Anda di halaman 1dari 11

Dicetak pada tanggal 2018-03-27

Id Doc: 589c896781944d3210494198 8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Metakognisi

Metakognisi merupakan suatu istilah yang diperkenalkan oleh Flavell pada

tahun 1976 didefenisikan sebagai pemikiran tentang pemikiran atau pengetahuan

seseorang tentang proses kognitifnya. Dengan metakognisi, seseorang akan “Tahu

bahwa dia tahu dan tahu bahwa dia tidak tahu”. Desmita (2012:132) menegaskan,

matakognitif adalah “pengetahuan dan kesadaran tentang proses kognisi, atau

pengetahuan tentang pikiran dan cara kerjanya”. Metakognitif merupakan suatu

proses rasa ingin tahu karena kita menggunakan proses kognitif kita untuk

merenungkan proses kognitif kita sendiri. Metakognisi ini memiliki arti yang sangat

penting, karena pengetahuan kita tentang proses kognitif kita sendiri dapat memandu

kita dalam menata suasana dan menyeleksi strategi untuk meningkatkan kemampuan

metakognitif kita di masa depan.

Berdasarkan pengertian yang dikemukakan maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa secara sederhana metakognisi adalah pengetahuan seseorang tentang proses

berpikirnya sendiri, atau pengetahuan seseorang tentang kognisinya serta kemampuan

dalam mengatur dan mengontrol aktifitas kognisinya dalam belajar dan berpikir. Oleh

karena itu, metakognisi memainkan peranan yang sangat penting dalam kesuksesan

siswa. Mengembangkan kemampuan metakognitif ternyata penting sekali untuk

mempelajari aktifitas dan belajar serta untuk membantu siswa menentukan bagaimana

mereka dapat belajar lebih baik dalam memanfaatkan sumberdaya kognitif mereka
Dicetak pada tanggal 2018-03-27
Id Doc: 589c896781944d3210494198 9

seperti kemampuan untuk menilai pemahaman mereka sendiri, menghitung berapa

waktu yang mereka butuhkan untuk mempelajari sesuatu, memilih rencana yang

efektif untuk belajar memecahkan masalah, bagaimana cara memahami ketika ia

tidak memahami sesuatu dan bagaimana cara memperbaiki diri sendiri, kemampuan

untuk memprediksi apa yang cenderung akan terjadi atau mengatakan mana yang

dapat diterima oleh akal dan mana yang tidak.

2.2 Komponen Metakognisi

Secara umum metakognisi memiliki komponen-komponen yang disebut

sebagai pengetahuan metakognisi dan pengalaman (strategi atau keterampilan)

metakognisi. Desoete (2001:435) menyatakan bahwa metakognisi mempunyai dua

komponen yaitu: (1) pengetahuan metakognisi, (2) pengalaman atau keterampilan

metakognisi. Berdasarkan pendapat para ahli tentang komponen metakognisi diatas,

maka komponen metakognisi dalam penelitian ini pengetahuan metakognisi dan

pengalaman atau keterampilan metakognisi yang mana akan dijelaskan dibawah ini:

2.2.1 Pengetahuan Metakognisi

Anderson dan Krathwohl (2010:82) menyatakan bahwa pengetahuan

metakognisi adalah pengetahuan tentang kognisi secara umum sama dengan

kesadaran dan pengetahuan tentang kognisi sendiri. Pengetahuan metakognisi

merupakan indikator seberapa baik seseorang menggunakan metode dan strategi

untuk mengontrol dan meningkatkan pembelajaran dan pengetahuan.

Pengetahuan metakognisi melibatkan usaha monitoring dan refleksi pada

pikiran seseorang pada saat sekarang. Ini termasuk pengetahuan faktual, seperti
Dicetak pada tanggal 2018-03-27
Id Doc: 589c896781944d3210494198 10

pengetahuan tentang tugas, tujuan, atau diri sendiri, dan pengetahuan strategi, seperti

bagaimana dan kapan akan menggunakan prosedur spesifik untuk memecahkan

masalah. Aktivitas metakognitif terjadi saat peserta didik secara sadar menyesuaikan

dan mengelola strategi pemikiran mereka pada saat memecahkan masalah dan

memikirkan sesuatu tujuan (Yamin, 2013:32).

