Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KONSEP BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH :

DIAH AYU SITI YULIANTI

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS

S1 ILMU KEPERAWATAN KELAS BLORA


KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat
waktu. Makalah yang berjudul “Konsep Berpikir Kritis Dalam Keperawatan”, disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar I.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
dari segi isi maupun bentuk. Oleh karena itu, saran dan kritik konstruktif dari berbagai pihak
terutama dari dosen pembimbing mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar I untuk kesempurnaan
dalam pembuatan makalah yang akan datang.
Akhirnya penyusunan berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita,
khususnya bagi masyarakat luas.

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam keperawatan, berpikir kritis adalah suatu kemampuan bagaimana
perawat mampu berpikir dengan sistematis dan menerapkan standar intelektual untuk
menganalisis proses berpikir. Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu
komponen penting dalam mempertanggung jawabkan profesionalisme dan kualitas
pelayanan asuhan keperawatan. Berpikir kritis merupakan pengujian rasional terhadap
ide, pengaruh, asumsi, prinsip, argumen, kesimpulan, isu, pernyataan, keyakinan, dan
aktivitas (Bandman dan Bandman, 1988)
Berpikir bukan suatu proses statis, tetapi selalu berubah secara konstan dan
dinamis dalam setiap hari atau setiap waktu. Tindakan keperawatan membutuhkan
proses berpikir, oleh karena itu sangat penting bagi perawat untuk mengerti berpikir
secara umum. Pemikir kritis dalam praktik keperawatan adalah seseorang yang
mempunyai keterampilan pengetahuan untuk menganalisis, menerapkan standar,
mencari informasi, menggunakan alasan rasional, memprediksi, dan melakukan
transformasi pengetahuan. Pemikir kritis dalam keperawatan menghasilkan kebiasaan-
kebiasaan baik dalam berpikir, yaitu: yakin, kontekstual, perspektif, kreatif, fleksibel,
integritas intelektual, intuisi, berpikir terbuka, refleksi, inquisitiviness, dan
perseverance.
Menurut Wilkinson (1992), karakteristik berpikir kritis dalam keperawatan
pada prinsipnya merupakan suatu kesatuan dari berpikir (thinking), merasakan
(feeling), dan melakukan (doing). Mengingat profesi perawat merupakan profesi yang
langsung berhadapan dengan nyawa manusia, maka dalam menjalankan aktivitasnya,
perawat menggunakan perpaduan antara thingking, feeling, dan doing secara
konprehensif dan bersinergi. Perawat menerapkan keterampilan berpikir dengan
menggunakan pengetahuan dari berbagai subjek dan lingkungannya, menangani
perubahan yang berasal dari stresor lingkungan, dan membuat keputusan penting.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari berpikir kritis dalam keperawatan?
2. Apa yang melatar belakangi berpikir kritis dalam keperawatan?
3. Apa karakteristik dari berpikir kritis?
4. Bagaimana cara berpikir kritis yang baik?
5. Apa sajalah model dari berpikir kritis?

C. Tujuan Pembahasan
Kami menulis makalah ini bertujuan untuk membahas lebih dalam tentang berpikir
kritis. Serta kita dapat mengetahui pentingnya berpikir kritis terutama bagi seorang
perawat, sehingga dapat menangani pasien dengan cepat dan tetap.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Berpikir Kritis


