Anda di halaman 1dari 12

A.

Topik

Pengujian Daya Antimikroba Antiseptik Terhadap Bakteri.

B. Tujuan

Untuk mengetahui daya antimikroba dari beberapa macam antiseptik tertentu


terhadap bakteri.

C. Dasar Teori

Mikroba mampu hidup dan ditemukan pada kondisi yang ekstrim


seperti suhu, salinitas, pH yang relatif tinggi atau rendah dan lingkungan yang
berkadar garam tinggi dimana organisme lain tidak dapat hidup. Mikroba
yang dapat hidup dan tumbuh pada lingkungan panas dikenal sebagai
mikroba termofilik. Pada lingkungan yang ekstrim tersebut, bakteri termofilik
dapat menghasilkan enzim dengan sifat tahan terhadap suhu tinggi (Sari,
2012).

Bakteri kitinolitik merupakan kelompok bakteri yang mampu


menghasilkan enzim kitinase untuk menguraikan zat kitin. Isolat bakteri
kitinolitik dapat diperoleh dari sumber air panas, tanah dan lumpur, serta dari
sumber perairan lain seperti sungai dan laut. enzim kitinase yang hasilkan
oleh bakteri kitinolitik berasal dari perairan berperan dalam proses daur ulang
kitin, dengan adanya enzim kitinase ini maka proses penguraian kitin
berlangsung berkesinambungan sehingga tidak terjadi akumulasi dari sisa-sisa
cangkang udang, kepiting, cumi-cumi dan organisme perairan lainnya.
Bakteri kitinolitik dapat diperoleh dengan cara mengisolasi atau
memindahkan bakteri tersebut dari lingkungannya di alam bebas ke dalam
medium buatan (Fitri dan Yasmin, 2012).

Antimikroba adalah senyawa yang dapat menghambat atau membunuh


mikroorganisme hidup. Senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri disebut bakteriostatik dan yang dapat membunuh bakteri disebut
bakterisida. Atau dengan kata lain disebut juga antibiotika yaitu bahan-bahan
yang bersumber hayati yang pada kadar rendah sudah menghambat
pertumbuhan mikroorganisme hidup (Gobel, 2008).

Antibiotik merupakan bahan yang dihasilkan oleh mikroorganisme


atau sintesis yang dalam jumlah kecil yang mampu menekan menghambat
atau membunuh mikroorganisme lainnya. Antibotik memiliki spectrum
aktivitas antibiosis yang beragam. Antiseptik merupakan zat yang bisa
digunakan untuk menghambat pertumbuhan dan membunuh mikroorganisme
lainnya. Antibiotik sendiri memiliki spektrum aktivitas antibiotis yang
beragam (Dwijoseputro, 1994). Menurut Pelczar (2008), menjelaskan bahwa
antibiotik diberikan pada produk metabolic yang dihasilkan oleh suatu
organism tertentu dengan jumlah kecil bersifat merusak atau menghambat
mikroorganisme lain. Dengan kata lain, antibotik merupakan zat kimia yang
dihasilkan oleh suatu mikroorganisme yang menghambat mikroorganisme.

Senyawa antimikroba adalah bahan pengawet yang berfungsi untuk


menghambat kerusakan pangan akibat aktivitas mikroba. Sejarah penggunaan
pengawet didalam bahan pangan sendiri bermula dari penggunaan garam,
asap dan asam (proses fermentasi) untuk mengawetkan pangan. Sejumlah
bahan antimikroba kemudian dikembangkan dengan tujuan untuk
menghambat atau membunuh mikroba pembusuk (penyebab kerusakan
pangan) dan mikroba patogen (penyebab keracunan pangan) (Sonyaza, 2009).

Kegiatan antibiotis untuk pertama kalinya ditemukan oleh dr.


Alexandr Fleming, tetapi penemuannya baru dikembangkan dan digunakan
pada permulaan perang dunia ke 2, ketika obat-obat antibakteri sangat
diperlukan untuk menanggulangi infeksi luka-luka akibat pertempuran (Tjay,
dkk, 2010). Sedangkan menurut Pelczar (2008), menjelaskan bahwa
antiseptic merupakan zat yang dapat menghambat atau menghancurkan
mikroorganisme pada jaringan hidup.

Mekanisme kerja antiseptik terhadap mikroorganisme berbeda-beda,


misalnya saja dengan mendehidrasi (mengeringkan) bakteri, mengoksidasi sel
bakteri, mengkoagulasi (menggumpalkan) cairan di sekitar bakteri, atau
meracuni sel bakteri. Beberapa contoh antiseptik diantaranya adalah yodium
(povidene iodine 10%), hydrogen peroksida, etakridin laktat (rivanol), dan
alkohol (Ayumi,2011).

