Anda di halaman 1dari 47

MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI

MINERAL MAFIC SECARA OPTIS

Nama : M. Dio Mahendra

NIM : 1409085005

Prodi : Teknik Geologi (S1)

LABORATORIUM GEOLOGI DAN SURVEY


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan YME karena atas berkat,
rahmat dan hidayah-Nya Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.

Dalam kesempatan ini, penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberi manfaat bagi khalayak
umum.

Samarinda, 20 Oktober 2015

Penyusun

M. Dio Mahendra
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................ i

Daftar Isi .......................................................................................................... ii

Daftar Gambar ............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 2

1.3 Tujuan .............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3

2.1 Mineral Optik .................................................................................. 3

2.2. Mikroskop Polarisasi ...................................................................... 3

2.2.1 Bagian-bagian Mikroskop Polarisasi............................................. 5

2.2.2 Perbedaan Mikroskop Reichert dan Mikroskop Olympus............. 8

2.2.3 Sifat-sifat Optik dari Mineral ....................................................... 9

2.2.4 Pengamatan Mikroskopik dengan Ortoskop tanpa Nikol ............ 10

2.2.5 Pengamatan Mikroskopik dengan Nikol Bersilang ...................... 14

2.3 Mineral Mafic .................................................................................. 17

2.3.1 Ciri-ciri Optis pada Mineral Mafic ............................................... 19

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 41

3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 41

3.2 Saran ................................................................................................ 41

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 42


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Mikroskop Polarisasi ........................................................................ 4

Gambar 2. Mikroskop Polarisasi Reichert .......................................................... 4

Gambar 3. Mikroskop Polarisasi Olympus ......................................................... 5

Gambar 4. Lensa Objektif ................................................................................... 7

Gambar 5. Lensa Okuler ...................................................................................... 8

Gambar 6. Perbedaan Nikol sejajar dan Nikol silang ........................................ 10

Gambar 7. Bentuk mineral ................................................................................. 12

Gambar 8. Birefringence .................................................................................... 14

Gambar 9. Gelapan ............................................................................................. 16

Gambar 10. Sayatan tipis Forsterite..................................................................... 20

Gambar 11. Sayatan tipis Olivine ....................................................................... 21

Gambar 12. Sayatan tipis Fayalite ...................................................................... 22

Gambar 13. Sayatan tipis Monticellite ................................................................ 23

Gambar 14. Sayatan tipis Orthopyroxeneestantite .............................................. 24

Gambar 15. Sayatan tipis Hyipersthene .............................................................. 25

Gambar 16. Sayatan tipis Chlynopyroxeneaugite ............................................... 26

Gambar 17. Sayatan tipis Diopsite ...................................................................... 27

Gambar 18. Sayatan tipis Pigeonite .................................................................... 28

Gambar 19. Sayatan tipis Aegirine ..................................................................... 29

Gambar 20. Sayatan tipis Hedenbergite ............................................................. 30

Gambar 21. Sayatan tipis Jadeite ........................................................................ 31

Gambar 22. Sayatan tipis Aegerin-Augite .......................................................... 32

Gambar 23. Sayatan tipis Hornblende ................................................................ 33


Gambar 24. Sayatan tipis Lamprobolite ............................................................. 34

Gambar 25. Sayatan tipis Nephrite ..................................................................... 35

Gambar 26. Sayatan tipis Anthophyllite ............................................................. 36

Gambar 27. Sayatan tipis Tremolite Actinolite ................................................... 37

Gambar 28. Sayatan tipis Cummingtonite ........................................................... 38

Gambar 29. Sayatan tipis Grunerite ..................................................................... 39

Gambar 30. Sayatan tipis Biotite ......................................................................... 40


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mineral optik merupakan salah satu cabang ilmu geologi yang


mempelajari tentang mineral yang terkandung pada suatu batuan. Mineral
optik membahas tentang mineral- mineral pada batuan dalam bentuk
monomineral. Salah satu tujuan mempelajari mineral optik ialah untuk untuk
mengetahui cara menentukan sifat-sifat optik mineral, serta mengenal mineral
secara mikroskopik.

Ilmu pengetahuan mineralogi menitikberatkan pada studi tentang


pengamatan dan pendeskripsian mineral-mineral penyusun batuan yang
merupakan litologi dari permukaan bumi.

Dengan kemampuan mata manusia yang terbatas maka untuk


pengamatan mineral penyusun batuan lebih lanjut harus menggunakan alat
yaitu mikroskop. Yang dimaksud di sini adalah mikroskop polarisasi yang
berbeda dengan mikroskop biasa, dimana mikroskop biasa hanya
memperbesar benda yang diamati. Mikroskop polarisasi menggunakan
cahaya yang dibelokkan atau terbias, bukan cahaya terpantul. Selain itu,
perbedaannya pada beberapa komponen khusus yang hanya terdapat pada
mikroskop ini, antara lain keping analisator, polarisator, kompensator, dan
lensa amici bertrand. Jenis/tipe dari mikroskop ini cukup beragam, ada
beberapa tipe yang biasa digunakan misalnya tipe Olympus, Bausch & Lomb,
dan Reichert

Mikroskop yang dipergunakan untuk pengamatan sayatan tipis dari


batuan, pada prinsipnya sama dengan mikroskop yang biasa dipergunakan
dalam pengamatan biologi. Keutamaan dari mikroskop ini adalah cahaya
(sinar) yang dipergunakan harus sinar terpolarisasi. Karena dengan sinar itu
beberapa sifat dari kristal akan nampak jelas sekali. Salah satu faktor yang
paling penting adalah warna dari setiap mineral, karena setiap mineral
mempunyai warna yang khusus.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan maka masalah yang akan di bahas:

1. Bagaimana cara menentukan sifat-sifat optik mineral, serta mengenal


mineral secara mikroskopik.

2. Bagaimana cara mengetahui dan mendeskripsikan mineral Mafic secara


optis

1.3 Tujuan

-Menentukan sifat-sifat optik mineral dalam pengamatan nikol sejajar dan


nikol silang

- Agar dapat mendeskripsi sifat-sifat optik mineral

-Mengetahui pengertian dari mineral Mafic


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Mineral Optik

Mineral optik merupakan salah satu cabang ilmu geologi yang


mempelajari tentang mineral yang terkandung pada suatu batuan.Mineral
optik membahas tentang mineral- mineral pada batuan dalam bentuk
monomineral. Salah satu tujuan mempelajari mineral optik ialah untuk untuk
mengetahui cara menentukan sifat-sifat optik mineral, serta mengenal mineral
secara mikroskopik.

Alat yang digunakan dalam pengamatan mineral mikroskopis adalah


Mikroskop Polarisasi sedangkan bahan yang diamati ialah sayatan mineral.

2.2. Mikroskop Polarisasi

Mikroskop merupakan alat yang digunakan untuk melihat benda-benda


yang berukuran kecil atau mikro, sehingga apabila benda-benda mikro
tersebut dilihat menggunakan mikroskop akan terlihat besar. Dalam studi
geologi, digunakan alat yang bernama “mikroskop polarisasi”. Mikroskop
polarisasi adalah mikroskop yang digunakan dalam pembelajaran spesimen
geologi, khususnya pada pengamatan sayatan tipis dari batuan. Jenis
mikroskop polarisasi memiliki bentuk yang hampir sama dengan mikroskop
pada umumnya, namun fungsinya tidak hanya memperbesar benda-benda
mikro dan menggunakan cahaya biasa, pada mikroskop polarisasi cahaya
yang digunakan adalah cahaya terpolarisasi. Cahaya terpolarisasi terpusat
pada satu arah, sedangkan cahaya biasa bergerak dalam arah gerakan acak.
Dengan cahaya terpolarisasi ini kita dapat melihat ciri-ciri atau sifat-sifat dari
kristal dan mineral secara jelas, terutama dari segi warna, karena setiap
mineral memiliki warna tersendiri.