Berpikir kritis adalah proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi
informasi. Informasi tersebut didapatkan dari hasil pengamatan, pengalaman, akal
sehat, atau komunikasi. Berpikir bukan merupakan sebuah proses statis; berpikir dapat
berubah setiap hari atau bahkan setiap jam. Karna berpikir sangat dinamis (berubah
secara konstan) dan karena semua tindakan keperawatan memerlukan pemikiran,
maka penting untuk memahami secara umum. Penting juga untuk memahami gaya
dan pola unik seseorang serta mengidentifikasi tentang apa yang membantu seseorang
untuk dapat berpikir lebih baik.
Dalam 10 menit sebelum anda mulai membaca teks ini, anda mungkin telah
berpikir, “apakah saya harus membaca sekarang atau menonton TV?” “apakah saya
harus berbaring di tempat tidur atau duduk dikursi?” “apakah saya harus
menggunakan stabilo atau saya hanya membaca saja?” anda memikirkan jawabannya
untuk setiap pertanyaan tersebut. Bagaimana anda memikirkan jawaban tersebut?
Apakah anda mengingat perkataan guru anda bahwa konsentrasi akan meningkat jika
anda duduk dekat meja? Apakah anda berbaring di atas tempat tidur karena anda
selalu berbaring di atas tempat tidur ketika sedang belajar? Apakah anda
mempertimbangkan semua pilihan dan berpikir mengenai keuntungan dan
kerugiannya sebelum memutuskan model belajar yang anda gunakan?
Setiap pilihan ini atau kombinasinya memerlukan model berpikir yang
berbeda. Anda mungkin bergantung pada kebiasaan masalalu atau situasi belajar
dilihat sebagai suatu masalah yang harus diselesaikan. Mungkin anda memutuskan
untuk melakukan suatu hal baru atau berbeda, seperti membaca sembari mengayuh
sepeda statis dan mendengarkan musik. Semua tindakan yang anda lakukan
memerlukan pemikiran, tetapi tidak semua pemikiran sama. Jika anda seperti sebagian
besar masyarakat, anda tidak menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan tentang
cara berpikir yang berbeda. Anda bahkan mungkin tidak berpikir bahwa memikirkan
cara berpikir adalah hal penting. Kami percaya bahwa itu penting. Semakin baik anda
memahami cara berpikir anda, semakin mudah untuk mengembangkan dan
memelihara cara berpikir anda dalam keperawatan.
Dalam keperawatan, berpikir kritis adalah suatu kemampuan bagaimana
perawat mampu berpikir dengan sistematis dan menerapkan standar intelektual untuk
menganalisis proses berpikir. Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu
komponen penting dalam mempertanggung jawabkan profesionalisme dan kualitas
pelayanan asuhan keperawatan.

B. Latar Belakang Berpikir Kritis dalam Keperawatan


Saat perawat bertemu klien, perawat akan selalu menggunakan pemikiran.
Misalnya, menggunakan pemikiran untuk mengumpulkan data dan membuat
kesimpulan. Setelah membuat kesimpulan perawat akan menerapkan problemsolving
dengan melakukan sesuatu pemecahan masalah guna memenuhi kebutuhan dasar
klien. Penerapan berpikik kritis dalam proses keperawatan diintregrasikan dalam
tahap-tahap proses keperawatan dan digunakan untuk pengkajian rumusan diagnosis,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.
1. Berfikir Kritis dalam Tahap Pengkajian dan Diagnosis
Berpikir kritis pada tahap pengkajian adalah proses pemahaman tentang
informasi apa yang dikumpulkan, metode pengumpulan data yang akan dilakukan,
berpikir tentang kesesuaian informasi, dan membuat suatu kesimpulan tentang
respons klien terhadap kondisi sakitnya.
Perumusan masalah keperawatan merupakan kesimpulan dari hasil pengkajian
dan mengandung dua kategori mendasar, yaitu kekuatan dan perhatian terhadap
masalah kesehatan klien. Perhatian terhadap masalah meliputi kemampuan perawat
untuk mengatasi masalah secara mandiri, an perlunya keterlibatan profesi lain dan
bekerja sama secara interdisiplin, serta perlu/tidaknya perawatan klien yang harus
dirujuk ke tenaga kesehatan lain. Dengan demikian, berpikir kritis pada tahap
pengkajian meliputi kegiatan mengumpulkan data dan validasi.
Perumusan diagnosis keperawatan merupakan tahap pengambilan keputusan
yang paling kritis, karena harus menentukan masalah dan argumentasi secara
rasional. Oleh karena itu, perlu dilatih sehingga lebih tajam dalam
mengidentifikasi masalah.
2. Berpikir Kritis dalam Tahap Perencanaan
Berpikir dalam perencanaan brarti menggunakan pengetahuan untuk
mengembangkan hasil untuk diharapkan. Selain itu juga memerlukan keterampilan
guna mensintesis ilmu yang dimiliki untuk memilih tindakan yang tepat.
Perencanaan asuhan keperawatan biasanya ditulis berisikan di mana dan
bagaimana menolong klien berdasarkan responsnya terhadap kondisi penyakit.
Bekerja dengan klien untuk memecahkan masalah yang dihadapinya adalah hal
yang paling prioritas, begitu juga mengembangkan tujuan perawatan dan bekerja
sama dalam pencapaian tujuannya.
3. Berpikir Kritis dalam Tahap Implementasi
Berfikir kristis pada tahap implementasi tindakan keperawatan adalah
keterampilan dalam menguji hipotesis, karena tindakan keperawatn adalah
tindakan nyata yang menentukan tingkat keberhasilan untuk mencapai tujuan.
Bekerja melalui aktivitas khusus, yaitu asuhan keperawatan untuk membantu
mencapai tujuan dalam perencanaan keperawatan, akan selalu menggunakan
pikiran tentang apa yang harus dilakukan, kapan, di mana, mengapa, dan
bagaimana intervensi keperawatan itu dilakukan.
4. Berpikir Kritis dalam Tahap Evaluasi
Berpikir kritis dalam tahap evaluasi adalah mengkaji efektivitas tindakan di
mana perawat harus dapat mengambil keputusan tentang pemenuhan kebutuhan
dasar klien, dan memutuskan apakah tindakan keperawatan perlu diulang. Berpikir
dan kumpulkan informasi tentang respons klien setelah beberapa tindakan
keperawatan dilakukan. Bekerja sama dengan klien dalam rangka evaluasi tindakan
keperawatan adalah sangat penting. Berpikir kritis dalam tahap evaluasi ini dapat
dilakukan dengan menggunakan model konsep total recall.

