Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus
dikembangkan dinegara-negara luar menjadi tolak ukur masyarakat di
negara Indonesia untuk ikut mengembangkan dunia pengetahuan dan
teknologi dinegara ini. Dunia kesehatan juga terus melakukan
perkembangan baik dibidang teknologi dan ilmu pengetahuannya. Salah
satu cara yang dilakukan adalah terus melakukan penelitian-penelitian
dibidang kesehatan. Penelitian merupakan salah satu upaya dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam dunia
kefarmasian, dipelajari ilmu farmakoepidemiologi. Dimana ilmu ini
merupakan Ilmu yang mempelajari tentang penggunaan obat dan efeknya
pada sejumlah besar manusia.
Telah diketahui bahwa untuk dapat memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan, mencegah, dan mengobati penyakit serta memulihkan
kesehatan masyarakat perlulah disediakan dan diselenggarakan pelayanan
kesehatan masyarakat (public health services) yang sebaik-baiknya. Untuk
mengatasinya, telah diperoleh semacam kesepakatan bahwa perumusan
kebutuhan kesehatan dapat dilakukan jika diketahui masalah kesehatan
dimasyarakat. Dengan kesepakatan yang seperti ini diupayakanlah
menemukan masalah kesehatan yang ada dimasyarakat tersebut.
Demikianlah, berpedoman pada kesepakatan yang seperti ini, dilakukan
berbagai upaya untuk menemukan serta merumuskan masalah kesehatan
dimasyarakat. Upaya tersebut dikaitkan dengan menentukan frekuensi,
penyebaran serta faktor-faktor yang mempengaruhi frekuansi dan
penyebaran disuatu masalah kesehatan dimasyarakat tercakup dalam suatu
cabang ilmu khusus yang disebut dengan nama Epidemiologi.
Subjek dan objek epidemiologi adalah tentang masalah kesehatan.
Ditinjau dari sudut epidemiologi, pemahaman tentang masalah kesehatan
berupa penyakit amatlah penting. Karena sebenarnya berbagai masalah
kesehatan yang bukan penyakit hanya akan mempunyai arti apabila ada
hubungannya dengan soal penyakit. Apabila suatu masalah kesehatan tidak
sangkut pautnya dengan soal penyakit., maka pada lazimnya masalah
kesehatan tersebut tidak terlalu diperioritaskan penanggulangannya.
Penelitian merupakan salah satu upaya dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Berbagai jenis penelitian atau studi saat ini
mengharuskan kita berfikir kritis untuk dapat menentukan studi yang tepat
kita gunakan sesuai dengan masalah, tempat, dan waktu yang akan kita
teliti. Berdasarkan perannya, farmakoepidemiologi dibedakan menjadi
Studi Observasional yang membahas tentang Studi Kasus Control (case
control), studi potong lintang (cross sectional) dan studi Kohor, serta Studi
Eksperimental yang membahas tentang Eksperimen dengan kontrol
random (Randomized Controlled Trial /RCT) dan Eksperimen Semu
(kuasi).
Berbagai jenis penelitian atau studi saat ini mengharuskan kita
berfikir kritis untuk dapat menentukan studi yang tepat kita gunakan sesuai
dengan masalah, tempat, dan waktu yang akan kita teliti. Salah satunya
adalah studi case control yaitu suatu penelitian analitik yang menyangkut
bagaimana faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan
retrospektif, dimulai dengan mengidentifikasi pasien dengan efek atau
penyakit tertentu (kelompok kasus) dan kelompok tanpa efek (kelompok
kontrol), kemudian diteliti faktor risiko yang dapat menerangkan mengapa
kelompok kasus terkena efek, sedangkan kelompok kontrol tidak.
I.2 Rumusan Masalah
1. apa yang dimaksud dengan farmakoepidemiologi?
2. Apa yang dimaksud dengan studi case control?
3. Apa saja kelebihan dan kelemahan studi case control?
4. Bagaimana langkah-langkah dalam penelitian case control?
I.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi farmakoepidemiologi
2. Mengetahui definisi studi case control
3. Mengetahui kelebihan dan kelemahan studi case control
4. Menjelaskan karakteristik studi case control
5. Menjelaskan langkah langkah dalam studi case control
6. Menganalisis contoh jurnal penelitian dengan metode case control.
