Eksplorasi
Eksplorasi
PENGANTAR EKSPLORASI
Secara umum pengertian eksplorasi adalah mengetahui, mencari dan menilai suatu
endapan mineral.
Menurut Dhadar (1980), eksplorasi bahan galian didefinisikan sebagai penyelidikan
yang dilakukan untuk mendapatkan suatu keterangan mengenai letak, sifat-sifat, bentuk,
cadangan, mutu serta nilai ekonomis dari bahan galian.
Koesoemadinata (1995) berpendapat bahwa eksplorasi adalah suatu aktivitas untuk
mencari tahu keadaan suatu daerah, ruang yang sebelumnya tidak diketahui keadaan suatu
objek geologi yang umumnya berupa cebakan mineral.
Tujuan dari eksplorasi adalah untuk menemukan serta mendapatkan sejumlah
maksimum dari cebakan mineral ekonomis baru dengan biaya dan waktu seminimal mungkin
(to find and acquire a maximum number of new economic mineral deposits within a minimum
cost and in a minimum time (Baily, 1968 dalam Koesoemadinata1995).
Tahapan Eksplorasi
Pentahapan dalam eksplorasi mutlak dilakukan untuk meminimalkan kerugian/resiko
kegagalan karena eksplorasi merupakan aktivitas yang berisiko tinggi. Pentahapan dalam
eksplorasi harus dilakukan sesuai dengan karakteristik tiap endapan mineral untuk
mengurangi resiko kegagalan (kerugian) yang lebih besar dalam menemukan endapan
mineral tersebut. Setelah suatu tahapan eksplorasi selesai dilakukan, perlu adanya evaluasi
untuk pengambilan keputusan yang akan dilakukan selanjutnya.
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam merancang suatu kegiataneksplorasi adalah
:
1. Efektifitas, yaitu mengenai sasaran dengan metoda dan strategi yang tepat
2. Efisiensi, dengan usaha (biaya dan waktu) yang seminimal mungkin untuk
mendapatkan hasil yang optimal
3. Unsur ekonomi, biaya eksplorasi harus sesuai dengan hasil yang diharapkan
dengan memperhitungkan resiko. Hal ini disebabkan karena lebih tinggi resiko maka
keuntungan yang dicapai makin berlipat ganda.
Konsentrat dulang (pan concentrate, PC) yaitu mengambil fraksi mineral berat dalam
sedimen sungai dengan cara mendulang dengan tujuan menangkap emas berbutir kasar dan
mineral berat lainnya. Dapat dilihat seperti gambar di bawah ini :
Bulk Leach Extractable Gold (BLEG), semua fraksi sedimen diambil tanpa terkecuali.
Tujuannya untuk menangkap semua butiran emas dan mampu mendeteksi kadar emas yang
sangat rendah (ambang deteksi 0,1 ppb). Dalam prakteknya BLEG dilakukan pada tahap awal
dengan densitas 1 conto per 5-10 km, sedangkan SS dan PC dilakukan pada tahap berikutnya
dengan densitas1 conto per 1-3 km. Contoh peta yang dihasilkan dengan menggunakan
metoda geokimia dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Kondisi yang harus diperhatikan pada waktu melakukan sampling dengan metoda percontoan
tanah adalah :
1. Cukup material yang diambil untuk analisis
2. Conto diambil dari horison yang sama
3. Jika horison soil tidak berkembang, conto diambil pada kedalaman yang sama
4. Conto harus diambil dari jenis soil yang sama (residual/ transported)
5. Faktor yang menyebabkan adanya kontaminasi pada sampel harus diketahui.
Biogeochemistry Surveys
Metoda ini memanfaatkan komposisi kimia tumbuhan yang dipakai sebagai media conto. Akar
tumbuhan potensial sebagai media sampling karena sifatnya yang menyerap larutan dalam
air tanah. Larutan ini mungkin membawa garam-garam anorganik yang dapat diendapkan di
berbagai tumbuhan, seperti daun, kulit kayu, buah dan bunga. Pada bagian tertentu dari
beberapa jenis tumbuhan telah terbukti menunjukkan kadar konsentrasi unsur-unsur tertentu
yang lebih tinggi jika tumbuh pada soil yang berkembang di atas cebakan mineral daripada di
soil biasa. Istilah geobotany melibatkan identifikasi visual jenis spesies tumbuhan yang hidup
di daerah tertentu. Pengamatan terhadap jenis tumbuhan penutup mungkin dapat
mengindikasikan mineralisasi di bawahnya.