Selain itu yang membedakan antara mikroskop konvensional dengan


mikroskop polarisasi adalah adanya beberapa komponen tambahan pada
mikroskop polarisasi, seperti keping analisator, kompensator, polarisator, dan
lensa Amici-Bertrand. Terdapat beberapa tipe mikroskop polarisasi, seperti
tipe Olympus, Reichert, dan Bausch & Lomb.

Gambar 1: Mikroskop Polarisasi

Gambar 2: Mikroskop Polarisasi Reichert


Gambar 3: Mikroskop Polarisasi Olympus

2.2.1 Bagian-bagian Mikroskop Polarisasi

Kaki Mikroskop
Kaki mikroskop berfungsi sebagai penyangga atau tumpuan mikroskop
berdiri. Umumnya berbentuk huruf U. Pada mikroskop polarisasi tipe
Olympus, kaki mikroskop digunakan sebagai tempat lampu halogen. Lampu
halogen ini berfungsi sebagai sumber cahaya. Pada tipe Bausch & Lomb,
kaki mikroskop digunakan untuk menempatkan cermin.

Substage Unit
1. Polarisator atau “Lower Nicol”
Polarisator adalah bagian mikroskop yang terdiri dari suatu lembaran
polaroid yang berfungsi sebagai penyerap cahaya secara terpilih (selective
absorbtion) sehingga cahaya yang diteruskan akan bergetar dan merambat
pada satu arah rambatan atau getaran. Lembaran ini diletakkan sedemikian
rupi hingga arah getaran sinarnya sejajar dengan salah satu benang silang
pada arah N-S atau E-W.

2. Diafragma Iris
Diafragma berfungsi sebagai pengatur jumlah cahaya yang diteruskan.
Caranya adalah dengan menambah besarnya aperture diafragma.
Diafragman terletak di atas polarisator. Kemampuan akomodasi mata pada
tiap-tiap pengamat sangatlah berbeda, sehingga cahaya yang diteruskan
perlu diator agar sesuai dengan kondisi mata pengamat.
Fungsi lain dari diafragma iris adalah untuk menetapkan luasnya daerah
pada peraga yang ingin diberikan penerangan.

3. Meja Objek
Meja objek merupakan suatu penampang yang berlubang di bagian
tengahnya sebagai jalan masuknya cahaya. Pada meja objek terdapat pula
sepasang penjepit untuk menjepit kaca preparat. Meja objek ini dapat
berputar pada sumbu vertikal, dilengkapi dengan skala 0° hingga 360°. Pada
bagian tepi meja objek terdapat tiga sekrup yang berfungsi sebagai pemusat
putaran meja pada sumbunya, atau dikenal dengan “centering”.

4. Kondensor
Kondensor merupakan sebuah lensa cembung yang berfungsi sebagai
pemusat cahaya yang datang dari cermin yang ada di bawahnya, dan
merupakan bagian “substage unit”paling atas.

Tubus Mikroskop
Tubus mikroskop merupakan bagian besar dari suatu mikroskop yang
terletak di atas meja objek. Tubus mikroskop berfungsi sebagai unit
teropong. Tubus mikroskop ini secara lebih detail terbagi menjadi beberapa
bagian, yaitu:

1. Lensa Objektif
Lensa objektif berfungsi sebagai penangkap dan pembesar bayangan
sayatan mineral dari meja objek. Lensa objektif terletak pada bagian paling
bawah tubus dan biasanya terdapat tiga buah lensa objektif dengan
perbesaran yang berbeda, mulai dari 4x, 10x dan 40x. Ada pula yang
memiliki perbesaran hingga 100x.
Gambar 4: Lensa Objektif

2. Lubang Kompensator

Lubang kompensator berfungsi sebagai tempat untuk memasukkan


kompensator, berupa baji kuarsa atau gips yang menipis ke arah depan
sehingga pada saat dimasukkan lubang akan menghasilkan perubahan warna
interferensi pada mineral.

3. Analisator

Analisator ini memiliki fungsi yang hampir sama dengan polarisator dan
terbuat dari bahan yang sama juga, namun arah getarannya bisa dibuat
searah getaran polarisator untuk nikol sejajar atau tegak lurus arah getaran
polarisator untuk nikol bersilang.

4. Lensa Amici-Bertrand
Lensa Amici-Bertrand berfungsi sebagai pengamatan konoskopik saja,
untuk memperbesar gambar interferensi yang terbentuk pada bidang fokus
balik (back focal plane) pada lensa objektif, dan memfokuskan pada lensa
okuler.

5. Lensa Okuler
Lensa okuler berfungsi untuk memperbesar bayangan objek. Dengan lensa
inilah bayangan akhir akan dihasilkan sehingga kita dapat mengamatinya
secara jelas. Pada lensa okuler biasanya terdapat benang silang yang
berfungsi sebagai penanda pusat objek pengamatan.

Gambar 5: Lensa Okuler

Lengan Mikroskop
Lengan mikroskop merupakan bagian yang berfungsi sebagai pegangan
pada saat kita ingin memindahkan mikroskop. Selain itu juga sebagai
penghubung antara bagian tubus dengan kaki mikroskop.

Cermin
Cermin pada mikroskop polarisator biasanya terdiri dari cermin datar dan
cermin cekung berfungsi sebagai penangkap dan penerus cahaya menuju
sistem optik dalam mikroskop. Cermin cekung berfungsi sebagai pemusat
cahaya dengan hasil yang tidak simetris (assymetrical cone of illumination),
dan cermin datar berfungsi sebagai pemantul cahaya yang sesuai cahaya
yang diterima.

2.2.2 Perbedaan antara Mikroskop Reichert dengan Mikroskop Olympus


Cermin
Pada mikroskop Reichert, cermin terletak pada bagian luar mikroskop,
sedangkan pada mikroskop Olympus, cermin terletak di dalam kaki
mikroskop.
Meja objek
Pada mikroskop Reichert, meja objek memiliki 2 buah sekrup pemusat yang
berfungsi sebagai pengatur sumbu putaran meja tepat pada benang silang
lensa okuler, sedangkan pada mikroskop Olympus terdapat sekrup pengatur
fokus yang berfungsi sebagai pengatur ketinggian meja objek dan jarak
lensa objektif dengan peraga. Sekrup pengatur fokus ini terletak di bagian
bawah mikroskop.

Lengan mikroskop
Pada mikroskop Reichert, terdapat dua sekrup pengatur fokus, yaitu fokus
kasar dan halus, berada di bagian atas mikroskop, sedangkan pada
mikroskop Olympus, sekrup pengatur fokus dihimpun menjadi satu dan
terdapat di bagian bawah mikroskop.

Lensa Objektif dan Objectives Holder


Pada mikroskop Reichert, lensa objektif dipasang satu demi satu dan
terletak pada bagian bawah mikroskop. Masing-masing lensa objektif harus
dipusatkan dengan kedua sekrup pemusat yang terdapat pada bagian atas
dari objektif. Sedangkan pada mikroskop Olympus, terdapat kepala putaran
yang dipasang pada bagian bawah tubus mikroskop. Kepala putaran tersebut
memiliki empat lubang sebagai tempat masuknya lensa objektif. Masing-
masing objektif dipusatkan dengan cara memutar memutar gelang yang
terdapat pada bagian bawah objektif.