C. Karakteristik Berpikir Kritis dalam Keperawatan


Berikut ini adalah karakteristik dari proses berpikir kritis dan penjabarannya.
1. Konseptualisasi
Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu konsep. Dan
konseptualisasi merupakan pemikiran abstrak yang digeneralisasi secara otomatis
menjadi simbol-simbol dan disimpan di dalam otak.
2. Rasional dan Beralasan (reasonable)
Artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan mempunyai dasar
kuat dari fakta atau fenomena nyata.
3. Reflektif
Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau persepsi
dalam berpikir atau mengambil keputusan, tetapi akan menyediakan waktu untuk
mengumpulkan data dan menganalisisnya berdasarkan disiplin ilmu, fakta, dan
kejadian.
4. Bagian dari suatu sikap
Yaitu bagian dari suatu sikap yang harus diambil. Pemikir kritis akan selalu
menguji apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau lebih buruk dibanding
yang lain, dengan menjawab pertanyaan mengapa bisa begitu dan bagaimana
seharusnya.
5. Kemandirian Berpikir
Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya, tidak pasif menerima
pemikiran dan keyakinan orang lain, menganalisis semua isu, memutuskan secara
benar, dan dapat dipercaya.
6. Berpikir Kritis Adalah Berpikir Kreatif
Maksudnya yaitu selalu menggunakan ketrampilan intelektualnya untuk mencipta
berdasarkan suatu pemikiran yang baru dan dihasilkan dari sintesis beberapa
konsep.
7. Berpikir Adil dan Terbuka
Yaitu mencoba untuk berubah, dari pemikiran yang salah dan kurang
menguntungkan menjadi benar dan lebih baik. Perubahan dilakukan dengan penuh
kesabaran dan kemauan, kemudian hasilnya disosialisasikan beserta argumentasi
mengapa memilih dan memutuskan seperti itu.
8. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Keyakinan
Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan kesimpulan,
mencipta sesuatu pemikiran baru dan alternatif solusi tindakan yang akan diambil.