Contoh :
Becium homblei dipakai di Afrika bagian selatan untuk mengindikasikan anomali Cu
dalam soil.
Di daerah tropis bagian atas porfiri sistem yang kaya sulfida biasanya tidak ditumbuhi
tumbuhan atau hanya semak rumput, misalnya Grasbergdi Irian Jaya. Fenomena ini dapat
terlihat dalam foto udara dan Landsat.
Gas Surveys
Survei gas ini didasarkan dari banyakya cebakan mineral yang mengandung volatile. Karena
mobilitasnya tinggi, material volatile ini dapat mencapai permukaandan dilepaskan ke
atmosfer.
Contoh :
Mercury di atas cebakan logam dasar (base metals) dan emas epitermal
Radon sebagai hasil peluruhan U-238 dalam cebakan uranium
Helium dari cebakan U dan Th
SO2 terdeteksi sebagai hasil oksidasi sulfida
Berbagai hidrokarbon volatile dalam survei minyak dan gas bumi
Teknik penyontoan bervariasi dari mulai dengan pesawat terbang atau helikopter, detektor
yang dipasang dalam tanah atau dalam air, sampai anjing yang dilatih untuk mendeteksi
sulfida dari kehadiran H2S.
PENDAHULUAN
Metode geofiska secara bertahap meningkat digunakan pada eksplorasi mineral-mineral logam dan
non logam. Metode geofisika diterapkan dengan mengukur sifat-sifat batuan bawah permukaan
(melalui metode gayaberat, magnetik, geolistrik, dll.) dengan menggunakan pembangkit arus secara
alamiah maupun buatan. Sifat-sifat fisika tersebut akan berbeda untuk jenis batuan yang berbeda.
Juga kemungkinan adanya unsur/deposit logam di bawah permukaan dapat terdeteksi melalui
adanya ANOMALI.
Metode geofisika berhubungan dengan metode geokimia dan geologi, dan sangat baik untuk
prospekting dan eksplorasi.
Penggunaan metode geofisika dalam pemetaan geologi dan prospekting / eksplorasi mineral logam /
non logam didasarkan atas perbedaan sifat-sifat fisik batuan. Akan ditemukan perbedaan sifat-sifat fisik
batuan melalui kehadiran deposit bijih (ore) tertentu dari sifat-sifat fisika batuan sekitarnya, dan disebut
sebagai anomali geofisika. Anomali ini akan memberikan interpretasi
secarakualitatif dan kuantitatif mengenai tubuh bijih tersebut (karakteristik geologi, kedalaman,
dimensi, kemiringan, bentuk, dan lainnya).
Harga anomali magnetik berhubungan dengan intensitas magnetik yang dipancarkan oleh tubuh bijih
yang mengandung mineral magnet (seperti mineral magnetite, hematite, pirhotite). Tabel dibawah
menunjukkan susceptibilitas magnetik dari mineral-mineral atau batuan tertentu secara umum
5 Olivine 0
6 Quartz 0
Batuan sedimen umumnya bersifat non-magnetik, meskipun ada pada beberapa batuan tersebut, itu
lebih disebabkan karena tercampur dengan mineral-mineral bersifat magnetik pada proses pelapukan
dan transportasinya. Susceptibilitas batuan beku akan meningkat dengan meningkatnya unsur
OH- (basa). Untuk batuan metamorf sepanjang prosesnya tidak berhubungan dengan suplai atau
pembentukan mineral magnetik, susceptibilitasnya tidak berbeda dengan batuan primernya (beku).