Metakognisi sebagai pengetahuan mempunyai variabel-variabel yang menjadi

hal yang direfleksikan dalam pembelajaran. Flavell (1976) dalam (Desmita,2012:134)

membedakan pengetahuan metakognisi menjadi 3 variabel, yaitu:

1. Variabel individu yaitu variabel yang mencakup pengetahuan tentang persons,

manusia (diri sendiri dan juga orang lain) memiliki keterbatasan dalam jumlah

informasi yang dapat diproses.

2. Variabel tugas yaitu variabel mencakup pengetahuan tentang tugas-tugas (task),

yang mengandung wawasan beberapa kondisi yang menyebabkan seseorang

lebih sulit atau lebih mudah dalam memecahkan suatu masalah atau

menyelesaikan suatu tugas.

3. Variabel strategi yaitu mencakup pengetahuan tentang strategi, pengetahuan

tentang bagaimana melakukan sesuatu atau bagaimana mengatasi kesulitan.

Bruning dalam (Yamin, 2013:31) membagikan metakognisi pada tiga macam

pengetahuan: (1) pengetahuan deklaratif, (2) pengetahuan prosedural, dan (3)

pengetahuan kondisional. Selanjutnya Farnham dalam (Yamin, 2013:31) menjelaskan

tentang pengetahuan deklaratif, pengetahuan prosedural dan pengetahuan

kondisional.
Dicetak pada tanggal 2018-03-27
Id Doc: 589c896781944d3210494198 11

Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan yang dapat dideklarasikan,

pengetahuan ini merupakan aktivitas dalam mengintegrasikan ide-ide baru dengan

pengetahuan yang sudah ada dan mengkontruksikan sebuah pemahaman.

Pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan yang menyajikan urutan-urutan dan

langkah-langkah dalam merangkai dan mengerjakan suatu pekerjaan atau

pengetahuan tentang bagaimana menggunakan apa saja yang telah diketahui.

Pengetahuan kondisional merupakan pengetahuan gabungan pengetahuan deklaratif

dan pegetahuan prosedural, pengetahua yang mengacu pada kesadaran seseorang

akan kondisi yang mempengaruhi dirinya dalam menyelesaikan masalah.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli tentang pengetahuan metakognisi, maka

pengetahuan metakognisi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kesadaran

berpikir seseorang tentang proses berpikirnya sendiri yang terdiri dari pengetahuan

deklaratif, pengetahuan prosedural, pengetahuan kondisional dalam kegiatan

pembelajaran biologi.

2.2.2 Pengalaman atau Keterampilan Metakognisi

Komponen berikutnya adalah keterampilan metakognisi. Keterampilan

metakognisi sebagai kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengendalikan

keterampilan kognisinya sendiri. Keterampilan ini akan mengarahkan seseorang

dalam melaksanakan pembelajaran. Dosoete (2011:435) menyatakan bahwa ada

empat komponen dalam keterampilan metakognisi, yaitu: orientatio or prospective

prediction skills, planning skills, monitoring skills, and evaluation skills.

Orietasi atau keterampilan prediksi berkaitan dengan aktivitas seseorang

melakukan pekerjaan apakah dapat diselesaikan dengan cepat atau lambat.


Dicetak pada tanggal 2018-03-27
Id Doc: 589c896781944d3210494198 12

Keterampilan perencaan mengacu pada kegiatan berpikir awal seseorang tentang

bagaimana, kapan, dan mengapa melakukan tindakan guna mencapai tujuan.

Keterampilan monitoring mengacu pada kegiatan pengawasan seseorang terhadap

strategi kognisi yang digunakan selama penyelesaian masalah guna mengenali

masalah dan memodifikasi rencana. Keterampilan evaluasi dapat didefenisikan

sebagai refleksi untuk melihat kembali strategi yang telah digunakan dan apakah

strategi terebut mengerahkannya pada hasil yang diinginkan atau tidak.