D. Cara Berpikir Kritis Yang Baik


1. Mengenali Masalah ( Defining and dlarifying problem)
a. Mengidentifikasi isu-isu atau permasalahan pokok.
b. Membandingkan kesamaan dan perbedaan-perbedaan.
c. Memilih informasi yang relevan.
d. Merumuskan /memformulasikan masalah.
2. Menilai informasi yang relevan
a. Menyeleksi fakta, opini, hasil nalar/judgment.
b. Mengecek konsistensi.
c. Mengidentifikasi asumsi.
d. Mengenali kemungkinan faktor stereotip.
e. Mengenali kemungkinan emosi, propaganda, salah penafsiran kalimat.
f. Mengenali kemungkinan perbedaan informasi orientasi nilai dan ideologi.
3. Pemecahan Masalah / Penarikan kesimpulan
a. Mengenali data-data yang diperlukan dan cukup tidaknya data.
b. Meramalkan konsekuensi yang mungkin terjadi dari keputusan/pemecahan
masalah/kesimpulan yang diambil.
E. Model dari Berpikir Kritis
Dalam berpikir kritis terdapat beberapa model, yaitu:
1. Ingatan Total (T)
Berarti mengingat atau mempelajari beberapa fakta atau tempat dan bagaimana
cara untuk menemukannya ketika dibutuhkan. Fakta-fakta ini disimpan dalam
ingatan atau pikiran, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Memori
merupakan suatu proses yang kompleks. Beberapa orang dapat mengingat banyak
fakta-fakta yang tampaknya asing tanpa berupaya keras, sementara orang lain
harus berupaya keras.
2. Kebiasan (H)
Kebiasaan adalah pendekatan berpikir yang sering kali diulang sehingga menjadi
sifat alami kedua. Kebiasaan menghasilkan cara-cara yang dapat diterima dalam
melakukan segala hal. Kebiasaan memungkinkan seseorang melakukan suatu
tindakan tanpa harus memikirkan sebuah metode dari setiap kali ia akan
bertindak. Ada kebiasaan lain yang asal pemikirannya tidak jelas, ini adalah
proses intuitif. Intuisi sering dijelaskan sebagai sebuah “reaksi dari dalam diri”.
Polanyi (1964) menjelaskan fenomena serupa, yang disebut “pengetahuan yang
diam”, yaitu langkah penemuan pengetahuan itu tidak dapat diidentifikasikan.
3. Penyelidikan (I)
Penyelidikan adalah memeriksa isu secara sangat mendetail dan mempertanyakan
isu yang mungkin segera tampak dengan jelas. Apabila anda menggunakan
tingkat pertanyaan ini dalam situasi sosial, anda akan disebut “terlalu memaksa”.
Penyelidikan termasuk menggali dan mempertanyakan segala hal terutama
asumsi pribadi seseorang dalam situasi tertentu. Penyelidikan berarti tidak
menilai sesuatu berdasarkan bentuk luarnya, mencari faktor-faktor yang kurang
jelas, meragukan semua pesan pertama, dan memeriksa segala sesuatu, walaupun
hal tersebut tampak tidak bermakna.
4. Ide baru dan Kreativitas (N)
Ide baru dan Kreativitas merupakan model berpikir yang sangat khusus bagi anda.
Ide baru dan Kreativitas sangat penting dalam keperawatan karena merupakan
akar dari asuhan yang diindividualisasi atau asuhan yang sesuai dengan
spesifikasi klien. Banyak hal yang dipelajari perawat yang harus digabungkan,
disesuaikan, dan dikerjakan ulang untuk menyesuaikan dengan setiap situasi klien
yang unik.
5. Mengetahui Bagaimana Anda Berpikir (K)
Mengetahui bagaimana anda berpikir adalah model T.H.I.N.K. yang terakhir,
tetapi bukan tidak penting, berarti berpikir tentang pemikiran seseorang. Berpikir
tentang pemikiran disebut “metakognisi” sebuah kata yang terdiri dari kata
awalan, “meta”, yang berarti “diantara atau ditengah-tengah dari”, dan “kognisi”,
yang berarti “proses mengetahui”. Apabila anda berada ditengah-tengah proses
mencari tahu, Anda akan mengetahui bagaimana Anda berpikir. Mengetahui
bagaimana anda berpikir tidak sesederhana seperti yang terdengar. Sebagian besar
kita “hanya berpikir”, kita tidak menghabiskan banyak waktu untuk merenungkan
bagaimana kita berpikir.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu komponen penting dalam
mempertanggungjawabkan profesionalisme dan kualitas pelayan asuhan keperawatan.
Berpikir kritis merupakan pengujian rasional terhadap ide, pengaruh, asumsi, prisip,
argumen, kesimpulan, isu, pertanyaan, keyakinan, dan aktivitas.
Proses keperawatan yang didasarkan pada paradigma model adaptasi dari Roy dan PNI
mempunyai kerangka berpikir kritis yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya
secara koherensi. Sakit terjadi jika individu tidak mampu beradaptasi secara holistis dari
stresor yang didapatkan. Intervensi keperawatan bertujuan sebagai stimulus terhadap stres
(sakit) yang berperan memperbaiki jenis koping (cognator) individu melalui proses
pembelajaran. Perbaikan respons cognator berpengaruh terhadap sistem hormonal yang
dirambatkan melalui mekanisme HPA-Aksis mempunyai efek terhadap respons imunitas
(Th) dalam Roy disebut regulator.