Metode gayaberat berdasarkan perbedaan sifat rapatmassa (densitas) batuan secara horizontal atau
lateral. Untuk batuan beku, densitas secara umum naik seperti pada batuan beku basa. Untuk batuan
sedimen dipengaruhi oleh umur dan porositas serta kedalaman pengendapannya. Tabel dibawah
menunjukkan beberapa batuan dengan rapat massa berbeda secara umum .
RAPATMASSA (gr/cm3)
NO BATUAN
DARI HINGGA RATA-RATA
Resistivitas (tahanan jenis) rendah umumnya dijumpai pada mineral bijih kovelite, bornite, pirhotite,
kalkopirit, galena, magnetite, arsenopyrite, pirite, dan markasite. Sedangkan mineral seperti spalerite,
molybdenite, boulangerite memiliki harga tahanan jenis yang tinggi. Resistivitas dari bijih merupakan
fungsi dari strukturnya bukan proporsi dari mineral-mineral konduktif yang dikandungnya. Tabel
dibawah menunjukkan beberapa mineral dengan harga tahanan jenis berbeda.
1 Pirit 10-4 – 10
4 Magnetite 10-2 – 10
Untuk metode gayaberat yang diukur adalah percepatan gravitasi bumi dalam satuan miligals. Anomali
gayaberat didapatkan dari perbedaan percepatan gravitasi yang diukur dari satu titik terhadap titik
lainnya dan dihubungkan dengan percepatan gravitasi normal. Percepatan gravitasi diukur dengan alat
Gravimeter dengan presisi hingga 10-4 mgal.
Dalam prospekting deposit mineral survei gayaberat dilakukan guna menyeleksi persoalan tektonik,
struktur, mapping tubuh intrusi (batuan beku basa, granitoid), batas cekungan pada eksplorasi
hidrokarbon. Perkembangan teknologi yang pesat dewasa ini untuk mencari deposit yang dekat
permukaan melalui mikro-gravity. Mikrogravity guna melokalisir tubuh bijih di lingkungan dengan
densitas relatif sama serta dekat dengan permukaan.
Data gayaberat diolah dengan komputer melalui serangkaian koreksi-koreksi. Hasil akhir adalah harga
rapatmassa batuan bawah permukaan titik ukur dilakukan. Hasil harga tersebut diplot pada titik ukur
yang bersangkutan, dan setiap data dilakukan dengan cara yang sama. Setelah semua harga diplot,
maka dilakukan konturing hingga didapatkan peta kontur anomali Bouguer yang mencerminkan struktur
bawah permukaan secara regional. Untuk melihat struktur dan deposit bawah permukaan secara lokal
harus dilakukan penapisan terhadap kontur frekuensi rendah hingga didapatkan anomali sisa yang
mencerminkan kontur frekuensi tinggi. Anomali sisa keseluruhan dibuatkan peta konturnya sebagai
peta kontur anomali sisa daerah studi yang menunjukan apa yang hendak kita cari didaerah tersebut.
Untuk metode magnetik yang diukur adalah susceptibilitas magnetik batuan bawah permukaan atau
intensitas magnetik total dengan satuan gamma. Peralatan yang digunakan adalah magnetometer
seperti proton-resonansi magnetometer yang mengukur intensitas magnetik total (T) dan luxgate
magnetometer yang mengukur komponen Z dan H. Magnetometer modern dapat mengukur satu titik
dengan cepat (beberapa detik saja) dengan keakuratan 1 gamma. Pengukuran juga dapat dilakukan
melalui udara (airborne geomagnetic survey) yang mengukur secara cepat gradient vertikal dari medan
magnet bumi.
Survei aeromagentik digunakan dengan cepat dan murah guna pemetaan batuan yang mengandung
mineral ferromagnetik. (magnetite dan pirhotite).
Untuk metode listrik sangat banyak. Metode tahanan jenis (vertical and horizontal profiling) digunakan
untuk eksplorasi airtanah, geothermal, dan sebagian bijih dan non bijih.
Metode lain adalah metode elektromagnetik (EM). Suatu sumber medan magnet diinduksikan ke dalam
bumi. Adanya bijih sulfida dibawah permukaan akan mempolarkan medan magnet. Dengan
menjumlahkan medan magnet primer dan sekunder ada/tidaknya mineral sulfida dapat diketahui.
Untuk metode Spontaneous Polarisasi (SP) dan Induced Polarisasi (IP) didasarkan atas aktivitas
elektrokimia dan polarisasi batuan. Metode SP mengukur potensial listrik secara spontan (dalam mV)
yang dihasilkan dari oksidasi bijih sulfida. Suatu medan polarisasi yang intensif dihasilkan diatas
tubuh bijih yang konduktif. Teknik ini baik untuk menentukan impregnasi sulfida minerals.
Prinsip metode IP adalah dengan menggunakna suatu bentangan empat elektroda resistivity
standard dengan mode DC arus di switch on, pada saat tertentu secara tiba-tiba (abruptly) arus
dimatikan. Akibatnya voltage antara elektroda potensial tidak menunjukan langsung ke titik nol namun
perlahan-lahan menuju titik nol. Fenomena ini akibat ppolarisasi elektrolit. Mineral-mineral dengan
konduktifitas baik (cth : logam sulfida dan oksida) memberikan efek ini dengan baik.
Metode eksplorasi geofisika yang akan dibahas pada materi ini yaitu, geolistrik, seismik refraksi,
GPR, gravity dan magnetik.
1. Metode Geolistrik (metode resistivity/tahanan jenis)
Metoda ini menggunakan medan potensial listrik bawah permukaan sebagai objek pengamatan
utamanya. Kontras resistivity yang ada pada batuan akan mengubah potensial listrik bawah
permukaan tersebut sehingga bisa kita dapatkan suatu bentuk anomali dari daerah yang kita
amati.
a. Self potensial (SP) –> Metode ini memanfaatkan potensial listrik yang terdapat di alam.
b. Induced potential (IP) –> Metode ini memanfaatkan potensial listrik yang kita induksikan sendiri
kedalam tanah.
Teori utama dalam metoda resistivity sesuai dengan hokum Ohm yaitu arus yang mengalir (I) pada
suatu medium sebanding dengan voltage (V) yang terukur dan berbanding terbalik dengan
resistansi (R) médium, atau dapat dirumuskan sebagai berikut :
V = I.R
Dimana R (Resistansi) sebanding dengan panjang medium yang dialiri (x), dan berbanding terbalik
dengan luas bidang (A), yang sesuai dengan rumus :
R = x/A
Untuk mendapatkan pengukuran resistivity yang menghasilkan harga resistivitas semu
ρapp (apparent resistivity) dirumuskan oleh :
ρ app = K array . V / I
Dalam pelaksanaan survey dikenal beberapa metoda pengambilan data sesuai dengan peletakan
eloktroda yang dilakukan. Hal ini berpengaruh terhadap faktor geometri peneletian resistivity yang
kita lakukan. Adapun aturan/metoda tersebut antara lain :
1. Metoda Wenner
2. Metoda Gradien
3. Metoda Schlumberger
4. Metoda Dipole-dipole
5. Metoda Pole-dipole
Konfigurasi elektroda
Teknik akusisi data resistivity :
– Peralatan yang dibutuhkan :
2. Accu (biasanya 12 v, 1 A)
3. Peralatan elektronik pengukuran (spt: Mc-Ohm, Phoenix Technology, Abem Terrameter dll)
– Tennik Pengukuran :
1. Sounding : untuk informasi bawah permukaan secara vertikal (model bumi berlapis)
3. Offset Sounding : untuk informasi bawah permukaan profil sounding yang kontinyu secara
lateral
– Tahapan akusisi :
4. Catat hal-hal penting : posisi dan elevasi elektroda, arus dan potensial yang digunakan tiap
pengukuran, resistivity semu yang didapat di alat, kondisi geologi dilapangan secara umum
5. Plot pada kurva bi-log antara jarak AB/2 vs resistivity semu yang didapat
Pada dasarnya dalam metoda ini diberikan suatu gangguan berupa gelombang seismic pada
suatu sistem dan kemudian gejala fisisnya diamati dengan menangkap gejala tersebut
melalui receiver (geophone). Hal tersebut akan menghasilkan gambaran tentang kecepatan dan
kedalaman lapisan berdasarkan pengukuran waktu tempuh gelombang antara sumber getaran
(shot) dan geophone. Adapun waktu yang diperlukan oleh gelombang seismic untuk merambat
pada lapisan batuan bergantung besar kecepatan yang dimiliki oleh medium yang dilaluinya
tersebut.