North Central Regional Education Laboratory (NCREL) dalam (Yamin,

2013:34) mengemukakan tiga elemen dasar dari metakognisi secara khusus dalam

menghadapi tugas, yaitu (a) mengembangkan rencana tindakan, (b)

mengatur/memonitor rencana, dan (c) mengevaluasi rencana. Lebih jauh NCREL

memberikan petunjuk dalam melaksanakan ketiga komponen metakognisi tersebut

sebagai berikut:

1. Sebelum: Ketika kamu mengembangkan rencana tindakan, tanyakan dirimu:

a. Pengetahuan awal apa yang membantu dalam memecahkan tugas ini?

b. Petunjuk apa yang dapat digunakan dalam berpikir?

c. Apa yang pertama akan saya lakukan?

d. Mengapa saya membaca (bagian) pilihan ini?

e. Berapa lama saya mengerjakan tugas ini secara lengkap?

2. Selama: Ketika kamu mengatur/memonitor rencana tindakan, tanyakan dirimu:

a. Bagaimana saya melakukannya?

b. Apakah saya berada pada jalur yang benar?

c. Bagaimana saya meneruskannya?


Dicetak pada tanggal 2018-03-27
Id Doc: 589c896781944d3210494198 13

d. Informasi apa yang penting diingat?

e. Apakah saya perlu pindah pada petunjuk lain?

f. Apakah saya mengatur langkah-langkah bergantung pada kesulitan?

g. Apa yang perlu dilakukan jika saya tidak mengerti?

3. Sesudah: Ketika kamu mengevaluasi rencana tindakan, tanyakan dirimu:

a. Seberapa baik saya melakukannya?

b. Apakah saya memerlukan pemikiran khusus yang lebih banyak atau yang

lebih sedikit dari yang saya pikirkan?

c. Apakah saya dapat mengerjakan dengan cara yang berbeda?

d. Bagaimana saya dapat mengaplikasikan cara berpikir ini pada problem

lain?

e. Apakah saya perlu kembali pada tugas itu untuk mengisi kekurangan

pada ingatan saya?

Berdasarkan pendapat tentang pengalaman atau keterampilan metakognisi

dalam penelitian ini adalah keterampilan berpikir seseorang untuk menyadari proses

berpikirnya sendiri yang berkaitan dengan keterampilan perencanaan, pemantauan

atau monitoring, dan evaluasi dalam menyelesaikan masalah. Keterampilan

perencanaan adalah kegiatan berpikir awal seseorang untuk mencapai tujuan utama

permasalahan. Keterampilan monitoring adalah kegiatan pengawasan seseorang

seseorang terhadap strategi kognisi. Keterampilan evaluasi didefenisikan sebagai

melihat kembali strategi yang telah digunakan apakah mengarah pada hasil yang

diinginkan atau tidak.


Dicetak pada tanggal 2018-03-27
Id Doc: 589c896781944d3210494198 14

2.3 Perkembangan Metakognisi

Secara umum, pengetahuan metakognisi mulai berkembang pada usia 5-7

tahun, dan terus berkemang selama usia sekolah, masa remaja, bahkan sampai masa

dewasa. Meskipun demikian, hasil penelitian menemukan adanya peredaan individual

di antara para peserta didik dalam usia yang sama (Desmita 2012:135). Anak-anak

yang masih kecil telah menyadari adanya pikiran, dapat menggambarkan objek-objek

dan peristiwa-peristiwa nyata ataupun hayalan.

Pemahaman anak tentang pikiran menurut Wellman dalam (Desmita,

2012:136), tumbuh secara ekstensif sejak tahun-tahun pertama kehidupannya.

Kemudian pada usia 3 tahun anak menunjukkan suatu pemahaman bahwa

kepercayaan dan keinginan-keinginan internal dari seseorang berkaitan dengan

tindakan-tindakan dari orang tersebut. Dengan demikian dapat dipahami bahwa

kesadaran metakognisi telah berkembang jauh sebelum anak masuk sekolah.