B. Saran
Demikian atas ulasan dari makalah ini dari penulis untuk memperjelas dalam
pembahasan “Konsep Berpikir Kritis Dalam Keperawatan”. apabila ada kekeliruan atau
tidak jelasnya dalam makalah ini dapat menghubungi penulis, dan apabila ada kekurangan
dari materi ini diharapkan pembaca dapat membantu dalam memperbaiki makalah
ini.terimakasih.
Daftar Pustaka

Deswani. 2009. Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Nursalam. 2009. Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktik. Jakarta:
Salemba Medika.
Rubenfeld, M, Gaie. 2006. Berpikir Kritis dalam Keperawatan. Jakarta: EGC.
Rubenfeld, M, Gaie. 2010. Berpikir Kritis untuk Perawat: Strategis Berbasis Kompetensi.
Jakarta:EGC
MAKALAH

SEJARAH KEPERAWATAN NASIONAL DAN


INTERNASIONAL

DISUSUN OLEH :

DIAH AYU SITI YULIANTI

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS

S1 ILMU KEPERAWATAN KELAS BLORA


KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat
waktu. Makalah yang berjudul “Sejarah Keperawatan Nasional dan Internasional”, disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar I.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
dari segi isi maupun bentuk. Oleh karena itu, saran dan kritik konstruktif dari berbagai pihak
terutama dari dosen pembimbing mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar I untuk kesempurnaan
dalam pembuatan makalah yang akan datang.
Akhirnya penyusunan berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita,
khususnya bagi masyarakat luas.

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Virginia Henderson memperkenalkan definising of nursing (defenisi
keperawatan). Definisinya mengenai keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang
pendidikannya. Ia menyatakan bahwa definisi keperawatan harus menyertakan prinsip
kesetimbangan fisiologis. Definisi ini dipengaruhi oleh persahabatan Henderson
dengan seorang ahli fisiologis bernama Stackpole. Henderson sendiri kemudian
mengemukakan definisi keperawatan yang ditinjau dari sisi fungsional.
Definisi dari Virginia Henderson, seorang ahli teori keperawatan yang berasal
dari Amerika ini, pada tahun 1966 mendefinisikan keperawatan dalam kaitannya
dengan peran perawat. “Peran unik perawat adalah membantu individu, sakit atau
sehat, dalam melakukan tindakan-tindakan yang berperan untuk kesehatan dan
kesembuhan ( atau kemaian yang damai ), tindakan-tindakan itu akan dilakukan
sendiri oleh individu tersebut seandainya ia memiliki kekuatan, kemauan, atau
pengetahuan. Perawat melakukan hal ini sedemikian rupa sehingga individu tersebut
memperoleh kemandirian secepat mungkin” (Henderson, 1966).
Peran keperawatan telah mengalami perubahan besar dalam tahun-tahun
terakhir, terutama pada peran peran praktek ditingkat yang lebih tinggi, yang terus
berkembang dengan pesat. Sumber : Ensiklopedia Keperawatan oleh Chris Brooker.
Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan profesional yang
merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan. Layanan ini berbentuk layanan bio-psiko-sosio-spiritual komprehensif
yang ditunjukkan bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat, baik sehat
maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia ( Lokakarya
Keperawatan Nasioanal, 1983 ). Sumber : Konsep Dasar Keperawatan oleh Ns.
Asmadi, S. Kep
Didunia keperawatan, Florence Nightingale diberi predikat sebagai pembaru,
reaksioner, dan peneliti. Penelitiannya telah memberikan sumbangsih positif thaap
usaha-usaha ke arah peningkatan dan perbaikan kinerja asuhan keperawatan dan
kesehatan pada umumnya. Karya Nightingale yang berjdul Nothes on Nursing 1859
menjelaskan, aktivitas penelitian awalnya yang terfokus pada pentingnya lingkungan
yang sehat dalam mendorong kesehaan fisik dan mental pasien (patient’s physical and
mental wellbeing). Sumber : Riset Keperawatan : Sejarah dan Metodologi oleh Prof.
Dr. Sudarwan Dahim
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana perkembangan keperawatan Nasional?
2. Bagaimana perkembangan keperawatan Internasional?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk memenuhi tugas ilmu keperawatan dasar dan untuk menambah wawasan
para pembaca tentang “Sejarah Perkembangan Keperawatan Nasional dan
Internasional”.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui sejarah perkembangan keperawatan
internasional dimulai dari zaman primitif, zaman permulaan masehi, zaman
permulaan abad pertengahan, zaman pertengahan, zaman modern.
b. Mahasiswa mampu mengetahui sejarah perkembangan keperawatan di
Indonesia yang dimulai dari kuno, perawatan pada zaman penjajahan Belanda,
zaman Jepang, zaman kemerdekaan RI