Dalam peneletian yang dilakukan di daerah Seling ini metoda seismic refraksi digunakan untuk
mengetahui jumlah lapisan yang ada pada daerah tersebut dan diketahui pula nilai densitas dari
setiap lapisan sehingga kita dapat memperkirakan karakteristik batuan yang sesuai dengan
densitas batuan yang diketahui. Dengan mengetahui jenis batuan yang diperkirakan dari lapisan
tersebut kita bisa menduga batuan di lapisan mana yang berkemungkinan menjadi bidang lincir
yang menyebabkan pergerakan tanah di daerah Seling tersebut.
Teori Dasar
Dalam penjalaran gelombang seismic yang terjadi di bumi mengikuti beberapa prinsip fisika
perambatan gelombang pada suatu medium yaitu :
1. Prinsip Huygen
Suatu gelombang yang melewati suatu titik akan membuat titik tersebut menjadi sumber
gelombang baru dan akan begitu seterusnya.
1. Prinsip Fermat
Dalam penjalaran gelombang dari satu titik ke titik selanjunya yang melewati suatu medium
tertentu akan mencari suatu lintasan dengan waktu tempuh yang paling sedikit.
1. Prinsip Snellius
Gelombang yang merambat dan melalui medium yang berbeda akan mengalami pembiasan
maupun pemantulan. Adapun dalam pembiasan maupun pemantulannya akan mengikuti
persamaan berikut :
Sedangkan untuk sudut kritis (q2 = 900) maka persamaannya akan berubah menjadi :
Selain prinsip utama penjalaran gelombang sebagaimana dijelaskan sebelumnya dalam metoda
refraksi dikenal pula prisip Hagiwara. Metoda Hagiwara ini digunakan untuk menentukan
kedalaman suatu lapisan dari daerah yang kita survey yaitu daerah Seling. Ketika digunakan
metoda Hagiwara sebagai metoda intrepetasi maka diperlukan suatu pasngan kurva travel
time bolak-balik (reciprocal travel time curve) yang direfraksikan dari suatu lapisan pada
kedalaman lapisan yang diselidiki.
Akuisisi data
Dalam pengambilan data seismic refraksi agar menghasilkan kualitas data yang bagus dan
mengandung bentuk first break yang tajam dapat dilakukan beberapa cara antara lain : stacking,
memperbesar kekuatanshoting, dan filtering. Dalam pengambilan data yang menggunakan
dinamit sebagai sumber getaran maka perlu diperhatikan tempat yang tepat sehingga energy
dinamit dapat terkonversi menjedi energy seismic secara efektif.
3. Metode GPR (Groun Penetrating Radar)
Metode ground penetrating radar atau georadar merupakan salah satu metode geofisika yang
mempelajari kondisi bawah permukaan berdasarkan sifat elektromagnetik dengan menggunakan
gelombang radio dengan frekuensi antara 1-1000 MHz. Georadar menggunakan gelombang
elektromagnet dan memanfaatkan sifat radiasinya yang memperlihatkan refleksi seperti pada
metode seismik refleksi.
Pengukuran dengan menggunakan GPR ini merupakan metode yang tepat untuk mendeteksi
benda benda kecil yang berada di dekat permukaan bumi (0,1-3 meter) dengan resolusi yang
tinggi yang artinya konstanta dielektriknya menjadi rendah.