Kemudian melalui interaksi dengan dunia sekolah, kesadarab metakognisi anak akan

terus mengalami perkembangan hingga remaja, bahkan sampai dewasa. Pada usia 7

atau 8 tahun kemampuan metakognisi anak meningkat secara mencolok. Pada masa

ini, penilaian anak terhadap isyarat kognitif meningkat tajam. Hal ini disebabkan anak

semakin menyadari kehendak sadar dari pikirannya sendiri dan orang lain

2.4 Perbedaan Kognisi dengan Metakognisi

Kognisi dan metakognisi pada dasarnya merupakan suatu rangkaian dari

aktivitas berpikir yang dilakukan manusia. Metakognitif tidak sama dengan kognitif

atau proses berpikir (seperti membuat perbandingan, ramalan, menilai, membuat


Dicetak pada tanggal 2018-03-27
Id Doc: 589c896781944d3210494198 15

sintesis atau menganalisis). Sebaliknya, metakognitif merupakan suatu kemampuan

dimana individu berdiri di luar kepalanya dan mencoba untuk memahami proses

kognitif yang dilakukannya dengan melibatkan komponen-komponen perencanaan

(functional planning), pengontrolan (self-monitoring), dan evaluasi (self-evaluation)

(Desmita, 2012:133).

Flavell menyebutkan bahwa konsep metakognisi dan kognisi sukar untuk

diterjemahkan, terutama perbedaan antara metakognisi dan kognisi. Namun secara

umum perbedaanya adalalah kognisi pengetahuan, sedangkan metakognisi

menciptakan pemahaman seseorang terhadap pengetahuan (Yamin, 2013:29).

Ditinjau dari dimensi pengetahuan metakognitif, Flavel (1979) dalam Anggo

(2011:27), menganggap bahwa pengetahuan metakognitif memiliki banyak kesamaan

dengan pengetahuan kognitif, perbedaannya terjadi pada bagaimana menggunakan

informasi. Jadi meski dapat dikemukakan perbedaan dari pengetahuan metakognitif

dengan pengetahuan kognitif, namun keduanya memiliki dasar pengetahuan yang

sama. Keduanya merupakan satu rangkaian tidak terpisahkan. Usaha untuk

meningkatkan kemmapuan kognisi seseorang, perlu didukung oleh peningkatan

kemampuan metakognisi demikian sebaliknya.

Fungsi kognisi adalah untuk memecahkan masalah, sedangkan fungsi

metakognisi adalah untuk mengatur aktivitas kognisi seseorang dalam memecahkan

masalah atau melaksanakan suatu tugas. Berikut disajikan beberapa contoh bahwa

suatu kegiatan itu termasuk kognisi atau metakognisi:


Dicetak pada tanggal 2018-03-27
Id Doc: 589c896781944d3210494198 16

Tabel 2.1. Perbedaan Kognisi dan Metakognisi

Langkah Kognisi: Metakognisi:


pemecahan Apa yang bisa dikerjakan (dapat Bagaimana melakukannya:
masalahh melakukan tugas) 1. Mengetahui bagaimana
melakukan pendekatan.
2. Cara yang berbeda dalam
melakukannya, memiliki
metode dan memahami
seperangkat proses.
3. Strategi yang bisa
dilaksanakan.
Memperoleh Dapat membaca teks dan Mengetahui sejumlah cara
pengetahuan menemukan detil yang khusus menemukan teks mana yang
berisi detil khusus.
Pemahaman Dapat menjawab pertanyaan Mengetahui cara mengambil hal-
tentang dokumen yang telah hal penting yang ada dalam
dibacanya. dokumen, dan mengetahui
bagaimana mengidentifikasi hal-
hal penting yang tidak
diketahuinya.
Aplikasi Dapat menggunakan informasi Mengetahui teknik mana yang
atau teknik dalam konteks dan bisa digunakan untuk mengingat-
situasi tertentu. ingat informasi khusus atau
keterampilan khusus dalam
berbagai situasi
Analisis Dapat menanyakan mengenai Mengetahui sejumlah teknik yang
informasi dan dapat dapat digunakan ketika diajukan
membandingkan serta pertanyaan kepadanya mengenai
mengkontraskan jawaban dengan informasi atau data.
pengetahuan dan pemahaman
yang diketahui sekarang.
Sintesa Bisa memadukan informasi dari Mengetahui sejumlah teknik yang
berbagai sumber dan menciptakan memungkinkan terciptanya hasil
hasil yang saling bertautan. yang saling bertautan ketika
sejumlah sumber informasi
digunakan
Evaluasi Bisa membuat keputusan dengan Mengetahui teknik-teknik yang
informasi dan gagasan yang memungkinkan bisa
didapat dengan sejumlah kriteria dilaksanakannya evaluasi yang
spesifik. dilaksanakan dengan layak dan
handal.
Sumber Passey (2006) dalam Sari (2012)
Dicetak pada tanggal 2018-03-27
Id Doc: 589c896781944d3210494198 17

