanakan oleh Konsultan dengan baik
dan secermat mungkin. Rekomendasi dari Dinas Pengairan Aceh diharapkan
akan dapat memperlancar kegiatan ini.

7.2.2.11 Survey Pendahuluan

Survey pendahuluan ini merupakan tahap awal pelaksanaan pekerjaan dan


juga untuk orientasi/pengenalan lapangan, pengambilan data-data visual dan
data sekunder awal yang digunakan dalam pengecekan kondisi lokasi. Dalam
tahap ini juga diidentifikasi permasalahan-permasalahan yang mungkin timbul
nantinya selama pelaksanaan survei teknis, sehingga tim survei teknis
nantinya akan dapat melakukan persiapan yang lebih baik secara teknis.
Selain itu juga untuk melakukan pendekatan pada instansi terkait sehingga
dapat dicapai koordinasi yang optimal.

Persiapan dalam survey pendahuluan adalah; mengumpulkan dan


menganalisa beberapa dokumen serta referensi, pengumpulan data sebanyak
mungkin juga dilakukan dengan :
- Menghubungi instansi-instansi terkait di Daerah maupun di Pusat
sehubungan dengan perencanaan pengembangan SDA dan/atau
kegiatan yang berada di dalam wilayah lokasi kawasan lindung sumber
air.
- Penentuan calon referensi pengukuran dan batas lokasi studi;

6-8
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

- Menyiapkan laporan Pendahuluan.


7.2.2 SURVEY LAPANGAN

Sebelum Melakukan Survey Lapangan dilakukan, terlebih dahulu dilakukan persiapan


survey diantaranya adalah sebagai berikut :
 Program Kerja Survey (jadwal kerja dan personil)
 Pembuatan Peta Kerja
 Pemeriksaan Alat Survey
Pemeriksaan peralatan/perlengkapan survey akan dilakukan terhadap:
 Theodolit
 Total station (TS)
 Waterpass
 Rambu ukur
 Hand GPS
 Patok Beton BM/CP
 Kamera Foto
 Rol meter
 Patok Kayu
 Pita ukur 50 m
 Perlengkapan Lapangan
 Dan Perlengkapan Lainnya

7.2.2.1 Investigasi dan identifikasi Lapangan;

Identifikasi dilakukan terhadap kondisi existing lokasi, yaitu dengan melakukan


penilaian dan dokumentasi yang meliputi fungsional dari masing-masing aspek yang
berpengaruh dalam perencanaan embung baik berupa kemiringan lahan, kodisi
lahan, dan lain sebagainya yang mungkin mengakibatkan hambatan dalam
pekerjaan ini nantinya.

6-9
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

Penilaian ini juga dilakukan terhadap aktifitas kegiatan masyarakat disekitar lokasi
yang akan direncanakan embung yang secara langsung maupun tidak langsung
dapat memberikan dampak baik itu dampak positif maupun dampak negatif.

7.2.2.2 Pengukuran Topografi

Pelaksanaan pengukuran topografi dibagi dalam beberapa tahapan pekerjaan yaitu:

- Persiapan di lapangan.
- Pembuatan kerangka dasar pemetaan.
- Pelaksanaan pengukuran yang meliputi pengukuran horisontal, pengukuran
vertikal, pengukuran situasi detail, pengukuran penampang memanjang dan
melintang, pemasangan titik kontrol (benchmark), dan pencatatan data
pengukuran dalam buku ukur.
- Perhitungan di lapangan.
- Penggambaran sketsa di lapangan.

Kegiatan survei topografi ini melakukan pengukuran dengan alat ukur (instrument
survey) berupa Total Station, Theodolit dan Waterpass atau alat ukur lainnya yang
menghasilkan data pengukuran. Data pengukuran ini dianalisa sehingga
menghasilkan koordinat dan elevasi titik-titik yang bisa mengasilkan gambar kontur
dari daerah yang diukur.

Pengukuran topografi dilakukan pada areal pekerjaan yang akan menjadi lokasi
embung yaitu di sepanjang sungai sejauh 2 km ke arah downstream dan 2 km ke
arah upstream diukur dari as embung. Pengukuran topografi tersebut harus
menggambarkan kondisi lapangan (topografi) secara rinci dengan benar dan jelas
mengenai bentuk dan perbedaan permukaan tanah yang ada. Kerapatan titik – titik
situasi (spot height) juga perlu disesuaikan dengan kondisi lapangan dan kebutuhan
untuk kelengkapan data perencanaan. Pengukuran topografi dan pemetaan situasi
dilakukan untuk keperluan perencanaan teknis.
6-10
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

Secara garis besar pengukuran topografi dan pemetaan situasi meliputi :


 Pemasangan patok BM & CP.
 Pengukuran Kontrol horizontal dan vertikal.
 Pengukuran detail situasi
 Pengukuran Long section dan Cross section sungai.
 Penggambaran Hasil Pengukuran.

A. Pemasangan Bench Mark dan Control Point

 Pemasangan Bench Mark sepasang dengan Control Point (CP), jarak Bench
Mark dan CP antara 30 – 70 m dan dilakukan sebelum dilaksanakan
pengukuran sehingga pada saat pengukuran dilaksanakan kedudukan Bench
Mark dan Control Point sudah stabil.
 Bench Mark dipasang ditempat yang stabil dan aman dari gangguan, baik
gangguan manusia atau binatang, serta tidak mengganggu aktifitas umum.
Lokasi Bench Mark ditempatkan pada tempat yang mudah dicari/dipantau.
Bench Mark dan Control Point (CP), nantinya akan menjadi pedoman/acuan
dalam pelaksanaan konstruksi.
 Pemasangan Bench Mark dan Control Point (CP) dipasang disebelah kiri dan
kanan sungai rencana embung .
 Bench Mark dibuat dari campuran semen, pasir dan kerikil dengan
perbandingan 1 : 2 : 3. Kerangka Bench Mark dibuat dari besi tulangan
berdiameter 8 mm, dan 6 mm. Bagian tengah Bench Mark dipasang baut Ø
12 mm dengan panjang 10 cm dengan ukuran 20 x 20 x 100 cm.
 Control Point dibuat pipa Paralon PVC Ø 4” dan diisi dengan campuran
semen, pasir dan kerikil dengan perbandingan 1 : 2 : 3. Bagian tengah
Control Point dipasang baut Ø 12 mm dengan panjang 10 cm. dengan
ukuran Ø 4” x 100 cm.
 Bench Mark dan CP diberi inisial / nomor. Khusus untuk Bench Mark
inisial/nomor dibuat dari marmer dengan ukuran 15 cm x 15 cm, dengan
sistem penomoran yang telah ditentukan dan diberi cat minyak warna biru.
6-11
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

Pemasangan Bench Mark dan Control Point diberi tapak pada permukaan
tanah Asli agar lebih stabil dan kokoh.

Titik Ketinggian dari Kuningan

20 Plat Nomenkltur
PermukaanTanah
cm
30 20
Beton Bertulang 1: 2 : 3
cm cm

60
cm
10
cm 10
cm

Gambar 7. 1 Bentuk dan Ukuran Patok Beton/Bench Mark (BM)

1. Bentuk dan Ukuran Patok Beton/Control Point (CP)

20 cm 20 cm
PermukaanTanah

Adukan semen

20 cm 40 cm

Angkur besi 40 cm

Gambar 7. 2 Bentuk dan Ukuran Patok Beton/Control Point (CP)


6-12
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

Pemasangan Patok Kayu

Patok Kayu yang digunakan biasa menggunakan kayu seperti terlihat pada gambar
di bawah ini :

2. Pemasangan Patok Kayu


Bentuk dan ukuran Patok

Paku
5 - 10
Seng
cm

60 - 70
cm

Gambar 7. 3 Bentuk dan Ukuran Patok Kayu

B. Pengukuran Kerangka Horisontal (X,Y)


a. Metoda pengukuran adalah polygon.
b. Alat ukur sudut adalah Theodit T-2 atau alat iain yang sejenis.
c. Alat ukur jarak adalah EDM.
d. Jalur pengukuran polygon mengikuti jalur kerangka pengukuran
(kring atau loop ).
e. Sudut horizontal diukur satu seri lengkap (B,LB).
f. Perbedaan sudut horizontal hasil bacaan biasa dan luar biasa < 5".
g. Untuk orientasi arah dan kontrol ukuran sudut akan dilakukan
pengamatan matahari sesuai petunjuk direksi.

6-13
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

h. Jarak antara patok diukur dua kali bolak-balik, perbedaannya akan


1:5.000 terhadap jarak rata-ratanya.
i. Panjang seksi pengukuran polygon maksimum 2,5 km dan setiap
ujungnya di tandai dengan BM.
j. Semua BM dan CP, baik yang lama maupun yang baru akan diukur.
k. Pengukuran Jarak
 Alat ukur yang digunakan Electronic Distance Meter (EDM).
 Pembacaan dilakukan pergi pulang.
 Hasil pembacaan jarak dicek beberapa kali.

l. Pengukuran Sudut
 Menggunakan Theodolit (T2)
 Jumlah seri pengukuran 2 seri (B, LB) muka belakang
 Selisih sudut antara dua pembacaan <5" (lima detik).
 Salah penutup Sudut Φ°<10 n detik

 Salah penutup jarak d < 1: 5.000.

 Bentuk geometris poligon adalah tertutup (loop) melalui BM


 dan patok kayu.
Keterangan:
n : Jumlah titik poligon
Φ° : Jumlah penutup sudut
Φδ : Jumlah penutup jarak

C. Pengukuran Kerangka Vertikal (Z)


1. Metoda pengukuran adalah waterpass/penyipat datar.
2. Alat yang digunakan: waterpass otomatis dan rambu ukur yang
dilengkapi dengan nivo.
3. Ketinggian/elevasi setiap titik-titik poligon/patok, BM dan CP baik yang
lama maupun yang baru akan diukur.
4. Sebelum dan sesudah pengukuran setiap hari akan dilakukan checking
garis bidik.

6-14
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

5. Ketiga benang (ba, bt dan bb) akan dibaca lengkap


6. Metoda pengukuran waterpass adalah pergi - pulang.
Pengukuran leveling akan diikatkan pada minimai 2 (dua) Bench Mark
yang telah diketahui elevasinya yang akan ditunjukkan Direksi, dan akan
melalui titik-titik poligon. Metode pengukuran leveling digunakan cara
pulang pergi dan apabila di lapangan hanya ada 1 (satu) Bench Mark
maka pengukuran akan dilakukan secara close circuit.

Pembacaan rambu akan dilakukan dengan pembacaan tiga benang


lengkap (benang atas, benang tengah, benang bawah) sebagai kontrol 2
BT = BA + SB.

Alat yang digunakan adalah automatic level seperti zeiss NAK-2 atau
sederajat dan seijin Direksi. Pada setiap slag, usahakan alat di tengah-
tengah dari dua titik yang diukur dengan jarak maksimum 50 m ke rambu
muka dan rambu belakang.

Dalam pengukuran leveling akan menggunakan 2 buah rambu ukur yang


dilengkapi:
1. Landasan rambu yang terbuat dari logam berkaki tiga.
2. Nivo kontak
3. Kesalahan penutup dari pengukuran pulang pergi tidak boleh melebihi
10√L mm (L = jumlah jarak dalam km)

Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui posisi tinggi elevasi (Z),


pada masing-masing patok kerangka dasar vertikal. Metoda pengukuran
yang dilakukan ini metoda waterpass, yaitu dengan melakukan
pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi yang
dipilih. Pelaksanaan pengukuran setiap titik diilustrasikan seperti pada
Gambar 7.4. di bawah.

