Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA TN.W DENGAN DIAGNOSA GASTRITIS


DI RUANG DAHLIA RUMAH SAKIT PMI BOGOR

Disusun Oleh :
Febia Fitrie ( 09150000013 )
Gita Rosalina ( 09150000016 )
Hatim Saleh ( 09170000074 )
Meilany Julva Sera ( 09150000010 )
Wilda Gustina Anggraini ( 09150000011 )
Zakaria Aritanto ( 09150000035 )
Nanda Maulana ( 09150000051 )
Leni Sundari ( 09150000050 )

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JL. HARAPAN NO. 50 LENTENG AGUNG
JAKARTA SELATAN 12610
2018
A. Definisi
Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung yang dapat bersifat akut kronik,
difus atau local (Soepaman, 1998).
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung
yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau lokal (Patofisiologi, Sylvia A Price hal 422).
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung paling sering diakibatkan oleh
ketidakteraturan diet, misalnya makan terlalu banyak dan cepat atau makan makanan yang
terlalu berbumbu atau terinfeksi oleh penyebab yang lain seperti alkohol, aspirin, refluks
empedu atau terapi radiasi (Brunner & Suddarth, 2000)
Berdasarkan pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa Gastritis merupakan inflamasi
mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik, difus atau lokal.

B. Penyebab
a. Gastritis Akut
Merupakan inflamasi akut dari dinding lambung, biasanya terbatas pada mukosanya saja.
1. Gastritis eksogen akut, disebabkan faktur dari luar yang terdiri dari beberapa bagian:
1. Gastritis eksogen akut yang simple, disebabkan oleh :
A. Makanan dan minuman panas yang dapat merusak mukosa lambung, seperti
rempah-rempah, alcohol dan sebagainya.
B. Obat-obatan seperti, digitalis, iodium, SF, kortison, dsb.
2. Gastritis akute korosiva, disebabkan oleh:
A. Obat-obatan seperti : Analgetik, Anti inflamasi, antibiotik dsb.
B. Bahan kimia dan minuman yang bersifat korosif, bahan alkali yang kuat seperti,
soda, kaustik, (non-hydroxide) korosif sublimat.

2. Gastritis endogen akut, disebabkan kelainan dalam tubuh yang terdiri dalam beberapa
bagian :
A. Gastritis infektiosa akut, disebabkan oleh toxin atau bakteri yang beredar dalam
darah dan masuk ke jantung, misalnya morbili, dipteri , variola dsb.
B. Gastritis egmonos akute, di sebabkan oleh invasi langsung dari bakteri pirogen
pada dinding lambung, seperti streptococcus, stpilacoccus dsb.

b. Gastritis Kronis
Merupakan suatu inflamasi kronik yang terjadi pada waktu lama pada permukaan mukosa
lambung, penyebabnya belum diketahui secara langsung, namun diduga disebabkan oleh :
1. Bakteri, infeksi stapilococcus (akute) mungkin pada akhirnya akan menjadi kronis.
2. Infeksi lokal, infeksi pada sinus, gigi dan post nasal dapat menimbulkan gastritis.
3. Alkohol dapat menyebabkan kelainan pada mukosa lambung.
4. Faktor, psikologis dapat menimbulkan hipersekresi asam lambung.

C. Manifestasi Klinik
a. Gastritis Akut
1) Gastritis Akute Eksogen Simple :
A. Nyeri epigastrik mendadak.
B. Nausea yang di susul dengan vomitus.
C. Saat serangan pasien berkeringat, gelisah, sakit perut, dan kadang disertai
panas serta tachicardi.
D. Biasanya dalam 1-2 hari sembuh kembali.

2) Gastritis Akute Eksogen Korosiva :


A. Pasien kolaps dengan kulit yang dingin.
B. Tachicardi dan sianosis.
C. Perasaan seperti terbakar, pada epigastrium.
D. Nyeri hebat / kolik.