Aktivitas antibakteri diuji dengan metode difusi agar menggunakan


cakram kertas dan dengan metode pengenceran agar. Metode difusi agar
dilakukan dengan cara mencampur sebanyak 50 ml masing-masing suspense
Bakteri ke dalam 15 ml media agar yang telah dicairkan dalam cawan petri
dan kemudian dibiarkan menjadi padat. Cakram kertas dengan diameter 6 mm
diletakkan pada permukaan media padat. Dibiarkan selama 3 menit pada suhu
kamar sebelum dimasukkan ke incubator 370 C (Adryana, et al,,2009 dalam
Putra, 2011).

D. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Pelubang kertas
2. Cawan petri steril
3. Jarum inokulasi berkolong
4. Inkubator
5. Pinset
Bahan :
1. Biakan murni Staphyllococcus aureus dalam medium nutrien cair umur 1x24
jam
2. Biakan murni Escherichia coli dalam medium nutrien cair umur 1x24 jam
3. Medium lempeng NA
4. Bahan-bahan antiseptik yakni sabun cair dan shampoo
Disediakan 2 medium lempeng NA steril dan diberi kode yang berbeda
5. Kertas penghisap
6. Cotton bud steril
E. CARA KERJA

Diinokulasikan secara merata masing-masing jenis biakan murni bakteri


kemedium NA yang berbeda yakni dengan mencelupkan ujung cotton bud yang
Disediakan 2 medium
steril dalam lempeng
medium
Disediakan NA steril
nutrien
2 medium cair,dan
lempeng diberi
dioleskan kode
pada
NA steril yang berbeda
permukaan
dan diberi medium
kode lempeng NA
yang berbeda
rata secara aseptik

Diinokulasikan
Diinokulasikan secarasecara
meratamerata masing-masing
masing-masing jenisjenis
biakanbiakan
murnimurni bakteri
bakteri kemedium
kemedium
Digunting
Diinokulasikan NA yang
kertas
secaraberbeda
NA yang berbeda
penghisap
meratayakni yakni
berbentuk
masing-masing dengan
cakram mencelupkan
atau
jenis biakanujung
dengan mencelupkan ujung
lingkaran
murnicotton cotton bud yang
bud yang sterilpaper
bakteri (modifikasi dalam
kemedium NA steril
disk). dalam medium
Dimasukkan
yang berbeda
medium nutrien
guntingan
yakni
nutrien cair, cair, dioleskan
kertas penghisap
dengan mencelupkan
dioleskan pada permukaanpada permukaan
masing-masing
ujung medium
kedalam
cottonlempeng
medium bud lempeng NA
antiseptik
NA rata secara
yang digunakan
yang steril dalamDisediakan dalam
2 medium
medium nutrien rata
percobaan secara
lempeng NA
cair, dioleskan lalu
pada aseptik
biarkan
steril terendam
dan diberi
permukaan selama 25 menit
kode yang berbeda
medium
aseptik
Digunting kertas penghisap berbentuk cakram atau lingkaran (modifikasi paper
disk). Dimasukkan guntingan kertas penghisap masing-masing kedalam
antiseptik yang digunakan dalam percobaan lalu biarkan terendam selama 25
menit

Diletakkan guntingan kertas penghisap pada permukaan medium yang sudah


diinokulasi bakteri diatas secara aseptik (dengan pinset steril). Diusahakan
jarak antara cakram satu dengan lainnya cukup berjauhan dan tidak terlalu
dekat dengan tepi cawan petri