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Keperawatan Internasional


1. Zaman Primitif
Keperawatan sudah ada sejak zaman adanya manusia dimuka bumi ini. Bisa
dikatakan, keperawatan sudah ada sejak zaman purba. Pendapat ini didukung oleh
kenyataan bahwa keperawatan awalnya adalah kegiatan yang dilakuan atas dasar
“Mother Instinct ”. Setiap manusia pasti memiliki naluri. Jadi, bisa dikatakan
naluri keperawatan ada dalam setiap pribadi manusia.
Perkembangan keperawatan pada zaman purba juga dipengaruhi oleh agama
atau kepercayaan. Penduduk Mesir ( 5000 SM ) menyembah dewa Iris untuk
meminta kesembuhan bagi orang yang sakit dan mendirikan kuil sebagai rumah
sakit. Raja Asoka di India mendirikan sekolah-sekolah untuk mendidik para calon
perawat, sedangkan penduduk Yunani mengenal dewa pengobatan yang disebut
Aeskulapius dan membangun kuil menyerupai sanatorium untuk merawat orang-
orang sakit. Di Romawi, pemerintahannya mendirikan rumah sakit dan
memanfaatkan tenaga budak- laki-laki atau perempuan yang berkelakuan baik-
sebagai perawat.
2. Zaman permulaan masehi
Zaman ini dipengaruhi oleh perkembangan dan penyebaran dua agama besar,
yakni Kristen dan Islam. Kristen mengenalkan keperawatan dengan pekerjaan
yang dilakukan oleh biarawati, sedangkan Islam mengenalkan ilmu pengetahuan
yang sangat maju dalam bidang pengobatan dan keperawatan yang dilandasi oleh
kasih sayang. Banyak orang yang akhirnya beralih ke Negara Islam Timur Tengah
untuk mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, termasuk ilmu pengobatan dan
keperawatan. Pada zaman ini, muncul tokoh Islam yang sangat terkenal dalam
bidang kedokteran, yaitu Ibnu Sina.
3. Zaman pertengahan
Pada zaman ini, terjadi perang besar antar agama yang dikenal dengan perang
salib. Perang ini membawa banyak derita bagi rakyat seperti korban luka dan
terbunuh, kelaparan, berbagai penyakit, dan lain-lain. Untuk mengatasi kondisi
tersebut, mulai didirikan sejumlah rumah sakit guna memberi pertolongan dan
perawatan bagi korban perang. Akhirnya, ilmu pengetahuan dan perawatan terus
mengalami kemajuan. Akan tetapi, kiblat pembelajaran untuk ilmu pengobatan
dan perawatan yang semula ada di negara Islam kini beralih ke negara Barat.
4. Zaman baru (Renaisans)
Pengaruh renaisans juga merambah ilmu keperawatan atau ilmu kesehatan.
Pengeloaan rumah sakit yang semula dikerjakan oleh pihak gereja pada masa
tersebut diambil alih oleh sipil akhirnya perawatan bagi oang sakit pun mengalami
kemunduruan karena peran perawat digantikan oleh orang awam yang tidak
mengerti tentang keperawatan.
Pada zaman ini,muncul seorang tokoh keperawatan yang bernama Florens
Nightangel ia mengembangkan suatu model praktik asuhan keperawatan yang
menyatakan bahwa kondisi sakit seseorang disebabkan oleh faktor lingkungan
karenanya praktik keperawatan ditekankan pada perubahan lingkungan yang
memberi pengaruh pada kesehatan.Selain itu pada zaman ini berdiri palang merah
internasional yang dipelopori oleh Hendri Dunang lembaga ini dibentuk untuk
menanpung para korban perang mendirikan rumah sakit dan mendidik perawat
dalam melakukan p3k. Pekerjaanya dititik beratkan pada upaya memajukan
kesehatan mencegah penyakit dan meringankan penderitaan pasien.
5. Zaman Modern