3) Gastritis Infeksiosa Akute :


A. Anoreksia
B. Perasaan tertekan pada epigastrium.
C. Vumitus.
D. Hematemisis

4) Gastritis Hegmonos Akute :


A. Nyeri hebat mendadak di epigastrium.
B. Rasa tegang pada epigastrium.
C. Panas tinggi dan lemas
D. Lidah kering sedikit ekterik.
E. Sianosis pada ektremitas.
F. Abdomen lembek.

b. Gastritis Kronis
1) Gastritis Superfisialis
A. Rasa tertekan yang samar pada epigastrium.
B. Penurunan BB
C. Kembung / rasa penuh pada epigastrium.
D. Rasa perih sebelum dan sesudah makan.
E. Terasa pusing
F. Vomitus

2) Gastritis Atropikan
A. Rasa tertekan pada epigastrium.
B. Rasa penuh pada perut.
C. Keluar angin pada mulut.
D. Mulut dan tenggorokan terasa kering.

3) Gastritis Hypertropik Kronik


A. Nyeri pada epigastrium yang tidak selalu berkurang setelah minum susu.
B. Nyeri biasanya timbul pada malam hari.
C. Kadang disertai melena.

D. Patofisiologi
A. Gastritis Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya obat-
obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada orang yang
mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus vagus) yang
akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam lambung. Adanya HCl
yang berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia.
Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel
kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi produksinya.
Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut
tercerna. Respon mukosa lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi
diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang
memproduksi HCl (terutama daerah fundus) dan pembuluh darah.
Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat.
Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena
kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi
mukus dapat berupa eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi sel mukosa gaster akan
mengakibatkan erosi pada sel mukosa. Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu
timbulnya perdarahan.
Perdarahan yang terjadi dapat mengancam klien, namun dapat juga berhenti
sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam
setelah perdarahan.

B. Gastritis Kronis
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini
menyerang sel permukaan gaster, memperberat timbulnya desquamasi sel dan
muncullah respon radang kronis pada gaster yaitu : destruksi kelenjar dan metaplasia.
Metaplasia adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap iritasi,
yaitu dengan mengganti sel mukosa gaster, misalnya dengan sel desquamosa yang
lebih kuat. Karena sel desquamosa lebih kuat maka elastisitasnya juga berkurang.
Pada saat mencerna makanan, lambung melakukan gerakan peristaltik tetapi karena
sel penggantinya tidak elastis maka akan timbul kekakuan yang pada akhirnya
menimbulkan rasa nyeri. Metaplasia ini juga menyebabkan hilangnya sel mukosa
pada lapisan lambung, sehingga akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah
lapisan mukosa. Kerusakan pembuluh darah ini akan menimbulkan perdarahan.
(Price, Sylvia dan Wilson, Lorraine, 1999 : 162) (www.google, penyakit gastritis.com)
E. PATHWAY
F. Penatalaksanaan
1. Theraphy/tindakan penanganan
Penatalaksanaan gastritis secara umum adalah menghilangkan faktor utama yaitu
etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan sering, serta Obat-obatan. Namun secara
spesifik dapat dibedakan sebagai berikut :
A. Gastritis Akut
a) Kurangi minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala menghilang; ubah
menjadi diet yang tidak mengiritasi.
b) Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan IV.
c) Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan dan
netralkan asam dengan antasida umum, misalnya aluminium hidroksida,
antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik dan sukralfat
(untuk sitoprotektor).
d) Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang
encer atau cuka yang di encerkan.
e) Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena bahaya perforasi.
f) Antasida : Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau
tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis
ringan. Antasida menetralisir asam lambung dan dapat menghilangkan rasa
sakit akibat asam lambung dengan cepat. Penghambat asam : Ketika antasida
sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa sakit tersebut, dokter kemungkinan akan
merekomendasikan obat seperti cimetidin, ranitidin, nizatidin atau famotidin
untuk mengurangi jumlah asam lambung yang diproduksi.