2.2.3 Sifat-sifat Optik dari Mineral

Sifat-sifat optik dari mineral dapat diamati dengan menggunakan


mikroskop dengan metode tanpa nikol (nikol sejajar) maupun dengan nikol
(nikol bersilang).
Gambar 6

2.2.4 Pengamatan Mikroskopik dengan Ortoskop tanpa Nikol

Pengamatan mikroskop polarisasi tanpa nikol dalam praktek diartikan


bahwa analisator tidak dipergunakan (berarti analisator dikeluarkan dari
jalan cahaya di dalam tubus mikroskop,atau arah analisator diputar sampai
sejajar dengan arah polarisator), sedang polarisator tetap dipasang pada
tempatnya dengan arah getarannya sejajar dengan salah satu benang silang.
Sifat-sifat optik yang dapat diamati dengan ortoskop tanpa nikol dibagi
menjadi dua golongan sbb:

a) Sifat-sifat optik yang mempunyai hubungan tertentu dengan sumbu-


sumbu kristalografi yaitu yang sejajar atau yang menyudut tertentu,
misalnya: bentuk, belahan, dan pecahan. Semua sifat tersebut juga dapat
diamati baik dengan mikroskop binokular yang tidak memakai cahaya yang
terpolarisir, maupun pada contoh setangan dengan mata biasa.
b) Sifat optik yang mempunyai hubungan erat dengan sumbu-sumbu
sinar/sumbu optik pada kristal yaitu misal: index bias, relief, warna, dan
pleokroisme. Perlu diperhatikan bahwa kejadian-kejadian dari sifat-sifat
tersebut yang nampak di bawah ortoskop pada posisi meja objek tertentu
adalah kejadian dari sinar atau komponen sinar yang pada posisi tersebut
bergetar searah dengan polarisator. Sifat-sifat ini harus diamati dengan
cahaya terpolarisir.

Sifat-sifat optik yang dapat diamati adalah ketembusan cahaya, inklusi,


ukuran, bentuk, belahan dan pecahan, indeks bias dan relief, warna, dan
pleokroisme.

1. Ketembusan Cahaya
Berdasar atas sifatnya terhadap cahaya, mineral dapat dibagi menjadi dua
golongan yaitu mineral yang tembus cahaya/transparent dan mineral tidak
tembus cahaya /mineral opak/mineral kedap cahaya.Di bawah ortoskop
semua mineral kedap cahaya tampak sebagai butiran yang gelap/hitam.
Mineral jenis ini tidak dapat dideskripsikan dengan mikroskop polarisasi,
dan dapat dipelajari lebih lanjut dengan mikroskop pantulan. Mineral
tembus cahaya dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu mineral isotropik dan
mineral anisotropik. Kedua golongan mineral tersebut hanya dapat diketahui
secara pasti pada pengamatan dengan ortoskop nikol bersilang, walaupun
pada pengamatan dengan ortoskop tanpa nikol akan berbeda juga
kenampakannya. Zat yang isotropik mempunyai satu harga indeks bias saja,
karena sinar yang berjalan ke segala arah memiliki kecepatan yang sama,
maka semua sifat optik yang berhubungan dengan lintasan cahaya yang
menembus kristal akan sama pada setiap arah. Demikian dengan mineral
yang isotropik, walaupun meja objek diputar 360o, tetap tidak mengalami
perubahan sifat. Sebaliknya mineral yang anisotropik dengan pemutaran
meja objek akan memperlihatkan perubahan sifat optik.

2. Inklusi
Pada kristal tertentu, selama proses kristalisasi sebagian material asing yang
terkumpul pada permukaan bidang pertumbuhannya akan terperangkap
dalam kristal, dan seterusnya menjadi bagian dari kristal tersebut. Material
tersebut dapat berupa kristal yang lebih kecil dari mineral yang berbeda
jenisnya, atau berupa kotoran/impurities pada magma, dapat juga berupa
fluida baik cairan ataupun gas. Kungkungan dapat dikenali di bawah
mikroskop tanpa nikol apabila terdapat perbedaan antara bahan inklusi
dengan kristal yang mengungkungnya, misalnya pada ketembusannya, relief
maupun perbedaan warna. Bidang batas antara inklusi dengan mineral yang
mengungkungnya dapat bersifat seperti batas bidang kristal biasa.

3. Ukuran mineral
Ukuran mineral dapat dinyatakan secara absolut dalam mm atau cm dan
sebagainya. Pengukuran lebar dan panjang atau diameter mineral dapat
dilakukan dengan bantuan lensa okuler yang berskala.

4. Bentuk mineral
Pengamatan bentuk mineral dilakukan dengan melihat atau mengamati
bidang batas/garis batas mineral tersebut. Hal yang perlu diperhatikan
adalah apakah kristal tumbuh secara bebas di dalam media cair atau gas,
ataukah pertumbuhan tersebut terhalang oleh butir-butir mineral yang
tumbuh di sekitarnya, hal ini akan memberikan kenampakan bidang batas
yang relatif berbeda.
Gambar 7

·Apabila kristal tersebut dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri secara


keseluruhan maka kristal disebut mempunyai bentuk euhedral.
·Apabila kristal tersebut dibatasi oleh hanya sebagian bidang kristalnya
sendiri maka kristal disebut mempunyai bentuk subhedral.
·Apabila kristal tersebut tidak dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri secara
keseluruhan maka kristal disebut mempunyai bentuk anhedral.

Parameter lain untuk menyatakan bentuk adalah jumlah dan perbandingan


panjang bidang-bidang batas kristal, terutama untuk kristal-kristal yang
euhedral. Istilah yang sering digunakan antara lain: prismatik, tabular,
granular, lathlike, fibrous, foliated, radiated, dan sebagainya. Untuk kristal
yang dalam pertumbuhannya terhalang oleh kristal yang lain atau juga
terhalang magma yang kental, sering menghasilkan bentuk “incipient
crystals”.

5. Belahan
Belahan dalam sayatan mineral bisa terlihat dalam bentuk garis-garis yang
teratur sepanjang bidang belahannya, di mana kenampakannya bisa sangat
baik, baik, buruk atau tidak ada. Dalam hal tertentu sebaiknya orientasi
belahan inii ditentukan kedudukannya terhadap sumbu kristalnya. Belahan
merupakan sifat fisikyang tetap pada satu jenis mineral yang menunjukkan
sifat khas dari struktur atom di dalamnya.
Beberapa mineral dicirikan oleh adanya belahan pada satu arah saja,
misalnya pada semua mineral mika. Bidang-bidang belahan akan nampak
sebagai garis lurus yang sejajar satu dengan yang lain pada sayatan yang
dipotong miring atau sejajar terhadap sumbu kristal atau memotong arah
bidang belahan. Sedangkan sayatan yang tegaklurus sumbu kristal atau
sejajar bidang belahan, maka belahan tidak akan nampak sama sekali.

6. Pecahan
Pecahan atau fracture adalah kecenderungan dari suatu mineral untuk pecah
dengan cara tertentu yang tidak dikontrol oleh struktur atom seperti halnya
belahan. Jenis-jenis pecahan yang khas antara lain pecahan seperti gelas
(subconchoidal fracture) pada kuarsa, pecahan memotong pada olivin,
ortopiroksen dan nefelin.