6-15
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

Gambar 7.4 PENGUKURAN WATERPASS

Spesifikasi Teknis Pengukuran Waterpass adalah sebagai berikut :


1. Jalur pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi.
2. Tiap seksi dibagi menjadi slag yang genap.
3. Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu
belakang menjadi rambu muka.
4. Pengukuran dilakukan dengan cara double stand, ring
5. Toleransi kesalahan pembacaan stand 1 dengan stand 2 < 2 mm.
6. Jalur pengukuran mengikuti jalur poligon dan melewati (BM).
7. Toleransi salah penutup tinggi ( ft ) < 8 mm √D

Keterangan:
n : Salah penutup tinggi.
D : Jarak dalam satuan Km.

Alat ukur yang digunakan waterpass dan rambu ukur alumunium 3 m.


Pengukuran sifat datar ini dilakukan melalui titik-titik poligon dan patok
lainnya yang digunakan untuk pengukuran situasi dan profil melintang
pantai.

1. Alat yang digunakan NAK-2 atau jenis automatic level dan rambu yang
digunakan adalah yang dilengkapi dengan nivo
2. Sebelum dan sesudah pengukuran diiaksanakan setiap hari akan
6-16
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

dilakukan pengamatan garis bidik alat ukur waterpass


3. Setiap slag akan dibaca 2 stand dengan pembacaan benang diafragma
lengkap
4. Dalam setiap seksi diusahakan jarak ke muka sama dengan jarak ke
belakang untuk menghilangkan kesalahan garis bidik
5. Pengukuran waterpass setiap seksi akan dilakukan pulang pergi dan
akan selesai 1 hari, hal ini menghindari kemungkinan berubahnya
ketinggian patok-patok pengukuran
6. Pada saat rambu dibidik akan memakai kaki tiga supaya rambu
tersebut tidak goyang
7. Jarak bidikan dari alat ke rambu maksimum 50 m
8. Alat ukur yang digunakan NAK-2 atau yang sejenis
9. Toleransi beda tinggi stand I dan II 2 milimeter
10. Untuk rambu 3 (tiga) meter, pembidikan rambu akan antara 0,25 s/d
2,75 meter
11.Salah penutup beda tinggi 10 mm √D dimana D panjang seksi
pengukuran WP dalam km

D. Pengukuran Poligon
1. Pengukuran Poligon Utama
a. Jalur poligon melalui BM yang telah dipasang sebelumnya
b. Jalur poligon merupakan kring tertutup
c. Sudut horisontal dibaca dalam satu seri lengkap (B-B-LB-LB).
d. Jika selisih sudut B dan LB lebih dari 5" maka pengamatan akan
diulang
e. Pengukuran jarak pada sisi poligon dilakukan pergi pulang dengan
menggunakan EDM sebanyak 3 kali pembacaan
f. Ketelitian kesalahan jarak (kesalahan linier) 1:5.000
g. Patok-patok poligon dibuat dari kayu dolken atau yang sejenis
dengan panjang 50 cm dan diameter 5 cm, ditanam ke dalam tanah
dengan bagian yang muncul ±10 cm dan kepalanya dipasang paku

6-17
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

seng
h. Alat ukur sudut yang digunakan T2 atau alat yang sejenis yang
mempunyai tingkat ketelitian yang sama
i. Toleransi kesalahan penutup sudut tidak melebihi 10" √n dimana n
adalah jumlah titik poligon

2. Pengukuran Poligon Cabang


a. Jalur pengukuran merupakan kring terbuka terikat sempurna
b. Alat ukur yang cligunakan ad;alah Theodolit T-0
c. Jarak diukur dengan cara tachymetri
d. Ketelitian kesalahan penutup sudut 2' √n
e. Ketelitian kesalahan jarak 1:5.000
f. Ketinggian diukur dengan cara waterpass
g. Kesalahan penutup tinggi 10 √D cm

Keterangan : D adalah jarak dalam km

E. Pengukuran Situasi Detail


1. Metoda pengukuran tachymetri
2. Alat yang digunakan adalah Theodolit T-0 atau alat lain yang sejenis.
3. Posisi titik ditentukan oleh arah dan jarak atau sudut dan jarak.
4. Semua kenampakan yang ada baik alami maupun buatan manusia
akan diukur (pembuang, jalan, jalan kampung, pekarangan, dll).
5. Pengukuran akan diikatkan pada titik polygon.

6. Pengukuran detail survai adalah pengukuran detaill rinci pada lokasi


yang dapat mewakili topografi daerah yang diukur untuk daerah datar
kerapatan detail rata-rata pada gambar situasi 2,5 cm x 2,5 cm dengan
menyesuaikan skala yang ditentukan.

6-18
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

Pengukuran detail / rinci akan menggunakan minimal alat Theodolit Wild


TO atau yang sederajat dan dikombinasikan dengan spot height untuk
elevasi bangunan. Untuk jarak-jaraknya akan diukur secara langsung
dengan pita.

Apabila pada lokasi detail survai ada bangunan air, maka dimensinya akan
diukur dengan pita ukur. Pengukuran detail / rinci disertai dengan gambar
sket yang jelas sehingga secara keseluruhan akan memberikan gambaran
yang jelas lokasi yang bersangkutan.

Penentuan posisi (x, y, z) titik detail dilakukan pengukuran situasi dengan


metoda pengukuran Tachymetri. Adapun spesifikasi teknis pengukuran
situasi detail adalah sebagai berikut:

1. Alat yang diyunakan Theodolit T-0


2. Titik detail terikat terhadap patok yang sudah punya nilai koordinat dan
elevasi.
3. Pengambilan data menyebar ke seluruh areal yang dipetakan dengan
kerapatan disesuaikan dengan kondisi lapangan.
4. Pengukuran titik-titik detail dilakukan dengan cara tachymetri dengan
jarak antara masing-masing titik-titik maksimum adalah 50 m untuk
daerah datar dan 25 mm untuk daerah bergelombang
5. Pengukuran titik-titik detail akan diikatkan terhadap titik poligon utama
atau cabang
6. Pengukuran tinggi dengan metode raai dan voorstrall
7. Semua kenampakan yang ada baik alamiah maupun buatan manusia
seperti bukit, lembah, alur, jalan, bangunan dan lain-lain diambil
sebagai titik detail dan kerapatan titik detail dibuat sedemikian rupa
sehingga bentuk topografi dan kelengkapannya dapat digambarkan
sesuai keadaan lapangan.
8. Alat ukur yang digunakan Theodolit T-0 atau yang sejenis
6-19
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

9. Ketelitian tinggi dalam pengukuran raai 10 √D cm dimana D adalah


jarak panjang dalam km

Pengukuran situasi lokasi sumbu rencana bangunan dimaksudkan untuk


mendapatkan data lapangan yang aktual dengan kondisi saat pengukuran
di lokasi, agar dapat disajikan dalam bentuk peta situasi skala 1:2.000.

Metode dan peralatan yang akan digunakan untuk pengukuran situasi


lokasi:
 Pengukuran situasi dilakukan dengan metode tachymetri dengan
menggunakan Theodolit Wild T-0 atau merk lain yang ketelitiannya
sederajat.
 Jalur pengukuran situasi berupa poligon cabang yang dimulai dan
diakhiri pada titik titik kerangka dasar pemetaan (poligon terikat
sempurna).
 Penyebaran titik detail yang diukur akan diusahakan merata.

F. Pengukuran Profil Memanjang dan Melintang Sungai

Untuk mengetahui bentuk permukaan pantai dan bentuk sungai maka


dilakukan pengukuran profil (cross section).

Gambar 7.5 PENGUKURAN CROSS SECTION

6-20
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

1. Spesifikasi pengukuran profil sebagai berikut:


Untuk daerah relatif datar akan menggunakan metoda pengukuran
waterpass, sedangkan untuk daerah-daerah yang tidak memungkinkan
diukur dengan waterpass, akan menggunakan metode tachymetri.
2. Alat yang digunakan adalah waterpass otomatis dan rambu ukur yang
dilengkapi nivo dan Theodolit T-0 atau alat lain yang sejenis.
3. Pengukuran potongan melintang sungai dilakukan setiap jarak 50 m
dan pada setiap lokasi yang dipasang patok di sungai yang lurus, dan
di tikungan, bobolan dan longsoran interval jarak pengukuran lebih
rapat.
4. Arah pengukuran akan tegak lurus arah as sungai.
5. Drainase yang masuk sepanjang sungai akan diukur dan menjadi satu
kesatuan dengan potongan melintang sungai.
6. Setiap perubahan terrain potongan melintang sungai akan diukur.
7. Lebar potongan melintang yang akan diukur adalah sampai sejauh 25
m ke kiri dan 25 m ke kanan dari kaki tanggul luar.
8. Ketiga benang (ba, bt, bb) akan dibaca lengkap
9. Untuk daerah yang relatif datar yang diukur dengan waterpass, jarak
datar detail potongan melintang diukur dengan meteran, sedangkan
untuk daerah yang bergelombang yang diukur dengan T-0, jarak datar
detail potongan melintang diukur dengan jarak optis.

G. Ketelitian Pengukuran
1. Pengukuran Poligon
a. Salah penutup polygon 10 " √N, N = jumlah titik polygon;
b. Salah linier polygon 1:5.000.
2. Pengukuran Waterpass
a. Salah penutup beda tinggi pergi pulang dan ring/ loop 10 √D mm,
D = total jarak dalam km.

6-21
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

H. Pengamatan azimuth Matahari

Arah/azimut awal ditentukan melalui pengamatan matahari dengan tujuan untuk


menghilangkan kesalahan akumulatif pada sudut-sudut terukur dalam jaringan
polygon, untuk menentukan azimut/arah titik-titik kontrol/polygon yang tidak terlihat
satu dengan yang lainnya, dan untuk penentuan sumbu X dan Y untuk koordinat
bidang datar pada pekerjaan pengukuran yang bersifat lokal/koordinat lokal. Untuk
menentukan azimuth awal hitungan polygon (kecuali ada dua titik ikat yang saling
dapat terlihat) dan untuk mengontrol hasil pengukuran sudut disetiap seksi maka
pada setiap awal dan ujung seksi pengukuran (BM) harus dilakukan pengamatan
azimuth matahari, sebagai berikut :
o Metode pengamatan yang dipakai untuk menentukan azimuth boleh
menggunakan metode tinggi matahari ataupun metode sudut waktu
o Apabila penentuan azimuth menggunakan tinggi matahari, maka
pengukurannya dilakukan apabila tinggi matahari antara 20o - 40o, hal ini
dimaksudkan untuk menghindari adanya refreksi yang terlampau besar dan
tidak menentu
o Apabila penentuan azimuth menggunakan metode sudut waktu, maka
pengukurannya boleh dilakukan pada saat tinggi matahari kurang dari 20 o,
akan tetapi waktu pengamatannya harus jauh lebih teliti, hal ini disebabkan
karena sudut waktu (t) menggunakan variable h (tinggi matahari)
o Pengamatan matahari tidak diperkenankan dengan cara ditadah, melainkan
harus dengan alat roulloph, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan hasil
pengamatan yang lebih teliti.