Diinkubasikan kedua perlakuan bakteri pada suhu 37˚ selama 1x24 jam

Diukur diameter zone hambat pertumbuhan bakteri yang terdapat disekeliling


kertas penghisap yang telah direndam dalam antiseptik tersebut

Diamati dan dicatat hasilnya


F. HASIL

No. Nama Diameter Zone Hambat (mm) pada perlakuan dengan


Shampoo Clear Shampoo Tresemme
Bakteri
1. E. Coli 28.90 18.70

2. S. aureus 12.25 21.85

G. ANALISIS DATA
Pada praktikum Pengujian Antimikroba Antiseptik terhadap Bakteri
digunakan antiseptic berupa shampoo dengan dua merk yang berbeda yakni
Shampoo Clear dan Shampoo Tresemme. Metode yang digunakan adalah
metode cakram kertas, yaitu dengan membentuk kertas hisap dengan pelubang
kertas yang selanjutnya direndam dengan antiseptik yang sudah disiapkan dan
dilanjutkan dengan perlakuan yang sudah disebutkan dalam langkah kerja.
Setelah diinkubasi selama 1x24 jam dengan suhu 37 0 C, zona hambat
pertumbuhan bakteri diukur dengan menggunakan jangka sorong. Hasil yang
didapat adalah ketika menggunakan antiseptic shampoo clear bakteri E. coli
memiliki diameter zona hambat 28.90 mm sedangkan pada bakteri S. aureus
sebesar 12.25 mm. ketika diuji menggunakan antiseptk shampoo tresemme
maka bakteri E.coli memiliki diameter zona hambat sebesar 18.70 mm dan
21.85 mm untuk bakteri S.aureus. dari hasil ini, kesimpulan sementara yang
dapat diambil adalah antiseptik yang paling baik adalah shampoo clear jika
diujikan pada bakteri E.coli, sedangkan jika diujikan pada S.aureus maka yang
paling baik adalah shampoo tresemme.
H. PEMBAHASAN

Pada praktikum ini, beberapa jenis antiseptik digunakan untuk mengetahui


daya antimikroba terhadap bakteri. Antiseptik yang digunakan adalah
shampoo dengan 2 merk yang berbeda yaitu clear dan tresemme. 2 merk
shampoo yang berbeda ini dimaksudkan untuk mengetahui merk antiseptik
manakah yang paling bagus bagi daya antimikrobanya terhadap 2 jenis bakteri
yaitu Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Menurut Jawetz
(2005), Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram
positif berbentuk bola dengan diameter 1μm yang tersusun
dalam bentuk kluster seperti anggur, bersifat patogen, non
motil, dan memproduksi katalase. Sedangkan E.coli
merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk batang
pendek dengan ukuran 0,4-0,7 μm x 1.4 μm, beberapa
strainnya mempunyai kapsula, dan mampu
memfermentasikan laktosa (Levinson, 2004).
Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah metode paper disk.
Metode ini merupakan metode yang biasa digunakan untuk
menguji aktivitas antimikroba suatu antibiotik terhadap
mikroorganisme patogen penyebab penyakit. Metode ini lebih
dikenal dengan metode Kirby-Bauer (Cappucino and Sherman,
2001). Sebelumnya, paper disk yang akan digunakan
direndam dalam larutan antiseptik selama 15 menit.
Antimikroba yang berbeda akan memiliki laju difusi yang
berbeda-beda pula, sehingga keampuhan dari tiap
antimikroba satu sama lain tidak sama (Wilson, 1982). Bahan
antimikroba berfungsi untuk mematikan, merusak, dan
menghambat pertumbuhan dari mikroba. Antimikroba akan
bekerja dengan cara merusak dinding sel atau protein dari
mikroba sehingga bakteri tersebut mati (Widjayanti, 1996).
Berdasarkan data hasil pengamatan, setelah bakteri
diinkubasikan selama 1x24 jam, terdapat perbedaan yang
cukup signifikan antara merk shampoo yang satu dengan
shampoo yang lain. Berdasarkan hasil pengamatan dengan
shampoo merk clear, didapatkan diameter zona hambat
medium dengan bakteri E.coli sebesar 28,90 mm. Sedangkan
zona hambat medium dengan bakteri S.aureus sebesar 12,25
mm. Hal ini berarti S.aureus lebih resisten terhadap zat aktif
yang dimiliki oleh shampoo clear, dengan hasil zona hambat
yang lebih kecil. Shampoo clear memiliki kandungan Poloxamer,
Citric Acid, Sodium Polynap, Lysine HCL, dan Dimethicone. Hal ini
didukung pernyataan Agung (2009) bahwa bahan-bahan
seperti Poloxamer, Lysine HCL, Citric Acid, Sodium Polynap, dan
Dimethicone dapat membunuh bakteri dengan mengganggu
membran sel bakteri yang akan menurunkan kemampuan
membran sel memproduksi ATP sebagai sumber energi. Hal ini
dibuktikan dengan zona hambat E.coli yang lebih besar yang
berarti shampoo clear mampu membunuh bakteri walaupun
memilki dinding sel tebal berupa peptidoglikan (lebih
kompleks).
Berdasarkan pengamatan dengan merk shampoo
tresemme, didapatkan diameter zona hambat medium
dengan bakteri E.coli sebesar 18,70 mm sedangkan dengan
bakteri S.aureus sebesar 21,85 mm. Hal ini berarti E.coli lebih
resisten terhadap zat aktif yang dimilki oleh shampoo
tresemme. Hal tersebut terkait dengan didinding sel E.coli
yang lebih kompleks dibandingkan dengan S.aureus. Shampoo
tresemme juga memilki kandungan zat aktif yang serupa
dengan shampoo clear, namun tidak sebaik shampoo clear
yang mampu membunuh bakteri gram negatif yaitu E.coli
yang ditandai dengan zona hambat medium yang lebih besar.
Sehingga diantara shampoo clear dan shampoo tresemme,
yang paling baik daya antimikrobanya adalah shampoo clear.
Pada pengujian daya antimikroba beberapa macam
antiseptik dengan menggunakan metode paper disk memiliki
kelebihan dan kekurangan. Sesuai pernyataan dari Jawetz et al.,
(2005) kelebihannya adalah mudah dilakukan, tidak
memerlukan peralatan khusus dan relatif murah. Sedangkan
kelemahannya adalah ukuran zona bening yang terbentuk
tergantung oleh kondisi inkubasi, inokulum, predifusi dan
preinkubasi serta ketebalan medium. Apabila keempat faktor
tersebut tidak sesuai, maka hasil dari metode cakram kertas
relatif sulit untuk dideteksi. Selain itu, metode cakram kertas
ini tidak dapat diaplikasikan pada mikroorganisme yang
pertumbuhannya lambat dan mikroorganisme yang bersifat
anaerob obligat.
I. KESIMPULAN