7. Indeks Bias dan Relief


Relief adalah ekspresi dari cahaya yang keluar dari suatu media kemudian
masuk ke dalam media yang lain yang mempunyai harga indeks bias yang
berbeda, sehingga cahaya tersebut mengalami pembiasan pada batas kontak
kedua media tersebut. Semakin besar perbedaan harga indeks bias antara
kedua media, maka semakin jelas bidang batas natara keduanya. Sebaliknya
semakin kecil perbedaan harga indeks bias, maka kenampakan bidang batas
antar mineral akan semakin kabur. Untuk mempermudah pengamatan relief
di bawah ortoskop, maka sayatan mineral/batuan dilekatkan pada kaca
dengan menggunakan media balsam kanada yang mempunyai relief nol
(sebagai standar) dengan n = 1.537.
Dalam pengamatan dan penilaian relief mineral secara relatif, maka harga
relief mineral harus dibandingkan dengan relief standar balsam kanada (n =
1.537) atau relief kuarsa (n = 1.544). setiap mineral yang mempunyai indeks
bias kurang dari relief standar disebut memiliki relief negatif, sedangkan
mineral yang memiliki indeks bias lebih besar dari standar disebut memiliki
relief positif. Cara untuk membedakan jenis relief adalah dengan
menggunakan metode garis Becke. Selain penilaian relief positif/negatif,
harga relief suatu mineral juga dinilai berdasar tingkatan perbedaan harga
indeks bias dengan n standar. Setiap mineral yang mempunyai n relatif
dekat dengan n standar yaitu antara 1.545 – 1.599 maka disebut memiliki
relief positif rendah.

8. Warna dan pleokroisme


Warna yang tampak pada mikroskop polarisasi adalah warna yang
dihasilkan oleh oleh sifat cahaya yang bergetar searah dengan arah
polarisator. Pada mineral yang bersifat isotropik hanya terdapat satu warna
saja yang tidak berubah sama sekali walaupun meja objek diputar,
sedangkan pada mineral yang bersifat anisotropik, dapat terjadi dua atau tiga
warna yang berbeda tergantung pada arah sayatan mana yang diamati.

2.2.5 Pengamatan Mikroskopik dengan Nikol Bersilang

Pengamatan ortoskopik nikol bersilang (crossed polarized light)


dimaksudkan bahwa dalam pengamatannya digunakan analisator
bersilangan dengan polarisator (sinar diserap dalam dua arah yang saling
tegak lurus). Dengan ortoskop nikol bersilang dapat dipelajari sifat – sifat
optik hasil dari semua kejadian pada cahaya selama perjalanannya, pertama
– tama melalui polarisator kemudia melalui peraga dan akhirnya melalui
analisator. Sifat yang dapat diamati adalah sifat optik yang berhubungan
dengan kedudukan dan jumlah sumbu optik. Sifat optik yang diamati antara
lain warna interferensi, gelapan dan kedudukan gelapan serta kembaran.

1. Warna Interferensi
Warna interferensi adalah sifat optik yang sangat penting, namun
penjelasannya cukup rumit, sehingga kita harus memahami konsep dasarnya
secara bertahap.
Pada posisi sumbu sinar sembarang terhadap arah getar polarisator inilah,
komponen sinar lambat dan cepat tidak diserap oleh analisator, sehingga
dapat diteruskan hingga mata pengamat. Karena perbedaan kecepatan
rambat sinar cepat dan lambat inilah, maka terjadi yang disebut sebagai
beda fase atau retardasi. Semakin besar selisih indeks bias, semakin besar
beda fase/retardasinya.
Warna interferensi dapat ditentukan dengan memutar meja objek yang
terdapat sayatan mineral hingga diperoleh terang maksimal. Warna terang
tersebut dicocokkan dengan tabel interferensi Michel – Levy Chart.

2. Tanda rentang optik/Birefringence


Gambar 8

Tanda rentang optik adalah istilah untuk menunjukkan hubungan antara


sumbu kristalografi (terutama arah memanjangnya kristal) dengan sumbu
sinar cepat (x) dan lambat (z).
Tujuannya adalah menentukan sumbu sinar mana (x atau z) yang
kedudukannya berimpit atau dekat (menyudut lancip) dengan sumbu
panjang kristal. Dengan demikian, TRO hanya dimiliki oleh mineral yang
memiliki belahan satu arah atau arah memanjangnya mineral (sumbu c).
Jenis tanda rentang optik yaitu :
·Length slow (+) = sumbu c berimpit /menyudut lancip dengan arah getar
sinar lambat (sumbu z). Keadaan ini dinamakan Addisi yaitu penambahan
orde warna interferensi pada saat kompensator digunakan.
·Length fast (-) = sumbu c berimpit/menyudut lancip dengan arah getar sinar
cepat (sumbu x). Keadaan ini dinamakan Substraksi yaitu pengurangan orde
warna interferensi pada saat kompensator digunakan.
Penentuan tanda rentang optik dilakukan dengan pengamatan nikol
bersilang dengan menggunakan kompensator (keping gips/baji kuarsa).

3. Kembaran
Selama pertumbuhan kristal atau pada kondisi tekanan dan temperatur
tinggi, dua atau lebih kristal intergrown dapat terbentuk secara simetri.
Simetri intergrown inilah yang dikenal sebagai kembaran.
Kembaran hanya dapat diamati pada nikol bersilang karena kedudukan kisi
pada dua lembar kembaran yang berdampingan saling berlawanan, sehingga
kedudukan gelapan dan warna interferensi maksimalnya berlainan.
Secara genesa, kembaran dapat terbentuk dalam tiga proses yang berbeda
yaitu kembaran tumbuh, transformasi, dan deformasi.

a) Kembaran tumbuh/Growth Twins

Kembaran ini terbentuk bersamaan pada saat kristalisasi atau pertumbuhan


kristal, di mana dua unit kristal berbagi dan tumbuh dari satu kisi yang sama
dengan orientasi berlawananJenis kembaran ini terbagi atas kembaran
kontak dan kembaran penetrasi. Contoh jenis kembaran ini adalah kembaran
carlsbad pada ortoklas dan kembaran albit pada plagioklas.

b) Kembaran transformasi
Kembaran ini dapat terjadi karena kristal mengalami transformasi karena
perubahan P dan T terutama karena perubahan T. Hal ini hanya dapat terjadi
pada kristal yang mempunyai struktur dan simetri yang berbeda pada
kondisi P dan T yang berbeda. Pada saat P&T berubah, bagian tertentu dari
kristal ada yang stabil ada yang mengalami perubahan orientasi kisi,
sehingga terjadi perbedaan orientasi pada bagian berbeda dari kristal.
Contoh: kembaran dauphin dan kembaran brazil pada kuarsa terbentuk
karena penurunan T. Contoh lain adalah kembaran periklin yang terjadi
pada saat sanidin (monoklin, high T) berubah menjadi mikroklin (triklin,
low T).

c) Kembaran Deformasi/Deformation Twins

Kembaran ini terjadi setelah kristalisasi, pada saat kristal telah padat.
Karena deformasi (perubahan P) atom pada kristal dapat terdorong dari
posisi semula. Apabila perubahan posisi ini terjadi pada susunan yang
simetri, akan menghasilkan kembaran. Contoh kembaran jenis ini adalah
polisintetik pada kalsit.

4. Gelapan dan kedudukan gelapan

Gambar 9

Pada pengamatan nikol bersilang, gelapan (keadaan di mana mineral gelap


maksimal) dapat terjadi karena tidak ada cahaya yang diteruskan oleh
analisator hingga mata pengamat. Pada zat anisotropik syarat terjadinya
gelapan adalah kedudukan sumbu sinar berimpit dengan arah getar
polarisator dan/atau analisator. Sumbu sinar = sinar cepat (x) dan sinar
lambat (z). Sehingga dalam putaran 360o akan ada empat kedudukan
gelapan. Sebaliknya kedudukan terang maksimal (warna interferensi
maksimal) terjadi pada saat sumbu sinar membuat sudut 45o terhadap arah
getar PP dan AA.