6-22
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

6-23
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

Gambar 7. 6 Bagan Alir Pengamatan Matahari

I. Pengukuran Situasi

Pengukuran situasi diukur berdasarkan jaringan kerangka horizontal dan vertical


yang telah dipasang, dengan melakukan pengukuran keliling serta pengukuran di
dalam daerah survey. Bila perlu jalur poligon dapat ditarik lagi dari kerangka utama
dan cabang untuk mengisi detail planimetris berikut spot height yang cukup (untuk
pengukuran situasi pantai dan muara), sehingga diperoleh penggambaran kontur
yang lebih menghasilkan informasi ketinggian yang memadai. Titik-titik spot height
terlihat tidak lebih dari interval 2,50 cm pada peta skala 1 : 2.000. Interval ini
ekivalen dengan jarak 25 m tiap penambahan satu titik spot height atau 10 – 15 titik
spot height untuk tiap 1 hektar diatas tanah.

Beberapa titik spot height bervariasi tergantung kepada kecuraman dan ketidak
teraturan terrain. Kerapatan titik-titk spot height yang dibutuhkan dalam daerah
pengukuran tidak hanya daerah sungai, muara dan pantai tetapi juga tambak,
kampung, kebun, jalan setapak dan lain-lain.

Pengukuran situasi dilakukan dengan metode Tachimetry menggunakan Theodolit


atau yang sejenis. Jarak dari alat ke rambu tidak boleh lebih dari 60 meter. Untuk
penggambaran kontur dibuat apa adanya tetapi teliti, dan bagian luar daerah sungai
kontur diplot hanya berdasarkan titik-titik spot height, efek artistik tidak diperlukan.
Interval garis kontur sebagai berikut :

6-24
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

Pemberian angka kontur jelas terlihat, dimana setiap interval kontur 0.50 m dan
setiap kontur 1.00 m atau 5.00 m digambarkan lebih tebal.

Semua legenda lapangan ditampilkan, terutama :


o Seluruh alur-alur (inflow-outflow) dan cabang sungai (dasar terendah dan lebar
jelas terlihat).
o Jalan-jalan desa dan jalan setapak.
o Petak-petak tambak, petak-petak sawah, jaringan irigasi dan drainase, batas
kampung, rumah-rumah, jembatan dan saluran. Diameter atau dimensi berikut
ketinggian lantai semua gorong-gorong, jembatan, sekolah, mesjid dan kantor
pemerintah dll.
o Tiang telepon, tiang listrik dll.
o Daerah rawa.
o Batas tata guna lahan (misalnya pohon bakau, belukar berupa rerumputan dan
alang-alang, sawah, rawa, ladang, kampung, kebun, dan lain-lain).
o Tiap detail topografi setempat (seperti misalnya tanggul curam, bukit kecil dan
lain-lain).
o Batas pemerintahan (kecamatan, desa dan lain-lain). Pemberian nama kampung,
kecamatan nama jalan dan lain-lain jika dirasakan perlu.

J. Pengukuran Penampang Memanjang, Penampang Melintang Sungai


Skala 1 : 2000 atau disesuaikan

6-25
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

Pengukuran situasi, penampang memanjang dan penampang melintang sungai


meliputi hal – hal berikut :
 Pengukuran situasi dan pengukuran penampang sungai dilakukan secara
bersama – sama;
 Metode yang digunakan adalah metode tachimetry;
 Sistem pengukuran yang digunakan adalah sistem “Raai” untuk penampang
melintang;
 Pengukuran penampang sungai dilakukan setiap interval 50 m pada daerah
sungai yang lurus dan 25 m pada daerah sungai/drainase yang berbelok –
belok;
 Jalur “raai” tersebut diusahakan dibuat tegak lurus aliran sungai;
 Panjang penampang melintang/jalur “raai” adalah antara 50 – 100 m sesuai
dengan kebutuhan perencanaan.
 Detail pengukuran penampang melintang sungai/drainase diambil pada setiap
perubahan bentuk fisik sungai/drainase termasuk pada dasar sungai/drainase
yang terdalam serta muka air saat pengukuran, pada jalur drainase yang
merupakan saluran pasangan diukur dimensi saluran existing secara detail
seperti lebar dasar (b), tinggi talud (h+w), lebar tanggul, jenis dan kemiringan
talud dan lain – lain;
 Pengukuran kedalaman muka air dan sedimen pada drainase dilaksanakan
dengan menggunakan colokan/alat pemberat
 Semua detail yang ada dilapangan diukur dengan sistim polar dan diambil
selengkap mungkin seperti jalan, bangunan – bangunan yang ada, jembatan
dan lain – lain.

6-26
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

Gambar 7. 7 Bagan Alir Pekerjaan Topografi

6-27
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

Gambar 7. 8 Bagan Alir pengukuran Poligon

6-28
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

Gambar 7. 9 Bagan Alir pengukuran Sipat Datar

6-29
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

Gambar 7. 10 Bagan Alir Pengukuran Titik detail

6-30
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

Gambar 7. 11 Bagan Alir Pengukuran Profil Melintang

6-31
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

7.2.2.3 Survey Hidrologi

Survey Hidrologi akan dilaksanakan dengan tahapan sebagaimana diperlihatkan


dalam Gambar 7.21. Bagan Alir Pekerjaan Survey Hidrologi dan Hidrometri.

Gambar 7.12. Bagan Alir Pekerjaan Survey Hidrologi

6-32
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

Penjelasan :

Survey ini dimaksudkan untuk melihat secara langsung kondisi Daerah


Pengaliran Sungai (DPS) daerah studi, kondisi stasiun hidroklimatologi
serta konfirmasi data.

Pada akhirnya, survey ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran kondisi


lapangan sebagai bahan untuk justifikasi dalam analisis hidrologi.

7.2.2.3.1 Pengumpulan Data Lapangan

Kegiatan ini berupa pengumpulan data lapangan yaitu; data curah hujan
(terbaru) selama minimum 10 tahun berturut-turut dari stasiun terdekat,
data debit (terbaru) selama minimum 5 tahun berturut-turut dari stasiun
terdekat. Inventarisasi masalah banjir dan sedimentasi, peta DAS yang
diperlukan untuk analisa dan evaluasi sesuai dengan kebutuhan
perencanaan teknis.

7.2.2.4 Penyelidikan Geologi Teknik dan Mekanika Tanah

7.2.2.4.1 Penyelidikan Geologi Teknik dan Mekanika Tanah Tahap Pertama

1. Persiapan

Pengumpulan data dan mempelajari data yang telah ada daerah dimana
penyelidikan geoteknik akan dilakukan, data tersebut misalnya : foto
udara, peta topografi, peta geologi dan literatur-literatur daerah tersebut
yang telah ada.

2. Pekerjaan lapangan
a. Pemetaan geologi permukaan

Pemetaan geologi permukaan terutama ditunjukkan untuk keperluan


geologi teknik pemetaan geologi antara lain meliputi:
6-33
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

- Pembahasan keadaan dan susunan satuan batuan termasuk


tanah pelapukannya, juga penyebaran dan hubungan antar
batuan batuannya.
- Keadaan dan susunan satuan batuan termasuk tanah
pelapukannya, juga penyebaran dan hubungan antar satuan
batuannya.
- Struktur geologi seperti : lipatan (antiklin/sinklin), patahan,
kekar, arah jurus dan kemiringan lapisan, gejala longsoran dan
sebagainya.

2. Pendugaan keadaan bawah permukaan

Dari hasil pemetaan geologi permukaan, dapat diadakan


pendugaan dan dianalisa tentang keadaan geologi bawah
permukaan secara umum dari daerah rencana penyelidikan
dilakukan.

3. Laporan tahap pertama

Pihak yang melaksanakan penyelidikan geologi teknik dan


mekanika tanah diharuskan melaporkan hasil penyelidikan tahap
ke-1 kepada Direksi Pekerjaan, dimana dalam tahap ini
dicantumkan tentang asumsi dan saran-saran umum yang
berhubungan dengan sifat teknis tanah/batuan.

Kemudian diadakan diskusi dengan pihak Direksi untuk menentukan


tahap penyelidikan selanjutnya. Hal ini penting dan perlu sekali dilakukan,
seandainya pada nantinya lokasi-lokasi titik-titik penyelidikan bila ditinjau
dari segi geologinya kurang menguntungkan.

6-34
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

7.2.2.4.2 Penyelidikan Geologi Teknik dan Mekanika Tanah Tahap Kedua

Penyelidikan geologi teknik dan mekanika tanah tahap ke II adalah


tahapan penyelidikan detail yang merupakan kelanjutaan dari
penyelidikan tahap pertama.

Dalam penyelidikan tahap ke II ini dimaksudkan untuk mengetahui


keadaan sifat fisik tanah/batuan dengan terperinci sehingga dapat
dipergunakan Perencana. Untuk pelaksanaan penyelidikan detail ini harus
mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.

Pekerjaan yang dilakukan meliputi:


1. Pemetaan geologi permukaan sekitar lokasi quarry
2. Sondir pada lokasi bangunan, yang akan ditentukan bersama
dengan direksi pekerjaan
3. Sumuran uji ditempat bahan urugan tanah dan pada sisi tebing,
bukit-bukir disekitar
4. Pengambilan contoh tanah.

Penyelidikan/pengujian contoh tanah dilakukan di lapangan dan di


laboratorium.

 Cara penyelidikan mekanika tanah


Dalam pekerjaan ini pengambilan contoh tanah dilakukan pada setiap jarak
kedalaman 0,75 – 2 meter atau sesuai petunjuk lain dari direksi, yaitu dengan
cara menekan tabung contoh tanah (sampler) secara hati-hati (terutama
untuk tanah uang tidak terganggu) yang dipasang pada ujung bawah batang
bor. Pada waktu pengeboran dilakukan, contoh tanah dapat diperiksa didalam
pipa bor yang ditarik keluar. Jika pada tahap ini ditemui perubahan jenis

6-35
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

tanah dan kedalamnya harus dicatat, dan kemudian contoh tanah tambahan
diambil.
Pada lapisan-lapisan tanah yang dianggap penting untuk diketahui
karakteristik tanahnya, maka pengambilan contoh continue diperlukan setelah
mendapat persetujuan dari pihak direksi pekejaan. Pada saat pengeboran
berlangsung kedalaman muka air tanah harus diperiksa dengan teliti, hal ini
dapat dapat mempersulit pelaksanaan pembangunan fondasi struktur
nantinya, dan dapat pula mengakibatkan kesalahan analisis stabilitasnya.

Penyelidikan lapangan yang dilakukan meliputi bor tangan (Hand Auger) dan
sondir

a. Bor Tangan (Hand Auger)


Cara pengeboran ini termasuk cara pengeboran yang paling sederhana
dalam pembuatan lubang didalam tanah dengan menggunakan alat bor. Alat
bor ini hanya dapat digunakan bila tanah mempunyai kohesi yang cukup,
sehingga lubang bor dapat stabil disepanjang lubangnya dan alat jenis ini
tidak dapat digunakan pada pasir yang terendam air. Penetrasi mata bor
terbatas pada kekuatan tangan yang memutarnya, oleh sebab itu tanah
harus tidak mengandung batu atau lapisan tanah keras lainnya. Bor tangan
ini dapat menembus sampai 10 m, tapi pada umumnya hanya dapat
menembus maksimum 6 - 8 m.

Pengeboran tangan dalam pekerjaan ini dilakukan mengetahui jenis lapisan


tanah lebih jelas, maka diperlukan pemboran tangan dengan kedalaman 5 m,
dengan diameter lubang bor antara 12 – 15 cm. Hand bor ini dilakukan
sebanyak 4 (empat) titik yang tersebar pada lokasi rencana konsruksi.
Lokasi pengambilan titik bor ditentukan oleh tenaga ahli dan mendapat
persetujuan dari pihak Direksi dan setiap titik pengeboran di photo. Apabila
diperlukan sesuai keperluan dilapangan maka pembuatan lubang

6-36
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

b. Test Pit

– Maksud

Test pit atau sumur uji akan dibuat pada lokasi sumber bahan
timbunan (borrow area) dengan maksud untuk memperoleh gambaran
yang lebih jelas mengenai jenis dan tebalnya lapisan, hingga dapat
untuk menghitung volume bahan yang tersedia.

– Peralatan yang Digunakan

Peralatan utama yang akan digunakan adalah peralatan untuk penggalian


seperti cangkul, sekop, ganco dan linggis; pita ukur dan peralatan
geologi seperti kompas dan palu geologi; serta peralatan untuk
pengambilan contoh tanah.

– Prosedur Pelaksanaan

Galian test pit (sumur uji) akan dilaksanakan untuk menentukan


pembagian lapisan tanah dan mengambil contoh tanah untuk pengujian
laboratorium.
1. Penggalian sumuran uji akan dibuat dengan ukuran 2,0 m x 2,0 m dan
dengan kedalaman maksimal 5 m.
2. Bahan yang dikeluarkan dari galian akan dikumpulkan di sekitar
sumuran uji untuk mengetahui jenis bahan pada kedalaman tertentu.
3. Agar pengambilan contoh dan klasifikasi tanah dapat dilakukan
dengan baik, maka dasar dari sumuran uji akan dibuat horisontal. Bila
dinding galian mudah runtuh hingga menyulitkan dalam pekerjaan
penggalian, maka akan dipasang dinding penahan dari papan.
4. Jika kedalaman spesifikasi tidak tercapai, maka penggalian akan
dihentikan bila telah dijumpai lapisan keras dan diperkirakan benar-
benar keras di sekeliling lokasi tersebut, atau bila dijumpai rembesan
air tanah yang cukup besar yang sulit diatasi dengan peralatan
pompa sederhana di lapangan.
6-37
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

5. Setelah penggalian sumuran selesai, pemerian dari lapisan tanah yang


ada dan pengambilan foto akan dilaksanakan

c. Sondir

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui nilai perlawanan konnus dari


variasi kedalaman pada lapisan-lapisan tanah. Alat sondir yang digunakan
berkapasitas sedang, dan dapat membaca nilai maksimum perlawanan
konus sebesar 250 kg/cm 2 .

Mata sondir yang digunakan adalah Biconus sehingga akan diperoleh


hasil nilai perlawanan konus dan nilai letaknya (local friction).
Penyondiran ini harus dilakukan hingga sondir yang dipakai Begeman

Gambar 7.13 Peralatan Sondir: Dutch Penetration Test

6-38
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

d. Pengambilan Contoh Tanah

Untuk mengadakan penelitian tanah di laboratorium, pengambilan contoh


tanah ini sangat penting untuk mengetahui sifat dan jenis tanahnya,
sehingga pengambilan contoh tanah ini dilakukan.

Agar data parameter dan sifat-sifat tanahnya masih dapat digunakan


maka perlu sekali diperhatikan pada saat pengambilan, pengangkutan dan
penyimpanan contoh-contoh tanah ini, maka dilakukan hal-hal sebagai
berikut:

- Struktur tanahnya tidak terlalu terganggu atau berubah, sehingga


mendekati keadaan yang sama dengan keadaan lapangan. Kadar air
asli masih dapat dianggap sesuai dengan keadaan lapangan.

- Sebelum pengambilan contoh tanah dilakukan, dinding tabung


sebelah dalam diberi pelumas (oli) agar gangguan terhadap contoh
tanah dapat diperkecil, terutama pada waktu mengeluarkan contoh
tanah ini.

- Pada saat pengambilan contoh tanah ini diusahakan dengan


memberikan tekanan sentris sehingga struktur tanahnya yang
berbeda, atau pada kedalaman-kedalaman tertentu.

- Pada waktu pengangkatan dan menyimpan tabung sample supaya


dihindarkan penyimpanan tabung sample pada suhu yang cukup
panas.

Pengambilan contoh tanah (soil sample), berupa disturbed dan


undisturbed sample pengambilan dapat dilaksanakan dari lubang
pengujian atau lubang bor dengan total kedalaman komulatif 90 meter
yang jumlah dan letaknya disesuaikan dengan kondisi geologi dan desain.
Untuk mengadakan penelitian tanah dilaboratorium pengambilan contoh

6-39
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

tanah harus dilakukan. Hal ini diperlukan untuk mengetahui sifat fisik dan
parameter tanahnya.

– Pengambilan contoh tanah asli (undisturbed sample)

Agar data parameter dan sifat-sifat tanahnya tidak berubah dan dapat
digunakan maka harus diperhatikan pada saat pengambilan,
pengangkutan dan penyimpangan contoh tanah agar :

1. Struktur tanahnya dan sifat-sifat tanahnya tidak berubah sehingga


mendekati keadaan yang sama dengan keadaan lapangan.
2. Kadar air asli masih dianggap sesuai dengan mata tabung 0 minimal
6,8 cm dan panjang minimal 50 cm.
3. Sebelum pengambilan contoh tanah dilakukan dinding tabung sebelah
dalam diberi pelumas agar gangguan terhdap contoh tanah dapat
diperkecil terutama pada waktu mengeluarkan contoh tanahnya.
4. Untuk menjaga kadar asli contoh tanah ini, maka pada kedua ujung
tabung harus ditutup dengan parafin yang cukup tebal dan tabung
diberi simbol lokasi, diberi simbol lokasi nomor sampel serta
kedalaman contoh diambil.
5. Pada waktu pengangkutan dan penyimpanan tabung sample supaya
dihindarkan dari getaran yang cukup keras dan dihindarkan
penyimpanan pada suhu yang cukup panas.
6. Pada waktu pengambilan contoh tanah ini diusahakan dengan
memberikan tekanan centris sehingga struktur tanahnya sesuai dengan
di lapangan.

6-40
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

Gambar 7.14 Peralatan Pengambilan Sampel: Thin Wall Tube Sampler

– Pengambilan contoh tanah terganggu (disturbed sample)

Contoh tanah tidak asli dapat diperoleh dari tanah/batuan dari


sumuran uji (test pit) atau dari paritan uji (trench) adapun cara
pengambilan contoh tanah ini salah sebagai berikut :
1. Bila lapisan tanah masing-masing lapisan cukup tebal maka harus diambil
dari masing-masing lapisan dengan pengambilan secara vertikal.
2. Penyimpanan contoh tanah khusus untuk kegiatan bor inti akan disimpan
didalam peti kayu serta disusun sesuai dengan urutan kemajuan
pemboran.
3. Bentuk dan ukuran Core Box dapat dilihat pada Gambar berikut :

6-41
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

Gambar 7.15 Bentuk dan Ukuran Core Box

– Penyelidikan Laboratorium

Pada contoh-contoh tanah yang terambil, baik tanah asli maupun


contoh tanah yang terganggu akan dilakukan beberapa macam
percobaan laboratorium, hingga data parameter dan sifat-sifat tanahnya
dapat diketahui. Jenis dan macam ercobaan yang dilakukan adalah
sebagai berikut:

a. Gradasi butir
b. Kadar air tanah (moisture content)
c. Berat jenis tanah (spesific grafity)
d. Berat volume tanah (unit weight)
e. Batas-batas konsistensi atterberg
f. Batas cair (cone penetrometer)
g. Pengujian triaksial (triaksial test)
h. Pengujian proctor (proctor test)
i. Pengujian rembesan air (permeability test)
j. Pengujian konsolidasi (consolidatuon test)
6-42
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

Berikut ini akan dijelaskan untuk masing-masing parameter yang akan


diuji.

a. Spesific Gravity (Gs)

Untuk memperoleh jenis nilai berat ini tanah, maka tanah yang akan
dilakukan pengujian ini adalah tanah dengan keadaan asli.

Nilai berat jenis suatu tanah dapat ditentukan dengan menggunakan


suatu botol pichnometer dan perlengkapan. Prosedur penentuan
berat jenis tanah ini dapat mengikuti cara : ASTM-D-854 atau AASHO-
T-100.

Moisture Content (Wn)

Tanah yang akan dikenakan pengujian ini adalah tanah dengan keadaan
asli. Prosedurnya dapat mengikuti : ASTM.D.2216.

b. Grain Size Distribution


Pada tanah yang berbutir kasar dengan diameter butir lebih besar
daripada 75 m (tertahan pada ayakan No. 200) penentuan diameter
butirnya dilakukan dengan ayakan (Sieve Analysis), sedangkan pada
tanah yang berbutir halus atau tanah dengan diameter lebih kecil dari 75
m lolos melalui ayakan No. 200 akan ditentukan dengan cara Hydrometer
Analysis.

Hasil dari pengujian ini akan digamba-r dengan umbu mendatar adalah
skala logaritma merupakan nilai diameter dalam mm daripada butiran dan
sumbu tegak adalah skala biasanya merupakan prosentase kehalusan.

Pembagian butir tanahnya digunakan USSR dengan prosedur yang sesuai


dengan ASTM.D.42. Atterberg Limit

6-43
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

c. Liquit Limit (LL)

Batas cair/liquit limit ini adalah nilai kadar air yang dinyatakan proses
dari contoh tanah yang dikeringkan dalam oven pada batas antara
keadaan cair ini dapat ditentukan dengan cara menentukan nilai kadar
air pada contoh tanah yang mempunyai jumlah ketukan 25 kali
dijatuhkansetinggi 1 cm pada kecepatan ketukan 2 kali setiap detiknya,
dan panjang lereng saluran percobaan ini adalah 12,7 mm. Prosedur
dapat mengikuti ASTM.D.423.

d. Plastic Limit (PL)

Batas plastic ini adalah nilai kadar air pada batas daerah plastic. Kadar air
ini ditentukan dengan menggiling-giling tanah yang melewati ayakan No.
40 (4255 m) pada alat kaca sehingga membentuk diameter 3,2 m dan
memperhatikan retak-retak. Prosedur dapat mengikuti ASTM.D.424.

e. Shinkage Limit

Shinkage limit adalah nilai maksimum kadar air pada keadaan dimana
volume dari tanah ini tidak berubah, prosedur penentuan nilai batas susut
ini dapat mengikuti ASTM.D.427.

f. Engineering Properties

Percobaan ini dimaksudkan untuk memperoleh nilai kekuatan geser dari


tanah yang berjenis lempung, baik pada kondisi asli maupun tergganggu.
Kecepatan pergerakan perubahan tinggi pada arah vertikal adalah
1%/menit. Hasilnya merupakan gambar yang emberikan hubungan antara
besar beban tegangan dengan perbandingan perunahan tinggi contoh
tanah. Prosedur percobaan mengikuti ASTM.D.2166.

6-44
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

g. Direct Shear Test

Dimaksudkan untuk menentukan nilai kekuatan geser tanah dengan


melakukan percobaan geser langsung (Direct Shear Test). Dengan
merubah-rubah tegangan axial pada beberapa contoh tanah minimal 4
macam besar pembebanan dengan setiap beban pada satu contoh
tanah). Maka akan diperoleh tegangan gesernya, kecepatan perubahan
geraknya contoh tanah pada arah horizontal disesuaikan dengan keadaan
jenis tanahnya.

