A. Latar Belakang
Disamping itu kondisi prasarana alur pelayaran dapat mengalami perubahan kontur
kedalaman karena adanya sedimentasi yang berasal dari hulu, daratan dan pasang
surut, pola arus, hujan dan lain-lain, sehingga untuk mengembalikan kondisi
kedalaman semula perlu dilakukan suatu kegiatan pengerukan. Selain itu kegiatan
pengerukan dapat diperlukan juga untuk meningkatkan kedalaman alur karena
adanya peningkatan draf kapal akibat adanya pengembangan. Untuk dapat
dilakukan kegiatan pengerukan tersebut dengan baik, maka diperlukan
1
suatu rencana, desain teknis yang baik dan benar dengan melakukan survey
hydro-oceanografi, penyelidikan tanah dan desain alur pelayaran.
1. Pekerjaan Reconnaissance
a) Berupa kegiatan pengamatan lokasi alur pelayaran untuk mengetahui :
Seberapa luas area yang perlu disurvey hydro-oceanografi.
Kedalaman beberapa tempat yang pengukurannya dilakukan dengan
hand-load.
Kondisi lingkungan, antara lain menyangkut keberadaan daerah
konservasi (daerah lindung) baik perairan, daratan (hutan lindung,
hutan bakau), sosial dan lain-lain di lokasi pelabuhan dan sekitarnya.
Perkiraan penyebab sedimentasi pada alur pelayaran.
2
c) Peralatan yang perlu disediakan pada saat Reconnaissance adalah :
Hand -
load Tustel
Handy Cam
b) Peralatan
Untuk pekerjaan Survey Hydro-Oceanografi harus mempergunakan
peralatan minimum :
Alat perum gema dengan kertas sebagai pencatat (bukan sinar) dengan
frekuensi 210 KHz/200 KHz.
Alat ukur arus mekanis elektronis (Current Meter dan Floater) yang
mempunyai arah dan kecepatan.
Alat ukur optik (theodolit) untuk ukur sudut.
Pencatatan pasang surut/ tide gauge otomatis yang mampu mencatat
pergerakan air pasang surut minimal 15 hari terus menerus.
GPS sebagai penentu posisioning.
3
c) Acuan/ Referensi
Sebagai acuan kedalaman maupun ketinggian dipergunakan ± 0,00 LWS,
pekerjaan selanjutnya referensi ini harus dipindahkan kepada Bench Mark
(BM) yang telah ada di lokasi pelabuhan atau harus dibuat oleh konsultan
sebanyak 2 (dua) buah (tergantung dari hasil Reconnaissance nanti).
4
3. Pekerjaan Survey Penyelidikan Tanah (lokasi ditentukan setelah
Survey Hydro-Oceanografi)
c) Peralatan
Alat Bor harus mampu menembus lapisan tanah keras dengan nilai N.
50 dan dapat mencapai kedalaman sampai 10 m dari Sea Bed.
Peralatan Bantu
Alat-alat harus dalam keadaan baik, tidak rusak maupun cacat sehingga
dapat memenuhi hasil pekerjaan.
Bilamana akan dipakai ukuran alat lain dari pada yang disyaratkan dalam
TOR ini Konsultan harus mengajukan terlebih dahulu permohonan ijin
kepada Pemberi Tugas untuk mendapatkan persetujuan.
5
Ketinggian plat form harus ditera terhadap LWS, harus ada suatu titik
bantu tetap yang dapat dijadikan pedoman kedalaman pengeboran dan
penyondiran atau saat-saat pengambilan sample dan SPT.
d) Pelaksanaan
Pekerjaan Boring
Data kondisi hasil pekerjaan tanah berupa kekerasan tanah, jenis lapisan
tanah dan hasil laboratorium digunakan sebagai dasar untuk dapat
menentukan dan merencanakan jenis kapal keruk yang digunakan.
6
< 400 DWT : kebutuhan design depth -2 M LWS
400 - 700 DWT : kebutuhan design depth - 3 M LWS
700 - 1000 DWT : kebutuhan design depth -4 M LWS
1000 - 1500 DWT : kebutuhan design depth -5 M LWS
Gambar lay out (dilengkapi dengan garis kontur, arah mata angin, skala
posisi BM, dll).
7
D. Metoda Pelaksanaan Pekerjaan
h) Bila ada areal di dekat garis pantai yang tidak dapat disounding, maka
kedalamannya harus diukur dengan bandul pengukur hand-load atau
disipat datar/levelling dari darat.
8
k) Methode Pemetaan :
9
2) Potongan
10
Penempatan BM harus mempertimbangkan rencana pengembangan
pelabuhan, sehingga BM dapat bermanfaat untuk jangka waktu lama
dan mudah pengawasannya.
4) Pengukuran Arus
11
6) Pekerjaan Boring
12
2) Number of blows standard penetration test dan kedalamannya
(dalam angka dan grafik).
3) Elevasi lapisan batas atas dan bawah dari setiap perubahan
lapisan tanah yang ditemui selama pengeboran.
4) Diskripsi dari jenis tanah untuk tiap interval kedalaman.
5) Hal-hal lain (khusus) yang ditemui/terjadi pada saat
pengeboran dilaksanakan.
6) Penjelasan teknis dari penyimpangan-
penyimpangan/kejanggalan yang terjadi selama pengeboran.
13
E. Laporan
Hasil pekerjaan survey hidro-oceanografi, penyelidikan tanah dan desain alur
dalam rangka pengerukan alur pelayaran dilaporkan secara tertulis kepada
Pengguna Anggaran (Pemberi Tugas) yang merupakan buku yang dijilid
dengan baik, disusun secara sistematis.
14
Semua Berita Acara dari semua tahapan dan penyelesaian pekerjaan
lapangan. Semua data-data asli hasil pengukuran dibundel tersendiri dan
diserahkan/diperlihatkan kepada pemberi tugas saat pembahasan laporan
dengan Tim Evaluasi Teknis.
15
Gambar-gambar pelaksanaan.
Spesifikasi administrasi dan teknis (RKS)
Bill of Quantity (BQ) dan Engineering Estimate (EE).
8. Album Peta/Gambar
Konsultan harus menyampaikan Album Peta/Gambar dalam bentuk hardcopy
sebanyak 3 (tiga) buku ukuran A1 dan 5 (lima) buku ukuran A3 serta dalam
bentuk softcopy (CD) sebanyak 5 (lima) buah.
16
a) Tenaga Ahli
b)Tenaga Pendukung/Penunjang
17
H. Evaluasi
I. Lain-lain
Dalam pelaksanaan survey dan penyelidikan tanah di lapangan diharuskan
kepada Konsultan untuk membuat Berita Acara antara Konsultan dan Pengawas
Lapangan masing-masing per lembar antara lain berisikan:
Jumlah titik boring, posisi beserta kedalamannya yang telah selesai
dilaksanakan (masing-masing Berita Acara untuk setiap boring)
Foto-foto
Dalam tiap laporan harus ditambahkan dengan foto-foto yang merupakan
bagian dari kegiatan pekerjaan yang bersangkutan antara lain:
a) Foto memanjang dari laut ke pantai, foto reconnaissance, dll
b) Foto pelaksanaan tiap-tiap jenis kegiatan
seperti: Pengukuran sudut dengan theodolith
Pengukuran arus dan pengambilan sample air, pengamatan pasang
surut, dll
Boring, meliputi plat form, peralatannya dan pelaksanaanya.
Mengetahui/Menyetujui,
Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi PPTK,
Dan Informatika selaku PPK
18