·Gelapan sejajar/paralel

Kedudukan gelapan di mana sumbu panjang kristal (sumbu c) sejajar


dengan arah getar PP dan/atau AA. Sehingga dapat dikatakan sumbu optik
berimpit dengan sumbu kristalografi.

·Gelapan miring

Kedudukan gelapan di mana sumbu panjang kristal (sumbu c) menyudut


terhadap arah getar PP dan/atau AA. Sehingga dapat dikatakan sumbu optik
menyudut terhadap sumbu kristalografi

·Gelapan bergelombang

Terjadi pada mineral yang mengalami tegangan/distorsi sehingga orientasi


sebagian kisi kristal mengalami perubahan berangsur, dan kedudukan
gelapan masing-masing bagian agak berbeda.

·Gelapan bintik/mottled extinction

Umumnya terjadi pada mineral silikat berlapis (mika), hal ini terjadi karena
perubahan orientasi kisi kristal secara lokal, sehingga tidak seluruh bagian
kristal sumbu sinarnya berorientasi sama.

2.3 Mineral Mafic

Mineral mafic adalah mineral yang berwarna gelap, yang disebabkan


karena banyak mengandung besi. Contohnya adalah Olivine, Pyroxene,
Amphibole, & Biotite.

Berikut ini adalah contoh dari mineral mafic:

A. Olivine

Olivine adalah kelompok mineral silikat yang tersusun dari unsur besi (Fe)
dan magnesium (Mg).Mineral olivine berwarna hijau, dengan kilap gelas,
terbentuk pada temperatur yang tinggi.Mineral ini umumnya dijumpai pada
batuan basalt dan ultramafic.Batuan yang keseluruhan mineralnya terdiri dari
mineral olivine dikenal dengan batuan Dunite.Olivine kadang-kadang juga
disebut crysoline.

Olivine mempunyai kenampakan kilap kaca dan nilai kekerasan(H) 5,5-7,0.


mineral ini memiliki berat jenis (SG) 3,27-4,27. Pada umumnya olivine
ditemukan pada batuan beku basa seperti gabbro, basalt, peridotite dan dunite.

B. Piroksin

Piroksin merupakan kelompok mineral silikat yang kompleks dan memiliki


hubungan erat dalam struktur kristal, sifat-sifat fisik dan komposisi kimia
walaupun mereka mengkristal dalam dua sistem yang berbeda, yaitu
orthorhombic dan monoklin. Secara struktur, piroksin terdiri dari mata rantai
yang tidak ada habisnya dan tetrahedral SiO4 yang diikat bersama-sama
secara lateral oleh ion-ion logam Mg dan Ca yang berikatan dengan oksigen,
dan tidak berikatan langsung dengan silicon.

Komposisi kimia piroksin secara umum adalah W1-p(X,Y)1+pZ2O6. Dimana


symbol W, X, Y dan Z menunjukkan unsur dengan jari-jari atom yang sama.

W = Na, Ca Y = Al, Fe, Ti

X = Mg, Fe, Li, Ma Z = Sid an Al dalam jumlah kecil

Bentuk kristal piroksin adalah prismatic dengan belahan spesifik. Dalam


batuan beku vulkanik, piroksin adalah Augote Calcio rendah atau Pigionite,
sedang dalam batuan plutonik, piroksin adalah Augite.

C. Amphibole (Horblende)

Amphibole adalah kelompok mineral silikat yang berbentuk prismatik atau


kristal yang menyerupai jarum. Mineral amphibole umumnya mengandung
besi (Fe), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), dan Alumunium (Al), Silika (Si),
dan Oksigen (O). Hornblende tampak berwarna hijau tua kehitaman.Mineral
ini banyak dijumpai pada berbagai jenis batuan beku dan batuan metamorf.

D. Biotite

Biotite merupakan mineral silika yang tergolong mineral mika yang berwarna
hitam, sifat mineral mika yang plastis membentuk mineral ini melembar pada
batuan, Komposisi kimia K(Mg,Fe2+)3[AlSi3O10(OH,F)2. Terbentuk pada
temperatur 700 – 8000 C, terbentuk akibat proses magmatisme,
metamorphisme dan proses hidrotermal. Dapat terbentuk pada daerah
magmatisme.

Sifat dari komposisi kimia mineral ini memungkinkan terbentuk pada batuan
– batuan beku asam – intermediet juga terdapat pada batuan sedimen dan
batuan piroklastik dan juga pada batuan Metamorf.

2.3.1 Ciri-ciri Optis pada Mineral Mafic

A.OLIVINE
1. FORSTERITE (Mg, Fe2SiO4)
Sifat Optis
Warna absorbsi : Tidak berwarna
Bentuk : Kristal euhedral sampai anhedral
Relief : Tinggi
Pleokroisme : -Indeks bias : n mineral > n. K-balsam
Belahan : Fracture yang tidak teratur umum.
Bias rangkap : Kuat, teratas orde ke IIKembaran : -
Sudut pemadaman : Paralel
Orientasi optis : Length slow
Sumbu optis : Dua (biaxial)
Tanda optis : Positif
Keterangan :Forsteritejuga ditemukan dalam banyak meteorit besi-nikel.
Bukan hanya sebagai butir Kristal kecil tapi signifikan sebagai ukuran
kadang menduduki lebih dari 50% dari volume meteorit.
Gambar 10.
OLIVINE ((Mg,Fe4SiO2 )
Sifat Optis
Warna absorbsi : Tidak berwarna-warna
Bentuk : Anhedral dengan bentuk poligonal dan berupa fenokris
Relief : Tinggi
Pleokroisme : -Indeks bias : n mineral > n. K-balsam
Belahan : paralel tidak sempurna (010), pecahan tidak teratur
Bias rangkap : Kuat,orde – II paling atas
Kembaran : kadangkadang dijumpai
Sudut pemadaman : Paralel
Orientasi optis : Length slow
Sumbu optis : Dua (biaxial)
Tanda optis : Positif dan negatif
Keterangan : Mineral yang sering membuat kekeliruan dengan
olivine adalahdiopside, tetapi diopside mempunyai belahan
yang baik, sudut pemadaman yang miring, dan kadang
kadang bias rangkap lemah. Sedangkan olivine yang kaya
oksida besi dinamakan Hyalosiderit terdiri dari 50% Fe2 SiO4 Biasanya
olivine terubah menjadi antigori dan
magnetik sekunder pada bagian pecahan.Olivine mineral yang umum dalam
batuan beku mafik-ultramafik, seperti basanite dunite dan peridotite.
Gambar 11.
2. FAYALITE ((Fe, Mg)SiO2
Sifat Optis
Warna absorbsi : Tidak berwarna sampai kekuningan atau netral
Bentuk : Euhedral, Kristal anhedral
Relief : Sangat tinggi
Pleokroisme : LemahIndeks bias : n mineral > n. K balsam
Belahan : 26arallel tidak sempurna dalam satu arah (010)
Bias rangkap : Kuat
Kembaran : -Sudut pemadaman : Paralel
Orientasi optis : Length slow
Sumbu optis : Dua (biaxial)
Tanda optis : Negatif Keterangan :

Fayalite juga ditemukan banyak besi-nikel dalam meteorit, bukan hanya


sebagai butiran kecil tetapi sebagai Kristal besar kadang-kadang menduduki
lebih dari 50% dari volume meteorit.
Gambar 12