Kecepatan perubahan pergerakan ini ditentukan dari waktu yang akan


dicapai sehingga contoh tanah akan longsor. Dengan ini diperoleh
garis yang memberikan hubungan antara tegangan geser dan tegangan
axial. Prosedur percobaan ini mengikuti cara ASTM.D.3080.

h. Triaxial Compression Test

Percobaan ini dimaksudkan untuk memperoleh nilai kekuatan geseran


serta sifat-sifat tanah akibat pembebanan. Untuk mendapatkan hasil
yang cukup baik, maka setiap sample perlu dipersiapkan 3 contoh
tanah dengan pembebanan atau tekanan kecil yang berlainan dengan
disesuaikan dengan rencana bangunan yang ada.

Kecepatan perubahan tinggi contoh tanah disesuaikan dengan macam


percobaan dan sifat dari jenis tanahnya. Prosedur dari percobaan triaxial
ini agar disesuaikan dengan literatur (The Measurement of Soil Properties
in the Triaxial Test by Bishop & o Soil and Their Measurement by Bowles).
Dari hasil-hasil gambar yang diperoleh dengan mengikuti prosedur
101.D.565.

6-45
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

i. Consolidation Test

Percobaan ini dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat tanah


sehubungan dengan pembebanan yang telah dilakukan. Dengan demikian
maka perkiraan besar penurunan yang terjadi pada lapisan-lapisan tanah
dapat diketahui. Besarnya increment ratio 1, dengan nilai pembebanan
¼, ½, 1, 2, 4, 8 dan 18kg/cm2 pada setiap 24 jam dan pengurangan
pembenanan 4, 1, ¼, 0 kg/cm2 pada setiap 24 jam data parameter
seperti nilai compression indeks (C0) dan coefission of consolidation
dapat diperoleh. Prosedur percobaan pemampatan ini dapat mengikuti
cara ASTM.D.2435. engineering Properties of Soil and Their Measurement
by Bowles.

j. Permeability Test

Percobaan kerembesan ini dimaksudkan untuk mengetahui nilai koefisien


rembesan dari suatu jenis tanah sebutir kasar yang dapat dilakukan
dengan cara constant head, sedangkan pada tanah cobesive soil yang
mempunyai nilai koefisien rembesan cukup rendah dapat dilakukan
dengan cara falling head. Agar waktu yang ada pada falling head ini tidak
terlalu lama, maka penambahan tekanan dapat dilakukan.

k. Compaction Test

Salah satu contoh untuk memperoleh hasil pemadatan yang maksimal


telah banyak digunakan metode Proctor (1983) di laboratorium. Dengan
cara ini maka pegangan sebagai dasar-dasar pemadatan di lapangan
dapat dilakukan seperti penentuan kadar air optimum (Wopt). Perkiraan
kepadatan di lapangan, jumlah tanah bahan proctor berkisar 30 kg.
tanah ini akan dikenakan percobaan

6-46
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

Standart/Modified ASSHO, sehingga akan diperoleh nilai maksimum


kepadatan cukup baik, maka minimal 4 titik lengkung pemadatan perlu
diperoleh dengan kadar air berkisar + 3% di daerah optimum. Prosedur
dapat dilakukan dengan menggunakan cara ASSHO.T.180 dan
ASTM.D.698.

7.2.1 ANALISIS DAN PENGKAJIAN

7.2.3.1 Kajian Hidrologi, Meteorologi;


Kajian ini maksudkan adalah untuk mengkaji kesesuain kondisi hidrologis saat ini
yang merupakan kaitan terhadap basic design. Pelingkupan kegiatan ini diantaranya,
melakukan pengumpulan data curah hujan berdasarkan stasiun penakar hujan
disekitar lokasi studi sangat diperlukan untuk kegiatan analisis hidrologi, dengan
syarat data yang digunakan haruslah konsisten, homogen, independent,
representative, menerus (continue) dan memiliki runtutan data yang panjang serta
diharapkan memiliki ketersediaan data yang cukup. Sebelum digunakan data
tersebut harus dilakukan penyaringan data atau diperiksa secara manual dan secara
statistik.
Dalam analisa hidrologi, salah satu aspek yang diperlukan untuk menunjang
perancangan Embung dan bangunan-bangunan pelengkap dengan penetapan banjir
rencana pada suatu tahun dalam periode ulang tertentu.

Analisis hidrologi diperlukan untuk mengetahui debit banjir yang akan digunakan
dalam perencanaan tinggi embung. Sejauh mungkin perhitungannya diupayakan
dengan menggunakan data aliran dengan analisis frekuensi. Jika tidak diperoleh data
aliran, dapat digunakan beberapa metoda lain, setelah itu hasilnya dibandingkan
dengan kondisi lapangan untuk dipilih sebagai satu debit tertentu sebagai debit
perencanaan.

Data hidrologi dan klimatologi yang diperlukan adalah data jangka panjang
berurutan lebih dari 10 tahun. Kemudian data-data tersebut dikumpulkan, diperiksa
6-47
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

secara manual dengan perhitungan statistik untuk mengetahui homogenitas,


nonsistensi, dan mewakili.

Analisis hidrologi yang diperlukan disini adalah untuk mendapatkan debit banjir.
Perhitungan debit banjir didasarkan pada data debit banjir atau analisis curah hujan
dan luas daerah pengaliran (cathment area).

Analisis perhitungan debit menggunakan Metode Perhitungan Debit Banjir SNI 03–
2145–1991, dan Flood Control Manual Volume III Manual for Design and
Implementation dari Le Groupe AFH International Inc., dan WER Agra, Ltd. (1993),
sedangkan detail analisis menggunakan acuan dari Soemarto (1995), Sri Harto
(2000), dan River Bureau, Ministry of Construction Japan (1998). Analisis hidrologi
yang dilakukan adalah sebagai berikut :

 Analisis Data Hujan dan Penentuan Curah Hujan Rencana;


Lingkup kegiatan yang dilaksanakan dalam penentuan curah hujan rencana
antara lain penentuan stasiun curah hujan yang berpengaruh untuk lokasi
pekerjaan, analisis distribusi frekuensi dengan berbagai metode, pengujian dan
pemilihan hasil analisis distribusi frekuensi curah hujan serta penentuan
intensitas curah hujan rencana.

Banyaknya hujan dapat diukur dengan alat pengukur hujan (raingauge), baik
yang manual ataupun yang otomatis (automatic raingauge recorder). Pengukuran
yang diperoleh dari masing-masing pengukur hujan adalah data yang merupakan
data hujan lokal (point rainfall), sedangkan untuk keperluan analisis, yang
diperlukan adalah data hujan daerah aliran (areal rainfall atau catchment
rainfall).

Data hujan daerah aliran yang paling riil dihitung dengan menggunakan cara
Poligon thiessen. Cara ini memperhitungkan luas daerah yang diwakili oleh
stasiun yang bersangkutan, untuk digunakan d\sebagai faktor koreksi (weiwhting
6-48
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

factor) dalam menghitung hujan rata-rata. Poligon didapat dengan cara menarik
garis hubung antara masing-masing stasiun, sehingga membentuk segitiga-
segitiga areal. Selanjutnya menarik garis-garis sumbu masing-masing segitiga
untuk membentuk poligon.
Metode ini cocok untuk menentukan tinggi hujan rata-rata apabila pos hujan
tidak banyak, dan hujan yang terjadi tidak merata.

A1 P1  A2 P2  ...  An Pn
P =
Atotal

Dengan

P = tinggi hujan rata-rata (mm)

P1…Pn = tinggi hujan pada tiap pos (mm)

A1…An = luas yang dibatasi garis polygon (km2)

Pembuatan Poligon Thiessen adalah sebagai berikut :


 Semua stasiun yang terdapat di dalam atau di luar daerah aliran sungai
dihubungkan dengan garis, sehinggga terbentuk jaringan segitiga-segitiga.
Hendaknya dihindari terbentuknya segitiga dengan segitiga sangat tumpul.
 Setiap segitiga ditarik garis sumbunya, dan semua garis sumbu tersebut
membentuk polygon.
 Luas daerah yang hujannya dianggap diwakili oleh salah satu stasiun yang
bersangkutan adalah daerah yang dibatasi oleh garis-garis poligon
tersebut atau dengan batas daerah aliran sungai.
 Luas rekatif daerah ini dengan luas daerah aliran sungai merupakan faktor
koreksinya.

6-49
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

Gambar 7.16 Diagram Alir Pemilihan Metode Analisis Banjir


Sumber : Engineering Manual no. 1110-2-1415

Data hujan daerah aliran yang paling riil dihitung dengan menggunakan cara Poligon
Thiessen. Cara ini memperhitungkan luas daerah yang diwakili oleh stasiun yang
bersangkutan, untuk digunakan sebagai faktor koreksi (weighting factor) dalam
menghitung hujan rata-rata. Poligon didapatkan dengan cara menarik garis hubung
antara masing-masing stasiun, sehingga membentuk segitiga-segitiga areal.

Selanjutnya menarik garis-garis sumbu masing-masing segitiga untuk membentuk


poligon. Metode ini cocok untuk menentukan tinggi hujan rata–rata apabila pos
hujan tidak banyak, dan hujan yang terjadi tidak merata.

6-50
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

Gambar 7.17 Tahap Pelaksanaan Analisis Hidrologi

Pelaksanaan analisis hidrologi memerlukan data yang lengkap dalam arti kualitas,
dan runtut waktu (time series) yang panjang minimal 15 tahun, terutama data
hujan. Apabila data dikarenakan sesuatu sebab, ada bagian data yang hilang atau
runtut waktunya dianggap kurang panjang jangka waktu pencatatannya, diantisipasi
dengan menggunakan metode reciprocal, dimana metode ini menggunakan data
curah hujan referensi parameter jarak stasiun yang akan dilengkapi datanya dengan
stasiun referensi tersebut dengan persamaan matematis sebagai berikut :

6-51
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

 H r1   H r 2   H r 3  H 
 2    2    2   ...   2rn 
Hh =
L1  L2  L3  Ln
 1   1   1   1 
 2    2    2   ...   2 
L1 L 2  L 3 L n 

Keterangan :
Hh = hujan di stasiun yang akan dilengkapi
H1 ... Hn = hujan di stasiun referensi
L1 ... Ln = jarak stasiun referensi dengan data stasiun yang dimaksud

Data referensi dari lokasi terdekat minimal terdapat 3 stasiun referensi


yang dapat digunakan.

Gambar 7.18 Poligon Thiessen Daerah Aliran Sungai


Sumber : Nemec, 1972; Chow, 1956
 Data Curah Hujan

Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan rancangan pemanfaatan air


adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang bersangkutan. Stasiun-
stasiun pengamat hujan yang tersebar pada suatu daerah aliran dapat dianggap
6-52
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

sebagai titik (point). Tujuan mencari hujan rata-rata adalah mengubah hujan titik
(point rainfall) menjadi hujan wilayah (regional rainfall) atau mencari suatu nilai
yang dapat mewakili pada suatu daerah aliran. Ada beberapa metode yang dapat
digunakan untuk memperoleh curah hujan regional, yaitu rata-rata aritmatika,
Poligon Thiessen dan Isohyet.
Dengan menggunakan salah satu metode tersebut maka akan diperoleh luasan
daerah pengaruh dari tiap-tiap stasiun pencatat curah hujan yang ada, dengan
demikian akan diketahi stasiun mana saja yang berpengaruh terhadap lokasi
studi.