BAB II
DASAR TEORI
II.1 Farmakoepidemiologi
Kata epidemiologi berasal dari kata Yunani epidemi , yang berarti
menimpa masyarakat. Jadi pada awalnya minat para epidemiolog adalah
melakukan investigasi epidemi dan bagaimana mengatasinya. Pada tahun
1970 MacMahon dan Pugh mendefinisikan epidemiologi sebagai ilmu
yang mempelajari penyebaran dan penentu dari frekwensi penyakit pada
manusia.
Definisi ini menekankan pada penyelidikan distribusi penyakit pada
manusia dan faktor-faktor penentunya. Dalam perkembangannya lingkup
epidemiologi meluas sehingga meliputi bidang kesehatan lainnya. Hal ini
tampak dari definisi yang dikemukakan oleh Last pada tahun 1998 yaitu
Epidemiologi mempelajari penyebaran dan penentu dari keadaan-keadaan
dan peristiwa yang berkaitan dengan kesehatan dalam suatu populasi
tertentu dan penerapannya dari hasil-hasil studi tersebut untuk
penanggulangan masalah-masalah kesehatan. Yang dimaksud dengan
penyebaran peristiwa (penyakit dan masalah kesehatan) adalah
distribution, yaitu dimana orang sakit atau peristiwa sakit diklasifikasikan
menurut berbagai variabel.
Variabel-variabel ini biasanya dikelompkkan dalam tiga variabel
utama yang berkaitan dengan Orang (sifat-sifat yang mengalami), Tempat
(sifat-sifat tempat terjadi) dan Waktu (waktu, musim dan sifat-sifat lain
yang berkaitan dengan waktu kejadian). Bagian epidemiology ini sering
disebut sebagai epidemiologi deskriptif. Dan hasilnya pada umumnya
dapat dipakai menyusun hipetesis dan hipotesis ini diuji dalam penelitian
epidemiologi analitik. Penelitian epidemiologik analitik dibagi menjadi 2
studi, yaitu:
a. Studi Observasional : Studi Kasus Control (case control), studi potong
lintang (cross sectional) dan studi Kohor.
b. Studi Eksperimental : Eksperimen dengan kontrol random (Randomized
Controlled Trial /RCT) dan Eksperimen Semu (kuasi).
Tujuan epidemiologi adalah untuk:
a. Menggambarkan status kesehatan populasi
b. Menentukan sebab masalah kesehatan
c. Menentukan riwayat alamiah suatu penyakit
d. Mengevaluasi suatu tindakan intervensi kesehatan
e. Meramalkan terjadinya masalah kesehatan di populas.
f. Menanggulangi masalah kesehatan yang terjadi dengan tindakan
pencegahan atau pengobatan.
Kegunaan epidemiologi makin meluas tidak hanya mengenai
penyakit tetapi mengenai masalah-masalah kesahatan lainnya.
Epidemiologi tidak hanya digunakan untuk keadaan-keadaan kesehatan
yang bersifat populasi tetapi juga di klinik kedokteran yang umumnya
bersifat individual atau bersifat populasi maka populasinya terbatas dan
berciri khusus yaitu para penderita klinik tersebut. Epidemiologi juga
banyak digunakan untuk mengevaluasi program-program pelayanan
kesehatan. Selain perannya yang tradisional yaitu mencari dan atau
menentukan etiologi penyakit.
Last dalam tahun 1987 menyatakan bahwa epidemiologi berguna
dalam 9 hal, yaitu;
a. Penelitian sejarah- apakah kesehatan masyarakat membaik atau menjadi
lebih buruk?
b. Diagnosis komunitas-masalah kesehatan yang aktual dan yang
potensial?
c. Kerjanya pelayanan kesehatan-Efficacy, Effectiveness, Efficiency
d. Resiko individual dan peluang-Actuarial risks, penilaian bahaya
kesehatan
e. Melengkapi gambaran klinik-penampilan penyakit yang berbeda f.
Identifikasi sindroma Lumping and spitting€ •
f. Mencari penyebab- Case control and cohort studies.
g. Mengevaluasi simptoms dan tanda-tanda
h. Analisis keputusan klinis
II.2 Case Control
Case control merupakan penelitian yang membandingkan kelompok
kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya. Pemilihan
subyek berdasarkan status penyakitnya, apakah mereka menderita (group
kasus) atau tidak (group kontrol) untuk kemudian dilakukan amatan
apakah subyek mempunyai riwayat terpapar atau tidak. rancangan
penelitian epidemiologi yang mempelajari hubungan antara paparan
(faktor penelitian) dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok
kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya.