Kiprah Florence Nightangel dalam keperawatan rupanya berpengaruh besar
pada perkembangan keperawatan diera berikutnya. Diantaranya adalah
pembangunan sekolah-sekolah perawat dan pendirian perhimpunan perawat
nasional Inggris oleh Erenwick pada tahun 1887. Perhimpuan ini bertujuan untuk
mempersatuan perwat-perawat yang ada diseluruh Inggris. Kemudian pada 1 juli
1889 Erenwick juga mendirikan sebuah lembaga yang disebut ICN.
Setelah era tersebut dunia keperawatan terus berkembang dengan pesat.
Kondisi ini munculnya tokoh-tokoh penting dalam keperawatan seperti, Hildegard
E.Peplau ( 1952 ). Ia mengemukakan bahwa hubungan antar manusia merupakan
dasar bagi perawat untuk mengkaji proses hubungan dengan pasien. Id jean
Orlando ( 1961 ). Ia menekankan bahwa keperawatan bertujuan untuk merespon
perilaku klien dalam memenuhi kebutuhan dengan segera. Virginia Handerson
( 1966 ). Ia menekankan bahwa perawat hanya membantu pasien dalam melakuan
hal yang tidak dapat ia lakuan ia sendiri agar kemandirian pasien meningkat.
Sister Calista Roy ( 1970 ). Ia menekankan bahwa peran perawat adalah untuk
memberi kemudahan bagi pasien guna menggunakan pengembangan penyesuaian
diri pasien. Martha E Rogher ( 1970). Ia menekankan bahwa manusia mempunyai
sifat alamiah yang tidak dapat dipisahkan dari lingkungan.
Dan masih banyak lagi tokoh keperawatan lain yang tidak disebutkan disini.
Lebih lanjut, perkembangan keperawatan di dunia bukan hanya berfokus pada
aspek pelayanan, tetapi pada juga jenjang pendidikan keperawatan. Ditingkat
dunia, pendidikan keperawatan sudah mencapai tingkat doktoral. Sayangnya,
kondisi ini berbeda dengan perkembangan pendidikan keperawatan di negara kita.
B. Sejarah Perkembangan Keperawatan Nasional
1. Zaman VOC ( 1602-1799 )
Untuk kepentingan usaha perdagangan tentara Belanda, pada 1799 didirikan
Binnen Hospital di Batavia ( sekarang di Jakarta ). Rumah sakit ini memanfaatkan
tenaga perawat yang berasal dari Boemi Poetra ( Kaum Terjajah ) yang disebut
dengan pembantu orang sakit ( POS ). Setelah VOC bubar didirikan sejumlah
usaha dalam bidang kesehatan, antara lain Dinas Kesehatan Tentara. (Militaire
Gezondsheids Deints) dan Dinas Kesehatan Rakyat (Burgerlijke Gezon Deints).
2. Zaman Penjajahan Belanda ( 1799-1811 )
Tidak ada usaha kesehatan yang menonjol pada masa ini. Secara umum,
pemerintah hanya melanjutkan apa yang telah dirintis oleh pendahulunya (VOC).
3. Zaman Penjajahan Inggris ( 1811-1816 )
Pada masa ini, mulai berkembang bentuk usaha kesehatan yang dipelopori oleh
Raffles. Usaha ini meliputi kegiatan vaksinasi cacar secara masal, perbaikan
perawatan kesehatan jiwa, dan perawatan bagi tahanan.
4. Zaman Penjajahan Belanda II (1816-1942 )
Setelah pemerintahan diserahkan kembali pada Belanda, usaha kesehatan di
Indonesia semakin maju. Pada masa ini, pemerintah berhasil meluncurkan
undang-undang kesehatan yang disusun oleh Prof. Dr. Reinwardt. Selain itu, pada
tahun 1819, Residen V Pabst mendirikan sebuah rumah sakit umum yang diberi
nama Rumah Sakit Stadsverband dan berkedudukan di Glodok. Rumah sakit ini
kemudian berganti nama menjadi Central Burgerlijke Ziekeninrichting dan
dipindahkan ke Salemba.
5. Zaman Penjajahan Jepang (1942-1945 )
Pada zaman penjajahan Jepang, keperawatan di Indonesia boleh dikatakan