B. Gastritis Kronis
a) Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.
b) Cytoprotective agents : Obat-obat golongan ini membantu untuk melindungi
jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil. Yang termasuk ke
dalamnya adalah sucraflate dan misoprostol. Jika meminum obat-obat AINS
secara teratur (karena suatu sebab), dokter biasanya menganjurkan untuk
meminum obat-obat golongan ini. Cytoprotective agents yang lainnya adalah
bismuth subsalicylate yang juga menghambat aktivitas H. Pylori.
c) Penghambat pompa proton : Cara yang lebih efektif untuk mengurangi asam
lambung adalah dengan cara menutup “pompa” asam dalam sel-sel lambung
penghasil asam. Penghambat pompa proton mengurangi asam dengan cara
menutup kerja dari “pompa-pompa” ini. Yang termasuk obat golongan ini
adalah omeprazole, lansoprazole, rabeprazole dan esomeprazole. Obat-obat
golongan ini juga menghambat kerja H. pylori.
d) H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis; tetrasiklin atau
amoxicillin) dan garam bismuth (pepto bismol) atau terapi H.Phylory. .Terapi
terhadap H. Pylori. Terdapat beberapa regimen dalam mengatasi infeksi H.
pylori. Yang paling sering digunakan adalah kombinasi dari antibiotik dan
penghambat pompa proton. Terkadang ditambahkan pula bismuth
subsalycilate. Antibiotik berfungsi untuk membunuh bakteri, penghambat
pompa proton berfungsi untuk meringankan rasa sakit, mual, menyembuhkan
inflamasi dan meningkatkan efektifitas antibiotik. Terapi terhadap infeksi H.
pylori tidak selalu berhasil, kecepatan untuk membunuh H. pylori sangat
beragam, bergantung pada regimen yang digunakan. Akan tetapi kombinasi
dari tiga obat tampaknya lebih efektif daripada kombinasi dua obat. Terapi
dalam jangka waktu yang lama (terapi selama 2 minggu dibandingkan dengan
10 hari) juga tampaknya meningkatkan efektifitas. Untuk memastikan H.
pylori sudah hilang, dapat dilakukan pemeriksaan kembali setelah terapi
dilaksanakan. Pemeriksaan pernapasan dan pemeriksaan feces adalah dua jenis
pemeriksaan yang sering dipakai untuk memastikan sudah tidak adanya H.
pylori. Pemeriksaan darah akan menunjukkan hasil yang positif selama
beberapa bulan atau bahkan lebih walaupun pada kenyataanya bakteri tersebut
sudah hilang.

G. Fokus Pengkajian Keperawatan


1. Pengkajian
(1) Identitas Pasien
a. Nama :
b. Umur :
c. Alamat :
d. Pekerjaan :
e. No. Reg :
f. Tgl. MRS :
g. Tgl. Pengkajian :
h. Dx Medis :
(2) Identitas Penanggung Jawab
a. Nama :
b. Umur :
c. Pendidikan :
d. Pekerjaan :
e. Hub. dgn pasien :
(3) Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama :
b. Riwayat penyakit sekarang :
c. Riwayat kehamilan dan kelahiran:
d. Riwayat kesehatan keluarga
(4) Pola Kesehatan Fungsional
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola nutrisi dan metabolic
c. Pola cairan dan metabolic
d. Pola istirahat dan tidur
e. Pola aktivitas dan latihan
f. Pola eliminasi
g. Pola persepsi dan kognitif
h. Pola reproduksi dan seksual
i. Pola persepsi dan konsep diri
j. Pola mekanisme koping
k. Pola nilai dan kepercayaan
(5) Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum pasien
b. Kesadaran
c. Pemeriksaan TTV

(6) Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Pemeriksaan radiologic

2. Analisa (pengelompokan data)


DS :
C. Klien mengaluh kelemahan / kelelahan
D. Klien memiliki perasaan tidak berdaya
E. Klien mengeluh mual, masalah menelan : cegukan, nyeri ulu hati, sendawa bau asam,
tidak toleran terhadap makanan contoh : makanan pedas, diet, penurunan berat badan.
F. Klien mengeluh sakit kepala/pusing
DO :
 Hipotensi, kelemahan/ nadi perifer lemah, warna kulit : pucat, sianosis (tergantung
pada jumlah kehilangan darah), kelembaban kulit / membrane mukosa : berkeringat
( menunjukkan status syok, nyeri akut, respon psikologik), takikardia, disritmia.
 tanda ansietas misalnya : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit, gemetar,
suara gemetar.
 Nyeri tekan abdomen
 Muntah, membrane mukosa kering, penurunan produksi mukosa, berat jenis urine
meningkat.

3. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


a. Nyeri berhubungan dengan agen cedera (biologis, zat kimia, fisik, psikologis)
ditandai dengan melaporkan nyeri secara verbal
b. Ketidakseimbangan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan ditandai dengan nyeri abdomen dan
ketidakmampuan memakan makanan
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai
dengan penurunan tekanan darah dan kelemahan
H. Fokus Intervensi Keperawatan
Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Gangguan rasa Setelah dilakukan asuhan Pain management 1. Untuk mengetahui seberapa
nyaman : Nyeri akut keperawatan selama ....x 24 jam, 1. komprehensif (lokasi, berat rasa nyeri yang dirasakan
nyeri teratasi dengan kriteria karakteristik, durasi, dan mengetahui pemberian
hasil : frekuensi, kualitas dan faktor terapi sesuai indikasi.

presipitasi). 2. Mengetahui reaksi nonverbal


NOC label : Pain control
2. Observasi reaksi nonverbal dari klien
1. Mengenal faktor dari ketidak nyamanan. 3. Untuk mengetahui
penyebab 3. Gunakan teknik komunikasi pengalaman nyeri klien
2. Menggunakan metode
terapeutik untuk mengetahui sebelumnya
pencegahan (skala 3)
3. Menggunakan metode pengalaman nyeri klien
sebelumnya. 4. Agar klien merasa nyaman
nonanalgesik untuk
mengurangi nyeri (skala 4. Berikan lingkungan yang
3) tenang 5. Untuk mengurangi nyeri yang
4. Mengenali gejala-gejala 5. Ajarkan teknik non dirasakan klien
nyeri (skala 3) farmakologis (relaksasi,
5. Melaporkan nyeri sudah
distraksi dll) untuk mengetasi
terkontrol (skala 3)
nyeri. 6. Membantu mengurangi rasa

6. Kolaborasi pemberian nyeri


NOC label : Pain level
analgetik untuk mengurangi
1. Melaporkan adanya 7. Mengevaluasi nyeri yang
nyeri (skala 3) nyeri. dirasakan klien
2. Frekuensi nyeri (skala 3)
7. Evaluasi tindakan pengurang 8. Agar mengetahui persepsi
3. Panjangnya episode
nyeri/kontrol nyeri. klien tentang manajemen nyeri
nyeri (skala 3)
4. Pernyataan nyeri (skala 8. Monitor penerimaan klien yang diberikan
3) tentang manajemen nyeri. 9. Menentukan kondisi pasien
5. Ekspresi wajah saat
secara berkala
nyeri (skala 3)
9. Monitor Vital sign 10. Agar menilai keefektifan
analgetik dan penanganan
10. Evaluasi efektifitas analgetik, yang cepat terhadap efek
tanda dan gejala efek sampingnya
samping