Dari praktium diatas dapat disimpulkan bahwa berdasarkan data


hasil pengamatan, setelah bakteri diinkubasikan selama 1x24
jam, terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara merk
shampoo yang satu dengan shampoo yang lain. Berdasarkan
hasil pengamatan dengan shampoo merk clear, didapatkan
diameter zona hambat medium dengan bakteri E.coli sebesar
28,90 mm. Sedangkan zona hambat medium dengan bakteri
S.aureus sebesar 12,25 mm. Hal ini berarti S.aureus lebih
resisten terhadap zat aktif yang dimiliki oleh shampoo clear,
dengan hasil zona hambat yang lebih kecil.
J. LAMPIRAN

GAMBAR KETERANGAN
Mengambil bakteri dengan cara
cotton bud dimasukkan kedalam
medium nutrient cair.
Cotton bud yang telah mengandung
bakteri kemudian dioleskan pada
ujung permukaan medium lempeng
NA sampai rata secara aseptik.

Guntingan kertas penghisap yang


telah direndam dalam antisepik di
letakkan diatas permukaan medium
yang sudah diinokulasi bakteri secara
aseptik.

Setiap akan membuka dan menutup


medium lempeng NA harus di fiksasi
dengan cara melewatkannya diatas
nyala api.

Hasil pengamatan bakteri S. aureus


setelah bakteri diinkubasikan selama
1x24 jam
Hasil pengamatan bakteri E. coli
setelah bakteri diinkubasikan selama
1x24 jam

K. DAFTAR RUJUKAN

Cappuccino, J.G & Natalie, S. 2001. Microbiology a Laboratory Manual.


Addison Weasley Publishing Company: New York

Dwijoseputro. 1994. Dasar-dasar mikrologi. Jakarta: Djembatan

Fitri dan Yasmin. 2012. Isolasi Dan Pengamatan Morfologi Koloni Bakteri
Kitinolitik. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi, Biologi Edukas.

Gobel, Risco, B., dkk., 2008, Mikrobiologi Umum Dalam Praktek.


Makassar: Universitas Hasanuddin.
Jawetz, E. Joseph M., and Edward A. 2005. Mikrobiologi Kedokteran.
Penerbit EGC: Jakarta.
Levinson, W. 2004. Review of Medical Microbiology and Immunology, 9th
ed. Mc. Graw Hill-Lange: New York.
Pelczar, Michael. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi 2. Jakarta: UI Press

Sari, dkk. 2012. Penapisan dan Karakterisasi Bakteri Selulolitik Termofilik


Sumber Air Panas Sungai Medang, Kerinci, Jambi. Jurnal Biologi
Universitas Andalas

Sonyaza. 2009. Kimia Lingkungan. Departemen Pendidikan Nasional.


Jakarta.

Tjay, Tan, dkk. 2010. Obat-obat Penting. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo

Widjayanti, U. 1996. Obat-obatan. Kanisius: Yogyakarta.


Wilson, Gisvold. 1982. Kimia Farmasi dan Medisinal Organik. Semarang
Press: Semarang.

Anda mungkin juga menyukai