 Curah Hujan Rencana

Analisis Frekunsi Curah Hujan Harian ini bertujuan adalah untuk memperoleh
curah hujan dengan beberapa perioda ulang, pada analisis ini digunakan
beberapa metoda untuk memperkirakan curah hujan dengan periode ulang
dalam tahun tertentu, yaitu: Perhitungan berdasarkan curah hujan rancangan
untuk mengetahui curah hujan rancangan, dalam perhitungannya dapat
dilakukan dengan menggunakan metode EJ. Gumbel Type I, metode Log Pearson
Type III, metode Log Normal dan lain-lain.
a. Analisis frekuensi Normal

Xtr = X +k.Sx

 2,515517  0,802853.W  0,0100328.W 2 


K =W-  3
1  1,432788  0,189269.W  0,001308.W 
2

 1  1
W = ln  2  p =
p  T

Dengan,

Xtr = curah hujan dengan kala ulang tertentu (mm)

X = data hujan rata-rata tahunan (mm)

6-53
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

K = faktor frekuensi

T = kala ulang

b. Analisis Frekuensi Log Normal

Ytr = Y +k.Sx

 2,515517  0,802853.W  0,0100328.W 2 


K =W-  3
1  1,432788  0,189269.W  0,001308.W 
2

 1  1
W = ln  2  p = Xtr = 10(Ytr)
p  T

Dengan,

Ytr = curah hujan dengan kala ulang tertentu (mm)

Y = data hujan rata-rata tahunan (mm)

Sy = standar deviasi log rata-rata data hujan

k = faktor frekuensi

T = kala ulang

c. Analisis Frekuensi E.J. Gumbel

Xtr = X +k.Sx

6  T 
K = {ln  }]
  T  1
Dengan,

Xtr = curah hujan dengan kala ulang tertentu (mm)

X = data hujan rata-rata tahunan (mm)

k = faktor frekuensi
6-54
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

Sx = standar deviasi

T = kala ulang

d. Analisis Frekuensi Pearson III

N
Log Xtr = log X + kTr.(SlogX) log x =  log x
i 1
i

 (log xi  log x)
i 1
2

Slogx =
N 1
N

 (log xi  log x) 2

Cs = i 1

( N  1)( N  2)( S log x ) 3

Dalam analisis Frekunsi Curah Hujan ini menggunakan beberapa metoda analisis
distribusi untuk memperkirakan curah hujan dengan tahun periode ulang
tertentu. Metoda yang dipakai nantinya harus ditentukan dengan melihat
karakteristik distribusi hujan daerah setempat. Periode ulang yang akan dihitung
pada masing-masing metode adalah untuk periode ulang 2, 5, 10, 25, dan 50
tahun.

Intensitas hujan didapat dengan menggunakan persamaan Mononobe.


2/3
R  t 
I = 24  
t  24 

 Debit Banjir Rencana

6-55
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

Analisa Debit Banjir Rencana diperlukan sebagai dasar untuk mengkalibrasi debit
banjir yang merupakan dasar perencanaan yang digunakan untuk perencanaan
embung Gampong Barat. Analisis dilakukan terhadap bangunan utama, dimana
analisis nilai debit banjir tersebut untuk keperluan perkiraan relevansi
kemungkinan terjadi banjir di lokasi yang dimaksud. Kalibrasi ini diperlukan juga
untuk mengetahui keadaan serta dasar untuk mengklarifikasi kejadian banjir
dilapangan agar perkiraan (estimasi) mendekati keadaan yang sebenarnya.

Untuk kajian perencanaan desain bangunan bending dan bangunan pelengkap


lainnya tersebut perlu menganalisa kemampuan dan ketahanan suatu bangunan
dengan menggunakan debit banjir rencana berbagai kala ulang dengan
menggunakan metode Hidrograf Satuan (Unit Hidrograf) seperti metode HSS
Nakayasu, HSS Gama I dan HSS SCS.

a. Analisis Debit Banjir Metode Hidrograf Satuan Sintetik

Tujuan analisis debit banjir adalah untuk memperoleh debit puncak yang akan
digunakan sebagai data dalam pradesain rencana embungan. Analisis dilakukan
dengan menggunakan hidrografi satuan sintetis.

Hidrograf satuan adalah hidrograf dari aliran permukaan tanah yang terjadi oleh
curah hujan efektif yang tingginya 1 mm.

Secara persamaan hidrograf banjir untuk berbagai kala ulang dapat dihitung
dengan persamaan :

Qk = U1R1 + U1R1 + U1R1 + ... + U1R1 +Bf

Keterangan :

Qk = Ordinat hidrograf banjir pada jam ke k

Un = Ordinat hidrograf satuan

Ri = hujan netto pada jam ke 1

6-56
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

Bf = aliran dasar (base flow)

Satuan hidrograf sintetik Gama I dikembangkan atas riset Dr. Sri Harto sepanjang
Pulau Jawa pada akhir dekade 1980-an yang mengkombinasikan antara metode
Stahler, dan pendekatan Kraijenhorr van der Leur.

Waktu naik
3
 L 
TR = 0,43    1,0665SIM  1.2775
 100SF 

Debit Puncak
Qp = 0,1836 A0,5886 JN0,2381TR-0,4008

Waktu dasar
TB = 27,4132 TR-0,4008SN0,7344 RUA0,2574

Hujan efektif dengan cara metode  indeks yang dipengaruhi fungsi luas daerah
aliran sungai, dan frekuensi sumber SN dirumuskan sebagai berikut :

 = 10,4903 – 3,589.10-6 A2 + 1,6985.10-13 (A/SN)4

Dengan
R = curah hujan rata-rata (mm)
TR = waktu naik (jam)
L = panjang sungai (km)
SF = faktor sumber yaitu perbandingan antara jumlah panjang
sungai tingkat 1 dengan jumlah panjang sungai semua
tingkat
WF = faktor lebar adalah perbandingan antara lebar DPS yang
diukur dari titik di sungai yang berjarak 3/4L dan lebar DPS
yang diukur dari titik yangberjarak 1/4L dari titik tempat
pengukuran

6-57
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

JN = jumlah pertemuan sungai


TB = waktu dasar (jam)
S = landai sungai rata-rata
SN = frekuensi sumber yaitu perbandingan antara jumlah segmen
sungai-sungai tingkat 1 dengan jumlah sungai semua tingkat
RUA = luas DPS sebelah hulu (km2)
 = indeks  (mm/jam)
A = luas daerah aliran sungai (km2)
SN = frekuensi sumber

Aliran dasar dapat didekati sebagai fungsi luas DPS dan kerapatan jaringan
sungai yang dirumuskan sabagai berikut.

QB = 0,4751 A0,64444A D0,9430

Dengan
QB = aliran dasar (m3/det)
A = luas daerah aliran sungai (km2)
D = kerapatan jaringan sungai (km/km2)

Waktu konsentrasi atau lama hujan terpusat dirumuskan sebagai berikut.


t = 0,1L0,9 i-0.3
Dengan
t = waktu konsentrasi/lama hujan terpusat (jam)
L = panjang sungai (km)
I = kemiringan sungai rata-rata

6-58
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

Gambar 7.19 Hidrograf Satuan Metode Gama I


Sumber : Sri Harto, 2000

b. Analisis Debit Banjir Metode Rasional


Persamaan rasional ini menggunakan parameter data berupa hujan
harian maksimum tahunan yang dirata-ratakan (Rm) dan hari hujan
badai (M) yang lebih besar dari 10 mm per hari. Waktu yang
dibutuhkan oleh limpasan untuk melalui jarak terjauh di daerha tadah
hujan yaitu di suatu titik di hulu sampai ke titik tinjau paling akhir.
Kondisi ini dihitung dengan menggunakan rumus Kirpich dan Giandotti.

Rumus Kirpich Rumus Giandotti

L1,516 4 A1 / 2  L1,156
tc = 0.945 tc =
D 0,365 0,8h1 / 2

Waktu konsentrasi :

tc = 1/2 (tckirpich + tcgiandotti)


Keterangan :
tc = waktu konsentrasi (jam)
A = luas daerah tadah hujan (ha)
L = panjang sungai utama (km

6-59
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

D = perbedaan tinggi lokasi dengan titik tertinggi daerah tadah


hujan (m)
H = perbedaan tinggi rata-rata daerah tadah hujan dengan tinggi
lokasi (m)

Durasi curah hujan diambil sebesar waktu konsentrasi (tc), untuk


waktu curah hujan dengan durasi 5-120 menit dengan kala ulang 2-
100 tahun digunakan persamaan

RtT = R6o2 (0,35 lnT + 0,76)(0,54 tc 0,25 - 0,5)

Keterangan :

R tT = hujan (rnm) untuk durasi t menit yang sama dengan waktu


konsentrasi tc untuk kala ulang T tahun.
R6o2 = hujan untuk durasi 60 menit dengan kala ulang 2 tahun
R6°Z = dihitung dengan rumus Bell yang telah dimodifikasi
Puslitbang Pengairan dan berlaku secara umum untuk seluruh
daerah semi kering di Indonesia.
R6°Z = 0,17 Rm M0,33

dengan R6°Z dan Rm dalam mm, M0,33 dalam hari dengan nilai antara 0
sampai dengan 50 dan R antara 80 sampai dengan 115.

Sementara untuk menghitung curah hujan dengan durasi atau tc lebih


besar dari 120 menit dengan kala ulang 2-100 tahun digunakan
rumus sebagai berikut :

RtT = R6o2 (0,35 tnT + 0,76)(0,54 tc0,25 - 0,5) - [0,18(1-120) +1]

iT = RTtc

6-60
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

Keterangan :
iT = intensitas hujan (mrn/jam) R T = curah hujan (mm)
RT = curah hujan (mm)
Tc = waktu konsentrasi (jam)

C = Ci + Ct + Cp +Cs + Cc

Keterangan :
Ci = komponen C oleh intensitas hujan yang bervariasi
Ct = komponen C oleh kondisi topografi
Cp = komponen C oleh tampungan permukaan
Cs = komponen C oleh infiltrasi
Cc = komponen C oleh penutup lahan

Debit banjir metode rasional menggunakan persamaaan

CiT A
QT =
3,6

Keterangan :
QT = debit puncak banjir untuk periode ulang T tahun (m 3 /det)
C = koefisien run off total
iT = besar hujan untuk periode ulang T tahun (mm/jam)
A = luas daerah tadah hujan (km 2 )

Analisis lain sebagai perbandingan menggunakan metode Haspers.


Metode pada dasarnya merupakan metode empiris dengan
persamaan umum

Qn = C..q.A

Keterangan :
QT = debit puncak banjir untuk periode ulang T tahun (m 3l det)
C = koefisien run off total

6-61
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

Koefisien aliran, C dihitung dengan rumus

1  0,012 A0,7
C=
1  0,075 A0,7

Koefisien reduksi,  dihitung dengan rumus

1
 1

t  3,7.10 0, 4t A 0,75 
 
t 2  15
x
12 

Waktu konsentrasi dihitung dengan rumus

t = 0,1 L0,9 I-0,3

Modul banjir maksimum menurut Haspers dirumuskan


Rt
q=
3,6t
Rt = R + Sx. U

Intensitas hujan menurut Haspers untuk t < 2 jam


t.R~4

t.R24
Rt =
t  1  0,008(260  R24 )(2  t ) 2

sedangkan intensitas hujan menurut Haspers untuk 2 < t < 19 jam


dan intensitas hujan untuk 19 jam < t < 30 hari

t.R24
Rt =
t 1

Rt = 0, 707 .R24 t + 1

6-62
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

Keterangan :
A = luas daerah tangkapan air (km Z)
p = koefjsien reduksi
t = waktu konsentrasi/lama hujan terpusat (jam)
L = panjang sungai (km)
R = curah hujan maksimum rata-rata (mm)
Sx = simpangan baku (standart deviasi)
U = variabel simpangan untuk kala ulang T tahun
Rt = curah hujan dengan kala ulang T tahun (mm)

Selain metode rasional dan metode Haspers, analisis lain sebagai


perbandingan menggunakan metode der Weduwen. Analisis metode ini
hampir sama dengan Metode Haspers hanya saja rumusan
koefisiennya yang berbeda. Koefisien aliran, C dihitung dengan rumus
4,1
C =1 -
B.qn  7

Koefisien reduksi,  dihitung dengan rumus

t 1
120  A
= t 9
120  A

c. Modul banjir maksimum menurut der Weduwen dirumuskan

67,65
q =
t  1,45

Waktu konsentrasi (t) dihitung dengan

t = 0,25 L Qn -0,125 i -0,25

6-63
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

Keterangan :
 = koefisien reduksi
A = luas daerah tangkapan air (kmz )

t = waktu konsentrasi/lama hujan terpusat (jam)


i = kemiringan sungai rata-rata
L = panjang sungai (km)

Metode ini harus dihitung dengan trial and error sehingga


ketepatan antara waktu konsentrasi dengan debit sama atau
mendekati sama. Hasil kali dari Qn dengan hujan rencana kata
ulang T tahun (R T) merupakan debit banjir yang dicari.

Analisis lain sebagai perbandingan menggunakan metode Haspers. Selain metode


rasional dan metode Haspers, analisis lain sebagai perbandingan menggunakan
metode der Weduwen.

 Koefisien Aliran Permukaan

3) Koefisien aliran permukaan merupakan salah satu indikator untuk menentukan


kondisi fisik suatu daerah aliran sungai (Asdak 1995, dan Suripin, 2000). Nilai
koefisien ini dipengaruhi kondisi tata guna lahan (Suripin, 2000), dan berkisar
antara 0–1 (Mitra Simpang Tilu, 2001).

4) Kartasapoetra dkk (1991) mengemukakan bahwa peranan vegetasi dalam


menahan air lebih besar karena pengaliran lebih kecil. Hal ini menunjukan
bahwa angka koefisien aliran dapat juga dijadikan indikator gangguan fisik
dalam suatu daerah aliran sungai. Nilai C makin besar menunjukkan bahwa
semakin banyak air hujan yang menjadi aliran permukaan. US. Forest Service
(1980 dalam Asdak, 1995) memberikan nilai koefisien limpasan dengan faktor
pendekatan penggunaan lahan diuraikan dalam Tabel 7 - 2.

Tabel 7.2
6-64
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

Jenis Penutup Lahan menurut US Forest Service (1980)

No Tipe Daerah Tangkapan C

1 Lapangan Berumput
a. Tanah berpasir 0,10 – 0,15
b. Tanah berat 0,25 – 0,35
2 Daerah Usaha di kampung 0,50 – 0,70
3 Daerah Permukiman 0,30 – 0,50
4 Taman, kuburan 0,10 – 0,25
5 Tempat bermain (playgrounds) 0,20 – 0,40
6 Daerah tidak terbangun 0,10 – 0,30
7 Jalan
a. Jalan aspal 0,70 – 0,95
b. Jalan beton 0,80 – 0,95
c. Jalan bata 0,70 – 0,85
d. Jalan kerikil/paving 0,15 – 0,35
e. Tidak diperkeras 0,10 – 0,30
8 Atap Genteng 0,75 – 0,95
9 Daerah berhutan baik 0,01 – 0,10
10 Tanah Lapang
a. Berpasir, datar 2% 0,05 – 0,10
b. Berpasir, agak datar 2–7% 0,10 – 0,15
c. Berpasir, miring 7% 0,15 – 0,20
d. Tanah berat, datar 2% 0,13 – 0,17
e. Tanah berat, agak datar 2–7% 0,18 – 0,22
f. Tanah berat, miring 7% 0,25 – 0,35
11 Tanah Pertanian
a. Tanah kosong
 Rata 0,30 – 0,60
 Kasar 0,20 – 0,50

6-65
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

b. Ladang garapan
 Tanah berat tanpa vegetasi
 Tanah berat dengan 0,30 0,60
vegetasi 0,20 0,50
 Berpasir tanpa vegetasi 0,20 – 0,25
 Berpasir dengan vegetasi 0,10 ––– 0,25
c. Padang rumput
 Tanah berat 0,15 – 0,45
 Berpasir 0,05 – 0,25
d. Hutan/bervegetasi 0,05 – 0,25
14 Tanah Kosong
a. Rata, kedap air 0,70 – 0,90
b. Kasar 0,50 – 0,70
b. Multi unit terpisah 0,40 – 0,60
c. Multi unit tergabung 0,60 – 0,75
d. Sub urban 0,25 – 0,40
e. Apartemen 0,50 – 0,70

 Analisis Daerah Tangkapan (Catchment Area);

Untuk penentuan luas Daerah Tangkapan Air (DTA) digunakan Peta Rupa Bumi
(RBI) yang yang dikeluarkan oleh Bakorsurtanal, yang disempurnakan dengan
hasil studi terdahulu dan hasil kunjungan lapangan.

 Analisis Data Meteorologi

Kegiatan ini diperlukan erat kaitannya dengan rencana pekerjaan pengerukan


yang dikerjakan nantinya, sehingga diperlukan adanya analisis data metrologi
diantaranya, kondisi permukaan air normal, permukaan air tinggi maksimum
pada waktu silam, permukaan air rendah minimum, kecepatan arus, kecepatan

6-66
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

angin maksimum, arah angin, gelombang pasang surut, terjadinya arus biasa dan
arus balik, perubahan kecepatan arus dan lainnya.

7.2.3.1 Kajian Informasi Kondisi Lingkungan terhadap Dampak


Lingkungan dan Sosial Masyarakat.

Hal yang perlu mendapat perhatian terhadap pelaksanaan kegiatan SID Embung
Gampong Barat tersebut adalah prakiraan perubahan rona lingkungan awal sebagai
akibat rencana usaha dan atau kegiatan yang akan dilaksanakan.
Setiap kegiatan pembangunan pada umumnya akan berpengaruh terhadap kondisi
lingkungan dan sosial masyarakat. Besar kecilnya pengaruh terhadap masyarakat
banyak ditentukan oleh besar kecilnya skala pembangunan dan jenis pembangunan
itu sendiri. Pada kondisi tertentu masyarakat belum tentu menerima sepenuhnya
pembangunan tersebut, tetapi di sisi lain masyarakat sangat memerlukan
pembangunan, sehingga untuk mendapatkan informasi kondisi lingkungan sosial
masyarakat . Pertimbangan lingkungan merupakan suatu cara untuk menilai apakah
kegiatan yang akan dilaksanakan nantinya mempunyai dampak negatif/positif
terhadap lingkungannya. Penilaian dampak lingkungan akan dilaksanakan mulai
pada saat pelaksanaan phisik sampai pasca pelaksanaan pekerjaan.

7.2.4 PENGGAMBARAN DAN DESAIN


Konsultan Penyedia Jasa berdasarkan kajian lapangan dan analisis yang dilakukan
oleh para tenaga ahli profesioanal di bidangnya, akan menyiapkan konseptual dalam
bentuk perhitungan yang dituangkan dalam penggambaran yang mengacu pada
perencanaan awal (Re-design), hal ini bertujuan agar tidak terjadi tumpang tindih
dalam perencanaan. Penggambaran akan dilakukan dengan detail dan rinci sehingga
tidak terjadi kesalah pahaman dalam membaca gambar.

 Detail desain bangunan (Konstruksi)

6-67
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

Pemilihan jenis dan type konstruksi bangunan sangat tergantung dari hasil
analisis hidrologi, hidraulik dan geoteknik sehingga akan diperoleh bangunan
yang cocok dan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lapangan, akan tetapi
dalam kegiatan kajian ini penyajian detail desain konstruksi harus mengacu pada
desain awal yang ada dan desain tersebut akan dijadikan sebagai produk Re-
Design yang akan digunakan dalam upaya pembangunan Embung Gampong
Barat.

 Penyajian Altenatif Pengendalian Daya Rusak Air


Bila dimungkinkan, Konsultan berharap dapat menyajikan konsep alternatif
bangunan pengendalian daya rusak air akibat banjir termasuk perbaikan
terhadap bangunan utama existing. Daya rusak air ini dapat menyebabkan
terjadinya kerusakan pada tubuh Embung, sehingga konsultan diharuskan
menganalisis dan menyiapkan konseptual dan desain bangunan-bangunan yang
cocok dan ideal sesuai dengan permasalahan yang ada dilapangan.

7.2.4.1 Penggambaran Peta


Gambar-gambar hasil pengukuran dan perencanaan dibuat dengan format
Digitalisasi AutoCAD, diformat pada kertas A1 kemudian diplot/dicetak pada kertas
kalkir ukuran A1 dan kertas A3 (ukuran kertas kalkir A1 adalah 59,4 cm x 84,1 cm
dengan type kertas 90/95 gr/m2), untuk print out pada kertas A1 merupakan format
standard sesuai dengan skala dan print out pada kertas A3 merupakan hasil
penyesuaian dari format A1. Gambar perencanaan potongan memanjang dan
potongan melintang diplot pada gambar hasil pengukuran lapangan.
Seluruh peta mempunyai tanda-tanda sebagai berikut :
 Garis kontur
 Seluruh titik spot height yang diukur baik sungai, daratan dan pantai maupun
dasar laut (bathimetry)
 Skala, arah utara dan legenda.
 Grid berkoordinat pada interval 10 cm (200 m pada skala 1 : 2.000).
 Kop gambar yang berisikan blok judul dan kotak revisi (sesuai ketentuan).
6-68
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

 Catatan kaki pada peta


 Bila penggambaran dilakukan pada beberapa lembar, diagram dari layout
lembar disertakan untuk menunjukkan hubungan antara satu lembar dengan
lembar berikutnya (over lay).

e. Setiap gambar peta harus berisi :


- Garis tepi wajah peta
- Garis-garis silang grid yang berjarak 10 cm baik vertikal maupun
horizontal dengan sayap lembar grid 0,5 cm.
- Kop di pojok kanan bawah lembar peta disesuaikan dengan Kop
Direksi.
- Legenda gambar dan penunjuk arah utara

f. Penggambaran situasi dengan skala 1 : 2000 (Uk. A1) dan skala 1 : 4000
(Uk. A3) peta ikhtisar dengan skala 1: 10000 (disesuaikan), Untuk selang
garis ketinggian 1m untuk daerah tinggi (berbukit) sedangkan untuk
daerah pengukuran yang rata selang garis ketinggian 0.5 m
- Detail situasi Bangunan Utama dan Bangunan Pelengkap digambar
dengan skala 1 : 500 dan selang garis tinggi 1m atau 0.5 m.
- Garis kontour mayor dan garis kontour minor dibedakan untuk garis
kontour mayor ditebalkan.
- Penulisan huruf dan angka dengan cetak atau sablon dengan model
dapat terbaca dengan jelas pada gambar Uk.A1 dan Uk. A3 dan format
sesuai dengan petunjuk tim teknis.
- Tebal garis dalam gambar situasi maupun gambar cross section harus
sesuai dengan standar penggambaran (KP-07) yang disetujui tim
teknis.
g. Penggambaran Long section digambar dengan skala horizontal 1 : 1.000
atau skala 1 : 2.000 dan skala vertikal 1 : 100 atau 1 : 200 (Uk. A1).
h. Penggambaran Long section digambar dengan skala horizontal 1 : 2.000
atau skala 1 : 4.000 dan skala vertikal 1 : 200 atau 1 : 400 (Uk. A3).
6-69
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

i. Penggambaran Cross Section digambar dengan skala horizontal 1 : 2.00


skala vertikal 1 : 200 Uk. A1) dan. skala horizontal 1 : 4.00 skala vertikal 1
: 00 Uk. A3) atau disesuaikan dengan panjang penampang.
j. Untuk penggambaran bangunan dipakai skala Denah 1 : 100, potongan-
potongan 1 : 50, Detail 1 : 10 atau 1 : 20. (disesuaikan).