Ada tiga jenis pengukuran yaitu refleksi, velocity sounding, dan transiluminasi. Pengukuran refleksi
biasa disebut Continuous Reflection Profiling (CRP). Pengukuran velocity Sounding disebut
Common Mid Point (CMP) untuk mementukan kecepatan versus kedalaman, dan transiluminasi
disebut juga GPR Tomografi.
Teori Dasar
GPR terdiri dari sebuah pembangkit sinyal, antena transmitter dan receiver sebagai pendeteksi
gelombang EM yang dipantulkan. Signal radar ditransmisikan sebagai pulsa-pulsa yang tidak
terabsorbsi oleh bumi tetapi dipantulkan dalam domain waktu tertentu. Mode konfigurasi antena
transmitter dan receiver pada GPR terdiri dari mode monostatik dan bistatik. Mode monostatik
yaitu bila transmitter dan receiver digabung dalam satu antena. sedangkan moded bistatik bila
kedua antena memiliki jarak pemisah.
Fenomena elektromagnetik dapat dijelaskan dengan persamaan Maxwell. Persamaan ini terdiri
dari 4 persamaan medan dan untuk tiap-tiap persamaan merupakan hubungan antara medan
dengan distribusi sumber yang bersangkutan.
σ = konduktivitas (1/ohm-m)
Untuk menyederhanakan masalah, sifat fisik medium diasumsikan tidak bervariasi terhadap waktu
dan posisi (homogen isotropi). Maka persamaan Maxwell dapat ditulis sebagai berikut :
Persamaan Maxwel ini adalah landasan berpikir dari perambatan gelombang elektromagnet. Pada
material dielektrik murni suseptibilitas magnetik (μ) dan permitivitas listrik (є) adalah konstan dan
tidak terdapat atenuasi dalam perambatan gelombang. Tidak sama halnya jika berhadapan
dengan material dielektrik yang ada.
Sifat-sifat dari material bumi bergantung dari komposisi dan kandungan air material tersebut.
Keduanya ini mempengaruhi cepat rambat perambatan gelombang dan atenuasi gelombang
elektromagnet.
Keberhasilan dari metoda GPR bergantung pada variasi bawah permukaan yang dapat
menyebabkan gelombang tertransmisikan. Perbandingan energi yang direfleksikan disebut
koefisien refleksi (R) yang ditentukan oleh perbedaan cepat rambat gelombang elektromagnet dan
lebih mendasar lagi adalah perbedaan dari konstanta dielektrik relatif dari media yang berdekatan.
Hal ini dapat terlihat pada persamaan berikut :
Keterangan :
Jejak yang terdapat pada rekaman georadar merupakan konvolusi dari koefisien refleksi dan
impulse georadar ditunjukkan oleh persamaan :
Keterangan :
Besar amplitudo rekaman georadar r(t) akan tampak pada penampang rekaman georadar berupa
variasi warna. Refleksi atau transmisi di sekitar batas lapisan menyebabkan energi hilang. Jika
kemudian ditemukan benda yang memiliki dimensi yang sama dengan panjang gelombang dari
sinyal gelombang elektromagnet maka benda ini menyebabkan penyebaran energi secara acak.
Absorbsi ( mengubah energi elektromagnet menjadi energi panas ) dapat menyebabkan energi
hilang. Penyebab yang paling utama hilangnya energi karena atenuasi fungsi kompleks dari sifat
lstrik dan dielektrika media yang dilalui sinyal radar. Atenuasi (α) tergantung dari konduktifitas (σ),
peermeabilitas magnetik (μ), dan permitivity (є) dari media yang dilalui oleh sinyal dan frekuensi
dari sinyal itu sendir (2πf). Sifat bulk dari material ditentukan oleh sifat fisik dari unsur pokok yang
ada dan komposisinya.
Untuk mendeteksi suatu objek diperlukan perbedaan parameter kelistrikan dari medium yang
dilewati gelombang radar. Perbedaan parameter kelistrikan itu antara lain permitivitas listrik,
konduktivitas dan permeabilitas magnetik.