mengalami kemunduran. Tampuk kepemimpinan rumah sakit diambil alih oleh
Jepang dan sebagian lagi dipegang oleh bangsa Indonesia. Pada masa ini, wabah
penyakit menyebar dimana-mana akibat minimnya suplai obat-obatan. Tidak
hanya itu kita bahkan terpaksa menggunakan daun pisang dan pelepah batang
pisang sebagai ganti balutan yang persediaannya sangat tipis. Dapat dikatakan,
zaman penjajahan Jepang merupakan zaman yang sungguh tidak manusiawi.
6. Zaman Kemerdekaan Sampai Sekarang ( 1945-sekarang )
Pada awal kemerdekaan, ditemui banyak sekali kekurangan pada kondisi
perumahsakitan dan perawatan di Indonesia, diantaranya adalah suplai obat-
obatan yang minim. Kondisi ini lambat laun mulai mengalami perubahan,
terutama dengan didirikannya sejumlah institusi pendidikaan keperawatan sampai
jenjang tinggi.
Pola pikir individu, sedangkan pola pikir berpengaruh terhadap perilaku
seseorang. Dengan demikian, dapat kita katakan bahwa pola pikir seseorang yang
berpendidikan rendah akan berbeda dengan pola pikir orang yang berpendidikan
tinggi.
Perkembangan pendidikan keperawatan di luar negeri yang berlangsung mulus
ternyata berbeda jauh dengan perkembangan keperawatan di Indonesia yang
penuh dengan lika-liku dan tersendat-sendat. Tidak banyak literatur yang mencatat
sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia secara khusus. Tidak bisa kita
pungkiri, perkembangan keperawatan Asean lainnya, Indonesia masih ketinggalan
jauh. Filiphina misalnya, negara itu telah memiliki fakultas Keperawatan sejak
tahun 1948, sedangkan Thailand mempunyai Fakutas Keperawatan sejak awal
tahun 1960.
Program Studi Ilmu Keperawatan yang kedua dibuka di Universitas Padjajaran
Bandung. Langkah ini kemudian diikuti universitas-universitas lain diseluruh
Indonesia. Perkembangan lain yang terjadi didunia pendidikan keperawatan
adalah perubahan status pendidikan keperawatan yang semula berada dibawah
tanggung jawab Departemen Kesehatan, secara bertahap beralih ke Departemen
Pendidikan Nasional.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keperawatan merupakan sebuah ilmu dan profesi yang memberikan pelayanan
kesehatan guna untuk meningkatkan kesehatan bagi masyarakat. Keperawatan
ternyata sudah ada sejak manusia itu ada dan hingga saat ini profesi keperawatan
berkembang dengan pesat. Sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia tidak
hanya berlangsung ditatanan praktik, dalam hal ini layanan keperawatan, tetapi juga
didunia pendidikan keperawatan. Tidak asing lagi, pendidikan keperawatan memberi
pengaruh yang besar terhadap kualitas pelayanan keperawatan. Karenanya, perawat
harus terus meningkatkan kompetensi dirinya, salah satunya melalui pendidikan
keperawatan yang berkelanjutan.
B. Saran
Dari kesimpulan yang ada maka kita sebagai perawat atau calon perawat harus
terus meningkatkan kompetensi dirinya, salah satunya melalui pendidikan
keperawatan yang berkelanjutan, sehingga kita tidak mengalami ketertinggalan dari
keperawatan internasional.

DAFTAR PUSTAKA

asmadi. (2008). konsep dasar keperawatan buku kedokteran. jakarta: egc.


brooker, c. (2008). ensiklopedia keperawatan buku kedokteran. jakarta: egc.

dahim, p. d. (2003). riset keperawatansejarah dan metedologi. jakarta: egc.

Anda mungkin juga menyukai