Anda di halaman 1dari 1

Tabir surya digunakan untuk melindungi kulit dari efek berbahaya dari radiasi ultraviolet matahari (UV).

Sinar UV terdiri dari tiga jenis. UV-C (100-290nm) disaring di atmosfer karena panjang gelombangnya
lebih jecil dari 242 nm sehingga akan diserap oleh oksigen molekuler stratosfir untuk menghasilkan ozon.
Ozon stratosfer ini dapat menyerap sebagian kecil sinar UV-B (290-340 nm), namun sebagian besar UV-B
bersama-sama dengan sinar UV-A (UVA2, 320-340 nm dan UVA1, 340-400 mm) dapat mencapai kulit
kita dan menyebabkan reaksi biologis dan metabolik [1].

Tabir surya di jaman sekarang mengandung partikel berukuran nano seperti Titanium Dioksida (TiO2) dan
Zink Oksida (ZnO), yang lebih efisien untuk menyaring sinar UV dan lebih mudah diserap oleh kulit
dibandingkan dari bentuk biasa yang digunakan sebelumnya. Namun, kekhawatiran meningkat karena
nanopartikel yang diaplikasikan secara aktualitas dapat menembus kulit dan membentuk lapisan aktif,
diserap secara sstemik yang akan Menghasilkan efek yang sistemik juga [2]. Titanium dioksida (TiO2)
merupakan bahan dasar dalam pembuatan tabir surya. Umumnya konsentrasi TiO2 yang digunakan
berkisar antara 2%-15%, sedangkan batas konsentrasi tertinggi yang diperbolehkan mencapai 25% untuk
pembuatan tabir surya. Bentuk TiO2 yang banyak digunakan adalah anatase, yang digunakan dalam
berbagai aplikasi seperti sel surya, fotokatalisis, dan pelapisan sterilisasi karena reaktivitasnya yang tinggi
[3].

Referensi

1. Norval M, Lucas RM, Cullen AP, et al. The human health effects of ozone depletion and interactions
with climate change. Photochem Photobiol Sci. 2011;10:199–225.

2. Newman MD, Stotland M, Ellis JI. The safety of nanosized particles in titanium dioxide- and zinc oxide-
based sunscreens. J Am Acad Dermatol 2009; 61: 685–692.

3. Morsella, Michela, et al. Improving the Sunscreen Properties of TiO2 through an Understanding of Its
Catalytic Properties. ACS Omega 2016, 1, 464−469

Anda mungkin juga menyukai