PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Makanan merupakan kebutuhan dasar (pokok) yang sangat penting
bagi kehidupan manusia baik secara fisiologis, psikologis, sosial maupun
antropologis. Pangan selalu terkait dengan upaya manusia untuk
mempertahankan kelangsungan hidup dan kesehatannya di muka bumi.
Mie instan merupakan makanan yang sangat populer, digemari
berbagai kalangan dari balita hingga orang dewasa dan berpotensi sebagai
salah satu makanan alternatif pengganti beras. Hal ini disebabkan karena
mie instan memiliki rasa yang enak, proses penyajian yang mudah dan
cepat, jumlah kalori cukup tinggi, harga relatif murah dan dapat diproduksi
dalam berbagai bentuk yang menarik serta daya simpan yang baik. Karena
memiliki daya simpan yang baik, mie instan sering dipertanyakan apakah
menggunakan bahan kimia sebagai pengawet dalam proses pembuatannya.
Setiap bungkus mie instan terdapat satu sachet bumbu dan beberapa
bahan-bahan lainnya, seperti flavouring, kecap, saos, dan solid
ingredientseperti sosis, suwiran sayur, bawang goreng, cabe kering dan
sebagainya. Pada proses pembuatan mie, pengawetan dilakukan dengan
deep frying yaitu penggorengan dalam minyak goreng panas pada suhu
1200-1600 C selama ± 2 menit sampai kering dan diperoleh kadar air kurang
dari 4 % sehingga mikroorganisme tidak dapat berkembang biak.
Sedangkan pembuatan bumbu-bumbunya menggunakan bahan kimia
sebagai pengawet. Pengawet yang paling umum digunakan yaitu asam
benzoat dan nipagin (Chu et al., 2003). Menurut Ponte dan Tsen (1985),
kombinasi dari pengggunaan asam benzoat dan nipagin sebagai pengawet
dalam makanan dapat meningkatkan daya tahan makanan karena
peningkatan efek antimikrobanya. Selain mengomsumsi makanan siap saji,
makanan yang biasa dikomsumsi sebagian khalayak masyarakat adalah
makanan yang dapat menggantikan peran makanan pokok atau nasi yaitu
berupa Indomie sebagian masyarakat dan mahasiswa yang belajar merantau
1
menganggap makanan pokoknya adalah makanan instant yang berupa
indomie selain masaknya sederhana, makanan tersebut dibandingkan
dengan makanan lainnya dapat dinikmati dengan mudah, untuk mengisi
kekosongan perut.
Bagaimanapun mie instan tidak bisa menggantikan makan penuh
(wholesome food) dan hanya bisa di jadikan makanan bantu sementara
(selingan) dan tidak boleh di konsumsi secara terus menerus karena
berakibat sangat buruk bagi kesehatan. Hal ini disebabkan kandungan zat
(campuran dalam pembuatan ) mie instan.
Mie Instan membuat kita lebih cepat lapar dari pada makan
nasi. Namun, sifat karbohidrat dalam mie berbeda dengan sifat yang
terkandung di dalam nasi. Sebagian karbohidrat dalam nasi merupakan
karbohidrat kompleks yang memberi efek rasa kenyang lebih lama.
Sedangkan karbohidrat dalam mie instan sifatnya lebih sederhana sehingga
mudah diserap. Akibatnya, mie instan memberi efek lapar lebih cepat
dibanding nasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
makanan instan pada tubuh mereka. Saat ini banyak mahasiswa yang
menderita penyakit maag, radang dan berbagai penyakit yang menyerang
alat pencernaan. Hal ini tentu tidak lepas dari kebiasaan mereka
mengonsumsi makanan mie instan (Afifah, 2012).
4
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian penulis menyimpulkan bahwa mi instan adalah
makanan yang merugikan bagi kesehatan tubuh. Kepraktisan dan
kemudahan yang dibawa oleh mi instan memang membuat kita menjadi
gemar untuk mengkonsumsinya. Tetapi dibalik semua itu, terdapat bahaya
besar yang mengancam kesehatan tubuh kita. Menjaga dari sekarang akan
lebih baik dari pada mengobati esok hari. Boleh mengkonsumsi instan, akan
tetapi tidak berlebihan dan tetap mengutamakan menu makanan sehat dan
bergizi.
III.2 Saran
Sebaiknya kita jangan terlalu sering mengonsumsi mie instan dan
apabila tetap ingin mengonsumsi mi instan usahakan dalam sebulan hanya
memakan satu bungkus saja.
5
DAFTAR PUSTAKA
Alimul. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta.
Salemba Medika.