3. MONTICELLITE (CaMgSiO4)
Sifat Optis
Warna absorbsi : Tidak berwarna
Bentuk : Granular, berupa kristal anhedral-subhedral dan prismatic panjang
Relief : Agak Tinggi
Pleokroisme : -Indeks bias : n mineral > n. K-balsam
Belahan : Paralel tidak sempurna (010), pecahan tidak teratur
Bias rangkap : Sedang merah orde –I
Kembaran : Kadang-kadang dijumpai
Sudut pemadaman : Paralel
Orientasi optis : Length slow
Sumbu optis : Dua (biaxial)Tanda optis : Negatif
Keterangan : Monticellite adalah mineral yang agak sulit dikenal karena
tidak mempunyai sifat yang jelas, mempunyai forster dan olivine tetapi
mempunyai bias rangkap lemah daripada lainnya, merupakan mineral cirri
metamorf kotak dari batugamping dan dolomite tetapi kadang-kadang juga
didapatkan dalam batuan beku seperti :alnoiteplizenit dan nepheline basah.
Gambar 13

B.PYROXENE
1. ORTHOPYROXENEESTANTITE (MgSiO3)
SifatOptis
Warna absorbsi : Tidak berwarna sampai netral
Bentuk : Kristal prismatic. Inklusi-inklusi umum dan menghasilkan struktur
schiler.
Relief : Tinggi
Pleokroisme : Lemah, kehijauan sampai kemerah-mudaan
Indeks bias : n mineral > n. K-balsam
Belahan : Paralel (110),(010),(100)
Bias rangkap : Agak lemah, kuning sampai merah orde –I
Kembaran : -
Sudut pemadaman : Paralel
Orientasi optis : Length slow
Sumbu optis : Dua (biaxial)
Tanda optis : Negatif
Keterangan : Enstatite Lebih umum terbentuk pada batuan beku jika bukan
untuk kelimpahan besi di sebagian besar magma.
Gambar 14
2. HYIPERSTHENE ((Mg,Fe)SiO3
Sifat Optis
Warna absorbsi : Netral-hijau muda/merah muda
Bentuk : Kristal subhedral prismatik
Relief : Tinggi
Pleokroisme : Lemah, kehijauan sampai kemerah-mudaan
Indeks bias : n mineral > n. K-balsam
Belahan : Paralel (110),(010),(100)
Bias rangkap : Agak lemah, kuning sampai merah orde –I
Kembaran : -Sudut pemadaman : Paralel
Orientasi optis : Length slow
Sumbu optis : Dua (biaxial)
Tanda optis : Negatif
Keterangan :
Hyipersthene
Menyerupai beberapa macam andalusite,tetapi andalus lenght-fast
hyipersthene. Didapatkan dalam batuan beku, ciri utama dari norite
hypersthenes.
Gambar 15

3. CHLYNOPYROXENEAUGITE (Ca(Mg,Fe)(SiO3)2(Al2Fe)2O3)
Sifat Optis
Warna absorbsi : Hampir tidak berwarna, netral coklat kehijauan muda atau
keunguan muda
Bentuk : Kristal prismatik pendek
Relief : Tinggi
Pleokroisme : Tidak ada sampai lemah
Indeks bias : n mineral > n. K-balsam
Belahan : (110), dalam dua arah pada sudut 87 dan 93 .satu arahdalam
sayatan loditudinal pararel
Bias rangkap : Sedang kira-kira ditengah orde-II
Kembaran : Umum, polisintetik, kombinasi polisintetik yang dikenalsebagai
struktur herring bone
Sudut pemadaman : Bervariasi dari 36 sampai 45 (C^X)
Orientasi optis : Length fast kadang-kadang length slow
Sumbu optis : Dua (biaxial)
Tanda optis : Positif
Keterangan :Augite sulit dibedakan dari diopside, tetapi diopside
mempunyai sudut pemadaman yang kecil dan warna yang terang. Augite
teralterasi menjadi hornblende.
Gambar 16
4. DIOPSITE(CaMgSi2O6)
Sifat Optis
Warna absorbsi : Tidak berwarna atau netral
Bentuk : Kristal subhedral
Relief : Tinggi
Pleokroisme : Lemah
Indeks bias : n mineral > n. K-balsam
Belahan : Dalam dua arah (110) pada sudut 87odan 93o
Bias rangkap : Sedang, bervariasi dari yang terbawah sampai yang teratas
orde keII
Kembaran : Polisintetik
Sudut pemadaman : Bervariasi dari 37osampai 44o(C^Z)
Orientasi optis : Slower ray
Sumbu optis : Dua (biaxial)
Tanda optis : Positif
Keterangan : Spesimen mineral Diopside
Bisa sangat mencolok dalam penampilan, dan menarik bagi kolektor
mineral.
Gambar 17

5. PIGEONITE ((Mg,Fe2+,Ca)2Si2O6)
Sifat Optis
Warna absorbsi : Tidak berwarna atau netral
Bentuk : Kristal anbhedra
Relief : Tinggi
Pleokroisme : Lemah
Indeks bias : n mineral > n. K-balsam
Belahan : Dalam dua arah (110) pada sudut 87odan 93o
Bias rangkap : Sedang, bervariasi dari yang terbawah sampai yang teratasor
de keII
Kembaran : Polisintetik
Sudut pemadaman : Bervariasi dari 22osampai 45o
Orientasi optis : Slower ray
Sumbu optis : Dua (biaxial)
Tanda optis : Positif
Keterangan :Pigeonite
Ditemukan sebagai fenokris di batuan vulkanik di Bumi dan sebagai kristal
di meteorit dari Mars dan Bulan. Dalam perlahan didinginkan batuan beku
intrusif, pigeonit jarang diawetkan, namun bukti tekstur breakdown
untuk Orthopyroxene ditambah Augite dapat hadir, seperti yang ditunjukkan
pada gambar mikroskopis yang menyertainya.

Gambar 18
6. AEGIRINE (NaFe(SiO3)2)
Sifat Optis
Warna absorsi : Hijau,kuning kecoklatan
Bentuk : Kristal prismatik
Relief : Tinggi
Pleokroisme : Kuat,hijau tua,hijau muda,kuning
Indeks bias : n.mineral > n.k balsam
Belahan : (110) dalam dua arah pada sudut 870dan 930
Bias rangkap : Kuat sampai sangat kuat,orde ketiga, atau orde-IV
Kembaran : -
Sudut Pemadaman : Dalam sayatan longitudinal sangat kecil (20-100)
Orientasi optis : Length Fast
Tanda optis : Negatif
Keterangan :
Aegirine menyerupai beberapa Amphibole tetapi dibedakan dengan sudut
pemadaman yang kecil dan Length Fast. Acmite adalah piroksen yang erat
hubungannya dengan Aegirine, perbedaanya dari warnanya yang
coklat.Merupakan ciri dari batunan beku yang kaya soda seperti
Nepheline Syenite, Phonolite, Trachite, Soda Granite.Sering kali terdapat
sebagai Overgrouth dengan kristal Aegirine-augite.

Gambar 19
7. HEDENBERGITE(FeCaSi2O6)
SifatOptis
Warna absorbsi : Netral sampai kehijauan
Bentuk : Columnar aggregate
Relief : Sangat tinggi
Pleokroisme : -Indeks bias : n mineral > n. K-balsam
Belahan : (110) dalam dua arah pada sudut 87odan 93o
Bias rangkap : Sedang, ungu orde pertama
Kembaran : -
Sudut pemadaman : Dalam sayatan longitudinal kira-kira 42o
Orientasi optis : Faster ray
Sumbu optis : Dua (biaxial)
Tanda optis : Positif
Keterangan : Hedenbergite walaupun biasanya lebih gelap
daripada batu permata sepupunya Diopside, masih bisa menjadi spesimen
mineral yang indah dari hijau gelap ke warna hitam bisa stricking dengan
kilau terang yang
ditemukan pada beberapa spesimen. Meskipun ini bukan merupakan mineral
jarang, Kristal baik Hedenbergite yang langka dan spesimen yang
menunjukkan kristal yang bagus, baik warna dan kilap dihargai.

