Anda di halaman 1dari 2

Empat Status Identitas Erikson

Menurut Erikson, status identitas itu mencerminkan tingkat komitmen atau


keterikatan yang dibuat remaja terhadap nilai-nilai agama dan politik di samping juga
pekerjaan masa depan. Damon (1983) telah mengikhtisarkan empat status itu sebagai berikut:
1. Pengalihan Identitas (foreclosure), pada status ini remaja telah membuat komitmen
pekerjaan dan ideologi, tetapi komitmen ini lebih mencerminkan suatu penilaian
tentang apa yang dapat dilakukan figure orang tua atau otoritas anak itu daripada
suatu proses otonom atau proses kemandirian anak dalam penilaian diri.
2. Kebingungan Identitas (identity diffusion), individu yang mengalami kebingungan
identitas tidak menemukan arah pekerjaan atau komitmen ideologinya dalam
mencapai tujuannya.
3. Moratorium, pada status ini individu telah mulai melakukan eksperimen dengan
pilihan-pilahan pekerjaan dan ideology namun belum membuat komitmen pasti
terhadap salah satu pilihan.
4. Pencapaian Identitas (Identity achievement), pada tahap ini individu telah sadar akan
dirinya sendiri, membuat keputusan-keputusan tegas tentang pekerjaan dan ideology.

Konsep Diri dan Harga Diri


Ketika peralihan dari masa anak-anak ke masa remaja konsep diri dan harga diri juga
mengalami perubahan seiring dengan perkembangan identitas. Menurut Kurya Susan Harter
ada delapan aspek konsep diri yang berbeda; kompetensi skolastik atau kemampuan logika,
kemanapun pekerjaan, kemampuan atletik, penampilan fisik, penerimaan sosial, persahabatan
akrab, daya tarik romantis, dan tingkah laku (Harter, 1990). Pada umumnya, anak-anak
perempuan remaja memiliki harga diri lebih rendah dari pada anak laki-laki (Mars, 1993).
Harga diri atau perasaan diri berharga pemunculannya paling kuat dipengaruhi oleh
penampilan fisik dan kemudian oleh penerimaan sosial oleh teman sebayanya.

Hubungan-Hubungan Sosial
1. Persahabatan
Ketika memasuki masa remaja hakekat persahabatan mengalami perubahan,
dimana waktu yang diperlukan oleh anak remaja cendrung meningkat dengan sahabatnya
daripada bersama keluarganya sendiri. Remaja yang memiliki persahabatan yang
harmonis dan menyenangkan. Selain itu persahabatan juga mempunyai tingkat harga diri
yang lebih tinggi, tidak kesepian, keterampilan bersosialisasi dan bertindak lebih baik
disekolah daripada remaja yang kurang bergaul dengan teman sebayanya. Pada masa ini
remaja cendrung menunjukkan identitas dirinya berupa pemantapan yang bebas dari
identitas orang tua mereka.

2. Hubungan dengan teman sebaya


Hakekat hubungan teman sebaya pada remaja tercirikan pada sudut pandang status
social dan pergaulan teman sebaya. Status social ini dikaji pada kelompok-kempok
sepergaulan, yang teridentifikasi baik dan cendrung memiliki keterampilan akademik,
prilaku sosial dan kualitas kepemimpinan.
Kesetiaan dalam pergaulan merupakan hal yang biasa, namun tidak dengan
sendirinya berlaku selamanya atau stabil, meskipun tekanan untuk menyesuaikan diri
amat kuat didalam kelompok. Meskipun pada umumnya remaja terlihat bahagia dan
optimis namun mereka merasa ketakutan. Ketakutan tidak diterima dalam kelompok
teman sebaya, tidak memiliki teman baik, dihukum oleh orang tua mereka dan orang tua
yang bercerai. Emosi lain dalam kelompok yag mempengaruhu hubungan adalah rasa
takut tidak dapat mengendalikan kemarahan, rasa bersalah, frustasi, dan cemburu. Untuk
mengatasi emosi dan ketakutan, remaja memerlukan bantuan dan dukungan dari keluarga
dan teman sebaya karena remaja masih dalam keadaan labil.

Anda mungkin juga menyukai