Anda di halaman 1dari 22

PRESENTASI KASUS

KEJANG DEMAM

Oleh:
Muhammad Taufiq H G99162052 (G15)
Zakka Zayd G99152100 (G5)

Pembimbing:

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
2017
BAB I
STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. RBS
Tanggal lahir : 19 April 2015
Usia : 2 tahun 3 bulan
Jenis Kelamin : Laki laki
No Rekam Medis : 01328942
Alamat : Jebres Surakarta
BB : 4 kg
TB : 50 cm
Tanggal Masuk : 15 Juni 2017
Tanggal Pemeriksaan : 15 Juni 2017

B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Kejang

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Enam hari sebelum pasien masuk rumah sakit pasien mengeluh demam.
Demam naik turun, pada saat itu pasien kejang kurang lebih 5 menit dan
berhenti sendiri.
Tiga hari sebelum masuk rumah sakit pasien masih demam tapi tidak
kejang kemudian berobat ke poli neurologi dan mendapat terapi paracetamol
dengan obat epilepsi di lanjutkan yaitu satu ikalep dan carbamazepin. Kurang
lebih pada saat masuk rumah sakit pasien mulai muncul bintik bintik merah
muncul pertama kali di belakang telinga kemudian merambat ke wajah dan
menyebar ke seluruh tubuh. Pada saat muncul bintik bintik merah pasien
demam tinggi. Kurang lebih 30 menit sebelum masuk rumah sakit, pasien
kejang. Karena merasa khawatir, pasien berobat ke RSDM.
Saat di IGD RSDM pasien mulai kejang, kejang seluruh tubuh dengan
mata mendelik ke atas. Demam (+), muntah (-), batuk (+), mata kemerahan
(+), minum (+) banyak, makan (+), buang air kecil dan buang air besar tidak
ada keluhan. Di IGD pasien masuk stesolid suppositoria 2 kali dan injeksi
diazepam 4 mg 1 kali.
Pasien merupakan penderita epilepsi yang kontrol rutin di poli neuro
anak, pengobatan sudah berjalan kurang lebih 2 tahun 3 bulan.

.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak terdapat riwayat dengan keluahan yang sama
Terdapat riwayat kejang
Tidak terdapat riwayat alergi obat/makanan/trauma

4. Riwayat Penyakit Keluarga dan Lingkungan


Tidak terdapat riwayat sesak,muntah dan demam di keluarga dan sekitar
lingkungan pasien.
Tidak terdapat riwayat alergi obat/makanan pada keluarga

5. Riwayat Kehamilan
Pemeriksaan di : Bidan
Frekuensi :
a. Trimester I : setiap bulan
b. Trimester II : setiap bulan
c. Trimester III : setiap 2 minggu
Tidak didapatkan keluhan saat kehamilan
Tidak didapatkan tekanan darah tinggi selama kehamilan
Selama hamil pasien mengkonsumsi tablet penambah darah.
Kesan: kehamilan dalam batas normal.

6. Riwayat Kelahiran
Pasien lahir secara spontan dengan usia kehamilan 39 minggu, berat lahir
2800 gram, panjang badan 45 cm, langsung menangis kuat, tidak biru, gerak
aktif.
Kesan: kelahiran dalam batas normal.

7. Riwayat Imunisasi
0 bulan : Hepatitis B1
1 bulan : BCG, Polio 1
2 bulan : DPT-HB-Hib1, Polio 2
3 bulan : DPT-HB-Hib2, Polio 3
4 bulan : DPT-HB-Hib3, Polio 4
9 bulan : Campak
18 bulan : DPT-HB-Hib
24 bulan : Campak
Kesimpulan : Imunisasi lengkap sesuai Kemenkes 2014.

8. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


BB 4,0 kg, TB 57 cm, Umur : 1 bulan 2 hari
Saat ini pasien bisa untuk mengkoordinasikan gerakan sesuai dengan anak
sebayanya.
Kesan: tumbuh kembang baik

9. Riwayat Nutrisi
Pasien sampai usia 6 bulan hanya minum ASI kemudian dilanjutkan
dengan makanan pendamping ASI.
Kesan: Kualitas dan kuantitas baik

10. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien tinggal di rumah bersama kedua orangtua pasien. Orang tua
pasien tidak merokok. Pasien berobat menggunakan fasilitas BPJS Kesehatan
kelas I.
Kesan: Sosial ekonomi cukup

11. Pohon Keluarga

Tn. W, 29 tahun Ny.N, 27 tahun

An. ARF, 1 bulan 2 hari

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Pasien tampak kejang, kesadaran sulit dievaluasi
2. Tanda Vital
Laju nadi :150 x/menit, regular, isian dan tegangan cukup, teraba kuat
Laju pernapasan :32 x/menit, irama regular, kedalaman cukup,
abdominothorakal
Suhu : 40.0 oC per aksiler
Saturasi : 92%
3. Kepala
Ubun-ubun besar tidak cekung mesocepal, rambut berwarna hitam, rambut
rontok (-)
4. Mata
Mata cekung (-/-), konjingtiva tidak anemis, palpebra tidak oedem, skelera
tidak ikterik, pupil miosis isokhor (2mm/2mm), dan reflex cahaya (+/+), air
mata (+/+).
5. Hidung
Tidak didapatkan napas cuping hidung. Sekret (-/-).
6. Mulut
Mukosa basah, bibir tidak ada sianosis.
7. Tenggorok
Uvula berada di tengah, tonsil T1-T1, tonsil tidak hiperemis, tidak terdapat
eksudat pada tonsil, faring tidak hiperemis.
8. Telinga
Normotia, tidak didapatkan serumen pada kedua telinga. Nyeri tekan tragus
negatif dan tidak didapatkan sekret yang keluar dari lubang telinga kiri
maupun kanan.
9. Leher
Tidak didapatkan pembesaran kelenjar getah bening.
10. Thoraks
Dinding dada mengembang secara simetris. Tidak didapatkan retraksi
dinding dada.
11. Pulmo
Inspeksi : dinding dada mengembang secara simetris. Tidak
didapatkan retraksi dinding dada
Palpasi : fremitus taktil teraba simetris kanan dan kiri
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : terdengar suara dasar vesikuler pada lapang paru. Tidak
terdengar wheezing. Tidak terdengar suara rhonki basah halus pada lapang
paru kanan dan kiri.

12. Cor
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba di SIC IV linea midclavicularis sinistra
sedikit ke lateral, tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung tidak melebar
Auskultasi : terdengar bunyi jantung I & II, intensitas normal, reguler.
13. Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada, tidak ada spasme
Auskultasi : terdengar bising usus dalam batas normal
Perkusi : tympani
Palpasi : supel, tidak ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba,
tidak teraba adanya massa abdomen, turgor kulit kembali dengan cepat
14. Ekstremitas
Akral dingin - - Edema - -
- - - -
Arteri dorsalis pedis teraba kuat
CRT < 2 detik
15. Status lokasis
Makula papula eritematous regio generalisasi
16. Pemeriksaan Neuruologis
 Reflek Fisiologis
- Reflek bicep +2 / +2 - Reflek patella +2 / +2
- Reflek tricep +2 / +2 - Reflek achilles +2 / +2
 Reflek patologis
- Tidak ditemukan adanya reflek Babinsky
- Tidak ditemukan adanya reflek Chadock
- Tidak ditemukan adanya reflek Schufner
 Meningeal sign
- Ditemukan adanya kaku kuduk
- Tidak ditemukan adanya tanda Brudzinski I
- Tidak ditemukan adanya tanda Brudzinski II
- Tidak ditemukan adanya tanda Kernig

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hasil laboratorium Darah (16 Juni 2017)
Hematologi rutin
Hb 11.3 g/dL
Hct 33 %
AL 27.8 ribu/μL
AT 105 ribu/μL
AE 4.56 juta/μL
Indeks eritrosit
MCV 80.3 /μm
MCH 24.7 pg ↓
MCHC 30.8 g/dL ↓
RDW 15.0 %
MPV 7.7 fl
PDW 17 % ↓
Hitung jenis
Neutrofil 74.90 %
Limfosit 18.50 %
Monosit, Eos, Bas 6.60 %
Elektrolit
Natrium darah 128 mmol/L
Kalium darah 5.0 mmol/L
Chlorida 102
Kalsium Ion 0.94mmol/L ↓
Klinik
Albumin 3.2