Gambar 20
8. JADEITE (NaAl(SiO3)2)
Sifat Optis
Warna absorsi : Tidak berwarna sampai hijau
Bentuk : Granular sampai columnar atau fibrous
Relief : Agak tinggi
Pleokroisme : Bervariasi
Indeks bias : n.mineral > n.k-balsam
Belahan : (110) dalam dua arah pada sudut 87ᵒdan 93ᵒ
Bias rangkap : Sedang, orde-ll
Kembaran : kadang-
kadang didapatkanSudut pemadaman : Dalam sayatan longitudinal bervarias
i dari 30ᵒ sampai 40ᵒ
Orientasi optis : Length slow
Sumbu optis : Dua (biaxial)
Tanda optis : Negatif
Keterangan :Jadite dibedakan dari nephrite dengan sudut pemadaman yang
besar dan indeks bias yang lebih besar. Dari Diopside dengan sudut
pemadaman yang kecil dan columnar. Jadite teralterasi menjadi Termilite
actinolite dan hanya terdapat pada batuan Jadite(jadeitite).

Gambar 21

9. AEGERIN-AUGITE((Na,Ca)(Fe3+,Fe2+,Mg,Al)Si2O6)
Sifat Optis
Warna absorbsi : Hijau
Bentuk : Kristal euhedral prismatic pendek
Relief : Tinggi
Pleokroisme : Sedang, kuning hijau sampai kehijauan
Indeks bias : n mineral > n. K-balsam
Belahan : Dalam dua arah (1100 pada sudut 87o dan 930)
Bias rangkap : Teratas sampai di tengah orde ke II
Kembaran : Umum
Sudut pemadaman : Dalam sayatan longitudinal kira-kira dari -15osampai -
36o
Orientasi optis : Lenght fast
Sumbu optis : Dua (biaxial)
Tanda optis : Positif atau negative
Keterangan : Dilihat dalam cahaya terpolarisasi-
bidang dari cokelatkemerahan dellaventuraite (OPTK) sebagai
pertumbuhan berlebih pada ungu-abu aegirine-augit (AE-AG) dalam
matriks bulatkuarsa (QZ) dengan minor bulat (legatinggi) butir Apatite.

Gambar 22
C. AMPHIBOLES
1. HORNBLENDE (Ca2(Mg,Fe,Al)5(OH)2(Si,Al)4(O11)2)
Sifat Optis
Warna absorbsi : Hijau atau coklat
Bentuk : Kristal prismatik
Relief : Agak tinggi
Pleokroisme : Kuat
Indeks bias : n.mineral > n.k-balsam
Belahan : (110) dalam dua arah pada sudut 56ᵒdan 124ᵒ
Bias rangkap : Sedang, ditengah orede kedua
Kembaran : Agak umum
Sudut pemadaman : Dalam sayatan longitudinal bervariasi dari 12ᵒsampai
30ᵒ
Orientasi optis : Length slow
Sumbu optis : Dua (biaxial)
Tanda optis : Negatif
Keterangan : Hornblende berbeda dari augite dalam belahan, pleokronisme
dan sudut pemadaman. Hornlende coklat menyerupai biotite mempunyai
belahan yang baik (satuarah) dan parallel sudut pemadamannya. Hornblende
sangat umum didapatkan dan merupakan mineral yang tersebar.

Gambar 23
2. LAMPROBOLITE ((Ca,Mg,Fe,Al) SiO2)
Sifat Optis
Warna absorbsi : Kuning sampai coklat, seringkali dengan batas opak
Bentuk : Kristal euhedral prismatik pendek
Relief : Tinggi
Pleokroisme : Agak kuat
Indeks bias : n mineral > n. K-balsam
Belahan : (110) dalam dua arah pada sudut 56odan 1240
Bias rangkap : Agak kuat sampai sangat kuat, orde III
Kembaran : Tidak nampak
Sudut pemadaman : Bervariasi dari 0o – 120(simetris)
Orientasi optis : Length slow
Sumbu optis : Dua (biaxial)
Tanda optis : Negatif
Keterangan :Lamprobolite dibedakan dari hornblende coklat dengan sudut
pemadaman yang kecil dan bias rangkap kuat. Kaerstutite adalah
titaniuamamphibolites yang berhubungan dengan lamprobolite. Terdapat
dalam batuan vulkanik seperti andesite,auganite, basalt, basanite
dan berhubungan dengan tuff.

Gambar 24
3. NEPHRITE {Ca2(Mg, Fe)5(OH)2Si8O22}
Sifat Optis
Warna absorbsi : Tidak berwarna sampai abu-abu
Bentuk : Fibrous sampai fibro lamellar aggregate, kristal prismatictidak
sempurna
Relief : Tinggi
Pleokroisme : -
Indeks bias : n mineral > n. K-balsam
Belahan : Menyerupai termolite actinolite tetapi jarang yang jelas
Bias rangkap : Sedang, dari abu-
abu orde pertama sampai warna cerah ditengah orde kedua
Kembaran : Kadang-kadang dijumpai
Sudut pemadaman : Bervariasi dari pararel sampai yang maksimum 10o –
200 (simetris)
Orientasi optis : Length slow
Sumbu optis : Dua (biaxial)
Tanda optis : Negatif
Keterangan :
apabila dipanaskan mengeluarkan air yang menunjukkan bahwa ia
terbentukdalam suasana hidro (perhatikanadanyagugusan OH) atau
dikenalsebagai Amphibole.

Gambar 25
4. ANTHOPHYLLITE (Mg,Fe)7(OH)2(Si4O11)2
Sifat Optis
Warna absorbsi : Tidak berwarna atau warna muda
Bentuk : Kristal prismatik panjang dan columnar sampai fibrous
Relief : Tinggi
Pleokroisme : Lemah
Indeks bias : n mineral > n. K-balsam
Belahan : (110) dalam dua arah pada sudut 54ᵒdan 126ᵒ.Umum.
Bias rangkap : Sedang, teratas sampai terbawah orde-ll
Kembaran : Tidak ada
Sudut pemadaman : Paralel / simetris
Orientasi optis : Length slow
Sumbu optis : Dua (biaxial)
Tanda optis : Positif dan negatif
Keterangan : Menyerupai Tremolite-actinolit dan Cummingtonite , tetapi
dapat dibedakan dari sudut pemadamnya yang paralel.Terakterasi menjadi
talc dan sebagian yang terbentuk yang terbentuk disebut hidrusanthopylite
Anthipylite adalah ciri batuan
metamorf dan mineral sekunder dalam peridotit dandunite.

Gambar 26

5. TREMOLITE ACTINOLITE (Ca2(Mg Fe)3(OH)2(SiO4O11)2)


SifatOptis
Warna absorbsi : Tidak berwarna sampai hijau muda
Bentuk : Kristal prismatik panjang dan columnar sampai fibrous
Relief : Tinggi
Pleokroisme : Lemah
Indeks bias : n mineral > n. K-balsam
Belahan : (110) dalam dua arah dalam sudut 56ᵒ dan 124ᵒ
Pararel dengan panjang Bias rangkap : Kuat,ordeII palingatas
Kembaran : Sedang sampai agak kuat. Orde ll
Sudut pemadaman : Dalam sayatan Longitudinal bervariasi dari 10ᵒsampai
20ᵒ(pararel-simetri)
Orientasi optis : Length slow
Sumbu optis : Dua (biaxial)
Tanda optis : Negatif
Keterangan :Tremolith merupakan amphibole yang tidak berwarna,edenite
menyerupai tremolite Tetapi mempunyai
sudut pemandaman yang besar. Tremolitactinolite teralterasi menjadi talc
Tremolite-actionolite terdapat dalam metamorf kontak scist dan gneiss dan
batu gamping metamorf, juga didapatkan sebagain
pengganti pyroxene dalam batuan beku.

