Di kehidupan milenial ini, kita dihadapi oleh segala sesuatu yang serba instan. Dan
tidak dapat dipungkiri, ini menjadi pilihan masyarakat untuk hidup serba instan. Dalam artian
instan yang tidak memperhatikan nilai Kesehatan. Sebagaimana contohnya untuk fastfood
dan junkfood yang sangat digemari oleh kalangan masyarakat baik yang muda maupun yang
tua. Jika dilihat dari kadar gizi, makanan ini jauh dari kata bergizi.
Jika kita melihat di kehidupan sehari-hari, para ibu rumah tangga lebih memilih
memasak nasi dengan magicom atau magicjar dibandingkan dengan menggunakan dandang
yang memerlukan beberapa proses yang memakan waktu lebih banyak. Sebenarnya, jika kita
lihat dari kadar gizi, nasi yang dimasak dengan menggunakan dandang lebih sedikit
mengandung kalori dibandingkan dengan nasi yang dimasak dengan menggunakan magicom
atau magicjar.
Dari contoh kecil diatas kita dapat melihat bahwa Sebagian besar masyarakat lebih
memilih makanan instan tanpa memikirkan atau melihat kadar gizi makanan tersebut. Untuk
hidup sehat dan bergizi, kita hanya perlu merubah sedikit kebiasaan kita. Dibawah ini ada
beberapa pesan dan tips untuk hidup bergizi.
1. Bersyukur dengan cara menikmati anekaragam makanan.
Allah SWT telah menimpahkan makhluk-Nya nikmat yang tiada tara. Dari mulai
oksigen yang kita hirup dengan gratis, sampai sinar matahari yang kita rasakan setiap harinya
tanpa perlu membayar. Itu semua Allah SWT berikan kepada kita dengan gratis tanpa
imbalan.
Tetapi kita sebagai makhluk ciptaan-Nya tidak memanfaatkan dengan baik kebaikan
tersebut tetapi menyia-nyiakannya dengan percuma. Sebaiknya kita perlu merubah kebiasaan
buruk kita yang satu ini. Dengan cara menikmati segala apa yang telah diberikan dengan kita.
Contohnya tidak memilih-milih dalam segala hal yang kita makan. Bukan berarti kita tidak
memperhatikan nilai gizi makanan tersebut. Tetapi kita lihat juga kadar gizinya agar
mencukupi kebutuhan kita sehari-hari. Memenuhi 5 aspek komponen penting untuk tubuh
yaitu makanan pokok (sumber karbohidrat), lauk-pauk (sumber protein), sayur dan buah
(sumber vitamin dan mineral), serta air putih.
2. Perbanyak makan sayur dan buah.
Buah dan sayur mempunyai banyak zat yang baik bagi tubuh dan juga dapat
dikonsumsi dalam porsi yang banyak karena mengandung energi yang sedikit. WHO
menganjurkan mengkonsumsi buah dan sayur 400 g perhari. 250 g untuk sayur (setara 2.5
porsi sayur atau 2.5 gelas sayur setelah dimasak atau ditiriskan) dan 150 g untuk buah (setara
dengan 3 buah pisang ukuran sedang atau 1.5 potong papaya ukuran sedang).
Kemenkes (2014) menambahkan bahwa konsumsi buah dan sayuran membantu
menjaga tekanan darah, gula darah, kolesterol, menurunkan resiko susah BAB dan
menurunkan kegemukan.
3. Menkonsumsi makanan yang tinggi protein
Protein merupakan senyawa yang sangat penting dan dibutuhkan dalam tubuh. Dan
merupakan senyawa terbanyak setelah cairan yang tersebar di tulang, otot, sel-sel dalam
tubuh lainnya. Tubuh manusia membutuhkan protein sebagai zat gizi makro sebagai salah
satu penghasil energi (1 g protein = 4 kkal). Protein juga berperan sebagai zat pengatur dan
pembangun tubuh. Fungsi utamanya ialah membentuk jaringan baru dan memelihara sel-sel
yang telah rusak.
Protein yang yang kompleks dengan kualitas yang baik dapat kita temukan di pangan
hewani, yaitu daging, ikan, susu, telur. Protein nabati memiliki daya cerna lebih rendah
dibandingkan dengan protein hewani dan kandungan proteinnya kurang lengkap
dibandingkan dengan protein hewani. Tetapi pangan hewani lebih tinggi kolesterol dan
lemak. Dan pangan nabati memiliki lemak jenuh dan antioksidan lebih tinggi dibandingkan
pangan hewani. Jadi baik hewani atau nabati harus diseimbangkan. Meskipun kita dianjurkan
mengkonsumsi protein yang tinggi, kita juga perlu memperhatikan asupannya protein yang
terlalu tinngi tanpa diimbangi dengan aktivitas fisik (olahraga) yang sesuai akan memperberat
kerja ginjal.
4. Biasakan komsumsi anekaragam makanan pokok.
Hampir seluruh rakyat Indonesia menjadikan beras sebagai makanan pokok sehari-
hari, padahal Indonesia merupakan negara yang kaya akan makanan pokok sumber
karbohidrat. seperti jagung, kentang, singkong, ketan, ubi tetapi belum terlalu dimanfaatkan
untuk bahan pokok utama.
Jika diteliti lebih lanjut, bahan pokok utama seperti beras merah, ubi ungu, dan
lainnya memiliki kadar glukosa lebih rendah dibandingkan dengan beras putih biasa. Dan ini
dapat mengurangi resiko penyakit diabetes.
5. Batasi konsumsi pangan manis, asin dan berlemak.
Pada tumpeng PGS (Panduan Konsumsi Sehari-hari) makanan manis, asin, lemak
(minyak) terdapat dapa posisi teratas. Hal ini menunjukkan bahwa kita harus mengurangi
konsumsi makaanan manis, asin, lemak (minyak). Makanan ini merupakan factor yang dapat
memicu penyakit degenerative seperti diabetes, hipertensi, obesitas dan sebagainya.
Peraturan Menteri Kesehatan no 30 tahun 2013 tentang pencantuman informasi
kandungan gula, garam dan lemak serta pesan Kesehatan untuk pangan olahan dan pangan
siap saji menyebutkan konsumsi gula lebih dari 50 g, natrium lebih dari 2000 mg dan lemak
(minyak) lebih dari 67 g per orang per hari akan meningkatkan resiko hipertensi, stroke,
diabetes dan serangan jantung.
6. Biasakan sarapan.
Sarapan sangatlah penting dilakukan. Seseorang yang melewatkan sarapan 4.5 kali
lebih tinggi mengalami obesitas dibandingkan dengan orang yang rutin sarapan. Sarapan
membantu memenuhi kebutuhan energi terutama bagi otak setelah perut kosong atau tidak
menkonsumsi makanan selama 6-8 jam ketika tidur.
Daftar Pustaka
Rimbawan. 2014. Sehat Dengan Gizi Seimbang. Bogor : Ketua Departemen Gizi Masyarakat.
Institut Pertanian Bogor
[Kemenkes RI] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas). Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kemenkes RI.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2013 tentang Pencantuman Informasi
Kandungan Gula, Garam, dan Lemak serta Pesan Kesehatan untuk Pangan
Olahan dan Pangan Siap Saji.
Adam W, Casa D. 2013. The Influence of Hydration on Cognition. Korey Stringer Institute.
Depkes (Departemen Kesehatan) : PEDOMAN GIZI SEIMBANG.
http://gizi.depkes.go.id/download/pedoman%20gizi/pgs%20ok.pdf [diakses pada
7 Juli 2021]