Rancangan penelitian case control


1. Ciri-ciri studi case control
Adapun ciri-ciri dari penelitian case control yaitu:
a) Penelitian yg bersifat observasional
b) Diawali dengan kelompok penderita dan bukan penderita
c) Terdapat kelompok control
d) Kelompok kontrol harus memiliki risiko terpajan oleh faktor risiko
yg sm dengan kelompok kasus.
e) Membandingkan besarnya pengalaman terpajan oleh faktor risiko
antara kelompok kasus dan kontrol.
f) Tidak mengukur insidensi
2. Tahap-tahap penelitian case control ini adalah sebagai berikut :
a. Identifikasi variable-variabel penelitian (factor risiko dan efek)
b. Menetapkan objek penelitian (populasi dan sampel)
c. Identifikasi kasus.
d. Pemilihan subjek sebagai control.
e. Melakukan pengukuran “retrospktif” (melihat ke belakang) untuk
melihat factor resiko
f. Melakukan analisis dengan membandingkan proporsi abtara
variable-variabel objek penelitian dengan variable control.
3. Kelebihan studi dengan metode case control
a. Adanya kesamaan ukuran watu antara kelompok kasus dengan
kelompok control
b. Adanya pambatasan atau pengendalian factor resiko sehingga hasil
penilitian lebih tajam dibanding dengan hasil rancangan cross
sectional
c. Tidak menghadapi kendala etik seperti pada penelitian eksperimen
atau cohort
d. Tidak memerlukan waktu lama (lebih ekonomis)
e. Sifatnya relatif murah dan mudah
f. Cocok untuk penyakit dengan periode laten yang panjang
g. Tepat untuk meneliti penyakit langka
h. Dapat meneliti pengaruh sejumlah paparan terhadap penyakit
4. Kekurangan metode case control
a. Pengukuran variable yang retrospektif, objektifitas dan
reliabilitasnya kurang karena subjek penelitian harus mengingat
kembali factor-faktor risikonya,
b. Tidak dapat diketahui efek variable luar karena secara teknis tidak
dapat dikendalikan
c. Kadang-kadang sulit memilih control yang benar-benar sesuai
dengan kelompok kasus karena banyaknya factor resiko yang harus
dikendalikan.
d. Alur metodologi inferensi kausal yang bertentangan dengan logika
NORMAL
e. Rawan terhadap bias
f. Tidak cocok untuk paparan langka
g. Tidak dapat menghitung laju insidensi
h. Validasi informasi yang diperoleh sulit dilakukan
i. Kelompok kasus dan kontrol dipilih dari dua populasi yang terpisah
5. Presentasi data
Pengukuran efek
a. Proporsi kasus yang terpapar
Pc = a / (a+b)
b. Proporsi kontrol yang terpapar
Pc = c / (c+d)
Odds ratio (OR) ekstimasi Resiko Relatif (RR)
OR= (a x d) / (c x d)
Interpretasi OR:
OR=1, berarti tidak ada asosiasi
OR >1, berarti ada asosiasi positif antara faktor resiko dengan
penyakit (penyebab)
OR<1, berarti ada asosiasi negatif antara faktor resiko dengan
penyakit (pencegah)
BAB IV
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Secara sederhana studi epidemiologi dibagi menjadi 2 kelompok
yakni epidemiologi deskriptif dan epidemiologi analitik. Dimana pada
penelitian epidemiologik analitik dibagi menjadi 2 studi yakni Studi
Observasional yang membahas tentang studi Case control dan Studi
Eksperimental. Pada penelitian case control membandingkan kelompok
kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya.
III.2 Saran
Pembaca diharapkan dapat memperbanyak latihan dan membaca
berbagai sumber untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
dalam memahami berbagai studi penelitian yang nantinya akan
mempermudah dalam penulisan proposal maupun KTI.
DAFTAR PUSTAKA

Beanglehole, R : R. Bonita dan T Kjellstrom, (1992)(2009). Basic Epidemiology.


Geneva, World Health Organization (WHO).

Dyan, N. 2011. Konsep Dasar Epidemiologi. Jakarta: EGC.

Kelsey, JE, Whittemore, AS, Evans, AS, dan Thompson, D. (1996). Metode
dalam Epidemiologi observasional, 2nd edition. New York: Oxford
University Press.

Kleinbaum; Kupper L Laurence; Hal Morgenstern, 1982. Epideiologiy Research,


Principles and Quantitative Methods . Life Time Publication, California.

Last, John M, (1987), PUBLIC HEALTH AND HUMAN ECOLOGY, Appletion &
Lange, Connecticut Morton, Richard. 2009. Panduan Studi Epidemiologi
dan Biostatistik. Jakarta: EGC.

Noor, Nur Nasry. 2008. Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta Notoadmodjo

Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cip

Anda mungkin juga menyukai