E. RESUME
Enam hari sebelum pasien masuk rumah sakit pasien mengeluh demam. Demam
naik turun, pada saat itu pasien kejang kurang lebih 5 menit dan berhenti sendiri.
Tiga hari sebelum masuk rumah sakit pasien masih demam tapi tidak kejang
kemudian berobat ke poli neurologi dan mendapat terapi paracetamol dengan
obat epilepsi di lanjutkan yaitu satu ikalep dan carbamazepin. Kurang lebih pada
saat masuk rumah sakit pasien mulai muncul bintik bintik merah muncul
pertama kali di belakang telinga kemudian merambat ke wajah dan menyebar ke
seluruh tubuh. Pada saat muncul bintik bintik merah pasien demam tinggi.
Kurang lebih 30 menit sebelum masuk rumah sakit, pasien kejang. Karena
merasa khawatir, pasien berobat ke RSDM. Saat di IGD RSDM pasien mulai
kejang, kejang seluruh tubuh dengan mata mendelik ke atas. Demam (+), muntah
(-), batuk (+), mata kemerahan (+), minum (+) banyak, makan (+), buang air
kecil dan buang air besar tidak ada keluhan. Di IGD pasien masuk stesolid
suppositoria 2 kali dan injeksi diazepam 4 mg 1 kali. Pasien merupakan penderita
epilepsi yang kontrol rutin di poli neuro anak, pengobatan sudah berjalan kurang
lebih 2 tahun 3 bulan.

Pemeriksaan fisik: anak tampak kejang, kesadaran sulit dievaluasi, Suhu 40.0
o
C per aksiler. Nadi 150x/menit dengan lanju pernapasan 32x/,menit. Mukosa
mulut basah, turgor kulit kembali cepat, arteri dorsalis pedis teraba kuat dan CRT
<2 detik.

F. DIAGNOSIS BANDING
1. Status epileptikus et causa dd meningitis, encephalitis
2. Morbili stadium erupsi
3. Epilepsi umum simtomatik
4. Meningitis bakterial dd viral
3. Gizi baik

G. DIAGNOSIS KERJA
1. Status epileptikus et causa dd meningitis, encephalitis
2. Morbili stadium erupsi
3. Epilepsi umum simtomatik
4. Meningitis bakterial dd viral
3. Gizi baik
H. PENATALAKSANAAN
Terapi
1. Rawat bangsal neurologi anak melati 2
2. Pola sudesi? Diet Na K/ Cl / 500 kanul/
Bila tidak sudesi? Pasang sonde
3. O2 Nasal kanul 2 lpm
4. D5 ¼ NS 10 tpm maks
5. Ceftriazon 50 mg/ 1 jam hingga 500 mg/ 12 jam
6. Dexamethason0.5 mg/ 1 jam/ hari hingga 1.5 mg/jam/ hari
7. Ikalep sirup 4 cc/ 12 jam PO
8. Karbamazepin 50 mg/ 12 jamPO
9. Injeksi paracetamol 10 mg/1 jam hingga 100 mg/ 8 jam
10. Pola kejang lagi loading alatat? 20 mg diencerkan dalam NaCl 0.9%
11. Vitamin A 250-500 IU single dose
Plan
Cek DL2, elektrolit, GDS, GDT
Lumbal pungsi
Monitoring KU/VS/SiO2/3jam
BCD/8jam

I. FOLLOW UP PASIEN
1) 15 Juni 2017 (03.00)
S: pasien kejang seluruh tubuh, kejang kelojotan, demam (+)
O: KU: Pasien tertidur, E2V3M5
Nadi = 120 x/menit
Napas = 48 x/menit
Suhu = 38,9 x/menit
SiO2 = 83%
Kepala = mesocephal
Mata = konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung = napas cuping hidung (+)
Mulut = mukosa lembab, sianosis (-)
Leher = pembesaran KGB (-)
Thoraks = simetris, retraksi (-).
Cor = I: iktus kordis tidak terlihat
P: iktus kordis tidak kuat angkat
P: batas jantung tidak melebar
A: BJ I II reguler, bising (-)
Pulmo = suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
Abdomen = supel, bising usus (+), hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas = Akral dingin + + Edema - -
+ + - -
Arteri dorsalis pedis teraba kuat
CRT < 2 detik
A: 1. Status epileptikus et causa dd meningitis dd encephalitis
2. Morbili stadium erupsi
3. Epilepsi umum simtomatik
4. Gizi baik

