Anda di halaman 1dari 1

BAHAN ALAMI PENGGANTI ZAT KIMIA PADA PEMBUATAN MIE INSTAN

oleh : Silvi Oxtaviani

Angka konsumsi mie instan dari tahun ke tahun semakin meningkat. Berdasarkan data
yang dihimpun Asosiasi Mie Instan Dunia atau World Instant Noodles Association (WINA),
total konsumsi mie instan di Indonesia diperkirakan mencapai 14,8 miliar bungkus per tahun
2016. Angka ini meningkat dari konsumsi tahun sebelumnya, yakni 13,2 miliar bungkus.
Diperkirakan angka ini akan semakin meningkat di tahun 2017 hingga 16 miliar bungkus per
tahun.
Rasa yang semakin beragam merupakan salah satu faktor yang menjadikan keinginan
konsumsi masyarakat semakin meningkat. Dewasa ini, mie instan berperan sebagai lauk atau
makanan pokok sehari-hari oleh masyarakat Indonesia. Selain karena rasanya yang beragam,
mie instan termasuk makanan yang mudah didapat, murah, dan mengenyangkan.
Mie instan kaya akan karbohidrat, lemak, sedikit protein, serat, mineral, dan vitamin.
Karbohidrat yang terkandung dalam mie instan dapat membuat seseorang merasa kenyang
lebih cepat, namun akan lebih cepat merasa lapar lagi karena kandungan protein yang sedikit.
Selain itu, kandungan serat, mineral, dan vitamin yang sedikit membuat mie instan lama
dicerna dalam tubuh manusia.
Dalam mie instan juga terdapat zat-zat kimia tambahan, seperti penyedap rasa
(monosodium glutamate/MSG). Dampak dari penggunaan MSG menurut laporan Federation
of the American Society for Experimental adalah rasa terbakar di bagian leher, mati rasa di
bagian belakang leher, rasa lemah/cepat lelah dan lain-lain. Dampak penggunaan MSG tersebut
dapat dirasakan bila kandungan MSG dalam tubuh sudah mencapai ambang batas 12 mg per
hari.
Sebuah eksperimen oleh dr. Braden Kuo dari Massachusetts General Hospital
mengungkap kondisi perut dan pencernaan setelah mengonsumsi mie instan dengan
menggunakan kamera seukuran pil ke dalam pencernaan salah satu konsumen mie instan, dan
fakta yang terjadi adalah bahwa proses mencerna mie instan dalam tubuh sangat lama yang
dapat menyebabkan proses penyerapan nutrisi dalam tubuh terganggu.
Mie instan kaya akan karbohidrat dan memiliki nilai gizi. Namun, nilai gizi yang
teerkandung dalam mie instan belum bisa mencukupi kebutuhan gizi manusia per harinya. Jadi,
ketika mengonsumsi mie instan perlu makanan pendamping lainnya yang memiliki nilai gizi
lebih baik, seperti telor, sayur, dan daging. Selain itu, dapat juga dengan membatasi konsumsi
mie instan per minggunya bahkan per bulan.
Ada cara lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi konsumsi zat kimia berbahay
yang terkandung dalam mie instan, yaitu dengan mengganti komposisi dari mie instan tersebut.
Misalnya, tepung yang digunakan diganti dengan tepung berbahan dasar ikan ataupun jagung
yang kaya akan protein, karbohidrat, dan lemak.
Penyedap rasa, seperti MSG pun dapat diganti dengan kaldu ayam atau sapi, garam,
bahkan bawang putih yang menciptakan rasa gurih yang khas namun tetap sehat bila
dikonsumsi setiap hari. Garam dan bawang putih selain dapat sebagai pengganti penyedap rasa,
dapat juga digunakan sebagai bahan pengawet alami. Hal tersebut terjadi karena kandungan
allicin yang dapat mengurahi jumlah bakteri aerob, kaliform, dan mikroorganisme lainnya.
Sedangkan garam merupakan pengawet makanan alami yang tertua di dunia. Garam mampu
menyerap air, tempat tumbuhnya mikroorganisme, dan mencegah mikroorganisme tumbuh
merusak makan. Selain iu, garam juga mampu membunuh bakteri yang menyebabkan makanan
menjadi basi, serta menjaga makanan tetap kering sehingga mencegah tumbuhnya jamur pada
makanan.

Anda mungkin juga menyukai