2.5 Fungsi dan Peranan Metakognisi dalam Pembelajaran Biologi

Pembelajaran sains di Indonesia pada umumnya masih bertumpu pada

bagaimana memahami konsep-konsep, prinsip-prinsip sains, menghapal istilah-istilah

sains dan pembelajaran sains belum dijadikan sebagai saran masih bertumpu untuk

memperdayakan keterampilan berpikir bagi masa depan. Pembelajaran biologi

realitanya banyak menekankan pada penguasaan konsep, fakta, prinsip atau teori.

Seharusnya pembelajaran tidak hanya sekedar menyampaikan fakta dan teori. Akan

tetapi diarahkan pada pembentukan keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Metakognisi merujuk pada berpikir tingkat tinggi. Peserta didik yang sukses

adalah peserta didik yang memiliki kemampuan metakognisi. Mereka merenungkan

cara mereka belajar dan berpikir, menentukan tujuan pembelajaran, memilih strategi

yang tepat, dan memantau kemajuan mereka menuju tujuan pembelajaran. Selain itu,

peserta didik yang sukses tahu apa yang harus dilakukan jika muncul masalah atau

jika mereka tidak membuat kemajuan yang berarti menuju ke tujuan pembelajaran.

Mereka bisa membuat metode alternatif untuk mencapai tujuan atau menilai kembali

ketepatan tujuan tersebut sebagaimana disebut di atas peserta didik mampu mengatur

dirinya sendiri (Yamin, 2013:42).

Dengan pengetahuan metakognisi yang dimiliki seseorang dapat mengetahui

akan kelebihan dan keterbatasannya dalam belajar. Metakognisi membantu siswa

belajar dengan memikirkan, mengandalkan, dan dengan efektif menggunakan proses

berpikir mereka sendiri (Slavin, 2011:267). Dalam pembelajaran, pengetahuan

metakognitif yang dimiliki oleh pebelajar berkaitan dengan keyakinan dirinya tentang

kecerdasan, seberapa kesadaran, pengetahuannya akan tingkat kesulitan tugas yang


Dicetak pada tanggal 2018-03-27
Id Doc: 589c896781944d3210494198 18

dikerjakan dengan caranya sendiri dianggap terbaik untuk dapat menyelesaikannya

(Sumampouw, 2011:28). Jadi, metakognisi merupakan suatu kemampuan yang

dibutuhkan pada pembelajaran untuk mengetahui strategi belajar terbaik untuk belajar

efektif dan siswa mengetahui bagaimana untuk belajar.

2.6 Metacognitive Awareness Inventory (MAI)

Metacognitive Awereness Inventory (MAI) atau Iventory Kesadaran

Metakognitif dikembangkan oleh Schraw & Dennison pada tahun 1994 untuk menilai

metakognisi. MAI terdiri dari 52 item yang dibagi 2 skala bagian yaitu pengetahuan

kognisi dan pengaturan atau keterampilan kognisi. Skala pengetahuan kognisi

mengukur kesadaran keterampilan dan kemampuan kognisi seseorang, pengetahuan

tentang strategi dan penggunaan strategi tersebut. Untuk lebih spesifik mencakup tiga

komponen yaitu pengetahuan deklaratif, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan

kondisional (Arkham, 2014:24).

Skala pengukuran atau keterampilan kognisi mengatur seberapa baik siswa

mengontrol pembelajaran mereka sendiri. MAI mengukur metakognisi didasarkan

pada pandangan metakognisi yang melibatkan pengetahuan tentang kemampuan dan

keterampilan kognisi seseorang, pengetahuan dan strategi kognisi, serta memutuskan

strategi yang tepat ketika diberikan sebuah tugas, menilai efektivitas strategi yang

digunakan, dan mengubah strategi yang digunakan ketika tidak efektif. MAI terbukti

valid dan dapat diandalkan untuk menilai metakognisi yang berkaitan dengan tugas

belajar akademik. MAI adalah yang paling banyak diterima, diuji, dan dikutip dari

semua alat penilaian metakognisi (Arkham, 2014:24).

Anda mungkin juga menyukai