P:
1. Loading dose sibital (20mg/kg) hingga 200 mg diencerkan dalam NaCl
0.9% 20 ml, kecepatan 40 ml/jam (habis dalam ½ jam)
2. Paracetamol (10mg/kgBB) hingga 10 mg IV ekstra

2) 15 Juni 2017 (06.00)


S: Pasien kejang kembali tangan kiri menghentak hentak mata melirik ke
atas. Muntah tidak didapatkan, demam tidak didapatkan
O: KU: tampak sakit sedang, composmentis
Nadi = 143 x/menit
Napas = 40 x/menit
Suhu = 37,8 x/menit
SiO2 = 79%
Kepala = mesocephal
Mata = konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung = napas cuping hidung (+)
Mulut = mukosa lembab, sianosis (-)
Leher = pembesaran KGB (-)
Thoraks = simetris, retraksi (-).
Cor = I: iktus kordis tidak terlihat
P: iktus kordis tidak kuat angkat
P: batas jantung tidak melebar
A: BJ I II reguler, bising (-)
Pulmo = suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
Abdomen = supel, bising usus (+), hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas = Akral dingin + + Edema - -
+ + - -
Arteri dorsalis pedis teraba kuat
CRT < 2 detik
A: 1. Focal seizure

P:
1. Injeksi sibital (10mg/kgBB/ekstra) hingga 100 mg diencerkan dalam
NaCl 0.9% 20 ml, kecepatan 40 ml/jam (habis dalam ½ jam)
2. Paracetamol (10mg/kgBB) hingga 10 mg IV ekstra

3) 15 Juni 2017 (07.00)


S: Pasien masih kejang tangan sebelah kiri, muntah tidak didapatkan,
demam naik turun
O: KU: tampak sakit sedang, composmentis
Nadi = 153 x/menit
Napas = 40 x/menit
Suhu = 37,8 x/menit
SiO2 = 79%
Kepala = mesocephal
Mata = konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung = napas cuping hidung (+)
Mulut = mukosa lembab, sianosis (-)
Leher = pembesaran KGB (-)
Thoraks = simetris, retraksi (-).
Cor = I: iktus kordis tidak terlihat
P: iktus kordis tidak kuat angkat
P: batas jantung tidak melebar
A: BJ I II reguler, bising (-)
Pulmo = suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
Abdomen = supel, bising usus (+), hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas = Akral dingin + + Edema - -
+ + - -
Arteri dorsalis pedis teraba kuat
CRT < 2 detik
A: 1. Status epilepticus et causa meningitis dd encephalitis

P:
1. Injeksi fenitoin (20mg/kgBB) hingga 200 mg diencerkan dalam NaCl
0.9% 20 ml, kecepatan 40 ml/jam (habis dalam ½ jam)
2. Injeksi midazolam (0.1 mg/kgBB) hingga 2.4 mg diencerkan 1ml/jam
IV
Plan: KU/VS/SiO2/jam
BC/8jam

4) 15 Juni 2017 (07.10)


S: Pasien kejang seluruh tubuh
O: KU: tampak sakit sedang, composmentis
Nadi = 160 x/menit
Napas = 40 x/menit
Suhu = 39 x/menit
SiO2 = 98%
Kepala = mesocephal
Mata = konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung = napas cuping hidung (+)
Mulut = mukosa lembab, sianosis (-)
Leher = pembesaran KGB (-)
Thoraks = simetris, retraksi (-).
Cor = I: iktus kordis tidak terlihat
P: iktus kordis tidak kuat angkat
P: batas jantung tidak melebar
A: BJ I II reguler, bising (-)
Pulmo = suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
Abdomen = supel, bising usus (+), hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas = Akral dingin + + Edema - -
+ + - -
Arteri dorsalis pedis teraba kuat
CRT < 2 detik
A: 1. Status epilepticus et causa meningitis dd encephalitis

P:
1. Injeksi midazolam (0.3 mg/kgBB) hingga 3 mg diencerkan 1ml/jam IV
2. Edukasi keluarga
Plan: KU/VS/SiO2/jam
BC/8jam
5) 15 Juni 2017 (07.30)
S: Pasien kejang seluruh tubuh
O: KU: tampak sakit sedang, composmentis
Nadi = 168 x/menit
Napas = 40 x/menit
Suhu = 38 x/menit
SiO2 = 98%
Kepala = mesocephal
Mata = konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung = napas cuping hidung (+)
Mulut = mukosa lembab, sianosis (-)
Leher = pembesaran KGB (-)
Thoraks = simetris, retraksi (-).
Cor = I: iktus kordis tidak terlihat
P: iktus kordis tidak kuat angkat
P: batas jantung tidak melebar
A: BJ I II reguler, bising (-)
Pulmo = suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
Abdomen = supel, bising usus (+), hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas = Akral dingin + + Edema - -
+ + - -
Arteri dorsalis pedis teraba kuat
CRT < 2 detik
A: 1. Status epilepticus et causa meningitis dd encephalitis
2. apneu

P:
1. Bagging 02 10 lpm
2. Edukasi keluarga
Plan: KU/VS/SiO2/jam
BC/8jam
6) 15 Juni 2017 (08.00)
S: Napas on begging
O: KU: tampak sakit sedang, composmentis
Nadi = 168 x/menit
Napas = 40 x/menit
Suhu = 38 x/menit
SiO2 = 98%
Kepala = mesocephal
Mata = konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung = napas cuping hidung (+)
Mulut = mukosa lembab, sianosis (-)
Leher = pembesaran KGB (-)
Thoraks = simetris, retraksi (-).
Cor = I: iktus kordis tidak terlihat
P: iktus kordis tidak kuat angkat
P: batas jantung tidak melebar
A: BJ I II reguler, bising (-)
Pulmo = suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
Abdomen = supel, bising usus (+), hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas = Akral dingin + + Edema - -
+ + - -
Arteri dorsalis pedis teraba kuat
CRT < 2 detik
A: 1. Status epilepticus et causa meningitis dd encephalitis
2. apneu

P:
1. Pasang NGT
2. Edukasi keluarga
Plan: KU/VS/SiO2/jam
BC/8jam

7) 15 Juni 2017 (08.00)


S: Napas spontan
O: KU: tampak sakit sedang, composmentis
Nadi = 168 x/menit
Napas = 40 x/menit
Suhu = 38 x/menit
SiO2 = 98%
Kepala = mesocephal
Mata = konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung = napas cuping hidung (+)
Mulut = mukosa lembab, sianosis (-)
Leher = pembesaran KGB (-)
Thoraks = simetris, retraksi (-).
Cor = I: iktus kordis tidak terlihat
P: iktus kordis tidak kuat angkat
P: batas jantung tidak melebar
A: BJ I II reguler, bising (-)
Pulmo = suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
Abdomen = supel, bising usus (+), hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas = Akral dingin + + Edema - -
+ + - -
Arteri dorsalis pedis teraba kuat
CRT < 2 detik
A: 1. Status epilepticus et causa meningitis dd encephalitis
2. apneu

P:
1. Cek Lab, AGD, elektrolit, GTD
2. Injeksi paracetamol (15mg/kgBB) hingga 150 mg k/p
Plan: KU/VS/SiO2/jam
BC/8jam

8) 16 Juni 2017 (06.00)


S: demam didapatkan, muntah tidak ada, bercak kemerahan didapatkan,
baguk didapatkan, BAB 1 kali encer ampas banyak, kejang satu kali tadi
pagi,
O: KU: Pasien tertidur, E2V3M5
Nadi = 117 x/menit
Napas = 30 x/menit
Suhu = 37,9 x/menit
SiO2 = 99%
BC = +290 ml/8jam
D: 1.13
Kepala = mesocephal
Mata = konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung = napas cuping hidung (+)
Mulut = mukosa lembab, sianosis (-)
Leher = pembesaran KGB (-)
Thoraks = simetris, retraksi (-).
Cor = I: iktus kordis tidak terlihat
P: iktus kordis tidak kuat angkat
P: batas jantung tidak melebar
A: BJ I II reguler, bising (-)
Pulmo = suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
Abdomen = supel, bising usus (+), hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas = Akral dingin + + Edema - -
+ + - -
Arteri dorsalis pedis teraba kuat
CRT < 2 detik
 Reflek Fisiologis
- Reflek bicep +2 / +2 - Reflek patella +2 / +2
- Reflek tricep +2 / +2 - Reflek achilles +2 / +2
 Reflek patologis
- Tidak ditemukan adanya reflek Babinsky
- Tidak ditemukan adanya reflek Chadock
- Tidak ditemukan adanya reflek Schufner
 Meningeal sign
- Ditemukan adanya kaku kuduk
- Tidak ditemukan adanya tanda Brudzinski I
- Tidak ditemukan adanya tanda Brudzinski II
- Tidak ditemukan adanya tanda Kernig

A: 1. Status epileptikus et causa dd meningitis dd encephalitis


2. Morbili stadium erupsi
3. Epilepsi umum simtomatik
4. Gizi baik

P:
1. O2 Nasal kanul 2 lpm
2. Diet kalori 1500 kal/hari
3. D5 ¼ NS 10 tpm mono
4. Ceftriaxon 50 mg/ 1 jam hingga 500 mg/ 12 jam
5. Dexamethason 0.6 mg/ 1 jam/ hari hingga 1.5 mg/jam/ hari
6. Ikalep sirup 4 cc/ 12 jam PO
7. Karbamazepin 50 mg/ 12 jamPO
8. Injeksi paracetamol 10 mg/1 jam hingga 100 mg/ 8 jam
9. Vitamin A 250-500 IU single dose
10. Fenitoin maintenance (5mg/kgBB/hari) hingga 25 mg/12 jam
11. Injeksi midazolam maintenance (0.1 mg/kgBB/jam)24 mg dalam
NS 0.9% 24 ml, 1 ml/jam
Plan
CT Scan kepala kontras
Pasang NGT
Lumbal pungsi jika KU baik
Monitoring
KU/VS/SiO2/jam
BCD/8jam
9) 16 Juni 2017 (09.00)
S: -
O: Tampak sakit berat, gizi sedang
Nadi = 180 x/menit
Napas = 18 x/menit
Suhu = 35,9 x/menit
SiO2 = 99%
BCD = 0,3 ml/ hari D=3,1 ml/kg/jam
Kepala = mesocephal
Mata = konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung = napas cuping hidung (+)
Mulut = mukosa lembab, sianosis (-)
Leher = pembesaran KGB (-)
Thoraks = simetris, retraksi (-).
Cor = I: iktus kordis tidak terlihat
P: iktus kordis tidak kuat angkat
P: batas jantung tidak melebar
A: BJ I II reguler, bising (-)
Pulmo = suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
Abdomen = supel, bising usus (+), hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas = Akral dingin + + Edema - -
+ + - -
Arteri dorsalis pedis teraba kuat
CRT < 2 detik
A: 1. Syok septic dd hipovolemik
2. Pneumonia
3. Perdarahan saluran cerna et causa hipoksia

P: NGT dialirkan, puasa sementara


IVFD D ¼ NS 42 ml/jam (maintenance)
Injeksi dobutamin (5 mcg/kgBB/6jam) – 150 mg dalam NS 25%
kecepatan 0.5 ml/ jam
Spooling sukralfat 5 ml/8jam
Melaporkan kepada dr.Fadhila Sp A(K) M. Kes
ACC injeksi dobutamin
Konfirmasi PICU
Monitoring KU/VS/ SiO2 / 4 jam
Monitoring BCD/ 8 jam
10) 16 Juni 2017 (09.10)
S: napas spontan
O: Tampak sakit berat, gizi sedang
Nadi = 170 x/menit
Napas = 18 x/menit
Suhu = 38,5 x/menit
SiO2 = 99%
BCD = 0,3 ml/ hari D=3,1 ml/kg/jam
Kepala = mesocephal
Mata = konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung = napas cuping hidung (+)
Mulut = mukosa lembab, sianosis (-)
Leher = pembesaran KGB (-)
Thoraks = simetris, retraksi (-).
Cor = I: iktus kordis tidak terlihat
P: iktus kordis tidak kuat angkat
P: batas jantung tidak melebar
A: BJ I II reguler, bising (-)
Pulmo = suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
Abdomen = supel, bising usus (+), hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas = Akral dingin + + Edema - -
+ + - -
Arteri dorsalis pedis teraba kuat
CRT < 2 detik
A: 1. Syok septic dd hipovolemik
2. Pneumonia
3. Perdarahan saluran cerna et causa hipoksia

P: O2 NRM 5 lpm
IVFD D ¼ NS 42 ml/jam (maintenance)
Injeksi dobutamin (7.5 mcg/kgBB/6jam) – 150 mg dalam NS 0.9%
24 ml dengan kecepatan 0.75 ml/ jam
Monitoring ketat

1.

Anda mungkin juga menyukai