Ketidakseimbangan Setelah diberikanasuhan NIC Label : Nutrition Therapy 1. Dapat mengetahui status nutrisi
1. Lakukan pengkajian lengkap
nutrisi : kurang dari keperawatan selama …x 24 jam klien sehingga dapat
mengenai nutrisi klien.
kebutuhan tubuh kebutuhan nutrisi pasien melakukan intervensi yang
terpenuhi dengan criteria hasil : 2. Monitor intake tepat.
NOC Label : Nutritional Status 2. Mengetahui intake kalori
makanan/cairan dan hitung
1. Pemasukan nutrisi yang
apabila terjadi kekurangan
intake kalori harian
adekuat
3. Mengatur lingkungan menjadi
2. Jumlah cairan dan makanan 3. Memberikan lingkungan yang
menyenangkan dan rileks.
yang diterima sesuai dengan nyaman pada klien untuk
kebutuhan tubuh pasien 4. Pilih supplement nutrisi jika makan
3. Nilai laboratorium dalam 4. Untuk meningkatkan asupan
diperlukan
rentang normal, protein total 5. Anjurkan pasien untuk nutrisi klien
5. Mencegah terjadinya
6-8 gr%, albumin 3,5-5 gr%, memilih makanan yang lunak,
pendarahan pada esophagus
globulin 1,5-3 gr%, HB tidak tidak berbumbu, dan tidak
kurang dari 10 gr% asam.
4. Membran mukosa dan 6. Monitor hasil pemeriksaan 6. Mengetahui status nutrisi klien
konjungtiva tidak pucat laboratorium, jika diperlukan. sehingga dapat diberikan diet
yang tepat
Kekurangan volume Setelah mendapatkan asuhan NIC label: Fluid Management
keperawatan …x 24 jam, 1. Keseimbangan cairan dalam
cairan
diharapkan keadaan klien 1. Pertahankan catatan intake dan tubuh terpenuhi.
membaik dengan kriteria hasil: output yang akurat 2. Dapat mengetahui keadaan
2. Monitor status hidrasi umum secara cepat
1) NOC label: Fluid Balance (kelembaban membran
1. Tekanan darah klien mukosa, nadi adekuat, tekanan
mendekati kisaran normal darah ortostatik), jika
(sistol: 120-130 dan diperlukan 3. Mengetahui keadaan umum
diastol: 80-90) (skala 5) 3. Monitor vital sign secara cepat
2. Denyut nadi mendekati 4. Monitor masukan 4. Terpantau agar cairan dalam
kisaran 60-100 kali per makanan/cairan dan hitung tubuh seimbang
menit (skala 5) intake kalori 5. Menggantikan kehilangan
3. Intake dan keluaran 5. Kolaborasikan pemberian cairan dan memperbaiki
selama 24 jam seimbang cairan IV keseimbangan cairan
(skala 5) 6. Terpantau agar nutrisi
4. Elastisitas turgor kulit 6. Monitor status nutrisi terpenuhi
baik (skala 5) 7. Nutrisi dapat terpenuhi
5. Membran mukosa 7. Dorong keluarga untuk
8. Mencegah terjadinya
lembab (skala 5) membantu pasien makan
komplikasi lebih lanjut
6. Tidak ada rasa haus yang 8. Kolaborasi dengan dokter
berlebihan (skala 5)
7. Konfusi menurun (skala
5)
8. Pusing teratasi (skala 5) NIC label: Hypovolemia
Management 1. Terpantau keseimbangan cairan
2) NOC label: Nutritional dalam tubuh terpenuhi
Status: Food and Fluid 1. Monitor status cairan termasuk 2. Terpantau tingkat Hb dan
Intake intake dan output cairan hematokrit jika terjadi
1. Intake makanan peroral 2. Monitor tingkat Hb dan kelainan
yang adekuat, sesuai hematokrit 3. Mengetahui keadaan umum
kebutuhan (skala 5) secara cepat
4. Memantau keadaan pasien
2. Intake cairan peroral yang 3. Monitor tanda vital
adekuat, sesuai kebutuhan 5. Memantau keadaan umum
(skala 5) 4. Monitor respon pasien status gizi pasien
terhadap penambahan cairan 6. Membantu memenuhi nutrisi
5. Monitor berat badan tubuh
7. Memantau jika terjadi
6. Dorong pasien untuk kelebihan volume cairan
menambah intake oral Memantau jika terjadi
7. Monitor adanya tanda dan komplikasi lebih lanjut
gejala kelebihan volume cairan
8. Monitor adanya tanda gagal
ginjal
3) NOC label: Tissue
Integrity: Skin and Mucous
Membranes
1. Temperatur kulit
mendekati kisaran 36o-
38oC (skala 5)
2. Elastisitas kulit kembali
(sesuai umur, kembali ke
keadaan semula setelah
ditarik tanpa bekas atau
kerutan sisa) (skala 5)
3. Perspirasi terjadi dengan
jumlah dan pada kondisi
yang tepat (skala 5)
4. Tekstur kulit kering dan
halus (skala 5)
Ketebalan kulit mendekati
normal (skala 5)

E. PATHWAY
Toxin / bakteri Invasi langsung Bakteri & Alokohol Psikologis
Makanan & Bahan kimia yang yg beredar dari bakteri pirogen infeksi local
minuman bersifat korosif dalam darah pada dinding
panas, obat dan masuk ke lambung
- obatan jantung Kelainan pada
mukosa lambung

Menurunnya sensori
Gangguan rasa Gastritis Ketidakseimbangan nutrisi : Gastritis Kekurangan volume Menurunnya tonus &isi
Nyeri Erosi mukosa
Dorongan ekspulsi
Inflamasi untuk
nyaman : nyeri Eksogen akut kurang dari makan
kebutuhan tubuhendogen
Anoreksia cairan Gastritis
peristaltik Kronis
lambung
epigastrium Gastritis
akut lambung Muntah
lambungke mulut
DAFTAR PUSTAKA

1. Aras, Sriwaty. 2007. Artikel Ilmiah: Prevalensi dan Distribusi Gangguan Elektrolit

pada Lanjut Usia di Bangsal Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang. Semarang
2. Carpenito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta :

EGC
3. Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-

2014. Jakarta: EGC


4. Joanne, dkk. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC), Fifth Edition. Amerika:

Mosby
5. Moorhead, dkk. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC), Fourth Edition.

Amerika: Mosby
6. Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan

Praktik, E/4, Vol. 2. Jakarta: EGC


7. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &

Suddarth. Vol. 1. E/8. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai