Anda di halaman 1dari 18

METODE KERJA

“STUDY AND ANALYSIS SEDIMENTATION AND DREDGING OF LAGAN RIVER


LOGISTIC LAGAN STAGING PETROCHINA INTERNATIONAL JABUNG LTD”

A. Latar Belakang

Transportasi merupakan hal yang penting dalam mendukung perekonomian


suatu bangsa, karena dengan semakin meningkat/lengkapnya sistem dan
jaringan transportasi akan meningkatkan interaksi antara pelakunya yang pada
kelanjutannya akan dapat meningkatkan perekonomian itu sendiri.

Fungsi utama angkutan adalah memperpendek jarak, memindahkan hasil


produksi dan melancarkan hubungan dua atau lebih lokasi terpisah, dimana
angkutan laut adalah merupakan angkutan yang paling murah dan efisien
dalam operasionalnya untuk angkutan jarak jauh dan kapasitas angkut yang
besar, apalagi untuk wilayah Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau yang
terpisah oleh laut.

Sesuai dengan perkembangan kebudayaan dan teknologi, maka angkutan laut


untuk penumpang muatan/barang-barang membutuhkan peningkatan dari segi
kualitas jasa angkut yang meliputi keselamatan, keamanan muatan, kecepatan
akan tibanya ditempat tujuan dan keteraturan singgah dari frekuensinya. Untuk
menjamin segi keamanan tersebut ditinjau dari segi teknis, maka diperlukan
antara lain prasarana alur pelayaran yang baik memenuhi syarat untuk dapat
dilalui kapal dengan aman dan lancar

Disamping itu kondisi prasarana alur pelayaran dapat mengalami perubahan kontur
kedalaman karena adanya sedimentasi yang berasal dari hulu, daratan dan pasang
surut, pola arus, hujan dan lain-lain, sehingga untuk mengembalikan kondisi
kedalaman semula perlu dilakukan suatu kegiatan pengerukan. Selain itu kegiatan
pengerukan dapat diperlukan juga untuk meningkatkan kedalaman alur karena
adanya peningkatan draf kapal akibat adanya pengembangan. Untuk dapat
dilakukan kegiatan pengerukan tersebut dengan baik, maka diperlukan

1
suatu rencana, desain teknis yang baik dan benar dengan melakukan survey
hydro-oceanografi, penyelidikan tanah dan desain alur pelayaran.

B. Maksud dan Tujuan


Pekerjaan survey hydro-oceanografi, penyelidikan tanah dan sedimenasi adalah
dalam rangka pembuatan desain profil alur pelayaran yang baik sesuai dengan
standar teknis yang ada, sehingga dalam pelaksanaan pekerjaan pengerukan
nantinya telah ada pedoman petunjuk teknis pekerjaan antara lain, gambar desain
posisi alur, metode kerja, peralatan yang cocok digunakan, dll.

C. Ruang Lingkup Pekerjaan

1. Pekerjaan Reconnaissance
a) Berupa kegiatan pengamatan lokasi alur pelayaran untuk mengetahui :
Seberapa luas area yang perlu disurvey hydro-oceanografi.
Kedalaman beberapa tempat yang pengukurannya dilakukan dengan
hand-load.
Kondisi lingkungan, antara lain menyangkut keberadaan daerah
konservasi (daerah lindung) baik perairan, daratan (hutan lindung,
hutan bakau), sosial dan lain-lain di lokasi pelabuhan dan sekitarnya.
Perkiraan penyebab sedimentasi pada alur pelayaran.

b) Pengumpulan data-data sekunder meliputi data-data kondisi alur


pelayaran (panjang, lebar, dll), kondisi gelombang lalu lintas kapal,
ekonomi, kondisi jaringan transportasi, demografi, meteorologi (lokasi
terdekat), dll yang diperlukan.

Untuk data-data meteorologi (dari stasiun pengamat meteorologi di lokasi


rencana atau lokasi terdekat) antara lain :
Curah hujan, minimum 5 tahun terakhir
Suhu, minimum 5 tahun terakhir
Angin (kecepatan & arah), minimum 5 tahun terakhir
Kelembaban udara, minimum 5 tahun terakhir

Data-data sekunder lainnya :


Peta-peta geologi
Data siltation (bila ada)
Data-data kondisi sungai dan
muara Data-data seismic
Data-data kondisi alur pelayaran (lay out, kunjungan kapal,
dll). Data kondisi jaringan transportasi
Kondisi gelombang (tinggi, arah, periode)

2
c) Peralatan yang perlu disediakan pada saat Reconnaissance adalah :
Hand -
load Tustel
Handy Cam

d) Kesimpulan dari hasil pekerjaan reconnaissance :


Gambaran lokasi alur pelayaran (dimensi, back-up area) berupa gambar
informasi (berskala atau tanpa skala).
Usulan luas area untuk survey hydro-oceanografi.

Hasilnya untuk mendapatkan informasi awal mengenai lokasi rencana


pengerukan alur pelayaran, fasilitas existing, kegiatan pelabuhan (lalu
lintas kapal) dan kondisi lingkungan.

2. Pekerjaan Survey Hydro-Oceanografi sepanjang 2,9 km dan lebar


90 meter (± 80 Ha, luas dapat berubah sesuai dengan hasil
reconnaissance).

a) Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dari pekerjaan Survey dalam hal ini terutama untuk
mendapat gambaran tentang :
Konfigurasi dasar laut/sungai (peta situasi alur pelayaran)
Profil/potongan melintang dan memanjang alur pelayaran
Bangunan-bangunan yang termasuk dalam kategori rintangan navigasi
(kapal tenggelam, letak karang, dll)
Kedudukan pasang surut
Kecepatan arus dan arah arus
Arah gelombang dominan, tinggi gelombang dan periode gelombang
Kondisi air laut (kadar suspensi dan kadar garam/ salinity)

b) Peralatan
Untuk pekerjaan Survey Hydro-Oceanografi harus mempergunakan
peralatan minimum :
Alat perum gema dengan kertas sebagai pencatat (bukan sinar) dengan
frekuensi 210 KHz/200 KHz.
Alat ukur arus mekanis elektronis (Current Meter dan Floater) yang
mempunyai arah dan kecepatan.
Alat ukur optik (theodolit) untuk ukur sudut.
Pencatatan pasang surut/ tide gauge otomatis yang mampu mencatat
pergerakan air pasang surut minimal 15 hari terus menerus.
GPS sebagai penentu posisioning.

3
c) Acuan/ Referensi
Sebagai acuan kedalaman maupun ketinggian dipergunakan ± 0,00 LWS,
pekerjaan selanjutnya referensi ini harus dipindahkan kepada Bench Mark
(BM) yang telah ada di lokasi pelabuhan atau harus dibuat oleh konsultan
sebanyak 2 (dua) buah (tergantung dari hasil Reconnaissance nanti).

d) Pekerjaan Pemeruman (Sounding)


Koordinat-koordinat titik-titik dalam peta hydro-oceanografi harus
menggunakan koordinat geografis (dapat dengan GPS), atau dapat
mengunakan koordinat lokasi (x,y) atau UTM (dengan persetujuan
Pemberi Tugas).
Pengukuran-pengukuran sudut dalam penentuan titik referensi dan
beacon maupun azimuth digunakan theodolit Wild T2.
Pengukuran jarak basis lebih dari 200 m diukur dengan alat ukur optik
(theodolit Wild T2), untuk jarak basis kurang dari 200 m boleh memakai
alat pengukur panjang peta baja (meetband).
Kedalaman diukur dengan alat perum gema (Echosounder) dengan
ketelitian yang tinggi dan telah mendapat persetujuan dari Pemberi
Tugas. Alat perum gema yang dimaksud adalah alat gema yang
menggunakan kertas pencatat kedalaman dan bukan sinar.
Posisi pemeruman (sounding)
Haluan perum/ sounding
Haluan sounding diusahakan tegak lurus pantai/dermaga. Untuk
pengontrolan kedalaman pada jalur sounding dilakukan dengan cara
sounding silang minimal 5 jalur.
Metode Pemetaan
e) Potongan Memanjang Alur
f) Potongan Melintang Alur
g) Pengamatan Pasang Surut
h) Pengukuran Arus
i) Pengambilan Contoh Air
j) Kesimpulan dari hasil pekerjaan Hydro-Oceanografi
Berdasarkan data-data teknis dari hasil survey hydro-oceanografi, dan
data-data meteo, Konsultan diminta untuk memberikan kesimpulan/kesan
teknis terhadap alternatif penentuan alur pelayaran, sehingga diharapkan
akan didapatkan alur pelayaran yang paling baik.
Faktor-faktor pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pemberian
kesimpulan/ kesan teknis ini adalah keamanan dan keselamatan bagi lalu
lintas kapal pada alur yang akan dikeruk maupun akibat proses alam
(hydro-oceanografi, gelombang, sedimentasi, dll).

4
3. Pekerjaan Survey Penyelidikan Tanah (lokasi ditentukan setelah
Survey Hydro-Oceanografi)

a) Maksud dan Tujuan

Pekerjaan penyelidikan tanah berupa penelitian di lapangan dan di


laboratorium adalah untuk mengetahui struktur dan jenis tiap lapisan
tanah bawah permukaan.
Tujuannya adalah mendapatkan parameter tanah galian yang kaitannya
dengan pemilihan penggunaan jenis kapal keruk dan pemetaan
kemiringan/slope profil alur pelayaran.

b) Datum dan Bench Mark

Semua ukuran kedalaman air, pengeboran dan elevasi tinggi permukaan


tanah dan lain-lain referensinya harus terhadap Datum ± 0,00 m LWS
(Low Water Spring). Penentuan elevasi Datum dapat diambil dari BM yang
sudah ada atau bangunan-bangunan/benda-benda lain yang sudah
diketahui elevasinya.

c) Peralatan

Peralatan Pokok (boring)

Alat Bor harus mampu menembus lapisan tanah keras dengan nilai N.
50 dan dapat mencapai kedalaman sampai 10 m dari Sea Bed.

Peralatan Bantu

Semua peralatan yang dipakai untuk pekerjaan ini harus memenuhi


persyaratan dan ukuran seperti yang akan diuraikan lebih lanjut di
bawah ini.

Alat-alat harus dalam keadaan baik, tidak rusak maupun cacat sehingga
dapat memenuhi hasil pekerjaan.

Bilamana akan dipakai ukuran alat lain dari pada yang disyaratkan dalam
TOR ini Konsultan harus mengajukan terlebih dahulu permohonan ijin
kepada Pemberi Tugas untuk mendapatkan persetujuan.

Untuk pekerjaan pengeboran di laut atau di sungai dipergunakan alat bantu


plat form. Konstruksi alat bantu ini harus sedemikian sehingga mampu
menerima dan menahan beban peralatan dan pekerja di atasnya.

5
Ketinggian plat form harus ditera terhadap LWS, harus ada suatu titik
bantu tetap yang dapat dijadikan pedoman kedalaman pengeboran dan
penyondiran atau saat-saat pengambilan sample dan SPT.

Dalam segala hal Konsultan tidak diperkenankan mengambil elevasi


muka air saat itu sebagai pedoman penentuan kedalaman.

Peralatan yang dipakai untuk menentukan elevasi ketinggian plat form


atau titik bantu haruslah waterpass penyipat datar atau theodolit,
sedangkan untuk menentukan posisi titik dengan peralatan GPS.

d) Pelaksanaan

Pekerjaan Boring

Laboratorium Test, 2 jenis analisa : analisa tanah dan analisa air

Atas masing-masing contoh tanah yang diperoleh dari pengeboran,


konsultan harus melakukan serangkaian percobaan-percobaan di
laboratorium untuk mendapatkan sasaran-sasaran : Index & Physical
properties.

Prosedur pelaksanaan percobaan harus mengikuti standard ASTM. Dari


tiap-tiap tabung sample, dilakukan macam-macam percobaan seperti
disebut di bawah ini.

Testing yang harus dilakukan meliputi :

1) Grain size analysis (analisa ukuran butiran tanah) dengan satuan


milimeter atau inchi.

2) Specific Grafity (GS) (analisa spesialis lapisan tanah) dengan satuan


3 3
kg per m atau ton per m .

Data kondisi hasil pekerjaan tanah berupa kekerasan tanah, jenis lapisan
tanah dan hasil laboratorium digunakan sebagai dasar untuk dapat
menentukan dan merencanakan jenis kapal keruk yang digunakan.

4. Pembuatan Desain Alur Pelayaran

Data kedalaman laut hasil pekerjaan hydro-oceanografi dan bobot kapal


digunakan sebagai dasar untuk perencanaan penentuan alur dan
kedalamannya.

Klasifikasi besaran bobot kapal antara lain :

6
< 400 DWT : kebutuhan design depth -2 M LWS
400 - 700 DWT : kebutuhan design depth - 3 M LWS
700 - 1000 DWT : kebutuhan design depth -4 M LWS
1000 - 1500 DWT : kebutuhan design depth -5 M LWS

Lingkup pekerjaan pembuatan desain alur meliputi :

a) Pembuatan Dokumen Pengadaan Jasa Pemborongan terdiri dari :

Gambar - gambar hasil pengukuran, Rencana Kerja dan Syarat-Syarat


bentuk kontrak (RKS) dan Bill of Quantity (BQ) dan Engineering
Estimate (EE).

Termasuk dalam dokumen Pengadaan Jasa Pemborongan, sistim


pelaksanaan dan peralatan yang akan digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan.

b) Gambar pelaksanaan meliputi :

Gambar lay out (dilengkapi dengan garis kontur, arah mata angin, skala
posisi BM, dll).

Gambar situasi alur dilengkapi dengan gambar potongan memanjang


dan melintang.

Pembuatan desain alur pelayaran menggunakan komputer untuk


perhitungan dan penggambaran.

5. Penyusunan Rancangan Surat Menteri Perhubungan tentang Ijin


Kerja Keruk
Rancangan Surat Menteri Perhubungan tentang Ijin Kerja Keruk dibuat
sebagai persyaratan administrasi dari pekerjaan pengerukan alur pelayaran
sesuai dengan PP No. 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian Pasal 100, dimana
ijin pekerjaan pengerukan alur pelayaran untuk Pelabuhan Utama dan
Pelabuhan Pengumpul diterbitkan oleh Menteri Perhubungan.

6. Asistensi dan Pembahasan


Asistensi dan pembahasan dilakukan agar studi ini dapat mencapai hasil
yang diharapkan dan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Asistensi dan pembahasan tersebut dilakukan di Direktorat Pelabuhan dan
Pengerukan Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan.

7
D. Metoda Pelaksanaan Pekerjaan

1) Pekerjaan Pemeruman (Sounding)

a) Koordinat-koordinat titik-titik dalam peta hydro-oceanografi harus


menggunakan koordinat geografis (diwajibkan menggunakan GPS),
atau dapat menggunakan koordinat lokal (x,y) atau UTM (dengan
persetujuan pemberi tugas).

b) Semua perhitungan supaya dilampirkan dalam laporan.

c) Kedalaman diukur dengan alat perum gema (Echosounder) dengan


ketelitian yang tinggi dan telah mendapat persetujuan dari Pemberi
Tugas. Alat perum gema yang dimaksud adalah alat gema yang
menggunakan kertas pencatat kedalaman dan bukan sinar.

d) Konsultan harus melakukan bar-chek terhadap alat echosounder yang


dipakai sebelum dan sesudah pekerjaan sounding. Salah satu bar-chek
supaya dilampirkan dalam laporan (bar-chek untuk setiap beda
kedalaman 1 m).

e) Data-data pengamatan pasang surut yang asli di lapangan harus


dibawa untuk diperlihatkan kepada Tim Evaluasi saat pembahasan
Interim Report.

f) Bidang surutan yang dipakai adalah + 0,00 LWS.

g) Semua kertas echosounder hasil pengukuran dan data-data posisi di


lapangan harus dibawa untuk diperlihatkan kepada Tim Evaluasi saat
pembahasan Interim Report.

h) Bila ada areal di dekat garis pantai yang tidak dapat disounding, maka
kedalamannya harus diukur dengan bandul pengukur hand-load atau
disipat datar/levelling dari darat.

i) Selama pekerjaan sounding kecepatan kapal harus tetap


dipertahankan/konstan (maksimum 4 knot) dan dalam satu jalur
echosounder tetap diaktifkan.

j) Haluan perum / sounding.

Haluan sounding diusahakan tegak lurus pantai / dermaga. Untuk


pengontrolan kedalaman pada jalur sounding dilakukan dengan cara
sounding silang minimal 5 jalur.

8
k) Methode Pemetaan :

Perhitungan dalam pembuatan peta hydro-oceanografi disajikan dalam


lintang/bujur bila memungkinkan (bila didapat BM berkoordinat
geografis atau dapat dengan GPS) dengan methode :

- Ellipsoide : bessel 1841


- Proyeksi : mercator
- Skala peta : untuk alur pelayaran 1:2500
- Meridian Utama yang dipakai adalah Jakarta Baru.
- Dalam hal tidak didapatkan titik tetap koordinat geografis bisa
menggunakan sistim lokal (X,Y) atau UTM (dengan persetujuan
Pemberi Tugas).
- Ukuran peta A1, bila luas daerah yang disurvey melebihi ukuran di
atas, peta dibagi dalam sheet-sheet. Konsultan harus membuat satu
peta dengan skala besar yang memperlihatkan area survey secara
keseluruhan.
- Peta hydro-oceanografi dibuat di atas kertas kalkir dan selalu
menghadap utara.
- Penulisan angka-angka kedalaman pada masing-masing jalur
maximum 10 m/skala 1 : 2500
- Jarak antara lajur sounding dalam alur pelayaran 25 m (untuk skala
1 : 2500) dan ± 10 m (untuk skala gambar 1 : 1000)

Dalam peta yang akan disajikan harus memperhatikan /


menggambarkan keadaan-keadaan penting seperti :
(1) Daerah dangkal
(2) Karang tenggelam maupun muncul
(3) Kerangka kapal tenggelam
(4) Rintangan-rintangan yang masuk dalam kategori rintangan
navigasi
(5) Garis kedalaman ketinggian (kontur) dinyatakan dalam satuan
desimeter sedangkan untuk kontur yang ditarik adalah 0, 1, 2, 3,
4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 15, 20, dst (dalam meter).
(6) Garis pantai dibuat lebih tebal, agar terlihat beda antara daratan
dan perairan.
(7) Daerah ketinggian antara 0,00 m LWS dan garis pantai supaya
diberikan angka-angka ketinggian (untuk hal ini perlu mendapat
perhatian khusus dari Konsultan).
(8) Dalam peta supaya dicantumkan harga LWS (muka surutan)
terhadap MSL (duduk tengah) dan HWS (air tinggi), serta
hubungan antara pasang surut dan BM.

Simbol-simbol yang dipakai dalam penggambaran seperti :


karang, pantai berpasir, kerangka kapal dan lain-lain harus
mengacu kepada peta No. 1 yang diterbitkan Dis Hidros.

9
2) Potongan

Potongan Memanjang Alur

Potongan memanjang dari rencana alur pengerukan digambar di atas


kertas A.1 yang menggambarkan keadaan permukaan serta elevasi dasar.

Potongan Melintang Alur

Konsultan diharuskan membuat gambar-gambar potongan melintang alur


pelayaran setiap jarak 100 m dengan skala vertikal 1 : 100 dan skala
horizontal 1 : 500, (kecuali bila ada ketentuan lain dalam aanwijzing).
Dalam gambar terlihat posisi potongan profil.

3) Pengamatan Pasang Surut

a) Maksud pengamatan pergerakan pasang surut adalah untuk


menentukan kedudukan air tertinggi, duduk tengah dan air terendah
yang dicapai maupun kedudukan 0,00 m LWS.

b) Pengamatan/pencatatan pergerakan muka air dilakukan minimum


selama 15 hari terus menerus dengan alat pencatat otomatis, mulai
jam 00.00 pada hari pertama dan terakhir pada jam 24.00 hari ke 15
(atau 24 jam x 15 hari) pembacaan pasut setiap 30 menit.

c) Untuk perhitungan-perhitungan konstanta harmonis, duduk tengah,


air tinggi yang dapat dicapai maupun LWS mempergunakan methode
Admiralty (tidak diperkenankan menggunakan formula penentuan air
terendah untuk Indian Spring Low Water).

Uraian perhitungan dengan methode Admiralty agar diurutkan sebagai


berikut :

- Rumus umum yang dipakai dalam perhitungan.


- Perhitungan konstanta harmonis dan elevasi duduk tengah (DT)
atau MSL.
- Perhitungan elevasi lebih kurang 0,00 LWS dan air tinggi yang
dapat dicapai.
- Sketsa urutan tiap elevasi air untuk lebih kurang 0,00 LWS, DT, AT
yang dapat dicapai berdasarkan perhitungan.

d) Konsultan tidak diharuskan membangun Bench Mark apabila di lokasi


sudah ada Bench Mark dan masih cukup baik. Pembuatan Bench Mark
baru minimum 2 (dua) buah pada posisi yang aman dan saling
kelihatan dengan ketinggian berdasarkan m LWS.

BM tersebut dibuat dari beton dengan ukuran 20x20x100 cm3 yang


ditanam sedalam 100 cm dari permukaan tanah dan diplot dalam peta.

10
Penempatan BM harus mempertimbangkan rencana pengembangan
pelabuhan, sehingga BM dapat bermanfaat untuk jangka waktu lama
dan mudah pengawasannya.

BM tersebut merupakan titik awal pemetaan. BM ini dicat dengan warna


biru muda dan bagian atas ditulis BM.1 PERLA dan BM.2 PERLA dan
tanggal pembuatan. Bila pekerjaan survey selesai, Bench Mark tersebut
harus diserahkan kepada Pejabat setempat dengan Berita Acara.

e) Konsultan diwajibkan pula memindahkan elevasi LWS ke bangunan


gudang atau dermaga yang ada pada bagian yang aman, terlindung
dan mudah terlihat.

f) Konsultan diwajibkan memberikan data air tertinggi atau muka air


banjir yang pernah terjadi (bila data ada).

4) Pengukuran Arus

a) Pengamatan kecepatan dan arah arus dilakukan minimal pada 2 lokasi

b) Pengamatan dilakukan selama 25 jam terus menerus dengan interval


waktu 30 menit, menggunakan alat current meter 2 dan Floater yang
dilakukan pada saat pasang tertinggi (Spring Tide) dan pada saat
pasang kecil (Neap Tide) pada bulan yang sama.

c) Posisi pengamatan arus adalah 0,2 d ; 0,6 d ; dan 0,8 d


dari permukaan air, dimana d = kedalaman di lokasi
pengamatan arus.

d) Lokasi pengamatan diplotkan dalam peta hydro-oceanografi dan hasil


pengamatan arus dilampirkan dalam laporan dalam bentuk:
- Grafik yang memperlihatkan hubungan antara pergerakan pasang
surut dan kecepatan arus.
- Peta arah arus.

5) Pengambilan Contoh Air

- Pengambilan contoh air dilakukan dengan water sampler pada posisi


pengamatan arus pada kedalaman 0,2 d ; 0,6 d dan 0,8 d.
- Pengambilan contoh air dilakukan pada saat Spring Tide dan Neap Tide
pada bulan yang sama.
- Contoh air kemudian di test di laboratorium mengenai kadar endapan/
0/00
sedimen dan kadar garam/salinity. Satuan kadar garam dalam dan
satuan sedimen dalam mg/l

11
6) Pekerjaan Boring

Pekerjaan lapangan disyaratkan mengikuti ASTM (American Standard For


Testing Material). Pengeboran dilaksanakan sampai kedalaman + 5 meter
dari dasar laut dengan pengambilan dan pelaksanaan SPT setiap interval 2
meter (SPT pertama kali dilaksanakan pada kedalaman – 0,05 meter dari
dasar, laut).

Apabila diperlukan Konsultan diharuskan menambah/mengurangi dalamnya


pengeboran dengan persetujuan Pemberi Tugas. Penambahan/pengurangan
akan diperhitungkan sebagai pekerjaan tambah kurang.

a) Sebelum pelaksanaan pengeboran dimulai, semua peralatan-peralatan


yang akan dipergunakan dalam pekerjaan tersebut harus sudah
dipersiapkan terlebih dahulu di tempat sehingga pelaksanaan dapat
berjalan dengan lancar.

Pengeboran dilakukan dengan alat bor yang mempunyai kemampuan


dan memenuhi persyaratan sebagai berikut :
(1) Dapat menembus tanah keras.
(2) Alat bor dapat mencapai kedalaman 10 m dari sea bed.
(3) Water pump dengan kapasitas (50 s/d 60 ltr/menit)
(4) Mata bor

Kapasitas pompa harus cukup besar sehingga terjamin bahwa sisa


pengeboran yang keluar dari lobang harus selalu diamati agar
diketahui bila ditemui perubahan lapisan tanah yang dibor dengan
melihat perubahan jenis tanah yang keluar. Lobang bor yang terjadi
sewaktu pengeboran harus dilindungi dengan casing agar tidak terjadi
kelongsoran-kelongsoran sehingga diperoleh hasil pengeboran yang
baik dan teliti.

Setiap tambahan kedalaman tertentu casing harus diturunkan sampai


dasar lobang dengan menambah sambungan pada bagian atas casing.

Untuk tanah lunak (soft soil) sistem pengeboran harus dilaksanakan


dengan casing system yaitu mengebor dengan casing yang berputar
drilling rod dan ujung casing diberi mata bor.

b) Data – Data dan Hasil Pekerjaan Lapangan

Dari setiap pengeboran harus dilakukan pencatatan pelaksanaan


pekerjaan terutama masalah teknis lapangan yang terjadi/ditemui.
Hasil pekerjaan lapangan tersebut dituangkan kedalam borlog yang
menggambarkan :
1) Elevasi muka tanah terhadap Datum.

12
2) Number of blows standard penetration test dan kedalamannya
(dalam angka dan grafik).
3) Elevasi lapisan batas atas dan bawah dari setiap perubahan
lapisan tanah yang ditemui selama pengeboran.
4) Diskripsi dari jenis tanah untuk tiap interval kedalaman.
5) Hal-hal lain (khusus) yang ditemui/terjadi pada saat
pengeboran dilaksanakan.
6) Penjelasan teknis dari penyimpangan-
penyimpangan/kejanggalan yang terjadi selama pengeboran.

c) Standard Penetration Test (SPT)


Pelaksanaan SPT pertama kali pada kedalaman – 0,5 meter dari sea
bed, SPT kedua dan selanjutnya mulai pada kedalaman –1,50 meter
dari sea bed (interval 1 meter).

Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi adalah :

(1) Tabung SPT harus mempunyai ukuran OD 2 inch, ID 1 3/8 inch,


panjang 24 inch split spoon sampler type.

(2) Hammer yang dipakai untuk melakukan penumpukan berat 140


lbs (63,5 Kg), tinggi jatuh bebas hammer adalah 30 inch (± 75
cm).

(3) Sebelum melakukan percobaan SPT, casing harus diturunkan


sampai dasar lobang. Lobang bor kemudian dibersihkan dari
sisa pengeboran dan tanah yang ada di dasar lobang bor.

(4) Perhitungan dilakukan sebagai berikut :

- Tabung SPT ditekan kedalam dasar lobang sedalam 15 cm.


- Untuk setiap interval 10 cm dilakukan perhitungan jumlah
pukulan untuk memasukkan tabung kedalam tanah sampai
dicapai (3 x 15) cm.

(5) Tabung diangkut kepermukaan tanah kemudian split spoon


sampler dibuka. Sluge yang terdapat dalam tabung harus
dibuang, kemudian terhadap sample diadakan klasifikasi.

Unified soil classification yang akan dipergunakan untuk


menyusun soil description atau lithology.
Tanah tersebut dapat dipakai untuk laboratorium test. Untuk itu
sample harus dimasukkan dalam kantongan plastik yang ditutup
dengan baik dan diberi identitas nomor boring dan kedalamannya.

13
E. Laporan
Hasil pekerjaan survey hidro-oceanografi, penyelidikan tanah dan desain alur
dalam rangka pengerukan alur pelayaran dilaporkan secara tertulis kepada
Pengguna Anggaran (Pemberi Tugas) yang merupakan buku yang dijilid
dengan baik, disusun secara sistematis.

1. Laporan Pendahuluan (Reconnaissance Survey) sebanyak 10


(sepuluh) buku
Kondisi lapangan secara garis besar data-data teknis yang ada kaitannya
dengan rencana pelaksanaan survey dan foto-foto
Rencana kerja, tahapan dan metode survey disesuaikan dengan kondisi
lapangan
Tanggapan terhadap TOR termasuk scope of work dikaitkan dengan hasil
peninjauan dan kondisi lapangan
Berita Acara Pelaksanaan Reconnaissance Survey
Foto yang menggambarkan kondisi existing pelabuhan dan daerah pantai
serta lokasi rencana survey (Foto memanjang dari laut ke pantai)
Data sekunder

2. Laporan Sementara (Interim Report) sebanyak 6 (enam) buku


Konsultan diharuskan menyampaikan laporan pekerjaan lapangan
yang meliputi hal-hal:
Prosedur pekerjaan lapangan, uraian teknis bila ada penyimpangan-
penyimpangan.
Pengambilan titik-titik tetap dan elevasinya terhadap LWS. Spesifikasi
peralatan-peralatan pokok.
Perhitungan triangulasi (Penetapan koordinat), poligon leveling,
penentuan azimuth matahari, konstanta harmonis berikut AT dan LWS.
Data arus, grafik kecepatan arus yang memperlihatkan hubungannya
dengan pasang surut, peta arah dan kecepatan arus, suspensi dan
salinity. Grafik pasang surut lengkap dengan DT, AT dan LWS.
Gambar situasi (hasil survey hydro-oceanografi/topografi) dilengkapi
dengan koordinat dan posisi pengamatan arus dan dilengkapi dengan
otentik berupa kertas echosounder.
Gambar profil melintang dan memanjang.
Semua gambar harus dilengkapi dengan tanggal pelaksanaan, nama dan
tanda tangan pelaksana, penggambar dan penanggung jawab, dibuat
dengan menggunakan komputer.
Salah satu dari Bar-chek yang sudah dilaksanakan.
Lembar busur snellius (bila menggunakan sistim snellius). Evaluasi dan
rekomendasi sementara dari hasil survey.

14
Semua Berita Acara dari semua tahapan dan penyelesaian pekerjaan
lapangan. Semua data-data asli hasil pengukuran dibundel tersendiri dan
diserahkan/diperlihatkan kepada pemberi tugas saat pembahasan laporan
dengan Tim Evaluasi Teknis.

3. Laporan Semi Rampung (Draft Final Report Survey) sebanyak 6


(enam) buku
Setelah seluruh pekerjaan lapangan dan pekerjaan laboratorium selesai,
konsultan diminta menyampaikan laporan Draft Final Report Survey yang
merupakan penyempurnaan laporan Interim Report (seperti tersebut
sebelumnya) ditambah dan dilengkapi dengan:
Bor log yang memperlihatkan hubungan antara kedalaman dengan SPT,
soil description berdasarkan contoh (sample) yang diperoleh dari spon
sampler, tempat kedalaman pengambilan undisturb sample dan lain-lain
dengan memasukkan hasil dan besaran dari percobaan laboratorium.
Hasil percobaan laboratorium lengkap dengan lampiran-lampiran grafik,
tabel dan lain-lain untuk penentuan : Index dan physical properties.
Evaluasi atas hasil pekerjaan lapangan dan pekerjaan laboratorium.
Posisi/koordinat titik-titik boring diplotkan dalam gambar hidro-
oceanografi/topografi.
Stratigrafi tanah (soil profil).
Dibuat grafik hubungan antara kedalaman (Z) dengan :
1) Grain Size Analysis
2) Specific grafity (gs)
Klasifikasi tanah (Trianguler Chart Clasification).

4. Final Report Survey sebanyak 6 (enam) buku


Final Report Survey merupakan penyempurnaan laporan semi rampung
(draft final report survey) yang meliputi antara lain:
Ringkasan hasil pekerjaan survey lapangan (soil dan hidro-oceanografi)
yang menyajikan parameter-parameter penting dengan ringkas dan jelas.
Gambar lokasi, titk-titik pengamatan saat ini dan yang pernah dilakukan
(bila ada).
Ringkasan peta stritigrafi tanah (dibuat dalam satu lembar).

5. Laporan Draft Final Design sebanyak 6 (enam) set


Di dalam laporan Draft Final Design, Konsultan diharuskan menyampaikan
: Hasil perbaikan Final Report Pekerjaan Survey.
Analisa bobot kapal yang lewat dengan kedalaman alur
rencana. Analisa penentuan alur.
Sistim pelaksanaan pekerjaan pengerukan.

15
Gambar-gambar pelaksanaan.
Spesifikasi administrasi dan teknis (RKS)
Bill of Quantity (BQ) dan Engineering Estimate (EE).

6. Laporan Akhir Design (Final Report Design) sebanyak 6 (enam) set


Di dalam Final Report, Konsultan juga harus menyampaikan :
Perbaikan/penyempurnaan dari Draft Final Report Design.
Laporan Akhir Design (Final Report Design) dalam bentuk softcopy (CD)
sebanyak 5 (lima) buah.

7. Laporan Ringkas (Executive Summary) sebanyak 6 (enam) buku


Laporan Ringkas merupakan laporan secara ringkas dari Laporan Akhir hasil
studi yang dilengkapi dengan lampiran tabel dan gambar berwarna (kertas
ukuran A3). Laporan Ringkas dibuat sebanyak 6 (enam) buku.

8. Album Peta/Gambar
Konsultan harus menyampaikan Album Peta/Gambar dalam bentuk hardcopy
sebanyak 3 (tiga) buku ukuran A1 dan 5 (lima) buku ukuran A3 serta dalam
bentuk softcopy (CD) sebanyak 5 (lima) buah.