Sifat elektromagnetik suatu material bergantung pada komposisi dan kandungan air didalamnya,
dimana keduanya merupakan pengaruh utama pada perambatan kecepatan gelombang radar dan
atenuasi gelombang elektromagnetik dalam material. Reynold dalam bukunya An Introduction to
Applied and Evironmental Geophysics, menyatakan bahwa kecepatan gelombang radar dalam
suatu medium tergantung pada kecepatan cahaya dalam ruang hampa (c = 0.3 m/ns), konstanta
dielektrik relatif medium (εr) dan permeabilitas magnetic relatif (μr).
Keberhasilan metode GPR bergantung pada variasi bawah permukaan yang dapat menyebabkan
gelombang radar tertransmisikan dan refleksikan. refleksi yang ditimbulkan oleh radiasi
gelombang elektromagnetik timbul akibat adanya perbedaan antara konstanta dielektrik relatif
antara lapisan yang berbatasan.
Perbandingan energi yang direfeleksikan disebut koefesien refeleksi (R) yang ditentukan oleh
perbedaan cepat rambat gelombang elektromagnetik dan lebih mendasar lagi adalah perbedaan
dari konstanta dielektrik relatif dari medium yang berdekatan.
Dalam perambatannya, amplitudo sinyal akan mengalami pelemahan karena adanya energi yang
hilang, sebagai akibat terjadinya refleksi / trasmisi di tiap batas medium dan terjadi setiap kali
gelombang radar melewati batas antar medium. Faktor kehilangan energi disebabkan oleh
perubahan energi elektromagnetik menjadi panas. Penyebab dasar terjadinya atenuasi
merupakan fungsi kompleks dari sifat dielektrik dan sifat listrik medium yang dilewati oleh sinyal
radar. Faktor atenuasi tergantung pada konduktivitas, permitivitas, dan permeabilitas magnetic
medium, dimana sinyal tersebut menjalar, serta frekuensi sinyal itu sendiri.
Skin depth ( adalah kedalaman dimana sinyal telah berkurang menjadi 1/e (yaitu Hubungan antara
konstanta dielektrik dan cepat rambat gelombang radar dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Untuk
material geologi, berada pada rage 1-30, sehingga range jarak cepat rambat gelombang menjadi
besar yaitu sekitar 0.03 sampai 0.175 m/ns (Reynolds, 1997).
Konstanta dielektrik relatif dan cepat rambat gelombang elektromagnetik untuk material
geologi (McCann et al, 1988)
Material V (m/
Air 1 300
Water (fresh) 81 33
Water (sea) 81 33
Sand (wet) 25 – 30 55 – 60
Sand (dry) 3–6 120 – 170
Agricultural land 15 77
Average ‘soil’ 16 75
Basalt 8 106
4. Metode Gravity
Metode Gravity adalah salah satu metode eksplorasi dalam geofisika, yang memenfaatkan sifat
daya tarik antar benda yang didapat dari densitasnya, jadi prinsip eksplorasi dengan metode
gravity ini yaitu mencari anomali gravity pada subsurface.
Adapun tahapan dari metode ini yaitu :
1. Pengambilan data dari lapangan
Pengambilan data dilapangan dapat menggunakan alat gravimeter, (contoh kasus
: LaCoste & Romberg Model G-525). pada alat ini terdapat 3 komponen besar
(gravimeter, dudukan cembung dan power supply -accu-),
Tahapan menggunakan alat ini yaitu dudukan cembung di posisikan pada titik
pengukuran, taruh gravimeter diatasnya, sentring kestabilan alat terhadap
permukaan, buka kunci bandul, baca perhitungan alat, catat datanya, tutup kunci
bandul dan selesai.
5. Metode Magnetik
Survey magnetik merupakan metoda eksplorasi geofisika yang mengukur medan magnet bumi di
setiap titik yang ada di muka bumi. Penggunaan metode magnetik berdasarkan pada adanya
anomali medan magnetik bumi yang diakibatkan oleh adanya perbedaan sifat kemagnetan dari
berbagai macam batuan. Dalam kegiatan eksplorasi, survei magnetik dapat dilakukan di darat,
laut maupun udara.