Gambar 27
6. CUMMINGTONITE (Mg,Fe)7(OH)2(Si4O11)2
Sifat Optis
Warna absorbsi : Tidak berwarna sampai hijau muda
Bentuk : Kristal prismatik panjang dan columnar sampai fibrous
Relief : Agak tinggi
Pleokroisme : LemahIndeks bias : n mineral > n. K-balsam
Belahan : (110) dalam dua arah pada sudut 56o – 124oParaleldenganpanjang
Bias rangkap : Sedang sampai agak kuat, terbawah atau ditengah orde kedua
Kembaran : Polisentrik
Sudut pemadaman : Dalaam sayatan langitudinal bervariasi dari 15o – 20o
Orientasi optis : Length slow
Sumbu optis : Dua(biaxial)
Tanda optis : Positif
Keterangan : Cummingtonite kadang mempunyai grunerite, tetapi
cummingtonite Mempunyai sudut pemadaman yang
lebih besar dan indeks bias yang lebih kecil dan tanda optisnya yang positif.
Dibedakan dengan tremolite dari tanda optisnya yang positif dan di bedakan
denganan thophyllite
Dari sudut pemadamannya yang miring.Umum dijumpai pada batuan
metamorf.

Gambar 28

7. GRUNERITE (Fe7Si8O22(OH)2)
Sifat Optis
Warna absorbsi : Tidak berwarna
Bentuk : Columnar sampai fibrous aggregate
Relief : Agak tinggi
Pleokroisme : Lemah
Indeks bias : n mineral > n. K-balsam
Belahan : Dalam dua arah (110) pada sudut 56odan 124o Pararel dan panjang
Bias rangkap : Agak kuat
Kembaran : Kadang polisintetik
Sudut pemadaman : Dalam sayatan longitudinal bervariasi dari 10o – 150
Orientasi optis : Length slow
Sumbu optis : Dua (biaxial)
Tanda optis : Negatif
Keterangan : Ini adalah endmember besi dari serigrunerite-cummingtonite.
Membentuk sebagai berserat, columnar atau agregat Kristal besar.Kristal
monoklin prismatik. Kilapnya adalah kaca sampai mutiara dengan warna
mulai dari hijau,coklat keabu-abu gelap.

Gambar 29

D. BIOTITE (K 2(Mg,Fe)2(OH)2(AlSi3O10)
Sifat Optis
Warna absorbsi : Cokelat kekuning-kemerahan cokelat, hijau zaitun
Bentuk : Kristal euhedral, tabular lamenar dan agak melengkung
Relief : Sedang
Pleokroisme : Lemah
Indeks bias : n mineral > n. K-balsam
Belahan : Sempurna dalam satu arah (001)
Bias rangkap : Kuat merah ,orde IIKembaran : Kadang-kadang ada
Sudut pemadaman : Pararel dengan belahan 3ᵒ
Orientasi optis : Length slow
Sumbu optis : Dua (biaxial)
Tanda optis : Negatif
Keterangan :Biotite dibedakan dengan Phlogopite dengan warna gelap dan
sudut aborsi kuat. Dari Hornblende cokelat umum dibedakan dengan sudut
pemadaman yang kecil dan perbedaan belahan. Biotite sering teralterasi
menjadi Chlorite, juga menjadi Vermiculitte Biotite mineral yang tersebar
luas dan umum terdapat dalam batuan beku hampir seluruh tipe, juga dalam
Schist dan Gneiss dan zona metamorf kontak.Biotite umum dalam sediment
detrital.

Gambar 30
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

-Dalam menentukan sifat-sifat optik mineral dapat dilakukan dengan


pengamatan nikol sejajar dan nikol silang.

a. Pengamatan nikol sejajar yang sifat-sifat optik yang diamati yaitu


pleokroisme, intensitas, indeks bias, belahan, pecahan, bentuk, relief, dan
inklusi.

b. Pengamatan nikol silang yang sifat-sifat optik yang diamati yaitu warna
interferensi maksimum, bias rangkap, kembaran, sudut gelapan, dan jenis
gelapan.

-Sifat optik mineral yang dapat diamati pada posisi nikol sejajar
yaitu warna mineral, pleokrisme, bentuk, indeks bias, intensitas, belahan,
pecahan dan relief.

Sifat optik mineral yang dapat diamati pada posisi nikol silang yaitu wa
rna interferensi, bias rangkap, kembaran, sudut gelapan dan jenis gelapan.

-Mineral mafic adalah mineral yang berwarna gelap, yang disebabkan karena
banyak mengandung besi. Contohnya adalah Olivine, Pyroxene, Amphibole,
& Biotite.

3.2 Saran

Demi kelancaran dan pemahaman dalam mengamati kenampakkan mineral


secara mikroskopis ada baiknya dilakukan praktek penggunaan alat secara
langsung agar praktikan tidak hanya belajar melalui teori.
DAFTAR PUSTAKA

Danisworo, dkk. 1999. Buku Kristalografi Mineralogi. Yogyakarta: UPN Veteran


Yogyakarta
Isbandi, Djoko. 1986. Mineralogi. Yogyakarta: Nur Cahaya.
Judith, Bean dkk. 1981. Diktat Kuliah Mineral Optik. Yogyakarta: Pusat
Penerbitan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
http://semangatgeos.blogspot.co.id/2011/05/sifat-sifat-optik-dari-mineral.html

https://wingmanarrows.wordpress.com/geological/petrologi/batuan-beku/

http://alexander-simatupang.blogspot.co.id/2014/04/laporan-petrografi-ii.html

http://younggeolog.blogspot.co.id/2012/12/plagioklas.html

http://shin-shanshan.blogspot.co.id/2011/07/asosiasi-mineral-dalam-batuan.html

http://bandisetiadijagoan27.blogspot.co.id/2012/10/mineral-pembentuk-batuan-
beku.html

http://ayobelajargeologi.blogspot.co.id/2014/05/sifat-optik-rfm-rock-forming-
mineral.html

http://alfhadlyblog.blogspot.co.id/2012/04/mineral-optik.html

http://sarmanafiudin.blogspot.co.id/2013/12/nikol-silang-dan-nikol-sejajar.html

https://tryfor3.wordpress.com/2013/11/22/mineralogi-optik-mikroskop-polarisasi/
https://khanifudin.wordpress.com/tag/mineral/
https://www.academia.edu/8979560/MINERAL_OPTIK_CIRI-
CIRI_OPTIS_PADA_MINERAL_MAFIK

Anda mungkin juga menyukai

  • Sfeev
    Sfeev
    Dokumen1 halaman
    Sfeev
    Muhammad Dio Mahendra
    Belum ada peringkat
  • FASI
    FASI
    Dokumen23 halaman
    FASI
    Muhammad Dio Mahendra
    Belum ada peringkat
  • Lem
    Lem
    Dokumen132 halaman
    Lem
    Muhammad Dio Mahendra
    0% (1)
  • Tugas 1 Teknik Pemboran
    Tugas 1 Teknik Pemboran
    Dokumen4 halaman
    Tugas 1 Teknik Pemboran
    Muhammad Dio Mahendra
    Belum ada peringkat