9. Bahan Paparan (Ekspose)


Konsultan harus menyampaikan bahan paparan (ekspose) setiap kali
Presentasi dengan jumlah sesuai keperluan.

10. Rancangan Surat Menteri Perhubungan tentang Ijin Kerja Keruk


sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar
Konsultan harus menyampaikan Rancangan Surat Ijin Kerja Keruk (SIKK).

F. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

Pekerjaan Penyusunan SID/DED Pengerukan Alur Pelayaran Pelabuhan


Umum Nasional Loktuan Kota Bontang ini dilaksanakan paling lama dalam
waktu 3 (tiga) bulan.

G. Kebutuhan dan Persyaratan Personil

Persyaratan tenaga jasa konsultansi yang diusulkan harus mengacu


kepada persyaratan nasional yang ditentukan oleh Bappenas. Adapun
kebutuhan tenaga untuk layanan jasa konsultansi dengan kualifikasi keahlian
dan pengalaman profesional dalam bidangnya masing-masing adalah sebagai
berikut :

16
a) Tenaga Ahli

Tenaga Ahli yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan meliputi tenaga


professional lulusan Perguruan Tinggi Negeri atau Perguruan Tinggi Swasta
yang telah mendapat akreditasi, yang meliputi berbagai disiplin ilmu sebagai
berikut :
1) Ahli Penyelidikan Tanah dan Desain Alur (sebagai Team Leader); minimal
kualifikasi Ahli Utama dengan latar belakang pendidikan minimal S1
Teknik Sipil dan pengalaman minimal 10 tahun.

2) Ahli Geodesi dan Survey Hydro-Oceanografi; minimal kualifikasi Ahli


Madya/Ahli dengan latar belakang pendidikan minimal S1 Teknik
Sipil/Geodesi dan pengalaman minimal 5 tahun.

3) Ahli Teknik Sipil dan Laboratorium Mekanika Tanah; minimal kualifikasi


Ahli Madya/Ahli dengan latar belakang pendidikan minimal S1 Teknik
Sipil dan pengalaman minimal 5 tahun.

b)Tenaga Pendukung/Penunjang

Tenaga Pendukung/Penunjang yang diperlukan dalam proses pelaksanaan


pekerjaaan ini meliputi :
1) Asisten Ahli Teknik Sipil; dengan latar belakang pendidikan minimal S1
Teknik Sipil dan pengalaman minimal 3 tahun.

2) Asisten Ahli Geodesi dan Survey Hydro-Oceanografi; dengan latar


belakang pendidikan minimal S1 Teknik Sipil/Geodesi dan pengalaman
minimal 3 tahun.

3) Surveyor; dengan latar belakang pendidikan minimal STM Bangunan dan


pengalaman minimal 10 tahun.

4) Boring Master; dengan latar belakang pendidikan minimal STM Bangunan


dan pengalaman minimal 10 tahun.

5) Laborant; dengan latar belakang pendidikan minimal STM Bangunan dan


pengalaman minimal 10 tahun.

6) CAD Operator; dengan latar belakang pendidikan minimal STM Bangunan


dan pengalaman minimal 10 tahun.

17
H. Evaluasi

Pengguna Anggaran akan mengadakan penilaian evaluasi terhadap hasil


pekerjaan Konsultan dalam suatu diskusi antara Pengguna Anggaran/Tim
Evaluasi dan Konsultan.
Bilamana ternyata hasil yang diperoleh dari pekerjaan lapangan dan
laboratorium tidak dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah karena
penyimpangan-penyimpangan dari prosedur JIS-ASTM atau AASHO dan
peralatan-peralatan maka Pengguna Anggaran/Tim Evaluasi berhak
memerintahkan Konsultan untuk melakukan pekerjaan ulang dan hal ini
menjadi tanggungan sepenuhnya dari Konsultan.

I. Lain-lain
Dalam pelaksanaan survey dan penyelidikan tanah di lapangan diharuskan
kepada Konsultan untuk membuat Berita Acara antara Konsultan dan Pengawas
Lapangan masing-masing per lembar antara lain berisikan:
Jumlah titik boring, posisi beserta kedalamannya yang telah selesai
dilaksanakan (masing-masing Berita Acara untuk setiap boring)
Foto-foto
Dalam tiap laporan harus ditambahkan dengan foto-foto yang merupakan
bagian dari kegiatan pekerjaan yang bersangkutan antara lain:
a) Foto memanjang dari laut ke pantai, foto reconnaissance, dll
b) Foto pelaksanaan tiap-tiap jenis kegiatan
seperti: Pengukuran sudut dengan theodolith
Pengukuran arus dan pengambilan sample air, pengamatan pasang
surut, dll
Boring, meliputi plat form, peralatannya dan pelaksanaanya.

Bontang, 16 November 2010

Mengetahui/Menyetujui,
Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi PPTK,
Dan Informatika selaku PPK

(Drs. H. M. Bahri, M.AP) ( )


NIP. 196112311989031082 NIP.

18

Anda mungkin juga menyukai