7.2.4.2 Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB)


Konsultan Penyedia Jasa setelah mendapat masukan, saran dan persetujuan Pemilik
Pekerjaan Cq. Direksi Pekerjaan menyiapkan Penyusunan Rencana Anggaran Biaya
(RAB) yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan yang jelaskan dalam
perhitungan volume rinci (BOQ) serta menyiapkan metode dan tata cara
pelaksanaannya.
Dokumen RAB ini diperlukan sebagai platform dalam pelaksanaan pekerjaan
pembangunan pekerjaan tersebut, secara rinci meliputi :
a. Perhitungan volume
b. Perhitungan analisa harga Satuan (form sesuai ketentuan)
c. Perhitungan penggunaan alat berat.
d. Perhitungan biaya.
e. Menyusun spesifikasi teknik pelaksanaan fisik konstruksi
f. Membuat prioritas pelaksanaan dalam bentuk paket-paket pekerjaan
(schedule pelaksanaan).
g. Menyusun metode kerja setiap konstruksi yang direncanakan dan yang akan
dikerjakan
h. Menyusun dokumen pelelangan termasuk Estimate Engineering untuk
pelaksanaan.

7.3 PENYUSUNAN LAPORAN

Laporan yang dibuat dan diserahkan oleh penyedia jasa kepada Direksi pekerjaan
atau PPTK/ Pegawas Pekerjaan adalah sebagai berikut:
A. Dokumen Rencana Mutu Kontrak (RMK)

6-70
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

Penyedia Jasa harus membuat dan menyerahkan dokumen rencana mutu


kontrak yang memuat seluruh prosedur dan rencana pelaksanaan pekerjaan
secara detail dari awal hingga akhir pekerjaan dengan disertai check list dalam
bentuk tabel berikut jadwal pelaksanaan pekerjaan dan jadwal penugasan
tenaga ahli. Laporan ini merupakan media evaluasi dan monitoring yang efektif
mengenai selama pelaksanaan pekerjaan.
Dokumen Rencana Mutu Kontrak (RMK) sebanyak 2 (dua) eksemplar harus
sudah diserahkan paling lambat 2 (dua) minggu sejak diterbitkannya SPMK dan
terlebih dahulu harus diperiksa dan disetujui oleh PPTK atau pengawas
pekerjaan.

B. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan berisi:
- Uraian garis besar tentang pekerjaan S Hasil pengumpulan data sekunder dan
survey pendahuluan.
- Program kerja konsultan, meliputi struktur organisasi dan personalia
pelaksana
- Mobilisasi personil tenaga ahli dan tenaga pendukung serta peralatan yang
digunakan untuk melaksanakan pekerjaan.
- Jadwal pelaksanaan kegiatan Penyedia Jasa dan jadwal penugasan personil
tenaga ahli dan tenaga pendukungnya.
- Rencana dan metoda kerja Penyedia Jasa secara menyeluruh.
- Temuan-temuan dari hasil pengumpulan data sekunder dan survey/kajian
awal serta pemasalahan yang ada.
- Peralatan yang akan digunakan

Hal–hal yang disebutkan diatas harus dipaparkan dan dibahas pada acara
Pembahasan Laporan Pendahuluan.
Laporan Pendahuluan sebanyak 2 (dua) buku yang memaparkan tentang Metodologi
pelaksanaan pekerjaan, hasil pengumpulan data, hasil kunjungan lapangan, dan
rencana kerja selanjutnya, harus sudah diserahkan oleh penyedia jasa kepada
6-71
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

petugas yang ditunjuk oleh PPK paling lambat 1(satu) bulan setelah Surat Perintah
Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan, sebagi bahan presentasi dan diskusi penyedia jasa
dengan Tim Teknis dan pihak-pihak lain yang terkait.
C. Laporan Bulanan
Laporan Bulanan memuat:
- Pendahuluan, berupa uraian garis besar tentang pekerjaan
- Kegiatan Konsultan pada bulan yang bersangkutan.
- Rencana kegiatan dan target yang diinginkan.
- Realisasi kegiatan dan pencapaian target, disertai kurva-S.
- Metode/ prosedur kerja yang diterapkan.
- Hambatan/ masalah yang dihadapi dan cara mengatasi masalah.
- Rencana kegiatan pada bulan yang akan datang.
- Laporan ini diserahkan setiap bulan (tanggal 25 setiap bulannya), kecuali hari
libur.

Laporan Bulanan sebanyak 5(lima) buku harus sudah diserah kan kepada petugas
yang ditunjuk oleh PPK perbulannya, selama pelaksanaan pekerjaan berjalan sejak
SPMK diterbitkan.

D. Laporan Antara/Interim
Laporan ini berisikan tentang data-data yang telah diperoleh, hasil investigasi
lapangan dengan berbagai permasalahannya, analisis dan elaborasi data-data,
metodologi pendekatan pemecahan masalah dengan berbagai metode, rencana
kerja berikutnya, desain dasar dan kerangka. Laporan Akhir Laporan Interim
sebagai bahan diskusi harus diserahkan kepada pemberi pekerjaan paling lambat
90 hari kerja terhitung sejak tanggal mulai kerja ditetapkan dalam SPMK
Hal–hal tersebut di atas harus dipaparkan dan dibahas pada acara Pembahasan
Laporan Interim.
Laporan Antara sebanyak 3 (tiga) buku yang terdiri dari 1 (satu) buku Draft
Laporan dan 2 (dua) Buku Laporan Final

6-72
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

E. Laporan Nota Desain


Nota Desain berisikan tentang konsep desain yang akan dipakai pada
pelaksanaan fisik, Laporan ini menjadi suatu laporan yang sangat penting untuk
pelaksanaan suatu pekerjaan.

F. Laporan Akhir
Laporan ini berisikan seluruh hasil kajian SID Embung SID Embung Gampong
Barat yang dilaksanakan secara lengkap, berisikan konsep penetapan, data dan
peta, grafik dan gambar-gambar yang telah dibahas/didiskusikan dan telah
dilakukan penyempurnaan perbaikan dari draft laporan akhir.

G. Laporan Pendukung Lainnya


Laporan ini merupakan laporan pendukung dalam pekerjaan SID Embung
Gampong Barat Kec. Nisam Kab. Aceh Utara (Migas Aceh) yang terdiri dari
laporan ringkas, laporan geomektan, laporan analisa hidrologi, laporan analisa
lingkungan dan sosial ekonomi, laporan inventarisasi kondisi/kondisi existing
bangunan sungai kengkap dengan dokumentasi foto, laporan pengukuran
topografi dan deskripsi BM dan CP, Data ukur dan hitungan topografi, Laporan
BOQ & RAB, Spektek, dan metode kerja, album foto, dan Eksternal Memory
yang berisi processing data, peta , gambar desain dan data-data perencanaan
lainnya.

Untuk lebih jelas jumlah produk laporan yang disampaikan dapat dilihat pada tabel
7.2 Dibawah ini

6-73
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

Tabel. 7.2 Produk / Laporan Hasil Pekerjaan

7.4 DISKUSI-DISKUSI

Konsultan yang menangani pekerjaan ini harus mengadakan diskusi dengan tenaga
ahli yang terlibat (intern) maupun kepada pemberi pekerjaan (direksi) guna
memperoleh masukan.

6-74
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

Diskusi dan Expose hasil Kerja

A. Diskusi Laporan Pendahuluan.


Mendiskusikan dan membahas tentang laporan pendahuluan, landasan teori,
metode pelaksanaan pekerjaan, analisis yang dibutuhkan dan hasil peninjauan
Lapangan.
Dalam diskusi juga dibahas tentang rencana kerja (time schedule), landasan
teori, metode pelaksanaan pekerjaan, analisis yang dibutuhkan dan hasil
peninjauan Lapangan dan laporan pendahuluan. Dalam beberapa waktu pada
minggu kedua, Konsultan akan membahas rencana kerja survey primer termasuk
rencana memobilisasi personil dan peralatan serta persiapan administrasi lainnya
yang diperlukan untuk prosesi kelancaran pekerjaan lapangan. Pembahasan
dilaksanakan dihadapan Direksi (PPTK) dan Kuasa Pengguna Anggaran Dinas
Pengairan Aceh

Untuk mendapatkan hasil diskusi yang baik, Konsultan Penyedia Jasa terlebih
dahulu
menyerahkan draft Laporan/dokumen yang akan di diskusikan minimal 2 (dua)
hari sebelum kegiatan diskusi ini laksanakan;

B. Diskusi Laporan Interim/Antara

Pada Diskusi ini KONSULTAN Membahas draft penyelesaian dari análisis yang
telah dilakukan atau presentasi terhadap pekerjaan yang telah dilaksanakan dan
akan difinalkan termasuk membahas rencana kerja selanjutnya, sampai dengan
penyusunan laporan antara. Pembahasan dilaksanakan dihadapan Direksi (PPTK)
dan Kuasa Pengguna Anggaran Dinas Pengairan Aceh

Konsultan harus melakukan diskusi dan atau presentasi terhadap pekerjaan yang
telah dilaksanakan sampai dengan penyusunan laporan antara. Untuk
mendapatkan hasil diskusi yang baik, Konsultan Penyedia Jasa terlebih dahulu
6-75
PT. SRI AGUNG JAYA
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
SID EMBUNG GP. BARAT KEC. NISAM KAB. ACEH UTARA (MIGAS ACEH)

menyerahkan draft Laporan/dokumen yang akan di diskusikan minimal 2 (dua)


hari sebelum kegiatan diskusi ini laksanakan.

C. Diskusi Laporan Akhir


Expose Draft Final dilaksanakan di Kantor Kegiatan Perecananaan dan Program
bersama Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) beserta para undangan lainnya yang
berkopenten dengan membahas secara keseluruhan hasil kajian/perencanaan
guna untuk memperoleh berbagai masukan, saran serta kesepakatan dari
beberapa pihak yang diikut sertakan dalam pembahasan tersebut. Disamping itu
jika diperlukan, Konsultan wajib mengexpose kembali hasil perencanaan tersebut
jika diundang oleh Pemilik Pekerjaan dengan waktu dan tempat akan ditentukan
kemudian.

Untuk mendapatkan hasil diskusi yang baik, Konsultan Penyedia Jasa terlebih
dahulu menyerahkan draft Laporan/dokumen yang akan di diskusikan minimal 2
(dua) hari sebelum kegiatan diskusi ini laksanakan;

Dalam setiap tahapan diskusi tersebut Konsultan Penyedia Jasa harus


melengkapi bahan serta material yang diperlukan berupa, Berita Acara, Absensi,
Notulen Rapat, Dokumentasi, dan Hand Out.

6-76
PT. SRI AGUNG JAYA

Anda mungkin juga menyukai